Anda di halaman 1dari 27

Cara Tepat Menyuntik Insulin dan Lokasi Terbaiknya

Ada berbagai cara penggunaan insulin untuk pengobatan diabetes melitus, misalnya melalui
jarum suntik, pena insulin, pompa insulin, dan injector jet.
Cara pemberian insulin dengan jarum suntik dan pena insulin merupakan yang paling umum
dilakukan.
Namun, penyuntikkan insulin tidak boleh sembarangan. Pasalnya, insulin hanya bisa diserap
maksimal bila Anda menyuntikkannya pada bagian-bagian tubuh tertentu.
Oleh karena itu, Anda perlu memperhatikan lokasi, cara, dan waktu penyuntikan insulin.
Di mana lokasi yang tepat untuk penyuntikan insulin?
Pemberian suntik insulin dalam pengobatan diabetes bertujuan untuk mengontrol gula darah.

Insulin buatan yang Anda suntik ke dalam tubuh merupakan pengganti hormon insulin alami
yang tidak bisa diproduksi ataupun bekerja secara optimal.
Menyuntik insulin, baik lewat jarum suntik ataupun pena insulin bisa dilakukan secara
mandiri di rumah.
Cara penggunaan insulin yang benar yaitu dengan menyuntikkannya ke dalam jaringan
lemak di bawah kulit, atau subkutan.
Terdapat beberapa area penyuntikan insulin pada tubuh Anda. Masing-masing lokasi
penyuntikan insulin Anda memiliki pengaruh yang berbeda-beda.
1. Perut

Banyak yang memilih perut sebagai lokasi penyuntikan insulin karena bagian tubuh ini
mudah Anda jangkau.
Selain itu, penyuntikan pada daerah ini akan memudahkan proses penyerapan insulin ke
dalam aliran darah.
Anda bisa menyuntikkan insulin pada hampir seluruh area perut. Ketika hendak menyuntik,
cubitlah jaringan lemak antara pinggang dan tulang pinggul Anda.
Hindari menyuntik kurang dari 1 cm di sekitar pusar dan daerah perut bagian samping.
Jangan pula menyuntik bagian perut yang memiliki bekas luka, tahi lalat, atau cacat kulit.
Gangguan dalam struktur kulit bisa mengganggu penyerapan insulin.
2. Lengan bagian atas

Lengan bagian atas juga dapat menjadi lokasi penyuntikan insulin.


Bila Anda memilih lokasi ini, carilah area berlemak pada bagian belakang lengan (daerah
trisep), tepatnya antara bahu dan siku.
Sayangnya, penyuntikan insulin pada daerah lengan bagian atas cenderung lebih sulit.
Anda mungkin membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukannya. Selain itu, kecepatan
penyerapan insulin pada area ini juga lebih rendah.
3. Paha

Paha merupakan salah satu lokasi penyuntikan insulin yang mudah Anda jangkau.
Akan tetapi, tingkat penyerapan insulin melalui paha merupakan yang paling lambat
ketimbang lokasi lainnya.
Penggunaan insulin dengan cara ini juga dapat menimbulkan rasa tidak nyaman ketika Anda
berlari atau berjalan.
Maka dari itu, Anda mungkin perlu memberikan jeda antara waktu penggunaan insulin dan
aktivitas selanjutnya.
Jika Anda ingin tetap menyuntik area paha, lokasi yang paling tepat yaitu bagian depan paha.
Carilah titik tengah antara paha bagian atas dan lutut. Untuk menyuntikkannya, cubit atau
ambil bagian depan paha Anda yang berlemak sekitar 2,5 – 5 cm.
4. Punggung bawah atau pinggul

Bagian punggung bawah atau pinggul juga sering menjadi alternatif lokasi penyuntikan
insulin.
Namun, tingkat penyerapan insulin pada area ini juga sangat lambat seperti halnya paha.
Anda juga perlu bantuan orang lain untuk melakukannya.
Posisi jarum nantinya berada pada bagian atas bokong dekat pinggul.
Suntikan pada bokong biasanya digunakan pada bayi dan anak-anak dengan diabetes, tetapi
sebaiknya tidak digunakan secara rutin pada orang dewasa.
Jangan menyuntikkan insulin pada titik yang sama berulang kali
Sangatlah penting untuk mengganti titik injeksi ketika Anda memberikan insulin. Jangan
menyuntikkan insulin pada titik yang sama berulang-ulang.
Penggunaan insulin seperti itu dapat menimbulkan iritasi kulit dan pembesaran sel lemak
yang akhirnya mengganggu penyerapan insulin.
Hindari juga penggunaan insulin dengan cara menyuntikkan ke otot sebab tubuh malah akan
menggunakan insulin dengan terlalu cepat.
Akibatnya, kadar gula darah (glukosa) menurun secara drastis dan menyebabkan
hipoglikemia.
Selain itu, jangan menyuntikkan insulin ke bagian tubuh yang akan Anda gunakan untuk
beraktivitas.
Jangan menyuntikkan insulin pada bagian paha bila Anda hendak bermain sepak bola.
Cara penggunaan insulin lewat jarum suntik
Anda harus memastikan bahwa insulin benar-benar masuk ke dalam jaringan lemak.
Tidak hanya itu, sudut penyuntikan pun sama pentingnya. Jarum pada suntikan atau insulin
pen harus tegak lurus terhadap titik injeksi.
Untuk menghindari kekeliruan dalam menyuntikkan insulin, berikut langkah-langkah yang
bisa Anda terapkan.
1. Sebelum menyentuh alat suntik, cuci tangan menggunakan sabun atau cairan
pembersih beralkohol.
2. Pegang jarum suntik dengan tegak lurus (jarum di atas) dan tarik plunger (bagian
ujung alat suntik) ke bawah sampai ujung plunger mencapai ukuran sesuai dosis yang
diresepkan.
3. Lepaskan tutup dari botol insulin dan jarum. Jika Anda telah menggunakan botol ini
sebelumnya, bersihkan sumbat pada bagian atas dengan kapas beralkohol.
4. Untuk mengambil insulin dari botol, masukan jarum ke dalam titik sumbat dan
dorong plunger ke bawah.
5. Jaga jarum tetap dalam botol, lalu putar sampai terbalik. Tarik plunger ke bawah
sampai ujung hitam plunger mencapai dosis yang tepat.
6. Jika ada gelembung pada alat suntik, tepuk dengan lembut hingga gelembung naik.
Dorong jarum suntik untuk melepaskan gelembung kembali ke dalam botol. Tarik
plunger turun lagi sampai Anda mencapai dosis yang benar.
7. Tempatkan botol insulin ke bawah dan lepaskan jarum suntik dari botol secara
perlahan.
8. Tentukan titik pada bagian tubuh Anda yang menjadi lokasi penyuntikan insulin.
Bersihkan dengan kapas beralkohol.
9. Untuk memulai penyuntikan, cubit lembut bagian kulit setebal 2,5 – 5 cm sebelum
memasukkan jarum.
10. Suntikkan jarum ke titik yang ditentukan secara tegak lurus dengan menekan plunger
secara perlahan. Tunggu selama 10 detik sebelum melepaskan jarum.
Cara penggunaan insulin kini menjadi lebih mudah sejak adanya obat insulin berbentuk pena,
contohnya seperti produk insulin glargine. Dosisnya pun sesuai dengan kebutuhan sehingga
Anda tidak lagi harus memindahkan insulin dari botol ke suntikan.
Untuk mengurangi nyeri, Anda dapat mengompres area sekitar titik injeksi dengan
menggunakan es selama beberapa menit sebelum membersihkannya dengan alkohol. Dengan
begitu, rasa tersengat saat jarum menembus kulit menjadi lebih samar.
Tips aman menggunakan insulin suntik
Sebelum mulai menerapkan cara penggunaan insulin, berikut hal-hal yang sebaiknya Anda
pahami.
 Jika Anda menyimpan insulin dalam kulkas, tunggulah sampai suhunya sama dengan
suhu ruang sebelum Anda menggunakannya.
 Selalu cek tanggal kedaluwarsa insulin. Jangan gunakan produk yang berubah warna
atau mengandung partikel asing sekalipun belum kedaluwarsa.
 Selalu gunakan insulin dengan tepat waktu. Pemakaian insulin yang melebihi jangka
waktu berisiko menyebabkan gula darah tinggi (hiperglikemia).
 Anda sebaiknya hanya menggunakan jarum suntik insulin sekali. Meski begitu, Anda
tetap boleh memakainya sebanyak 2 – 3 kali asalkan kebersihan alat tetap terjaga.
Waktu atau jadwal penggunaan insulin
Penggunaan insulin dengan cara teratur akan membantu Anda mengontrol gula darah.
Setiap jenis insulin memiliki kecepatan kerja yang berbeda-beda, jadi Anda harus memahami
seluk-beluk jenis insulin yang akan Anda gunakan.
Berdasarkan kecepatan waktu kerjanya, insulin terbagi menjadi lima jenis berikut.
 Rapid-acting insulin (insulin kerja cepat), seperti lispro, aspart, dan glulisine.
 Short-acting insulin (insulin kerja pendek), seperti novolin.
 Intermediate-acting insulin (insulin kerja menengah).
 Long-acting insulin  (insulin kerja panjang).
 Ultra long-acting insulin (insulin kerja ultra panjang).
Waktu terbaik untuk menyuntikkan insulin berbeda-beda menurut jenisnya.
Sebagai contoh, American Association of Diabetes menyebutkan bahwa insulin kerja pendek
idealnya disuntikkan 30 menit sebelum makan.
Sementara itu, Anda bisa menyuntikkan insulin kerja cepat pada 5-15 menit sebelum makan.
Penggunaan insulin dengan cara dan waktu yang tepat dapat mengoptimalkan efeknya
sehingga gula darah Anda cepat terkontrol.
Tak jarang, pasien perlu menggunakan dua jenis insulin yang berbeda dan menyuntikkannya
dalam waktu yang berbeda pula.
Dokter akan memberi anjuran medis mengenai hal ini sesuai kondisi dan kebutuhan setiap
pasien.
Bagaimana jika Anda lupa menyuntikkan insulin?Bila Anda lupa
menyuntikkan insulin, efek langsungnya yaitu hiperglikemia yang dapat memperparah
gejala diabetes.
Sementara itu, penyuntikan insulin secara berdekatan berisiko menimbulkan efek samping
insulin berupa hipoglikemia.
Pasien yang harus menjalani terapi insulin sebaiknya berkonsultasi ke dokter jika
menemukan kesulitan dalam penyuntikan.
Dokter akan menerangkan cara penggunaan insulin yang tepat untuk pasien pemula, terutama
pasien diabetes tipe 2 yang menjalani terapi insulin.
Untuk mencegah efek samping insulin yang tidak diinginkan, gunakanlah obat ini sesuai
dosis dan waktu penyuntikan yang telah ditentukan.
Iringi dengan pola makan yang sesuai agar pengobatan Anda berjalan secara optimal.
Apakah Semua Orang Diabetes
Membutuhkan Suntik Insulin?

Penyakit diabetes melitus terjadi ketika kadar gula darah naik dari batas normal. Kenaikan
gula darah ini berkaitan dengan gangguan produksi dan kerja hormon insulin, yaitu hormon
yang membantu penyerapan gula darah (glukosa) menjadi energi. Itu sebabnya, terkadang
suntik insulin mungkin diperlukan bagi orang kencing manis untuk menggantikan fungsi
insulin alami. Lantas, apakah semua orang yang diabetes membutuhkan suntik insulin? Jika
iya, apakah harus suntik seumur hidup?
Siapa yang perlu melakukan suntik insulin untuk diabetes?
Umumnya, orang yang harus menggunakan suntik insulin adalah mereka yang memiliki
diabetes tipe 1.
DM tipe 1 disebabkan kondisi autoimun yang membuat sel-sel dalam pankreas yang
memproduksi insulin menjadi rusak.
Itu sebabnya, suntik insulin adalah keharusan bagi mereka yang mengalami DM tipe 1.
Terapi insulin ini biasanya dilakukan dengan penggunaan jarum suntik atau pompa insulin.
Tak hanya DM tipe 1, mereka yang mengalami komplikasi diabetes juga dianjurkan untuk
melakukan suntik insulin.
Orang dengan komplikasi membutuhkan pemulihan kondisi gula darah yang lebih cepat
sehingga membutuhkan bantuan insulin.
Orang yang memiliki diabetes tipe 2 belum tentu harus menggunakan suntik insulin. Ini
karena tubuh mereka sebenarnya masih dapat memproduksi insulin.
Namun, sel-sel tubuhnyalah yang kurang peka dengan keberadaan insulin. Akibatnya, proses
perubahan glukosa menjadi energi menjadi terganggu.
Biasanya, hanya sekitar 20-30% orang DM tipe 2 yang membutuhkan terapi insulin.
Umumnya, pasien DM tipe 2 dianjurkan mengontrol kadar gula darah dengan cara penerapan
pola makan sehat serta memperbanyak aktivitas fisik, seperti berolahraga.
Terapi insulin pada penderita diabetes tipe 2 umumnya hanya diberikan jika perubahan pola
hidup dan obat-obatan diabetes tak lagi mampu mengontrol kadar gula darah.
Selain itu, ada beberapa kondisi lain yang mungkin membuat Anda membutuhkan suntik
insulin untuk mengendalikan diabetes, yaitu:

1. Menggunakan obat yang menaikkan gula darah


Bila Anda sedang mengonsumsi obat steroid, biasanya dokter akan menganjurkan untuk
melakukan terapi insulin. Pasalnya, obat steroid memiliki efek samping menaikkan kadar
gula darah.
Itu sebabnya, obat penurun gula darah saja tak cukup. Biasanya, setelah obat steroid
dihentikan, suntik insulin juga akan dihentikan.
2. Memiliki berat badan berlebihan
Diabetesi yang juga obesitas sangat mungkin dianjurkan menggunakan insulin. Ini karena
mereka biasanya membutuhkan kadar insulin yang lebih banyak untuk memecah glukosa
menjadi energi.
Setelah berat badan kembali ideal, dokter mungkin akan kembali menyesuaikan dosisnya
atau malah menghentikannya.
3. Sedang mengalami penyakit infeksi akut
Mengalami penyakit infeksi dapat membuat kadar gula darah Anda meningkat. Jika itu yang
terjadi, dokter umumnya akan memberikan terapi insulin bagi pasien kencing manis tipe 2.
Namun, tak semua penyakit infeksi membuat penderita diabetes tipe 2 membutuhkan terapi
insulin. Sebaiknya diskusikan dulu pada dokter.
Apakah pasien diabetes harus suntik insulin seumur hidup?
Dosis dan frekuensi untuk suntik insulin, antara satu orang dengan yang lainnya bervariasi.
Menurut American Diabetes Association, umumnya penderita DM tipe 1 hanya perlu 2 atau
3-4 kali suntikan insulin sehari.
Ada juga yang membutuhkan 4-6 kali suntik dalam satu hari, terutama ketika kondisi
kesehatannya menurun misalnya karena sakit.
Namun, bagaimana dengan lamanya? Apakah penderita diabetes harus suntik insulin seumur
hidupnya?
Banyak yang menganggap, ketika Anda sudah diresepkan insulin suntik, maka selamanya
Anda harus melakukan suntik. Nyatanya, tidaklah demikian.
Berapa lama Anda harus suntik insulin sangat tergantung dengan perkembangan kondisi
masing-masing pasien. Umumnya, penderita diabetes tipe 2 tidak harus suntik insulin seumur
hidupnya.
Beberapa dari mereka bisa lepas suntik ketika kondisinya dianggap dokter telah mampu
tanpa insulin.
Akan tetapi, banyak juga yang harus memakainya hingga bertahun-tahun akibat penyakit
komplikasi diabetes yang muncul.
Lantas, bagaimana dengan diabetesi tipe 1? Sayangnya, hingga kini terapi insulin masih
menjadi pengobatan utama untuk mengontrol gula darah pada DM tipe 1.
Tak mampunya tubuh memproduksi insulin sama sekali membuat mereka harus
menggunakan insulin suntik seumur hidup.
Harapan baru pasien diabetes tipe 1 untuk bebas suntik
insulin
Pada tahun 2013, sekelompok peneliti dari University of Geneva yang dipimpin oleh Roberto
Coppari menemukan bahwa insulin bukanlah elemen vital untuk seorang diabetesi bertahan
hidup.
Mereka menemukan bahwa leptin, suatu hormon yang mengatur cadangan lemak dan nafsu
makan, dapat membantu orang diabetes terbebas dari suntik insulin.
Dengan leptin, mereka yang memiliki kekurangan insulin mampu bertahan dengan kadar
gula yang juga stabil.
Terdapat dua manfaat yang diberikan oleh leptin, yaitu tidak memicu penurunan kadar gula
darah sampai di bawah normal sehingga menyebabkan hipoglikemia dan memiliki efek
lipolitik alias menghancurkan lemak.
Sayangnya, untuk saat ini penggunaan leptin sebagai cara mengatasi diabetes masih terbatas
pada pengujian di laboratorium saja.
Namun, penemuan ini membuka peluang penderita diabetes tipe 1 untuk bisa terbebas dari
suntik insulin seumur hidup.
Diabetes pada Anak, Ketahui Penyebab,
Gejala, dan Cara Mengatasinya

Penyakit diabetes tidak hanya menyerang orang dewasa, tetapi juga pada anak. Ini adalah
kondisi kadar gula dalam darah tinggi dan bisa membahayakan kesehatan. Berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kasus diabetes pada anak di
tahun 2014 mencapai 1000 kasus. Berikut penjelasan seputar kondisi diabetes pada anak.
Diabetes melitus pada anak
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik pada anak yang sifatnya kronik dan
mengganggu tumbuh kembang anak. Ada dua jenis diabetes, yaitu tipe 1 dengan jumlah
kadar insulin rendah karena kerusakan sel pankreas. Sementara diabetes tipe 2 disebabkan
oleh resistensi insulin.
Tipe diabetes pada anak

Seperti yang dijelaskan sebelumnya, diabetes memiliki dua jenis, yaitu tipe 1 dan 2. Berikut
penjelasan lengkapnya:
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang sering terjadi pada anak dan remaja. Namun tidak
menutup kemungkinan, diabetes tipe 1 juga bisa menyerang bayi, balita, sampai orang
dewasa.
Kondisi ini terjadi akibat kelainan autoimun, ketika sistem kekebalan tubuh anak merusak
pankreas sehingga fungsi pankreas terganggu.
Beberapa faktor risiko diabetes tipe 1 pada anak yaitu:
 Genetik
 Infeksi virus
 Pola makan tidak sehat
Pola makan di atas termasuk mengonsumsi makanan atau minuman manis, seperti es krim,
jus, dan minuman kemasan.

Diabetes tipe 2
Sementara itu untuk diabetes tipe 2, disebabkan oleh resistensi insulin. Ini adalah kondisi sel
tubuh kesulitan menggunakan infulit untuk memanfaatkan gula darah sebagai energi.
Diabetes tipe 2 bisa terjadi karena tubuh kekurangan produksi insulin yang membuat kadar
gula meningkat.
Berikut faktor risiko diabetes tipe 2:
 Riwayat keluarga dengan kondisi diabetes tipe 2
 Obesitas pada anak
 Gaya hidup yang kurang baik seperti sering mengonsumsi makanan berlemak dan
jarang bergerak
Pada anak, diabetes tipe 2 bisa terjadi saat ia berusia 10 tahun atau di usia remaja.
Gejala diabetes pada anak

Sekilas, gejala diabetes tipe 1 dan 2 sulit dibedakan karena keduanya memiliki tanda yang
mirip. Namun biasanya diabetes pada anak memiliki gejala seperti:
 Nafsu makan meningkat
 Terlihat lesu dan tidak bertenaga meski makan dengan porsi besar
 Warna kulit menghitam
 Muncul luka yang sulit sembuh
 Berat badan turun
Mengutip dari Mayo Clinic, berat badan turun bisa terjadi pada anak diabetes karena tidak
ada pasokan energi dari gula. Ini membuat jaringan otot dan simpanan lemak menyusut. Ini
adalah tanda awal dari diabetes pada anak.
Perawatan pada anak dengan diabetes

Sebagai orangtua, penting untuk memantau perkembangan anak dengan kondisi diabetes.
Anda harus memerhatikan asupan makanan, kadar gula darah agar tetap seimbang. Untuk
memudahkan, berikut beberapa cara untuk merawat anak yang mengalami diabetes.
Pantau kadar gula darah anak agar tetap normal
Pemantauan kadar gula darah secara rutin adalah cara utama mengelola gejala diabetes pada
anak. Anda harus memastikan anak mendapatkan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin.
Sebaiknya Anda memang memiliki alat untuk memeriksa kadar gula darah di rumah untuk
mempermudah pemeriksaan.
Pemeriksaan kadar gula darah dapat dilakukan lewat tes darah sederhana dengan tusukan
kecil di ujung jari.
Selain itu, ada cara terbaru untuk memantau kadar gula darah, yaitu dengan monitoring
glukosa berkelanjutan atau Continuous glucose monitoring (CGM). Cara ini mungkin paling
efektif untuk orang-orang yang menunjukkan gejala gula darah turun drastis (hipoglikemia).
CGM ditempelkan pada tubuh dengan menggunakan jarum halus tepat di bawah kulit, yang
akan memeriksa kadar gula darah setiap beberapa menit.
Namun, CGM dianggap belum seakurat pemantauan gula darah biasa. Jadi CGM bisa
menjadi alat tambahan, tapi bukan untuk menggantikan pemantauan gula darah biasa.
Pelajari jenis dan cara pakai insulin
Diabetes tipe 1 pada anak adalah kondisi di mana pankreas anak tidak berfungsi lagi untuk
memproduksi hormon insulin. Karena itu, anak memerlukan pengganti insulin.
Orangtua harus tahu dosis dan jenis insulin yang bisa digunakan si kecil. Anda juga perlu
mengetahui bagaimana cara memberikan perawatan insulin untuk anak.
Ada beberapa jenis insulin yang bisa digunakan, diantaranya:
Insulin kerja cepat
Terapi insulin seperti lispro (Humalog), aspart (NovoLog) dan glulisine (Apidra) bekerja
sangat cepat dalam menurunkan kadar gula darah tubuh. Oleh karena itu, digunakan 15 menit
sebelum makan. Namun, efeknya tidak bertahan lama.
Insulin kerja singkat
erapi insulin seperti insulin yang sebenarnya (Humulin R) yang menurunkan kadar gula
darah dengan cepat, tapi tak secepat insulin kerja cepat. Biasanya, insulin ini diberikan 30-60
menit sebelum makan.
Insulin kerja sedang
Terapi seperti insulin NPH (Humulin N) mulai bekerja dalam waktu sekitar satu jam,
puncaknya sekitar enam jam dan terakhir 12 sampai 24 jam.
Insulin kerja panjang
Terapi insulin glargine (Lantus) dan detemir (Levemir) bisa bekerja selama seharian. Oleh
karena itu insulin ini lebih banyak digunakan ketika malam hari dan hanya satu kali saja per
hari. Biasanya, insulin kerja panjang akan dikombinasikan dengan insulin kerja cepat dan
insulin kerja singkat.
Cara pemberian insulin yang paling umum adalah lewat suntikan (jarum suntik atau pena).
Namun, suntikan insulin dengan pena belum disediakan untuk anak-anak.
Selain lewat suntikan, insulin juga dapat diberikan lewat pompa insulin. Pompa ini berupa
perangkat elektronik kecil yang ukurannya sebesar ponsel. Pompa ini mudah dibawa,
disangkutkan di sabuk, atau disimpan dalam saku celana.
Pompa ini akan menyalurkan insulin ke dalam tubuh Anda yang bereaksi secara cepat
melalui tabung kecil fleksibel (kateter) di bawah kulit perut Anda dan disimpan di
tempatnya.
Perhatikan asupan makanan si kecil sehari-hari
Memahami apa dan berapa banyak makanan yang harus diberikan pada anak dengan diabetes
sangat penting. Namun, jangan menyuruh anak melakukan diet khusus untuk pasien diabetes.
Hal ini akan membuat anak mudah stres karena pilihan makanan yang cenderung itu-itu saja
dan akan terasa hambar baginya.
Sama seperti anak-anak sehat lainnya, anak yang memiliki diabetes juga masih tetap
membutuhkan banyak nutrisi dari menu makanan yang bervariasi.
Makanan untuk anak diabetes sama seperti yang lain, seperti buah-buahan, sayuran, makanan
yang tinggi nutrisi, rendah lemak, serta kalori dalam batas wajar.
Usahakan seluruh keluarga Anda makan makanan yang sama dengan si kecil. Jangan
membeda-bedakan menu makanannya. Anda dan sekeluarga mungkin hanya harus
mengonsumsi lebih sedikit produk hewani dan makanan manis.
Ajak anak berolahraga secara teratur
Ajak anak untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur dan jadikan itu sebagai bagian dari
rutinitas harian.
Anda bisa mengajak anak bermain kejar-kejaran di halaman rumah, keliling kompleks naik
sepeda, jogging sambil ajak anjing peliharaan jalan-jalan, atau berenang dapat menjadi
pilihan aktivitas yang seru untuk anak.
Namun, ingat bahwa aktivitas fisik juga dapat menurunkan gula darah, sehingga akan
memengaruhi kadar gula darahnya hingga 12 jam setelah berolahraga.
Bila anak Anda memulai aktivitas baru, periksa gula darah anak lebih sering dari biasanya
sampai Anda belajar bagaimana tubuhnya bereaksi terhadap aktivitas tersebut.
Cara memberi pemahaman tentang diabetes pada anak

Menjelaskan kondisi penyakit pada anak memang cukup membingungkan. Namun sebagai
orangtua, Anda tetap perlu menjelaskan tentang kondisi yang sedang dialami oleh anak.
Berikut panduan untuk menjelaskan diabetes pada anak:
 Ajak anak bicara sesuai dengan usia dan pemahamannya
 Libatkan pembicaraan dengan keluarga
 Gunakan bahasa yang lebih mudah dimengerti
 Beri waktu agar anak lebih mengerti
Dalam memberi pengertian pada anak, ia perlu waktu untuk mengerti dan mencerna
pengetahuan baru.
Diabetes Tipe 2, Kenali Gejala, Penyebab,
dan Pengobatannya

Diabetes tipe 2 adalah jenis diabetes melitus yang menyebabkan kadar gula darah tinggi yang
umumnya disebabkan pola hidup yang tidak sehat.
Penyakit ini juga disebut adult-onset diabetes karena biasanya menyerang orang dewasa atau
lansia.
Namun, tidak menutup kemungkinan untuk menyerang orang yang berusia muda karena
sejumlah faktor risikonya.
Ketahui gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan diabetes tipe 2 dalam ulasan berikut.

Apa itu diabetes tipe 2?


Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) adalah kondisi yang ditandai dengan kadar gula darah
yang melebihi batas normal.

Pada diabetes tipe 1, tingginya kadar gula darah disebabkan oleh organ pankreas yang tidak
dapat memproduksi hormon insulin secara optimal.
Sementara itu, diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi karena sel-sel tubuh yang tak lagi peka
terhadap insulin sehingga kesulitan mengubah glukosa menjadi energi.
Dengan kata lain, pankreas tetap memproduksi insulin pada orang yang memiliki DM tipe 2,
tapi tubuh tak lagi sensitif terhadap keberadaannya.
Jika gula darah dibiarkan terus tinggi, penderita berisiko mengalami komplikasi diabetes
yang memengaruhi sistem saraf, jantung, ginjal, mata, pembuluh darah, serta gusi dan gigi.
Tanda dan gejala diabetes tipe 2
Diabetes melitus tipe 2 sering tidak bergejala.
Banyak orang yang malah tidak menyadari kalau dirinya terkena penyakit ini selama
bertahun-tahun sekalipun gejalanya sudah muncul.
Berikut ini ciri-ciri diabetes tipe 2 yang harus Anda waspadai.
 Buang air kecil terus-menerus.
 Sering haus dan minum lebih banyak.
 Cepat lapar meskipun sudah makan banyak.
 Berat badan turun tanpa sebab yang jelas.
 Luka sulit sembuh dan mudah terkena infeksi.
 Masalah kulit, seperti gatal-gatal dan kulit kehitaman, terutama bagian lipatan ketiak,
leher, dan selangkangan.
 Gangguan penglihatan seperti pandangan kabur.
 Tangan dan kaki sering sakit, kesemutan, dan kebas (mati rasa).
 Disfungsi seksual, seperti gangguan ereksi.
Kapan saya harus periksa ke dokter?

Jika memiliki tanda atau ciri-ciri diabetes tipe 2 yang disebutkan di atas, segeralah
berkonsultasi ke dokter Anda.
Tubuh setiap orang bisa menunjukan reaksi yang berbeda-beda sehingga gejala yang muncul
bisa berbeda.
Konsultasikan dengan dokter Anda untuk menentukan tindakan terbaik untuk mengatasinya.
Penyebab dan faktor risiko diabetes tipe 2
Menurut studi American Diabetes Association, diabetes melitus tipe 2 umumnya disebabkan
oleh resistensi insulin, yaitu kondisi ketika sel-sel kebal terhadap hormon insulin.
Ketika resistensi insulin terjadi, semakin banyak insulin yang Anda butuhkan agar kadar gula
(glukosa) dalam tubuh bisa tetap stabil.
Untuk mengimbangi kadar glukosa yang melimpah dalam aliran darah, sel-sel penghasil
insulin di pankreas (sel beta) akan menghasilkan insulin yang lebih banyak.
Hal ini bertujuan agar semakin banyak insulin yang dihasilkan, semakin banyak pula glukosa
yang diproses menjadi energi.
Sayangnya, kemampuan sel beta lama-lama akan menurun karena terus-menerus “dipaksa”
menghasilkan insulin.
Akibatnya, kadar gula darah yang tinggi semakin tidak terkendali sehingga menyebabkan
diabetes.
Umumnya, kondisi resistensi insulin ini bisa terjadi akibat beberapa hal, termasuk kelebihan
berat badan (obesitas) dan faktor genetik.
Siapa yang lebih berisiko terkena diabetes tipe 2?

Beberapa hal yang dapat meningkatkan risiko Anda mengalami penyakit diabetes melitus
tipe 2 seperti berikut ini.
1. Riwayat keluarga
Risiko mengalami penyakit ini semakin besar jika orang tua atau saudara kandung Anda juga
memiliki diabetes tipe 2.
Dibandingkan dengan diabetes tipe 1, diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan yang lebih
kuat dengan riwayat dan keturunan keluarga.
2. Umur
Bertambahnya usia akan meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit ini, khususnya
setelah umur 45 tahun.
Hal ini kemungkinan bisa terjadi akibat orang-orang pada usia ini yang cenderung kurang
bergerak, kehilangan massa otot, dan mengalami pertambahan berat badan.
Selain itu, proses penuaan dapat mengakibatkan penurunan fungsi sel beta pankreas sebagai
penghasil hormon insulin untuk mengatur kadar gula darah.
3. Berat badan
Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berisiko 80 kali lebih mungkin terkena
penyakit ini ketimbang orang yang memiliki berat badan ideal.
4. Gaya hidup sedentari
Sedentari adalah pola perilaku minim aktivitas atau gerakan fisik. Anda mungkin lebih akrab
mengenalnya dengan istilah mager alias malas gerak.
Padahal, aktivitas fisik membantu Anda mengontrol berat badan, menggunakan glukosa
sebagai energi, dan membuat sel-sel tubuh semakin sensitif terhadap insulin.
Alhasil semakin pasif aktivitas Anda, maka semakin besar risiko untuk mengalami diabetes
tipe 2.
5. Prediabetes
Prediabetes adalah kondisi saat kadar gula darah Anda lebih tinggi dari normal, tetapi belum
cukup tinggi untuk diklasifikasikan sebagai diabetes.
Kondisi ini umumnya tidak menimbulkan gejala yang berarti sehingga sulit untuk Anda
deteksi.
6. Diabetes kehamilan
Ibu hamil yang pernah mengalami diabetes saat hamil (diabetes gestasional) dan sembuh
memiliki kemungkinan tinggi terkena penyakit ini di kemudian hari.
7. Sindrom ovarium polikistik (PCOS)
PCOS erat kaitannya dengan resistensi insulin. Sejumlah kondisi medis lain juga berisiko
menyebabkan penyakit ini, seperti pankreatitis, sindrom Cushing, dan glukagonoma.
8. Obat-obatan tertentu
Obat steroid, statin, diuretik, dan beta-blocker merupakan beberapa jenis obat yang dapat
memengaruhi kadar gula dalam darah dan berisiko menyebabkan diabetes tipe 2.
ARTIKEL TERKAIT
PENYAKIT DIABETES
Penyebab Diabetes Paling Umum, dari Faktor Genetik hingga Pola Makan

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang mengganggu kemampuan tubuh dalam mengolah gula (glukosa) darah
menjadi energi. Diabetes ditandai dengan tingginya kadar gula darah. Berbagai hal, mulai dari faktor genetik hingga
gangguan hormon insulin, dapat menjadi penyebab dari diabetes melitus.  Ada pula berbagai faktor risiko yang membuat
seseorang menjadi lebih rentan terkena penyakit diabetes melitus. Apa saja […]
Komplikasi dari diabetes tipe 2
Apabila penyakit ini tidak segera Anda tangani, ada sejumlah komplikasi diabetes tipe 2
yang mungkin terjadi seperti berikut ini.
 Penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit arteri koroner dengan nyeri dada
(angina), penyakit jantung, stroke, penyempitan arteri (aterosklerosis), dan tekanan darah
tinggi.
 Neuropati atau kerusakan saraf, pada pasien diabetes bisa memengaruhi bagian kaki
dan saluran pencernaan.
 Retinopati diabetik atau kerusakan berat pada penglihatan, seperti katarak glaukoma
dan kebutaan.
 Nefropati, kondisi terjadinya kerusakan atau penyakit ginjal yang bisa berujung pada
gagal ginjal.
 Diabetic foot atau kaki diabetes, yang terjadi saat goresan dan luka kaki bisa menjadi
infeksi serius, yang susah diobati dan dapat berakibat amputasi kaki.
Selain itu, diabetes tipe 2 dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh, termasuk pembuluh darah arteri kaki.
Apabila terjadi penyumbatan berat dan serius pada arteri kaki, hal ini dapat menyebabkan
kematian jaringan pada kaki yang berujung pada gangren diabetik.
Diagnosis diabetes tipe 2
Dokter dapat mendiagnosis penyakit diabetes tipe 2 melalui pemeriksaan kadar gula darah.
Hasil pemeriksaan gula darah nantinya akan dokter analisis di laboratorium.
Meskipun cek gula darah dapat Anda lakukan secara mandiri di rumah, untuk hasil yang
lebih akurat sebaiknya pemeriksaan dilakukan di rumah sakit atau klinik.
Berikut ini adalah sejumlah tes gula darah untuk mendiagnosis penyakit diabetes tipe 2.
 Tes gula darah sewaktu yaitu tes gula darah yang bisa dilakukan kapan saja.
 Tes gula darah puasa untuk pemeriksaan gula darah dilakukan setelah berpuasa 8 jam.
 Tes HbA1c yaitu tes pengukuran kadar gula darah rata-rata dalam 3 bulan terakhir.
 Tes toleransi glukosa adalah tes dilakukan setelah 2 jam mengonsumsi larutan gula
yang mengandung 75 gram glukosa dan berpuasa 8 jam terlebih dahulu.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lainnya, seperti pemeriksaan insulin C-
peptida untuk mengukur insulin, tekanan darah, serta kolesterol dan trigliserida.
Pengobatan diabetes tipe 2

Sebelum melakukan berbagai pengobatan, Anda perlu memahami bahwa diabetes tipe 2
merupakan sebuah kondisi yang tidak bisa disembuhkan.
Meski begitu, Anda masih bisa mengelolanya agar tetap hidup sehat dan normal. Pengobatan
diabetes ini lebih berfokus pada perubahan pola hidup menjadi lebih sehat.
Beberapa hal di bawah ini umumnya akan dokter anjurkan untuk mengendalikan gula darah
pada pasien penyakit kencing manis tipe 2.
1. Diet sehat

Dokter akan memberikan rekomendasi pola makan sehat. Pasien diabetes perlu menghindari
makanan tinggi gula dan memilih makanan dengan indeks glikemik rendah.
Makanan dengan indeks glikemik rendah ini membutuhkan proses pemecahan karbohidrat
menjadi glukosa lebih lama, sehingga tidak menimbulkan lonjakan kadar gula darah.
2. Olahraga

Selain mengatur pola makan, pengobatan diabetes tipe 2 bisa Anda lakukan dengan
memperbanyak aktivitas fisik, salah satunya dengan berolahraga rutin.
Anda sebaiknya melakukan olahraga secara teratur, minimal 30 menit sebanyak 5 kali dalam
seminggu atau total 150 menit dalam seminggu.
3. Minum obat secara teratur

Jika kedua cara di atas tidak bekerja efektif dalam menjaga kadar gula darah, dokter biasanya
akan meresepkan obat diabetes untuk membantu mengendalikan kadar gula darah.
Dokter mungkin akan memberikan satu jenis obat saja atau kombinasi obat, sesuai dengan
kondisi tubuh Anda.
4. Terapi insulin

Tidak semua penderita diabetes memerlukan terapi insulin. Dokter akan meminta Anda
melakukan suntik insulin jika obat diabetes tidak memberikan perbaikan yang signifikan.
Terapi insulin bisa hanya dokter berikan dalam jangka pendek, terutama ketika diabetesi
sedang mengalami stres.
ARTIKEL TERKAIT
PENYAKIT DIABETES

Ditinjau secara medis oleh dr. Jimmy Tandradynata, Sp.PD • 4 hari lalu
Pengobatan di rumah untuk diabetes tipe 2
Walaupun tidak bisa disembuhkan, diabetes merupakan kondisi yang bisa Anda rawat dan
kendalikan dengan melakukan perubahan gaya hidup secara disiplin.
Selain cara pengobatan yang telah disebutkan di atas, perawatan diabetes rumahan berikut ini
juga perlu Anda lakukan agar kadar gula darah tetap normal.
 Menjaga kadar gula darah tetap normal dan lakukan cek gula darah secara rutin.
 Menjaga berat badan ideal dengan target indeks massa tubuh 18,5 atau kurang dari
23.
 Mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang, meliputi serat, karbohidrat,
protein, lemak baik, vitamin, dan mineral.
 Berhenti merokok dan kurangi minuman beralkohol.
Di samping itu juga, dokter menyarankan pasien diabetes untuk melakukan konsultasi
setidaknya setiap 3 bulan sekali.
Dokter akan melakukan sejumlah pemeriksaan, meliputi:
 kulit dan bentuk tulang pada kaki,
 telapak kaki mati rasa atau tidak,
 tekanan darah,
 kesehatan mata, dan
 tes HbA1c, setiap 3–6 bulan jika diabetes terkontrol dengan baik.
Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan ke dokter untuk pemahaman
dan solusi terbaik sesuai kebutuhan Anda.
Anda atau keluarga hidup dengan diabetes?

Anda mungkin juga menyukai