Anda di halaman 1dari 15

ATP, WTP, DAN FTP

Disusun oleh :

Najwa Fadhilah Saleh (K011191002)

Salsabila Tarisa (K011191015)

Khairunnisa Assyarifah (K011191217)

DEPARTEMEN ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN

JURUSAN KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya
terutama nikmat kesempatan dan kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan makalah mata
kuliah “Ekonomi Kesehatan”. Shalawat serta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni Al-Qur’an dan sunnah untuk
keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Ekonomi Kesehatan Program
Studi Kesehatan Masyarakat pada Universitas Hasanuddin mengenai ATP, WTP, dan FTP.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada segenap pihak
yang telah membantu dan menjadi referensi selama penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa terdapat banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Makassar, 17 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................4
1.3 Tujuan......................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 DefinisI ATP..............................................................................................6
2.2 Konsep ATP..............................................................................................6
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi ATP.............................................................7
2.4 Pengeluaran ATP.......................................................................................7
2.5 Formula ATP.............................................................................................8
2.6 Definisi WTP.............................................................................................9
2.7 Konsep WTP..............................................................................................9
2.8 Faktor Yang Mempengaruhi WTP..........................................................10
2.9 Pengeluaran WTP....................................................................................11
2.10Formula WTP.........................................................................................12
2.11Definisi FTP...........................................................................................12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................................13
3.2 Saran........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14
LAMPIRAN

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


WHO menjelaskan sistem kesehatan adalah seluruh kegiatan yang dilakukan dengan
tujuan meningkatkan dan memelihara kesehatan warga negara. Indonesia memiliki
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang merupakan acuan dalam penyusunan dan
pelaksanaan pembangunan kesehatan. Pemerintah telah mencanangkan Kesehatan bagi
semua, terutama dalam pembiayaan kesehatan yang tertuang dalam UU No. 40 Tahun
2004 tentang SJSN. Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (UU SJSN), merupakan kebijakan untuk memenuhi hak setiap warga negara
agar bisa hidup layak dan bermartabat menuju tercapainya tingkat kesejahteraan yang
diharapkan. Hal ini sesuai dengan pengertian jaminan sosial, yang diartikan sebagai
perlindungan yang dirancang oleh pemerintah, untuk melindungi warga negara terhadap
risiko kematian kesehatan, pengangguran, pensiun, kemiskinan, dan kondisi pekerjaan
yang tidak layak. Pada tahun 2014, pemerintah Indonesia menerapkan sistem Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) bagi setiap penduduknya. Sistem ini diberlakukan secara
bertahap dan ditargetkan pada tahun 2019 dapat mencakup seluruh penduduk Indonesia
(BPJS Kesehatan, 2017).
Salah satu indikator derajat kesehatan hasil Rapat Kerja Kesehatan Nasional pada
tahun 2014 adalah Umur Harapan Hidup 70,07 tahun, dengan rangking Human
Development Indeks urutan 108 dari 187 negara. Termasuk di dalamnya biaya
pengeluaran untuk pelayanan kesehatan sebesar 643.360 perbulan yang terekam dalam
ability to pay dan willingness to pay people, not compulsion to pay (Forced to pay).
1.2 Rumusan Masalah
1.2. 1 Definisi ATP
1.2. 2 Konsep ATP
1.2. 3 Faktor Yang Mempengaruhi ATP
1.2. 4 Pengeluaran (Output) ATP
1.2. 5 Formula ATP
1.2. 6 Definisi WTP
1.2. 7 Konsep WTP
1.2. 8 Faktpr-Faktor Yang Mempengaruhi WTP
1.2. 9 Pengluaran WTP
1.2. 10 Formula WTP
1.2. 11 Definisi FTP
1.3 Tujuan
4
1.3.1 Mengetahui Definisi ATP, WTP, dan FTP
1.3.2 Mengetahui Konsep ATP dan WTP
1.3.3 Mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ATP dan WTP
1.3.4 Mengetahui Pengeluaran ATP dan WTP
1.3.5 Mengetahui Formula ATP dan WTP

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi ATP

Secara umum istilah Ability to Pay (ATP) merupakan salah satu prinsip pemungutan
pajak. Prinsip ini menyatakan pajak harus dipungut secara adil dengan memastikan
beban yang ditanggung harus mencerminkan kemampuan ekonomi wajib pajak untuk
menanggung beban tersebut dibandingkan dengan wajib pajak lain. Selain itu, ability to
pay juga digunakan dalam perbankan dalam produk pembiayaan, pinjaman, maupun
kredit. Dalam perbankan, kemampuan membayar disebut juga capability.

Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa


pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Pendekatan
yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada alokasi biaya untuk transportasi
dari pendapatan rutin yang diterimanya. Dengan kata lain Ability To Pay adalah
kemampuan masyarakat dalam membayar ongkos perjalanan yang dilakukannya(Tamim,
1999; Tamin et al., 1999).

Menurut Kementerian Kesehatan, ATP adalah besarnya dana yang sebenarnya


dipergunakan untuk membiayai kesehatan suatu keluarga dengan menggunakan
pendekatan pendapatan keluarga dan alokasinya. Pendekatan lain dengan mengkonversi
pengeluaran keluarga untuk tembakau, alkohol dan sirih ditambah pengeluaran untuk
kesehatan, termasuk biaya pengobatan alternatif. Pengeluaran jenis ini dapat diasumsikan
sebagai ATP keluarga terhadap program atau layanan kesehatan.

2.2 Konsep ATP

Konsep ATP dikembangkan dari perspektif coping strategic. Strategi ini mencakup
berbagai upaya yang dilakukan individu atau keluarga dalam memobilisasi sumberdaya
yang sifatnya tidak rutin (nonroutine resources) untuk membayar suatu produk atau jasa
yang mereka perlukan. Dalam bidang kesehatan, konsep ATP digunakan untuk
mengetahui kemampuan individu membayar suatu program atau pelayanan kesehatan.
Penelitian mengungkapkan coping strategic oleh individu, yang merefleksikan ATP
antara lain : meminjam uang, menjual hasil pertanian, menggunakan uang tabungan,

6
menjual barang berharga, mencari bantuan donor, menunda pembayaran, bahkan
mengemis.

Menilai ATP masyarakat terhadap iuran jaminan kesehatan, bertujuan untuk melihat
seberapa besar besar kemampuan masyarakat untuk membeli produk tersebut. ATP ini
merupakan factor penting dalam mengembangkan system jaminan kesehatan dan
menjadi pertimbangan utama dalam menetapkan besarnya iuran atau premi.

2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi ATP

Russel menyatakan, faktor yang berpengaruh ketika individu atau keluarga


menghadapi situasi yang tiba-tiba seperti sakit, maka kemampuan keluarga untuk
mengatasi biayanya secara umum akan tergantung beberapa determinan seperti:

1. Sifat alami penyakit, frekuensi, lama sakit dan besarnya biaya yang diperlukan
2. Berbagai sumberdaya yang tersedia dalam rumah tangga, bisa berupa uang tunai, aset,
pendidikan, kemampuan untuk mengorganisir sumberdaya secara efektif, investasi, dan
tagihan piutang, dan
3. Respon keluarga, yakni keputusan untuk memobilisasi sumberdaya atau tidak.
Teori Steven Russel, menilai ATP dari seluruh aset dan pendapatan yang bisa
didapatkan oleh keluarga, termasuk pendapatan ilegal. Semakin banyak aset dan
pendapatan, semakin besar ATP. Teori ini tidak secara langsung menilai ATP untuk
iuran jaminan kesehatan, tetapi memberikan gambaran, bagaimana rumah tangga
mengalokasikan sumberdaya untuk kesehatan dan dampak pengambilan keputusan
tersebut terhadap kesejahteraan keluarga. Informasi ini, bisa menjadi dasar bagi
pemilihan formula / penilaian ATP yang tepat bagi penelitian selanjutnya yang
menggunakan pendekatan survei atau data sekunder.
2.4 Pengeluaran ATP

Penelitian di Indonesia, pendekatan untuk menghitung ATP, berbeda dengan teori


Steven Russel di atas. ATP tidak dinilai dari besarnya pendapatan dan aset semata, tapi
juga menghitung besarnya pengeluaran. Berdasarkan pengeluaran, ATP masyarakat
secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

1. ATP belanja bukan makanan (non food expenditure) biasanya diukur secara
bulanan dan tahunan., contohnya belanja untuk kesehatan

7
2. ATP belanja bukan pokok (non essential expenditure) seperti belanja rokok,
tembakau, sirih, minuman beralkohol, kosmetik dan hiburan
3. ATP belanja pokok (essential expenditure) seperti belanja untuk makanan, sewa
rumah dan pakaian.
2.5 FormulaATP

Steven Russel bependapat, pendekatan kualitatif lebih tepat untuk mengetahui ATP
keluarga terhadap pelayanan kesehatan. Pendekatan ini dapat memberikan gambaran
yang lebih lengkap tentang kemampuan finansial, termasuk mengekplorasi secara detil
dilema, prioritas dan keputusan-keputusan dan akibatnya bagi keluarga. Studi seperti ini
bermanfaat bagi pengambil kebijakan untuk mengidentifikasi kelompok masyarakat yang
tidak memiliki kemampuan membiayai pelayanan kesehatan. Studi kuantitatif, melalui
survei juga bisa dilakukan untuk mengetahui ATP masyarakat terhadap iuran jaminan
kesehatan, seperti Ritanenny di Sukabumi, Nirmala di Bali dan Djuhaeni dkk, di Kota
Bandung. ATP dinilai dari besarnya pendapatan dan konversi belanja keluarga untuk
kesehatan, rokok, tembakau, alkohol dan sirih. Di bidang lain selain kesehatan, ATP juga
bisa dinilai dengan menanyakan langsung kepada responden, berapa sebenarnya
kemampuannya untuk membayar suatu produk atau jasa, yang dikenal dengan revealed
ATP.

Pendekatan yang lebih praktis untuk menilai ATP adalah, dengan menggunakan
data sekunder, seperti hasil Survey Sosial dan Ekonomi Nasional/Susenas, yang
dilakukan oleh BPS. Susenas menghasilkan data seperti pendapatan dan pola konsumsi
keluarga. Terdapat berbagai formua yang dapat digunakan untuk menghitung ATP,
beberapa di antaranya adalah, 10% dari disposible income, yakni pendapatan dikurangi
pengeluaran untuk pangan, atau 50% dari pengeluaran rokok ditambah pengeluaran non
pangan, atau 5% dari total pengeluaran. Ritanenny menggunakan formula 5% dari
pengeluaran non makanan, sedangkan Nirmala menerapkan formula 5% dari pendapatan
rata-rata bulanan kelarga dibagi jumlah anggota keluarga.

Menurut Gani (1999):

ATP = Jumlah rata-rata pendapatan - jumlah rata- rata pengeluaran : Jumlah rata-
rata tanggungan.

Menurut Gani (1997):

8
 ATP = 5% pengeluaran non makanan
 ATP = Setara dengan pengeluaran RT tidak masuk akal
- Pengeluaran untuk rokok, alkohol dan jajan
- Pengeluaran untuk rekreasi, hiburan atau pesta
2.6 Definisi WTP
Willingness to pay adalah nilai ekonomi dianggap sebagi pengukuran jumlah
maksimun seseorang yang berkeinginan dan mengorbankan barang dan jasa yang dia
miliki untuk memperoleh barang atau jasa dalam memperoleh barang atau jasa yang
lainnya. Keinginan seseorang terhadap barang ataupun jasa yang dihasilkan oleh sumber
daya alam dan lingkungan disebut willingness to pay.
Willingness to pay diartikan sebagai harga tertinggi yang rela diibayarkan oleh
kpnsumen untuk mendapatkan manfaat dari suatu barang atau jasa, serta menjadikannya
tolak ukur seberapa besar konsumen menginginkan atau menghargai barang atau jasa
tersebut. Willing to pay atau kesediaan individu untuk membayar terhadap suatu kondisi
lingkungan atau penilaian terhadap sumberdaya alam dan jasa alam dalam rangka
memperbaiki kualitas lingkungan.
Ketersediaan membayar atau willingness to pay merupakan nilai yang bersedia
dibayarkan atas barang atau jasa yang diterima. Dalam lingkup kesehatan Willingness To
Pay dapat diartikan sebagai kesediaan masyarakat untuk menerima beban pemyaran jasa
pelayanan kesehatan, sesuai dengan jumlah yang telah ditetapkan.
2.7 Konsep WTP
Willingness to pay adalah harga maksimun dari suatu barang atau jasa yang
diinginkan pleh konsumen pada waktu tertentu. Sejatinya, willingness to pay ialah harga
dimana tingkat konsumen ang merefleksikan nilai, yang merupakan nilai barang dan jasa
serta pengorbanan untuk mendapatkannya. Willingness to pay dapat diartikan sebagai
refleksi nilai dari suatu barang atau jasa dan pengorbanan untuk mendapatkan yang dilihat
dari sudut padang konsumen. Dalam bidang pelayanan kesehatan, WTP digunakan untuk
mengetahui kepuasan konsumen dalam mendapatkan manfaat kesehatan dari biaya yang
telah dikeluarkan.
Nilai WTP dalam suatu populasi dapat diketahu dengan menggonakan metode
langsung ( direct method ) dengan menggunakan survey maupun secara tidak langsung
( indirect method) dengan melakukan perhitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas
yang telah terjadi. Pada sumber lain Robby mengemukakan untuk mengukur WTP juga

9
dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara mengamati dan menempatkan model
jasa pelayanan kesehatan di masa lalu dengan harga dari pengeluaran kesehatanya dan
wawancara langsung pada masyarakat terkait seberapa besar kemauan dan kemampuanya
dalam membayar jasa pelayanan kesehatan (Robbyl, 2017).
2.8 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi WTP
Besarnya nilai WTP dipengaruhi oleh berbagai hal. Faktor-faktor yang memoengaruhi
tersebut dianalisis berdasarkan dari preepsi peserta pengguna tariff pelayanan kesehatan
yaitu, dalam permasalahan kesehatan. Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi WTP,
yaitu :
a) Pihak Produsen
Pihak produsen diartikan sebagai pihak pemberi jasa pelayanan kesehatan
seperti rumah sakit. Semakin baik pelayanan yang diberiakna oleh produsen maka
nilai WTP akan semakin meningkat, dan akan menurun apabila konsumen merasa
pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan harapan.
b) Pihak Konsumen
Pihak konsumen adalah merupakan utilitas masyarakat pengguna jasa
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit. Utilitias berarti rasa puas
yang didapatkan seseorang pada waktu tertentu setelah memperoleh barang atau
jasa, sehingga dalam hal ini ketika masyarakat merasa puas dengan pelayanan
kesehatan yang diberikan maka masyarakat akan lebih rela untuk membayar.
Ada beberapa karakteristik yang mempengatuhi WTP dari sisi konsumen. Hal
ini dapat meningkatkan nilai WTP diantaranya ;:
1. Usia
Peserta yang berusia lebih lanjut akan memiliki kebutuhan yang semakin
banyak dan salah satu diantaranya adalah kebutuhan akan kesehatan.
Semakin berlanjut usia seseorang maka kebutuhannya akan kesehatan
semakin meningkat sehingga, menyebabkan individu tersebut rela untuk
membayar untuk biaya kesehatannya.
2. Penghasilan
Tingginya penghasilan seseorang dapat meningkatkan kemampuan
seseorang dalam membayar iuran asuransi kesehatan yang lebih tinggi
namun, dengan catatan pelayanan kesehatan yang sebanding. Kesehatan
termasuk sebagai kebutuhan tersier. Pada orang yang memiliki penghasilan

10
tinggi biasanya dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder tanpa
adanya hambatan. Hal ini akan mendorong kelompok ini untuk memenuhi
kebutuhan yang lebih lanjut yaitu tersier, sehingga kerelaan untuk
membayar lebih tinggi asalkan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
lebih layak. Berbeda dengan penghasilan tinggi, orang dengan penghasilan
rendah akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan primer sehingga mereka
akan lebih memilih untuk memprioritaskan kebutuhan pokok daripada
kebutuhan kesehatan.
3. Pendidikan
Pendidikan akan mempengaruhi motivasi seseorang dalam berperilaku
hidup sehat. Semakin tinggi jenjang pendidikan yang telah ditempuh akan
memudahkan untuk berpartisipasi dalam berbagai upaya peningkatan mutu
kesehatan, sehingga akan berdampak pada meningkatnya kemuan
membayar.
4. Jumlah Anggota Keluarga
Semakin banyak anggota keluarga maka semakin besar resiko, dan semakin
besar kerugian finansial yang akan dialami. Berbeda dengan yang
dikemukakan Lofgren, jumlah anggota keluarga akan berpengaruh pada
penurunan WTP. Semakin banyak anggota keluarga maka semakin banyak
kebutuhan kesehatan yang harus dipenuhi, dan semakin besar anggaran
yang harus dikeluarkan
c) Pihak Sarana dan prasarana
Saran dan prasaranan penyelenggara pelayanan kesehatan, meliputi kulitas dan
kuantitas alat-alat dan kelengkapan fasilitas kesehatan penunjang yang teredia.
2.9 Pengeluaran WTP
Rumusan mengenai kemamuan membayar atau willingness to pay suatu jasa dapat
ditinjauu dari dua hal, yang pertama, dengan mengamati dan menempatkan model
pemanfaatn jasa pelayanan kesehatan di masala lalu serta pengeluaran terhadap harga
pelayanan kesehatan dan yang kedua adalah melakukan wawancara secara langsung
kepada masyarakat mengenai seberapa besar kemampuan dan kemauan untuk membayar
paket atau jasa pelayanan kesehatan.
Kemauan membayar dapat dilihat dari pengeluaran sebenarnya yang selama ini telah
dibelanjakan unruk keperluan kesehatan. Willingness to pay juga dapat dilihat dari rata-

11
rata pengeluaran yang dilakukan masyarakat membayar biaya pelayanan kesehatan dapat
dilihat dari pengeluaran kesehatan riil dalam bentuk biaya obat, jasa pelayanan dan
transportasi.

2.10 Formula WTP


Kemauan membayar dianggap sebagai konsep yang bertujuan untuk memberikan
informasi kepada pihak pengambil keputusan dalam penetapan tariff. Seberapa besar
kemauan dan kemampuan membayar suatu jasa dapat dinilai melalui dua cara yaitu
dengan mengamati pemanfaatan pelayanan kesehatan yang lalu, dan mengamati respon
terhadap tarif, atau menanyakan langsung kepada masyarakat seberapa besar keinginan
mereka membayar suatu produk atau pelayanan kesehatan tertentu.Willingness to pay
mencangkup dua aspek yaitu :
1) WTP Aktual
WTP actual mencangkup pengeluaran yang telah dikeluarkan untuk mendapatkan
atau menerima pelayanan kesehatan. WTP aktual dihitung berdasarkan jumlah
pengeluaran rumah tangga untuk keperluan kesehatan. WTP aktual adalah biaya
yang diperoleh dari suatu hasil perhitungan berdasarkan atas pengeluaran nyata
untuk menghasilkan produk pada waktu tertentu.
WTP aktual = Tarif yang berlaku x jumlah rata-rata lama
2) WTP Normatif
WTP Normatif merupakan kemauan membayar dari masyarakat yang dapat
digunakan sebagai langkah awal untuk menetapkan asumsi bahwa harga yang
ingin dibayar oleh masyarakat mewakili nilai barang atau jasa pelayanan kesehatan
yang diberikan kepada masyarakat. WTP normatif diketahui dengan menanyakan
jumlah yang bersedia dibayarkan oleh responden/keluarga sesuai persepsi mereka
mengenai pelayanan kesehatan yang diterimanya. WTP normatif, diperoleh dengan
menanyakan langsung kepada pasien berapa yang bersedia dikeluarkan olehnya
jika mendapat pelayanan yang sesuai dengan harapan.
WTP normatif = Besar biaya yang ingin dibayar pasien berdasarkan
pelayanan kesehatan yang didapat

2.11 Definisi FTP

12
Keterpaksaan membayar (Forced To Pay) merupakan biaya yang telah dikeluarkan
oleh pasien tetapi tidak dalam keadaan mau membayar atau tarif pelayanan yang telah
dibayar ke provider sebenarnya berada di bawah kemampuannya untuk membayar (ATP)
pasien lebih kecil dari tarif.

FTP=Tarif > ATP dan WTP

Karena kemiskinan Indonesia sudah berkepanjangan, kenyataan adanya Forced To


Pay bagi orang yang menderita sakit, yang bukan keinginan atau kesalahan, sama sekali
belum ada keinginan atau kesalahannya, sama sekali belum menjadi perhatian
pemerintah.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. ATP adalah besarnya dana yang sebenarnya dipergunakan untuk membiayai
kesehatan suatu keluarga dengan menggunakan pendekatan pendapatan keluarga dan
alokasinya
2. Konsep ATP digunakan untuk mengetahui kemampuan individu membayar suatu
program atau pelayanan kesehatan
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi ATP yaitu, sifat alami penyakit, berbagai sumber
yang tersedia dalam rumah tangga, dan respon keluarga
4. ATP masyarakat dibagi menjadi tiga yaitu, ATP belanja bukan makanan, ATP
belanja bukan pokok, ATP belanja pokok
5. Rumus ATP yaitu, ATP = Jumlah rata-rata pendapatan - jumlah rata- rata
pengeluaran : Jumlah rata-rata tanggungan.
6. Willingness To Pay dapat diartikan sebagai kesediaan masyarakat untuk menerima
beban pemyaran jasa pelayanan kesehatan, sesuai dengan jumlah yang telah
ditetapkan
7. Faktor yang mempengaruhi WTP dapat dilihat dari tiga sudut pandang ayitu, pihak
produsen, pihak konsumen, dan sarana dan prasarana
8. Rumus WTP dibagi menjadi dua aspek yaitu WTP Aktual dengan formula WTP
aktual = Tarif yang berlaku x jumlah rata-rata lama
9. Rumus WTP Normatif Yaitu, WTP normatif = Besar biaya yang ingin dibayar
pasien berdasarkan pelayanan kesehatan yang didapat
10. Keterpaksaan membayar (Forced To Pay) merupakan biaya yang telah dikeluarkan
oleh pasien tetapi tidak dalam keadaan mau membayar
FTP=Tarif > ATP dan WTP

14
3.2 Saran
1. Bagi mahasiswa, semoga makalah ini dapat menjadi bahan bacaan mengenai ATP,
WTP, dan FTP dan membantu dalam memahami ATP,WTP, dan FTP
2. Bagi dosen, kami selaku penulis mengharapkan kritik yang membangun terhadap
makalah yang sudah kami buat

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Y,dkk. (Tanpa Tahun). Penentuan Tarif Berdasarkan Unit Cost, ATP, WTP, dan FTP
Pada Rumah Sakit Umum Anutapura Kota Palu. Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, FKM Unhas.

LISNAWATY, L., 2008. RASIONALISASI TARIF BERDASARKAN ANALISIS BIAYA


SATUAN, ATP, WTP DAN FTP SEBAGAI DASAR PEMBERIAN SUBSIDI SILANG
DI UNIT RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA (Doctoral dissertation, Universitas Hasanuddin).

Yulianto, B., Legowo, S.J., Atmojo, M.S., (2017). Analisis Potensi Demand Pada Sekolah
Serta Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Batik Solo Trans
(BST) Koridor Empat Di Surakarta. Matriks Tek. Sipil 5.

Zohra, Elia., Suryono, Rudi.S., & Kardarini, S.Nurlaily. (2019). Analisis Abillity To Pay
(ATP) dan Willingness To Pay (WTP) untuk Penetuan Tarif Pada Perencana
Angkutan Umum BRT di Kota Pontianak. 1-8.

15

Anda mungkin juga menyukai