Anda di halaman 1dari 5

The 5 Levels of Leadership 

(2011) mengungkap bagaimana karir dan kepemimpinan seseorang dapat


dibangun. Dari buku ini, Anda dapat memahami level kepemimpinan yang harus dilewati oleh setiap
orang, apa yang harus dilakukan di setiap level, dan bagaimana untuk naik ke level berikutnya. Kira-kira,
di level berapa kah Anda saat ini?

Siapa penulis buku ini?

John C. Maxwell adalah seorang pembicara, penulis, dan ahli dalam hal kepemimpinan. Ia adalah pendiri
dari EQUIP, sebuah organisasi non-profit yang telah memberikan pelatihan kepemimpinan di berbagai
Negara. John C. Maxwell telah menulis beberapa buku mengenai kepemimpinan dan organisasi.

Apa yang dibahas buku ini?

Cara untuk mencapai level puncak dalam kepemimpinan

Kepemimpinan seringkali dikaitkan dengan manajemen, padahal kepemimpinan dan manajemen adalah
sesuatu yang berbeda. Kepemimpinan bukanlah kemampuan untuk mengendalikan orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu, namun kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain
secara efektif.

Untuk dapat memimpin secara efektif, John C. Maxwell mengembangkan konsep 5 level kepemimpinan
yang dimulai dari Position (Jabatan), Permission (Kerelaan), Production (Produktivitas), People
Development (Pengembagan Orang Lain) dan Pinnacle (Puncak).
Dalam rangkuman ini, Anda akan dapat memahami cara memimpin di setiap level, serta bagaimana cara
untuk mencapai level puncak dalam kepemimpinan.

andy – bukan nama sebenarnya – begitu bangga dengan jabatan manager yang baru diterimanya.
Tidak hanya gaji, tunjangan dan fasilitas yang ikut naik. Ia pun kini memiliki seorang sekretaris yang
gesit. Ada satu hal lagi yang dibanggakannya, “Kini saya bisa perintah-perintah anak buah,
bahkan marahin mereka, hahaha… Itulah enaknya jadi pemimpin.”

Aha, rupanya Andi punya pola pandang tertentu tentang menjadi pemimpin. Sekarang, saya ajak
Anda menyimak pernyataan dari John C. Maxwell, “Hanya karena Anda memiliki posisi
kepemimpinan, itu tidak serta merta menjadikan Anda pemimpin yang hebat!”

Menjadi pemimpin tidak sama dengan menjadi seorang diktator. Menjadi pemimpin sejati tidak
sama dengan menjadi pemimpin gerak jalan atau baris-berbaris, yang anak buah secara otomatis
pasti mengikuti segala perintah. Tidak aneh jika Maxwell mendefinisikan kepemimpinan adalah
pengaruh – tidak lebih, tidak kurang (leadership is influence – nothing more, nothing less). Dengan
demikian, pemimpin adalah orang yang berpengaruh.

Bertolak dari definisi kepemimpinan adalah pengaruh, Maxwell hendak memisahkan antara seorang
pemimpin yang memang memiliki kualitas kepemimpinan (atau pengaruh) dengan seorang
pemimpin yang hanya memiliki posisi atau jabatan. Mereka yang hanya memiliki posisi atau jabatan
namun tidak memiliki pengaruh yang besar, seringkali lebih identik dengan pembesar atau pejabat.

Lantas di mana pentingnya otoritas? Otoritas tetaplah diperlukan sebab dengan otoritas seorang
pemimpin bisa mendelegasikan tugas serta otoritas (untuk mengambil keputusan) kepada anak
buahnya. Otoritas yang ada juga dapat membuat seorang pemimpin mempengaruhi orang yang
sama sekali tidak pernah dikenalnya. Singkatnya, otoritas dapat berguna untuk memperluas
pengaruh seorang pemimpin.

Maxwell lalu membuat sebuah pendekatan sistematis mengenai perjalanan kepemimpinan seorang
pemimpin (the leadership journey). Pendekatan ini kemudian dikenal dengan konsep 5 Level
Kepemimpinan (The 5 Levels of Leadership). Saya sangat menyarankan Anda membaca buku
Maxwell dengan judul The 5 Levels of Leadership agar bisa lebih utuh memahami konsep ini.

Konsep ini dapat digunakan untuk mengembangkan pengaruh seorang pemimpin ketika ia berada di
sebuah organisasi (leadership game plan). Konsep yang dibuat berjenjang seperti anak tangga ini
mengibaratkan seorang pemimpin yang merangkak dari bawah hingga mencapai puncak
kepemimpinan.
.

Level Pertama  : Posisi (position)

Kata kunci di level ini adalah hak-hak (rights). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena
keharusan (people follow you because they have to). Meski pun ini adalah level terendah namun
level ini adalah tahapan awal (entry level) bagi perjalanan kepemimpinan Anda sebab Anda baru
saja memperoleh sebuah posisi atau jabatan dalam organisasi. Posisi atau jabatan tersebut adalah
“hadiah” dari organisasi kepada Anda dan biasanya diberikan atas pertimbangan Anda memiliki
potensi kepemimpinan.

Tidak ada yang salah jika Anda memiliki posisi. Namun yang sangat berbahaya jika Anda
menggunakan posisi atau jabatan untuk memaksa orang lain mengikuti apa yang Anda mau, padahal
hal tersebut belum tentu benar. Jika Anda tidak berhati-hati, bisa jadi Anda akan tinggal diam di
level ini sehingga kemudian terkesan nge-bos. Pendekatan yang dilakukan kerap kali hanya
mengandalkan jabatan. Kalimat seperti, “Komandannya saya atau kamu,” atau, “Pokoknya sebagai
komandan (bos), saya tidak mau tahu,” menjadi senjata pamungkas untuk memaksakan anak buah
melakukan sesuatu (cenderung intimidatif).

Pemimpin yang semata-mata mengandalkan posisinya, seringkali menemui begitu banyak kesulitan
ketika akan meminta orang-orangnya melakukan sesuatu di luar uraian tugas yang ada (job
description). Kalau pun orang-orang mau melakukannya, semata-mata hanyalah karena keharusan
atau kewajiban, alias tidak punya pilihan untuk menolak. Itulah sebabnya pemimpin seperti ini akan
sangat sulit memimpin para sukarelawan, anak muda dan kaum cendekiawan (berpendidikan tinggi)
sebab mereka tidak menyukai sesuatu yang bersifat pemaksaan.

Level Kedua                   : Ijin (permission)

Kata kunci di level ini adalah hubungan (relationships). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda
karena mereka memang menginginkannya (people follow you because they want to). Di level ini
sebagai pemimpin, Anda dengan penuh kesadaran mulai membangun hubungan baik dengan orang-
orang yang dipimpin. Sebagai hasilnya, orang-orang Anda mulai menyukai Anda dan mau mengikuti
Anda secara sukarela.

Sebuah nasihat bijak berbunyi, Anda bisa menyukai orang-orang tanpa memimpin mereka namun
Anda tidak bisa memimpin mereka jika Anda tidak menyukai mereka (you can like people without
leading them, but you cannot lead people without liking them). Pada level ini, orang-orang Anda
akan mau memberikan usaha ekstra dengan senang hati karena mereka merasa Anda peduli kepada
mereka. Mereka tidak lagi terpaku pada uraian tugas yang ada. Di level ini, mereka mulai mencintai
Anda.

Ada hal yang perlu diwaspadai ketika Anda berada di level ini. Memang betul bahwa orang-orang
menyukai Anda namun jika seiring perjalanan waktu mereka tidak melihat adanya progres dari
kepemimpinan Anda, maka hal tersebut dapat menimbulkan demotivasi bagi mereka yang memang
pada awal mula memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi.

Level Ketiga                   : Produksi (production)

Kata kunci di level ini adalah hasil (result). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena apa
yang telah Anda lakukan bagi organisasi (people follow you because what you have done for the
organization).  Mereka telah melihat dengan mata kepala sendiri berbagai terobosan positif akibat
kehadiran Anda. Kalimat-kalimat seperti ini akan mulai terdengar: “Dulu sebelum dia datang kita
tidak pernah bisa mencapai target”, “Pemimpin kita memang hebat dan inovatif”, “Ada perubahan
positif sejak ia datang” .

Di level ini ada momentum sehingga hari-hari dapat dilalui dengan optimisme dan masalah yang
timbul lebih mudah diselesaikan. Ada semangat yang tinggi karena sebagai sebuah tim ada prestasi-
prestasi baru yang dicapai. Atmosfer kesuksesan akan terasa kuat. Di level ini, mereka mengagumi
Anda.

Jika pada level 2 orang-orang berkumpul hanya untuk berkumpul dengan alasan hubungan baik
(kebersamaan), maka pada level 3, orang-orang akan berkumpul untuk secara bersama-sama
mencapai sebuah tujuan yang menantang. Mereka berorientasi pada hasil.

Level keempat  : Pengembangan manusia (people development)

Kata kunci di level ini adalah reproduksi pemimpin (reproduction). Pada level ini, orang akan
mengikuti Anda karena apa yang telah Anda lakukan bagi mereka (people follow you because what
you have done for them). Anda menjadi mentor bagi mereka sehingga potensi kepemimpinan
mereka pun ikut berkembang.

Perlu upaya ekstra bagi seorang pemimpin agar dapat mengembangkan pemimpin lainnya. Anda
harus bersedia menginvestasikan waktu, energi, pemikiran, dana, dan sebagainya. Di level ini,
sebagai pemimpin, Anda mulai mendapatkan loyalitas dari pemimpin-pemimpin muda yang Anda
kembangkan.
Perlu digarisbawahi, kehebatan seorang pemimpin bukanlah pada otoritasnya namun pada
kemampuannya untuk memberdayakan orang lain, termasuk mengembangkan pemimpin-
pemimpin berikutnya. Sukses tanpa seorang penerus adalah sebuah kegagalan bagi pemimpin. Ken
Blanchard dengan tegas menyatakan, “Ujian bagi kepemimpinan Anda bukanlah apa yang terjadi
saat Anda ada, namun saat Anda tidak ada.”

Level kelima       : Puncak (pinnacle)

Kata kunci di level ini adalah respek (respect). Pada level ini, orang akan mengikuti Anda karena
siapa diri Anda dan apa yang Anda representasikan (people follow you because of who you are and
what you represent). Sebagai catatan, jika level 2, 3 dan 4 dapat Anda perjuangkan maka level 5 ini
tidak dapat Anda perjuangkan karena merupakan “hadiah” dari orang-orang yang Anda pimpin.

Ketika Anda berada level ini, Anda akan sangat dihormati karena Anda dianggap telah meninggalkan
warisan kepemimpinan yang amat berharga (leadership legacy) bagi organisasi Anda. Bahkan
setelah Anda pensiun pun, rasa hormat itu tidak akan pernah berkurang. Anda masih sering
dimintai pertimbangan oleh pemimpin pengganti Anda bahkan orang-orang yang dulu Anda pimpin.
Kehadiran Anda di kantor, akan selalu disambut dengan hangat.

Hanya pemimpin yang bersungguh-sungguh menginvestasikan seluruh hidupnya untuk membangun


hubungan, membawa terobosan positif bagi organisasi dan mengembangkan orang-orangnyalah
yang bisa mencapai level ini. Kebesaran mereka sebagai pemimpin melampaui usia hidup mereka di
dunia ini. Merekalah para pemimpin sejati! ***

Anda mungkin juga menyukai