Pendahuluan
Gaya adalah tarikan dan dorongan yang terjadi pada suatu benda. Dalam
ilmu fisika gaya adalah interaksi apapun yang dapat menyebabkan sebuah benda
bermassa mengalami perubahan gerak, baik dalam bentuk arah, maupun
konstruksi geometris. Gaya disimbolkan dengan huruf F (Force). Dalam Satuan
Internasional (SI), satuan yang digunakan untuk mengukur gaya adalah Newton
yang dilambangkan dengan N. Rumus dari Gaya adalah :
F=m .a
Dimana,
F = Gaya (Newton)
M = massa (kg)
A = percepatan (m/s2)
Alat pengukur gaya adalah dinamometer, atau neraca pegas. Gaya memiliki
beberapa sifat, yaitu:
- Gaya mampu mengubah arah gerak benda
- Gaya mampu mengubah bentuk benda
- Daya mampu mengubah posisi benda dengan cara menggerakkan atau
memindahkannya
Ada beberapa jenis gaya, yakni diantaranya :
1. Gaya magnet
2. Gaya listrik statis
3. Gaya otot
4. Gaya gravitasi bumi
5. Gaya pegas
6. Gaya gesekan
Dalam ilmu fisika medan magnet adalah daerah di sekitar magnet yang
menyebabkan sebuah muatan yang bergerak di sekitarnya mengalami suatu gaya.
Medan magnet tidak dapat dilihat, namun dapat dijelaskan dengan mengamati
pengaruh magnet pada benda lain, misalnya pada serbuk besi.
Gambar 1.1 garis gaya magnetic
Berdasarkan gambar 1.1 diatas, garis gaya magnetic dapat kita simpulkan sebagai
berikut :
- Garis-garis gaya magnetik selalu keluar dari kutub utara magnet dan masuk
ke kutub selatan magnet.
- Garis-garis gaya magnetik tidak pernah saling berpotongan dengan garis-garis
gaya magnetik lain yang berasal dari magnet yang sama.
- Daerah yang garis-garis gaya magnetiknya rapat menunjukkan medan
magnetik yang kuat, sedangkan daerah yang garis-garis gaya magnetiknya
kurang rapat menunjukkan medan magnetik yang lemah.
Dari gambar diatas pula kita dapat melihat bahwa medan magnetik paling
kuat terdapat di kutub-kutub magnet. Berikut ini beberapa contoh garis gaya
magnet dengan arahnya ditunjukkan pada gambar 1.2 dibawah ini.
r 1 dan ⃗
Gambar 1.4 Muatan q1 dan q2 berada pada vektor posisi ⃗ r 2.
Kedua muatan melakukan gaya tarik atau gaya tolak, bergantung pada
jenis muatan yang dimiliki. Jika jenis muatan sama maka gaya yang dihasilkan
bersifat tolak-menolak. Jika jenis muatan berbeda maka gaya yang dihasilkan
bersifat tarik-menarik. Arah gaya sejajar dengan arah garis hubung dua muatan.
Jika kita ingin menetahui gaya secara lengkap, yaitu besar maupun arah
maka gaya harus dinyatakan dalam notasi vector. Untuk maksud tersebut maka
kita perlu mengetahui posisi muatan dalam notasi vector. Gambar 1.4 adalah
r 1 dan ⃗
ilustrasi posisi dua muatan, muatan q1 dan q2 berada pada vektor posisi ⃗ r 2.
Vektor posisi muatan q2 relatif terhadap q1 adalah
Jarak antara dua muatan tersebut adalah besarnya posisi relatif dua
muatan, yaitu
Dari persamaan (1.5) tampak jelas bahwa jika kita mengetahui vector
posisi relatif dua muatan maka gaya Coulomb antara dua titik secara lengkap
sudah bisa ditentukan (besar maupun arahnya).
Persamaan (1.5) menyatakan gaya pada muatan q2 oleh muatan q1.
Bagaimana dengan gaya pada muatan q1 oleh muatan q2? Gaya tersebut kita
F 21. Karena kedua gaya tersebut merupakan pasangan aksi-
nyatakan dengan ⃗
F 21. dapat diperoleh langsung dari persamaan (1.5) hanya
reaksi maka gaya ⃗
dengan menukar indeks 1 dan 2, yaitu
Selanjtunya, karena maka
Secara umum, gaya pada muatan qx yang dilakukan sejumlah muatan q1, q2 q3
…, qN dapat dinyataakn dalam notasi penjumlahan vektor sebagai berikut
Jika N cukup besar maka S cukup kecil sehingga tiap bagian dapat
dipandang sebagai muatan titik. Dengan demikian, hukum Coulumb untuk
muatan titik dapat digunakan untuk menghitung medan yang dihasilkan S
Gambar 1.7 Mencari medan listrik di sumbu cincin bermuatan yang berjari-
jari a. Muatan cincin terdistribusi secara merata sepanjang keliling cincin.
Muatan yang dikandung tiap elemen adalah
Besar medan listrik pada titik pengamatan yang dihasilkan oleh elemen
muatan ini adalah
Kuat medan total di titik P yang diakibatkan oleh seluruh muatan pada
benda menjadi
Berdasarkan Gambar 1.8 maka kuat medan listrik di titik A lebih besar
daripada kuat medan listrik di titik B dan kuat medan listrik di titik B lebih
besar daripada kuat medan listrik di titik C. Jika kita memiliki luas permukaan
tertentu dan ditembus oleh garis gaya dan karena kuat medan listrik sebanding
dengan kerapatan garis gaya maka dapat pula kita katakan
bahwa kuat medan listrik berbanding lurus dengan jumlah garis gaya yang
menembus permukaan tersebut. Dan karena kuat medan listrik juga berbanding
lurus dengan besar muatan. Jadi kita dapat simpulkan bahwa
Jumlah garis gaya yang menembus suatu permukaan berbanding lurus
dengan muatan.
Tutup :
Arah medan listrik menyinggung tutup. Karena arah luas
permukaan tegak lurus bidang permukaan itu sendiri, maka arah medan
listrik pada alas tegak lurus arah vector luas tutup. Dengan demikian,
Selubung :
Arah medan listrik permukaan tegak selubung. Berarti,θ3 = 0.
Dengan demikian:
Gambar 1.11 Permukaan Gauss yang dipilih untuk menentukan medan listrik
yang dihasilkan pelat tak berhingga. Salah satu permukaan yang memudahkan
perhitungan adalah silinder.
Fluks total yang melewati permukaan tersebut adalah
1.9.4 Dua Pelat Sejajar
Prinsip yang kita gunakan adalah prinsip superposisi medan listrik.
Medan total di suatu titik merupakan penjumlahan kuat medan yang dihasilkan
oleh masing-masing pelat. Misalkan kita memiliki pelat yang memiliki
kerapatan muatan 1 dan 2. Masing-masing pelat menghasilkan medan listrik
yang konstan ke segala arah yang besarnya
Karena nilai c konstan maka untuk setiap nilai a, pasti ada dua nilai b yang
memenuhi
Terdapat tak berhingga cara memilik nilai a asal a < c. Dengan demikian
terdapat tak berhingga nilai b yang diperoleh. Ini berarti terdapat tak behingga
pasangan (a,b) yang menyebabkan arah jarum kompas tegak lurus dengan arah
utara selatan.
2.4 Sudut inklinasi
Sudut yang dibentuk oleh garis hubung kutub utara-selatan jarum kompas
dengan garis horizontal pada tempat tersebut. Untuk mementukannya, tempatkan
jarum kompas pada poros yang memungkinkan jarum berputar bebas dalam arah
vertikal. Amati arah kutub sealatan-utara jarum kompas terhadap garis horizontal,
maka dinamakan sudut inklinasi.
Gambar 2.1 Peta sudut deklinasi tahun 2015. Kurva biru menyatakan sudut
deklinasi negative, atau arah jarum kompas menyimpang ke kiri dibandingkan
dengan arah garis bujur. Sebaliknya, kurva merah menyatakan sudut deklinasi
positif, arah jarum kompas menyimpang ke kanan dengan arah garis bujur bumi.
(blog.geogarage.com)
Jika kutub utara jarum kompas di sebelah garis horizontal, kita sebut inklinasi
positif. Sebaliknya, jika kutub utara jarum kompas di bawah garis horizontal kita
disebut inklinasi negatif. Kutub selatan magnet bumi sudut inklinasi +90ᵒ
sedangkan kutub utara magnet bumi sudut -90ᵒ. Pada tempat lain di permukaan
bumi sudut inklianasi berada antara -90ᵒ sampai +90ᵒ. Karena kutub utara dan
selatan magnet bumi tidak tepat berimpit dengan kutub utara dan selatan geografi
bumi, maka daerah memiliki lintang berbeda, sudut inklinasi berbeda. Pada
lintang tertentu selalu ada dua tempat yang memiliki sudut deklinasi yang sama.
Gambar 2.2 Sudut antara sumbu jarum kompas dana rah horisontal disebut
sudut inklinasi
Gambar 2.3 Ilustrasi sudut deklinasi dan inklinasi
Gambar 2.4 Jika magnet permanen dipotong maka tiap potongan tetap
merupakan magnet
Gambar 2.5 Magnet permanen mengandung domain--domain magnet. Satu
domain magnet elemeter (magnet terkecil) dalam benda tersebut. Ukuran domain
dalam order beberapa micrometer. Domian magnet akan hilang jika ukuran bahan
kurang dari satu micrometer.
Gambar di atas adalah contoh foto mikroskop domain magnetic dari sebuah
magnet permanen. Jika magnet dipotong maka masing-masing memperlihatkan
sifat kemagnetan. Jika hasil potong dipotong lagi maka masing-masing potongan
baru masih mengandung domain sehingga memperlihatkan sifat kemagnetan.
Sifat kemagnetan akan hilang jika ukuran potong lebih kecil dari ukuran
dimain dan ini biasanya dalam orde micrometer. Penyebabnya adalah domain
magne dibentuk atom yang mebawa sifat magnetic yang saling berinteraksi dan
membentuk satu kesatuan. Tarikan antar atom dapat menyebabkan orientasi
membentuk orientasi yang sama. Atom yang membentuk arah orientasi yang sama
dinamakan domain magnetic. Agar terbentuk orientasi yang sama, jumlah atom
harus banyak. Jika jumlah atom tidak cukup banyak, maka interaksi atom tidak
cukup kuat dan domain magnetic tidak terwujud. Maka, ada ukuran minimum
suatu material magnetic agar menghasilkan domain magnetic. Jika lebih kecil dari
batas maksimum, maka arah orientasi atom acak dan kemagnetan tidak muncul.
Magnetic yang disusun oleh domain dipanaskan maka atom di dalamnya akan
bergetar lebih kencang. Akibatnya, ikatan antar atom yang telah membantuk
orientasi yang sama bisa lepas dan atom kembali menjadi arah orientasi
sembarang dan sifat kemagnetan akan hialng, pamanasan dapat menghilangkan
kemagnetan.
Jika magnetic dipukul, maka atom di dalamnya mendapat tambahan energy
(energy getar). Getaran atom lebih kencang sehingga ikan antar atom yang telah
membantuk arah orientasi yang sama bisa epas dan kemagnetan hilang.
Pemukulan berulang akan menghilangkan kemagnetan.
Gambar 2.8 Magnet batang memengaruhi butir tanah halus kering di sekitarnya
sehingga butir tanah membentuk pola tertentu. Pola merupakan representasi garis
gaya magnet.
Mengukur kuat magnet dengan menggunakan aplikasi android yaitu
CrowdMag. Dengan aplikasi ini kita dapat menentukan kuat medan magnet pada
lokasi telepon berada. Gambar di bawah adalah tampilan hasil pengukuran
besarnya medan magnet di wilayah Arcamanik, Bandung dengan medan magnet
56.578nT atau 56,6 ᶶT.
Gambar 2.9 Tampilan pengkuran kuat medan magnet menggunakan aplikasi
CrowdMag.
Dengan aplikasi ini, kita dapat mengukur kuat medan magnet pada
berbagai jarak dari magnet. Pengukuran kuat medan magnet pada berbagai jarak
dari loudspeaker, dimana loudspeaker mengandung magnet permanen. Gambar di
bawah merupakan contoh pengkuran yang dilakukan pada jarak 10 cm, 50 cm,
100 cm, dan 200 cm dari loudspeaker. Tampak bahwa medan magnet yang diukur
makin kecil dengan bertambahnya jarak loudspeaker.
atau
(2.6)
Tampak dari persamaan (2.6) bahwa, jika laju dan muatan partikel diketahui maka
dengan mengukur jari-jari lintasan, kita dapat menentukan massa partikel.
2.13Spektrometer massa
Spektrometer massa adalah alat yang dapat menentukan massa atom dengan
teliti. Alat ini memanfaatkan prinsip gaya Lorentz. Atom yang akan diukur
massanya mula-mula diionisasi sehingga bermuatan positif. Ion tersebut
ditembakkan dalam medan magnet yang diketahui besarnya. Jika laju ion dapat
ditentukan maka masa atom dapat dihitung berdasarkan pengukuran jari-jari
lintasannya.
2.14Massa isotop
Isotop adalah atom yang dalam intinya memiliki jumlah proton yang sama
tetapi jumlah neutron berbeda. Jadi, isotop hanya berbeda dalam jumlah neutron
tetapi jumlah proton maupun jumlah elektron sama. Apabila dilewatkan pada
spektrometer massa maka isotop yang berbeda memiliki jari-jari lintasan yang
sedikit berbeda.
2.15Siklotron
Siklotron adalah alat yang mempercepat partikel bermuatan dalam lintasan
lingkaran. Siklotron yang pertama kali dibuat adalah siklotron elektron. Siklotron
mempercepat muatan menggunakan medan listrik bolak-balik. Medan magnet
juga dipasang untuk membelokkan arah gerak muatan sehingga dapat dipercepat
kembali oleh medan listrik dalam arah sebaliknya.
2.16Efek Hall
Efek Hall adalah peristiwa terbentuknya beda potensial antara dua sisi
material yang dialiri arus listrik ketika material tersebut ditempatkan dalam medan
magnet yang arahnya tegak lurus arah aliran muatan (arah arus).
Gambar 2. 12 Elektron yang mengalir dalam bahan membelok ke sisi
bahan jika bahan tersebut ditempatkan
dalam medan magnet.
2.17Bremstrahlung
Teori elektrodinamika klasik menyimpulkan bahwa partikel bermuatan listrik
yang memiliki percepatan atau perlambatan memancarkan gelombang
elektromagnetik. Peristiwa ini disebut bremstahlung.
2.18Aurora
Di samping dalam proses produksi sinar-X, peristiwa bremstahlung dapat
diamati di sekitar kutub bumi dalam bentuk cahaya terang, yang dikenal dengan
Aurora. Penyebab munculnya Aurora dapat dijelaskan secara singkat sebagai
berikut.
Gambar 2.13 Aurora
REFERENCE
Johanes, H. (1978). Listrik dan Magnet. Jakarta: Balai Pustaka.
Sutrisno. (1986). Seri Fisika Dasar Listrik Magnet dan Thermofisika. Bandung:
ITB.
Suyono. (2017). Muatan Listrik dan Hukum Coulomb. UT
Abdullah,M. (2017). Fisika Dasar II. Bandung: ITB