Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TERAPI HERBAL DAN IMPLIKASINYA DALAM KEPERAWATAN

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS FARMAKOLOGI

DOSEN PEMBIMBING : SHOBIRUN MN

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

1. SAVIRA AZKIA FITRANTI P1337420117046


2. NOVA HERAWATI P1337420117050
3. BUNGA WIDJI LESTARI P1337420117060
4. TIKA INDRA OKTAVIANA. P1337420117063
5. ANTON RAHARJO P1337420117076
6. OISYA WIDHIA SISTA A P1337420117080
7. DHINNA AYU HARISZKY P1337420117083

KELAS 1/A2

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEMARANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

TAHUN AKADEMIK 2017

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat taufik dan hidayah-Nya sehingga Penyusunan Makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini berjudul “Terapi Herbal dan Implikasinya dalam Keperawatan.”

Penyusun menyadari banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, itu dikarenakan
kemampuan penyusun yang terbatas. Namun berkat bantuan dan dorongan serta bimbingan
dan berbagai bantuan dari berbagai pihak, akhirnya pembuatan makalah ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun berharap dengan penulisan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis sendiri dan bagi para pembaca pada umumnya serta semoga dapat menjadi bahan
pertimbangan dan meningkatkan prestasi dimasa yang akan datang.

Semarang, 1 Februari 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................................... 01

KATA PENGANTAR .............................................................................................. 02

DAFTAR ISI............................................................................................................. 03

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ..................................................................................


B. Rumusan Masalah .............................................................................
C. Tujuan ...............................................................................................

BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Praktik Keperawatan Herbal di Indonesia ................


B. Kendala yang Dihadapi Perawat ........................................................
C. Herbal Dunia Dalam Filosofi Praktik Keperawatan ...........................
D. Taman Nasional sebagai Bank Plasma Nutfah Tumbuhan Obat

di Indonsia ..........................................................................................

E. Obat Tradisional sebagai Obat Alternatif ...........................................


F. Mengenal Praktek Terapi Tradisional ................................................

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan ..............................................................................................
B. Saran .........................................................................................................

3
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari cara kerja obat dalamtubuh. Obat adalah
senyawa atau campuran senyawa untuk mencegah, mengurangi gejala atau menyembuhkan
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk
memperelok atau memperindah badan atau bagian badan manusia (joenoes,2001). Penentuan
obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat dituntut untuk turut
bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari memesan obat sesuai order
dokter, menyimpan dan meracik obat sesuai order hingga memberikan obat kepada pasien.
Memastikan bahwa obat tersebut aman bagi pasien dan mengawasi akan terjadinya efek
samping dari pemberian obat tersebut pada pasien. Perawat adalah seseorang yang telah lulus
pendidikan baik didalam maupun diluar negeri sesuai dengan peraturan perundang- undangan
(Permenkes, 2010). Perawat adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kewenangan
melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui
pendidikan keperawatan (UU kesehatan No 23 tahun 1992). Perawat harus mengetahui semua
komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak
lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan di luar batas yang direkomendasikan .
Secara hukum perawat bertanggung jawab jika mereka memberikan obat yang diresepkan
dan dosisnya tidak benar atau obat tersebut merupakan kontraindikasi bagi status kesehatan
klien. Cara pemberian obat yang benar akan memberikan efek dan dampak yang bagus dan
efektif kepada proses penyembuhan penyakit. Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan
dosis adalah salah satu tanggung jawab penting bagi seorang perawat yang dilakukan di
tempat pelayanan kesehatan seperti hal nya rumah sakit dan puskesmas.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Praktik Keperawatan Herbal di Indonesia


Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah dilakukan oleh nenek
moyang kita sejak berabad abad yang lalu. Indonesia merupakan negara yang memiliki
kekayaan hayati terkaya kedua di dunia setelah Brazil. Namun bila kekayaan biota laut
diperhitungkan, maka Indonesia menempati urutan terkaya di dunia untuk kekayaan hayati
yang dimilikinya. Potensi kekayaan hayati yang dimiliki oleh negara ini merupakan aset
berharga yang harus dikembangkan dan memerlukan kesadaran dari berbagai pihak untuk
menjadikannya sebagai sistem pengobatan khas indonesia. Jamu adalah brandobat tradisional
asli indonesia yang dapat menjadi salah satu produk unggulan obat asli indonesia demi
meningkatkan daya saing bangsa di kancah internasional. Awal kebangkitan praktik
keperawatan komplementer (herbal) di indonesia adalah dengan dikeluarkannya permenkes
RI No HK.02.02/MENKES/148/I/2010. Dalam pasal 8 ayat 3, disebutkan bahwa praktik
keperawatan dilaksanakan melalui kegiatan:
 Pelaksanaan asuhan keperawatan
 Pelaksanaan upaya promotif, preventif, pemulihan, dan pemberdayaan masyarakat
 Pelaksanaan tindakan keperawatan komplementer.
Hal tersebut memberikan kesempatan bagi perawat di Indonesia untuk mengembangkan
profesionalismenya dalam memberikan praktik asuhan keperawatan yang lebih komperhensif
kepada klien secara holistik dengan mengedepankan nilai, norma, dan ilmu keperawatan.
Dalam pelaksanaan praktik keperawatan dengan herbal, perawat senantiasa
menggunakan bahan yang bersumber dari tanaman berkhasiat untuk perawatan klien. Pada
implementasi nyata dilapangan, seorang perawat yang telah memiliki surat izin perawat dan
surat praktik perawat dengan keilmuan dan keterampilannya dapat menerapkan praktik
perawatan berbasis herbal, misalnya konseling kesehatan herbal pada keluarga dan
keperwatan komunitas, manajemen perawatan luka dengan menggunakan bahan
herbal, pemijatan dengan minyak ramuan herbal dan aromaterapi, serta masih banyak lagi.

B. Kendala yang Dihadapi Perawat.


Meskipun berbagai peraturan tersebut telah disahkan, penyusun draft awal petunjuk
pelaksanaan permenkes RI No HK.02.02/MENKES/148/I/2010 oleh direktorat bina
pelayanan keperawatan yang bekerjasama dengan bagian HUKORMAS kementrian
kesehatan dan organisasi Profesi Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) belum
disahkan oleh kemankes RI, sehingga spesifikasi jenis tindakan keperawatan yang menjadi
hak, kewajiban dan kewenangan perawat belum dijabarkan secara rinci. Namun, hal tersebut
tidak menyurutkan langkah perawat untuk terus memberikan sentuhan penuh kepedulian

5
kepada pasien dengan semangat berbuat baik kepada sesama manusia berdasarkan pada
kaidah bioetik, yaitu beneficience. Terlebih bagi perawat yang melaksanakan praktik di
daerah terpencil yang sulit dijangkau oleh transportasi dan mengalami keterbatasan obat-
obatan medis. Sudah selayaknya, perawat tersebut memanfaatkan obat tradisinal yang
terdapat di sekitarnya sebagai sarana pencegahan dan pengobatan penyakit. Inilah urgensi
seorang perawat harus mempelajari pemberian terapi obat dari bahan alam (herbal). Dengan
dikeluarkannya peraturan dan keputusan menteri kesehatan tersebut, perawat sebagai
penyedia jasa layanan kesehatan dan klien sebagai penerima jasa layanan akan memperoleh
perlindungan hukum terhadap layanan yang dilakukan. Sebagai upaya mempertahankan
eksistensi dan menejemen profesi keperawatan di Indonesia, sikap sebagai seorang perawat
haruslah terus mendukung terealisasinya undang-undang keperawatan.

C. Herbal Dunia Dalam Filosofi Praktik Keperawatan.


Badan kesehatan dunia (WHO) menyebutkan bahwa 65% dari penduduk negara-negara
maju telah menggunakan pengobatan tradisional (DepKes RI, 2008). Dalam penerapannya,
asuhan keperawatan etnokultural ini tidak terlepas dari budaya masyarakat timur yang
memanfaatkan herbal sebagai terapi untuk meningkatkan kualitas hidup. Organisasi
kesehatan Dunia (WHO) mencatat 30% - 50% konsumsi kesehatan masyarakat dialokasikan
untuk ramuan herbal. Dalam perkembangn herbal di dunia, berbagi jenis tindakan
komplementer dan keanekaragaman hayati tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat
tidak terlepas dari keunikan suku, budaya, dan agama. Hasil dari olah cipta, rasa, dan karsa
manusia selanjutnya dapat diterapkan dalam praktik keperawatan holistiktranscurtural.
Prinsip dari kearifan nilai dan budaya yang diciptakan manusia adalah untuk kesejahteraan
hidup manusia. WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional termasuk herbal
dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama
untuk penyakit kronis, degeneratif, serta kanker. WHO juga mendukung upaya-upaya
peningkatan keamanan dan khasiat obat tradisional. Penggunaan obat tradisional secara
umum dinilai relatif dan lebih aman daripada penggunaan obat modern dengan catatan
memenuhi kaidah dan aturan dalam penggunaannya. Sebab, obat tradisional memiliki efek
samping yang relatif lebih sedikit daripada obat modern dalam penggunaannya yang tepat
dan rasional. Budaya Asia sebagai pelopor penggunaan herbal memberikan dampak yang
positif bagi kemajuan pengobatan komplementer (herbal) di dunia. Faktor pendorong
terjadinya peningkatan penggunaan obat herbal dinegara maju adalah usia harapan hidup
yang lebih panjang pada saat prevalensi penyakit kronik meningkat dengan adanya kegagalan
penggunaan obat modern untuk penyakit tertentu, diantaranya kanker, serta semakin luasnya
akses informasi mengenai obat herbal di seluruh dunia (Sukandar EY, 2006). Adapun negara-
negara di Asia yang menjadi pelopor pengembangan konsep pengobatan herbal, diantaranya
yaitu Cina, India, Arab, dan Korea.

D. Taman Nasional Sebagai Bank Plasma Nutfah Tumbuhan Obat Indonesia.


Berdasarkan hasil inventarisasi potensi keanekaragaman spesies tumbuhan obat di
berbagai kawasan hutan konservasi taman nasional di Indonesia, menunjukkan bahwa setiap
unit kawasan hutan taman nasional ditemukan berbagai spesies tumbuhan obat yang dapat
mengobati 25 kelompok penyakit yang diderita masyarakat. Sehingga dapat

6
disimpulkan bahwa setiap kawasan hutan alam tropika pada setiap tempat menyediakan
bahan baku obat untuk berbagai kelompok penyakit.

E. Obat tradisional Sebagai Obat Alternatif.


Obat Tradisional sebagai obat alternatif penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak
saja berlangsung di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern yang sulit
didapat, tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kebutuhan
tanaman obat tertentu yang meningkat sehingga kebutuhan tidak terpenuhi dari lahan yang
ada atau karena berkurangnya lahan tempat tumbuh tanaman obat. Tanaman Purwoceng
(Pimpinella pruatjan Molenb), merupakan tumbuhan liar di hutan pegunungan Dieng yang
secara empiris turun menurun digunakan untuk meningkatkan vitalitas pria. Penelitian pada
tikus jantan cenderung meningkatkan testosteron. Tanaman tersebut sudah termasuk langka
karena penambangan Purwoceng secara besar-besaran dan intensifikasi pertanian di
pegunungan Dieng. Oleh karena itu dilakukan penelitian pengembangan diluar habitat asli di
Gunung Putri. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan Purwoceng dapat dibudidayakan di
Gunung Putri, namun produksi dan mutunya lebih rendah dari pada di pegunungan Dieng.
Diperkirakan dengan pemupukan tanah Gunung Putri akan meningkatkan produksi dan mutu
simplisia. Jadi pengembangan obat tradisional tidak lepas dari pembudidayaannya. Saat ini
minat untuk melakukan penelitian obat herbal cukup banyak. Hal itu tercermin antara lain
dari banyaknya peserta Program Pendidikan Pascasarjana (P3S) Biomedik FKUI, ataupun
Program Pendidikan Dokter Spesialis khususnya Spesialis Farmakologi Klinik yang
melakukan penelitian mengenai obat herbal untuk tesisnya. Selain di berbagai perguruan
tinggi di Indonesia, penelitian mengenai obat tradisional atau obat herbal juga banyak
dilakukan di lembaga penelitian, pemerintah maupun industri farmasi. Sebagian hasil
penelitian dilaporkan di seminar atau kongres terutama yang khusus membahas hasil
penelitian obat tradisional atau obat herbal seperti Seminar Nasional Tumbuhan Obat
Indonesia. Di sisi lain, banyak hasil penelitian yang tidak dipublikasikan dan tersebar di
berbagai institusi pendidikan, lembaga penelitian, pemerintah maupun di industri. Oleh
karena itu diperlukan suatu badan yang mengkoordinasi pengumpulan data penelitian obat
herbal di Indonesia beserta hasilnya dan mengintegrasikan pada satu database yang dapat
diakses oleh semua pihak yang berminat. Data tersebut akan sangat berguna sebagai sumber
informasi terutama untuk menentukan penelitian selanjutnya, baik untuk menghindari
duplikasi penelitian, memperbaiki metode, maupun untuk melengkapi penelitian yang sudah
ada.
Penelitian dalam bidang obat tradisional atau obat herbal di Indonesia perlu dilakukan
secara terkoordinasi, terpadu dan terarah agar dapat memberikan hasil yang komprehensif.
Oleh karena itu perlu dibentuk jaringan kerja sama antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu.
Badan POM tahun 2002 melakukan pemetaan penelitian obat tradisional atau obat herbal
yang telah dilakukan di perguruan tinggi, lembaga penelitian, industri, dan pemerintah, mulai
dari budidaya hingga uji klinik. Selanjutnya setelah dilakukan pemetaan ditetapkan sembilan
spesies tanaman unggulan untuk diteliti lebih lanjut sampai ke tahap uji klinik. Di bawah
koordinasi Badan POM uji klinik dilakukan oleh peneliti dari berbagai perguruan tinggi. Obat
tradisional mungkin digunakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya
obat modern atau sintetis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman. Selain

7
untuk memelihara kesehatan dan mengobati penyakit ringan, yang mengkhawatirkan ialah
obat tradisional juga digunakan masyarakat sebagai obat pilihan untuk mengobati penyakit
berat, penyakit yang belum memiliki obat yang memuaskan seperti kanker dan AIDS, serta
berbagai penyakit menahun misalnya hipertensi dan diabetes melitus tanpa pengawasan
dokter.

F. Mengenal Praktek Terapi Tradisional.


Terapi tradisional telah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak jaman dahulu. Hal
tersebut tidak terlepas dengan budaya masyarakat indonesia yang menggunakan berbagai
terapi tradisional yang dipadukan dengan khasiat bahan alam sebagai upaya pengobatan
penyakit. Herbal mendapatkan tempat yang sangat dominan dalam melaksanakan terapi
pengobatan tradisional. Fenomena yang sederhana dapat kita jumpai pada masyarakat jawa
yang menyukai “pijat” biasanya mereka memanfaatkan jasa pelayanan “dukun pijat” atau
terapis pijat disekitar tempat tinggalnya. Dalam memijat, para terapis pijat menggunakan
minyak kelapa sebagai upaya dalam melnacarkan peredaran darah serta membantu
meningkatkan rasa nyaman pasiennya. Contoh lainnya adalah pijat bayi yang dilakukan oleh
masyarakat indonesia dari generasi ke generasi juga menggunakan minyak telon sebagai
penghangat tubuh bayi.
Kekayaan tradisi bangsa Indonesia sudah selayaknya kita lestarikan dari generasi ke
generasi. Sebagai insan yang cerdas dan kreatif maka fenomena yang dilihat di sekitarnya
selayaknya dapat ditangkap sebagai peluang emas dalam mengembangkan usaha yang
digeluti setiap harinya khususnya usaha dibidang herbal. Obat herbal dengan terapi
tradisional mempunyai hubungan seperti suami dengan istri, artinya hubungan tersebut tidak
dapat dipisahkan. Awal mulanya suatu peradaban manusia mengenal aneka jenis tumbuhan
sebagai obat dipadukan dengan berbagai keterampilan dalam memberikan manipulasi pada
organ tubuh untuk mendapatkan efek terapi penyembuhan bagi segala macam penyakit.
Mempelajari terapi herbal dnegan kombinasi seimbang serta menggunakan keterampilan
pengobatan tradisional menjadi sangat penting. Kedua terapi tersebut saling melengkapi dan
mendukung satu sama lain. Keluarga seharusnya bersikap terbuka dalam mengembangkan
cakrawala baru dibidang herbal dengan menggabungkan menjadi terapi tradisional berbasis
herbal. Alasan praktis lainnya adalah ketika mempelajari pengobatan tradisional maka
sekaligus akan dikenalkan konsep penyakit serta target terapi yang diharapkan.

G. Mengenal jenis obat herbal di Indonesia.


Herbal tradisional dapat dikategorikan sebagai obat yang aman apabila telah diteliti
melalui penelitian dengan waktu yang panjang sehingga dapat diketahui unsur zat aktif, efek
farmakologis, dosis, efek samping, serta higientitas dalam proses produksinya. Badan
pengawasan obat dan makanan (BPON) mengelompokan tanaman obat herbal dalam 3
kelompok yaitu :
a. Jamu
Jamu adalah ramuan dari bahan hewan, tumbuhan atau campuran bahan tersebut yang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman dan belum

8
ada penelitian ilmiah untuk mendapatkan bukti klinik mengenai khasiat tersebut. Jamu
sebagai obat tradisional asli indonesia harus memenuhi kriteria antara lain :
 Aman digunakan oleh konsumen
 Klaim khasiat dibuktikan secara empiris (turun-temurun)
 Memenuhi persyaratan mutu

b. Obat herbal terstandar

Obat herbal terstandar adalah sediaan obat bahan alam yang telah diuji secara ilmiah
yang meliputi uji khasiat dan manfaat, dan bahan bakunya telah terstandarisasi. Kriteria obat
herbal terstandar antara lain :

 Aman digunakan oleh kuonsumen


 Klaim khasiat dibuktikan penelitian secara ilmiah atau pra-klinik
 Bahan baku yang digunakan telah terstandarisasi
 Memenuhi persyaratan mutu

c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji pra klinis menggunakan hewan percobaan dan telah
melalui uji klinis pada manusia serta bahan baku dan produknya telah terstandarisasi melalui
persyaratan mutu yang berlaku. Syarat fitofarmaka yang lain adalah :
 Aman digunakan oleh konsumen
 Klain khasiat telah dibuktikan melalui penelitian uji klinik
 Menggunakan bahan baku yang telah terstandar
 Memenuhi persyaratan mutu

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Herbal dimanfaatkan sebagai obat bagi masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu. Ilmu
dan keterampilan dalam memahami sifat dan karakteristik suatu obat yang berdasar dari
tumbuhan sangat penting. Dalam istilah farmasi sering kita kenal dengan istilah farmakognosi
yang materi bahasannya mencakup seluruh produk herbal yang terdapat di alam, terutama
yang berasal dari tumbuhan dan fungi atau jamur. Praktik Keperawatan komplementer
bersifat melengkapi. Salah satu tindakan di dalamnya adalah terapi perawatan berbasis herbal
yang dapat dilakukan oleh perawat secara mandiri dengan sertifikasi dan kompetensi khusus
yang secara resmi diakui oleh orgnisasi profesi atau lembaga lain yang berkompeten.

B. Saran

10
DAFTAR PUSTAKA

1. Amanda Putri Pertiwi, 2016, Keperawatan dan Kesehatan berbasis Herbal,


http://amandaputripertiwisitk2a.blogspot.co.id/2016/11/keperawatan-dan-kesehatan-
berbasis.html
2. Peran perawat dalam pemberian Obat, Setiadi,2016,
https://adysetiadi.files.wordpress.com/2016/03/peran-erawat-dalam-obat.pdf
3. Mualimah Hasyim, 2016,
https://www.academia.edu/26486978/PERAN_PERAWAT_DALAM_PENGELOLAAN
_PEMBERIAN_OBAT

11

Anda mungkin juga menyukai