Anda di halaman 1dari 29

Penanganan Tuberkulosis Paru dengan Pendekatan Kedokteran Keluarga

Makalah Kelompok
A1
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta 11510. Telephone : (021) 5694-2061, fax : (021) 563-1731

Pendahuluan
Di negara berkembang yang memiliki kepadatan penduduk yang cukup tinggi seperti
Indonesia, penularan penyakit yang berhubungan dengan saluran pernafasan semakin mudah.
Salah satu penyakit tersebut adalah Tuberculosis Paru (TBC). TBC merupakan penyakit saluran
pernafasan bagian bawah. Penyakit ini disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa. Penularan
bakteri TBC ini dapat terjadi melalui udara ketika seorang penderita TBC batuk atau bersin yang
kemudian menyebarkan droplet dan kemudian droplet tersebut dapat menginfeksi orang lainnya.
Oleh karena itu, TBC sangat erat kaitannya dengan adanya kontak langsung dengan penderita
TBC. Penyakit TBC dapat dikenali dengan adanya batuk pada malam hari yang biasanya disertai
sputum berwarna kekuningan atau kehijauan disertai darah, suara nafas yang berbunyi,
mengeluarkan banyak keringat pada malam hari, kelelahan, hingga penurunan berat badan.

Untuk menangani penyakit TBC, kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif
dapat dilakukan. Kegiatan-kegiatan ini dilaksanakan demi meningkatkan derajat kesehatan setiap
orang. Kegiatan-kegiatan tersebut juga didukung oleh adanya peran serta dari dokter keluarga dan
fasilitas-fasilitas kesehatan lainnya seperti puskesmas.

Skenario Masalah
Seorang bapak berumur 45 tahun, memiliki seorang istri (43 tahun) dan 5 orang anak.
Istrinya tersebut sedang mendapatkan pengobatan TBC paru dan sudah berjalan selama 3 bulan.
Anak perempuannya yang berumur 9 tahun saat ini juga sedang batuk-batuk sejak 3 minggu yang
lalu dan tidak kunjung reda walaupun sudah berobat ke Puskesmas. Keluarga ini tinggal di sebuah
rumah semi permanen 4x11 meter di permukiman yang padat penduduk. Penghasilan keluarga ini
sebesar Rp 2,5 juta per bulan sebagai buruh harian.
Konsep Kejadian Sakit
Pengertian penyakit
Menurut Gold Medical Dictionary, penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi
suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul
gangguan pada fungsi struktur, bagian, organ, atau sistem dari tubuh. Sedangkan menurut Arrest
Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan yang terlihat dari luar saja, tetapi juga
suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi dari tubuh.1

Definisi Sakit menurut WHO adalah suatu kondisi cacat atau kelainan yang disebabkan oleh
gangguan penyakit, emosional, intelektual, dan social.

Definisi Sehat Menurut WHO merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan
social yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.

Teori konsep timbulnya penyakit antara lain : 2-3


1. The Epidemiologic Triangle
Segitiga epidemiologi merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran tentang
hubungan antara tiga faktor yang berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan
lainnya. Segitiga epidemiologi merupakan interaksi antara Host (penjamu), Agent (penyebab) dan
Environment (lingkungan). Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi
ketidakseimbangan antara Host, Agent dan Environment. Pada saat terjadi ketidakseimbangan
antara Host, Agent dan Environment akan menimbulkan penyakit pada individu atau masalah
kesehatan di masyarakat.
2. The Web of Causation
Menurut teori ini, perubahan dari salah satu faktor akan mengubah keseimbangan antara mereka
yang berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit yang bersangkutan. Suatu penyakit tidak
bergantung atas satu sebab yang berdiri sendiri melainkan sebagai akibat dari serangkain proses
“sebab dan akibat”. Dengan demikian, maka timbulnya penyakit dapat dicegah atau dihentikan
dengan memotong rantai pada berbagai titik.
3. The Wheel
Model roda memerlukan identifikasi dari berbagai faktor (lingkungan) yang berperan dalam
timbulnya penyakit dengan tidak begitu memperhatikan agent. Disini dipentingkan hubungan
antara manusia dan lingkungan hidupnya.
4. Teori Contagion
Teori ini adalah teori yang paling sederhana, bahwa panyakit berasal dari kontak langsung antar
penyakit seperti penyakit cacar dan herpes. Kontak langsung ini dapat berupa lewat media kulit
(panu), melalui jarak jauh (udara/bersin), bersinggunangan dengan penyakitnya dan zat penular
lainnya (kontangion). Konsep teori contangion dicetuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553)
yang mengatakan bahwa penyakit ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui zat penular
(transference) yang disebut kontangion.
5. Teori Hipocrates
Teori Hipocrates menyatakan bahwa sebuah penyakit terjadi karena faktor lingkungan seperti
udara, tanah, cuaca dan air. Bapak kedokteran dunia, Hipocrates (460-377 SM), berhasil
membebaskan hambatan filosofis yang bersifat spekulatif superstitif (tahayul) dalam mengartikan
terjadinya penyakit pada zamannya. Hipocrates menyebutkan 2 teori asal terjadinya penyakit
yaitu, pertama, penyakit terjadi karena adanya kontak dengan jasad hidup, dan kedua, penyakit
berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang. Ia juga mengatakan bahwa
masalah lingkungan dan perilaku penduduk dapat mempengaruhi tersebarnya penyakit pada
masyarakat.
6. Teori Miasma
Timbulnya penyakit adalah berasal dari uap sisa hasil pembusukan makhluk hidup, barang yang
membusuk atau dari buangan limbah yang tergenang, sehingga mengotori udara dan dipercaya
sebagai mengambil bagian dalam proses penyebaran penyakit. Konsep ini muncul pada sekitar
abad 18-19. Waktu itu, ada kepercayaan bahwa bila seseorang menghirup miasma, maka ia akan
terkena penyakit. Pencegahannya dapat dilakukan dengan menutup rumah rapat-rapat terutama di
malam hari, karena orang percaya udara malam cenderung mengandung miasma. Kemudian,
kebersihan juga dianggap hal penting untuk dapat mencegah/menghindari miasma tersebut. Saat
ini cara sanitasi yang dilakukan sangat efektif mengurangi tingkat kematian.
7. Teori Kuman (Germ Theory)
Teori ini menyatakan bahwa penyebab penyakit adalah berasal dari kuman. Para ilmuan saat itu
diantaranya Louis Pasteur (1822-1895), Robert Koch (1843-1910) dan Ilya Mechnikov (1845-
1016) mengatakan bahwa mikroba merupakan etiologi penyakit. Pengamatan Louis Pasteur pada
fermentasi anggur adalah salah satu bukti konsep teori kuman. Ia menemukan proses pasteurisasi
dalam melakukan fermentasi tersebut, yaitu dengan cara memanasi cairan anggur hingga
temperatur tertentu sampai kuman yang tak diinginkan menyebabkan kegagalan fermentasi mati
tapi cairan anggur tidak rusak. Untuk itulah Louis Pasteur dijuluki Bapak Teori Kuman. Tokoh
lainnya adalah Robert Koch. Temuannya dikenal dengan “Postulat Koch” yang terdiri dari,
pertama, kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada yang sehat,
kedua, kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya, ketiga, kuman yang dibiakkan dapat
ditularkan secara sengaja pada hewan yang sehat dan menimbulkan penyakit yang sama, dan
keempat, kuman tersebut harus bisa diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.

Cara Penularan 4
Penyakit TBC ditularkan melalui udara, terutama pada udara tertutup dalam suatu ruangan seperti
udara dalam rumah yang sirkulasi udaranya kurang baik dan biasanya karena ukurannya yang sempit
sehingga tidak memadai jumlah orang yang tinggal di dalamnya dan menimbulkan efek lembab dan
pengap. Apabila penderita TBC dengan BTA positif batuk, bersin, atau berbicara, maka bakteri TBC
tersebut akan keluar bersama droplet nafas penderita tersebut, khususnya pada penderita TB aktif dan luka
terbuka pada parunya. Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan serta patogenisitas kuman penderita, serta lamanya seseorang menghirup udara yang
mengandung kuman tersebut. Kuman TBC sensitive terhadap sinar ultraviolet, sehingga cahaya matahari
berperan dalam membunuh kuman di lingkungan.

Dewasa ini wawasan mengenai diagnosis, gejala, pengobatan dan pencegahan TBC sebagai suatu
penyakit infeksi menular terus berkembang. Sejalan dengan itu, maka perlu dipelajari faktor-
faktor penentu yang saling berinteraksi sesuai dengan tahapan perjalanan alamiah.

Faktor Host (tuan rumah/penjamu) 5


Host adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat mempengaruhi
timbul dan menyebarnya penyakit. Faktor resiko penyebab sakit pada manusia bisa beragam entah
itu umur, jenis kelamin, ras, genetik, pekerjaan, nutrisi, status kekebalan, adat istiadat, gaya hidup,
psikis dan yang lainnya. Tetapi manusia juga mempunyai karakteristik tersendiri dalam
menghadapi ancaman penyakit, diantaranya berupa:
 Resistensi merupakan kemampuan dari host untuk bertahan terhadap suatu infeksi.
 Imunitas merupakan kesanggupan host untuk mengembangkan suatu respon imunologis,
dapat secara alamiah maupun diperoleh sehingga kebal tetrhadap suatu penyakit.
 Infektiousness merupakan potensi host yang terinfeksi untuk menularkan kuman yang
berada dalam tubuh manusia yang dapat berpindah kepada manusia dan sekitarnya.

Faktor terpenting dari host TBC adalah umur. Puncak kejadian dan kematian paling
rendah adalah pada bayi dengan orang tua penderita, paling luas adalah pada masa remaja dan
dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan, perkembangan fisik-mental, dan kehamilan pada
wanita, sedangkan puncak sedang adalah pada usia lanjut. Pria lebih umum terkena, kecuali pada
wanita dewasa muda yang diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan
resistensi. Penduduk dengan sosioekonomi lebih rendah memiliki laju lebih tinggi. Kebiasaan
sosial dan pribadi juga turut berperan dalam infeksi TBC karena ketidakpedulian dan kelalaian
terutama terhadap kebersihan dan kesehatan.

Faktor Agent (pembawa penyakit) 5


Agent penyakit adalah suatu substansi atau elemen-elemen tertentu yang keberadaannya
bisa menimbulkan atau mempengaruhi perjalanan suatu penyakit. Substansi atau elemen yang
dimaksud banyak macamnya yang secara sederhana dibagi dalam 2 bagian yaitu : 
1 Agent primer
 biologis: virus, bakteri, fungi, ricketsia, protozoa, mikroba.
 nutrient: protein, lemak, karbohidrat.
 kimiawi: dapat bersifat endogenous seperti asidosis, hiperglikemia, uremia dan
eksogenous seperti zat kimia, allergen, gas, debu, dan lain-lain.
 fisika : panas, dingin, kelembaban, radiasi, tekanan.
 mekanis : gesekan, benturan, pukulan, dan lain-lain.
 psikis : faktor kehidupan social yang bersifat nonkausal dalam hubungannya dengan
proses kejadian penyakit maupun gangguan kejiwaan.
2 Agent Sekunder
Ini merupakan unsur pembantu / penambah dalam proses terjadinya penyakit dan ikut
dalam hubungan sebab akibat terjadinya penyakit. Dengan demikian, studi epidemiologi
penyakit tidak bisa hanya berpusat pada penyebab primer saja tapi harus dilihat apakah
agent sekunder berpengaruh atau tidak terhadap terjadinya penyakit. Yang dipelajari dari
agent sekunder ini diantara sebagai berikut:
 Infektivitas: kesanggupan agent untuk beradaptasi sendiri terhadap lingkungan Host untuk
mampu tinggal, hidup dan berkembang biak dalam jaringan Host
 Patogenesitas: kesanggupan agent untuk menimbulkan reaksi patologis (penyakit) pada
Host setelah infeksi
 Virulensi: kesanggupan agent untuk menghasilkan reaksi patologis berat yang
menyebabkan kematian
 Toksisitas: kesanggupan agent untuk memproduksi toksin yang merusak jaringan Host
 Invasivitas: kesanggupan agent untuk penetrasi dan menyebar kedalam jaringan Host
 Antigenisitas: kesanggupan agent merangsang reaksi imunologis Host (membentuk
antibodi)

Agent TBC adalah Mycobacterium Tuberculosis dan hampir bersifat resisten terhadap desinfektan
kimia atau antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu
yang cukup lama. Daya virulensinya tergantung dosis infeksi dan kondisi host. Secara umum,
transmisinya melalui kontak langsung, dan tidak langsung (susu sapi yang terinfeksi dan tidak
dimasak). Transmisi kongenital jarang terjadi.

3. Lingkungan (Environment) 5
Secara umum faktor lingkungan ini dibagi tiga:
 Lingkungan fisik : Bersifat      abiotik seperti air, udara, tanah, cuaca, makanan, panas,
radiasi, dan      lain-lain.
 Lingkungan biologis : Bersifat      biotik seperti tumbuh-tumbuhan, hewan,
mikroorganisme yang dapat berfungsi      sebagai agen penyakit dan hospes perantara
 Lingkungan sosial : Berupa kultur,      adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, agama, sikap,
standar dan gaya hidup, pekerjaan, kehidupan kemasyarakatan, organisasi sosial
politik.Timbulnya      penyakit berkaitan dengan gangguan interaksi antara ketiga faktor ini.

Faktor lingkungan adalah titik tumpu dari konsep segita epidemiologi yang disebutkan di atas.
Konsep Epidemiological Triangle sangat sederhana, yaitu diibaratkan sebuah timbangan
(equilibrium). Dikatakan normal (sehat) apabila timbangan itu ada dalam keadaan seimbang, dan
dikatakan tidak normal (sakit) jika salah satu faktor dari host, agent atau environment lebih
dominan.  Ada 4 kemungkinan gangguan keseimbangan, yakni:
1. Peningkatan kesanggupan agen penyakit, misalnya virulensi kuman bertambah, atau
resistensi meningkat.
2. Peningkatan kepekaan pejamu terhadap penyakit, misalnya karena gizi menurun.
3. Pergeseran lingkungan yang memungkinkan penyebaran penyakit, misalnya lingkungan
yang kotor.
4. Perubahan lingkungan yang mengubah meningkatkan kerentanan host, misalnya
kepadatan penduduk di daerah kumuh.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC karena adanya korelasi positif
antara TBC dengan kelas sosial yang mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan, kesehatan,
lapangan pekerjaan, dan tekanan ekonomi. Kondisi lingkungan yang kurang terawat dan ventilasi
ruangan yang buruk membuat penyebaran penyakit ini menjadi lebih mudah. Tidak adanya
pengetahuan tentang TBC sebelumnya juga dapat menjadi pertimbangan pencetus peningkatan
epidemic penyakit TBC.

Periode Patogenesis (Interaksi Host-Agent) 5


Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan
pencernaan Host. Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan
pada manusia yang pertama kali dimasuki disebut primary infection. Infeksi pertama (primer)
terjadi ketika seseorang pertama kali dimasuki basil atau kuman TB umumnya tidak terlihat
gejalanya. Dan sebagian besar orang, berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara
melakukan isolasi dengan cara dimakan macrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar regional
disekitar hilus paru. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara
membelah diri di paru yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian
disebut sebagai kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan
kompleks primer sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada
tes tuberkulin.
Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila
gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan
berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa dibawa
aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak. Sebagian besar dari
kuman TB yang beredar dan masuk ke dalam paru orang-orang yang tertular mengalami fase atau
menjadi dormant dan muncul bila kondisi tubuh mengalami penurunan kekebalan, gizi buruk,
atau menderita HIV/AIDS. TB secara teoritis menyerang berbagai organ, namun terutama
menyerang organ paru. Sedangkan pada paru-paru tempat yang paling disukai atau tempat yang
sering terkena adalah apical pasterior. Hal ini disebabkan karena Mycrobacterium
tubercolocis bersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut adalah bagian paru-paru yang
banyak memiliki oksigen.

Kedokteran Keluarga 6

Menurut UU No. 23 tahun 1992 sehat adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak upaya yang harus dilaksanakan.
Salah satu diantaranya yang dipandang mempunyai peranan cukup penting adalah
penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Jika pelyanan kesehatan tidak tersedia (available), tidak
tercapai (accesible), tidak terjangkau (affordable), tidak berkesinambungan (continue), tidak
menyeluruh (comprehensive), tidak terpadu (integrated), dan atau tidak bermutu (quality) tentu
sulit diharapkan terwujudnya keadaan sehat tersebut. Secara umum pelayanan kesehatan yang
dimaksud adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam satu
organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat.
Bentuk dan jenis pelayanan kesehatan dapat dibedakan atas dua macam, yaitu pelayanan
kesehatan personal atau sering disebut sebagai pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan
lingkungan atau sering disebut sebagai pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kedokteran
terutama ditujukan untuk menyebuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan sedangkan
pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah
penyakit. Sasaran kedua bentuk pelayanan kesehatan ini juga berbeda. Sasaran utama pelayanan
kedokteran adalah perseorangan dan keluarga sedangkan sasaran utama pelayanan kesehatan
masyarakat adalah kelompok dan masyarakat. Pelayanan kedokteran yang sasaran utamanya
adalah keluarga disebut pelayanan dokter keluarga.

Batasan

1. Dokter keluarga adalah dokter yang mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi
semua orang yang mencari pelayanan kedokteran dna mengatur pelayanan oleh provider lain bila
diperlukan. Dokter keluarga adalah dokter yang mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga
dan dalam lingkup komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya, dan
tingkatan sosial.
2. Menurut Ikatan Dokter Indonesia, dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan
pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak
hanya memandang penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga
dan tidak hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau
keluarganya.

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang


memusatkan pelayanannya kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab dokter
terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis kelamin pasien juga
tidak oleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu saja.

Prinsip-prinsip pelayanan dokter keluarga di Indonesia mengikuti anjuran WHO yang


mampu meningkatkan kualitas layanan dokter primer dalam melaksanakan pelayanan kedokteran.
Prinsip pelayanan kedokteran keluarga adalah memberikan atau mewujudkan :

1. Pelayanan yang holistik dan komprehensif


2. Pelayanan yang kontinu

3. Pelayanan yang mengutamakan pencegahan

4. Pelayanan yang koordinatif dan kolaboratif

5. Pelayanan personal bagi setiap pasien sebagai bagian integral dari keluarganya

6. Pelayanan yang mempertimbangkan keluarga, lingkungan kerja, dan lingkungan


tempat tinggalnya

7. Pelayanan yang menjunjung tinggi etika dan hukum

8. Pelayanan yang dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan

9. Pelayanan yang sadar biaya dan sadar mutu

Kompetensi Dokter keluarga

Kompetensi dokter keluarga seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Dokter
Keluarga yang disusun oleh Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia tahun 2006 adalah:

1. Kompetensi Dasar

a. Keterampilan komunikasi efektif

b. Keterampilan klinis dasar

c. Keterampilan menerapkan dasar-dasar ilmu biomedis, ilmu klinis, ilmu perilaku, dan
epidemiologi dalam praktik kedokteran keluarga

d. Keterampilan pengelolaan masalah kesehatan pada individu, keluarga ataupun


masyarakat degan cara yang komprehensif, holistik, berkesinambungan, terkoordinasi,
dan bekerja sama dalam konteks Pelayanan Kesehatan Primer

e. Memanfaatkan, menilai secara kritis, dan mengelola informasi

f. Mawas diri dan pengembangan diri/belajar sepanjang hayat

g. Etika, moral dan profesionalisme dalam praktik


2. Ilmu dan Keterampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Utama

Bedah, Penyakit dalam, Kebidanan dan penyakit kandungan, Kesehatan anak,


THT,Mata, Kulit dan kelamin, Psikiatri, Saraf, Kedokteran komunitas

3. Keterampilan klinis Layanan Primer Lanjut

a. Keterampilan melakukan health screening

b. Menafsirkan hasil pemeriksaan laboratorium lanjut

c. Membaca hasil EKG

d. Membaca hasil USG

e. BTLS, BCLS, dan BPLS

4. Keterampilan Pendukung

a. Riset

b. Mengajar kedokteran keluarga

5. Ilmu dan Ketrampilan Klinis Layanan Primer Cabang Ilmu Pelengkap

a. Semua cabang ilmu kedokteran lainnya

b. Memahami dan menjembatani pengobatan alternatif

6. Ilmu dan Keterampilan Manajemen Klinis

a. Manajemen klinik dokter keluarga

Karakteristik Pelayanan Dokter Keluarga

Ikatan dokter Indonesia merumuskan pelayanan dokter keluarga sebagai berikut:

a. Yang melayani penderita tidak hanya sebagai orang per orang tetapi sebagai anggota satu
keluarga dan bahkan sebagai anggota masyarakat sekitarnya

b. Yang memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan memberikan perhatian


kepada penderita secara lengkap dan sempurna, jauh melebihi jumlah keseluruhan
keluhan yang disampaikan

c. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan guna meningkatkan derajat kesehatan


seoptimal mungkin, mencegah timbulnya penyakit dan mengenal serta mengobati
penyakit sedini mungkin

d. Yang mengutamakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan dan berusaha


memenuhi kebutuhan tersebut sebaik-baiknya

e. Yang menyediakan diriinya sebagai tempat pelayanan kesehatan tingkat pertama dan
bertanggung jawab pada pelayanan kesehatan lanjutan

Tujuan pelayanan dokter keluarga

Tujuan pelayanan dokter keluarga dibedakan atas dua macam yaitu :

1. Tujuan umum

Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan pelayanan
kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya, yakni terwujudnya keadaan sehat bagi
setiap anggota keluarga.

2. Tujuan khusus

a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efektif

Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga memang


lebih efektif. Ini disebabkan karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak
hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada pasien sebagai manusia
seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari anggota keluarga dengan lingkungannya masing-
masing. Dengan diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan suatu
masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna dan karena itu penyelesaian suatu
masalah kesehatan akan dapat pula diharapkan lebih memuaskan.

b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang lebih efisien


Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya, pelayanan dokter keluarga juga lebih
efisien. Ini disebabkan karena pelayanan dokter keluarga lebih mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan.
Dengan diutamakannya pelayanan pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan
menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan berperan besar dalam
menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan yang seperti ini
ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang
besar peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang jumlahnya telah diketahui
selalu bersifat terbatas.

Manfaat Pelayanan Dokter Keluarga

1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit sebagai manusia seutuhnya, bukan
hanya terhadap keluhan yang disampaikan.

2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit dan dijamin kesinambungan


pelayanan kesehatan.

3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan lebih baik dan terarah, terutama di
tengah-tengah kompleksitas pelayanan kesehatan saat ini.

4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu sehingga penanganan suatu
masalah kesehatan tidak menimbulkan berbagai masalah lainnya.

5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka segala keterangan tentang
keluarga tersebut, baik keterangan kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang sedang dihadapi.

6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk
faktor sosial dan psikologis.

7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit dengan tata cara yang lebih sederhana
dan tidak begitu mahal dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran canggih yang memberatkan
biaya kesehatan.

Pelayanan di Rumah (Home Visit)

Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran menyeluruh perlu diketahui latar


belakang pasien yang menjadi tanggungannya, serta dapat selalu dijaga kesinambungan pelayanan
kedokteran yang dibutuhkan oleh pasien yang menjadi tanggungannya. Untuk dapat mewujudkan
pelayanan kedokteran yang seperti ini, banyak upaya yang dapat dilakukan. Salah satu
diantaranya yang dipandang mempunyai peranan penting adalah melakukan kunjungan rumah
sera melakukan perawatan pasien di rumah terhadap keluarga yang membutuhkan.

Yang dimaksud dengan kunjungan rumah adalah kedatangan petugas kesehatan ke rumah
pasien untuk lebih mengenal kehidupan pasien dan atau memberikan pertolongan kedokteran
sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pasien sedangkan yang dimaksud dengan perawatan pasien
di rumah adalah apabila pertolongan kedokteran yang dilakukan di rumah tersebut tidak termasuk
lagi dalam kelompok pelayanan rawat jalan (ambulatory service) tetapi dalam kelompok rawat
inap (hospitalization).

Alasan Kunjungan dan Perawatan di Rumah

1. Untuk lebih mengenal kehidupan pasien

Telah disebutkan bahwa pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran


menyeluruh. Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan kedokteran yang menyeluruh ini,
diperlukan antara lain tersedianya data yang lengkap tentang keadaan pasien, sedemikian rupa
sehingga dapat dikenal kehidupan pasien secara lebih lengkap. Untuk dapat mengumpulkan data
ini tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali melakukan kunjungan ke rumah pasien.

2. Untuk melakukan pertolongan kedokteran

Telah disebutkan bahwa salah satu karakteristik pokok pelayanan dokter keluarga adalah
pelayanan kedokteran yang berkesinambungan. Untuk dapat mewujudkan pelayanan kedokteran
yang seperti ini, tentu tidak cukup jika pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan hanya
bersifat pasif, dalam arti hanya menaati pasien berkunjung ke tempat praktik saja. Pelayanan
dokter keluarga yang baik harus bersifat aktif, dalam arti, jika memang diperlukan, melakukan
kunjungan dan atau merawat pasien di rumah pasien.

Tata cara kunjungan dan perawatan pasien di rumah.

Tata cara kunjungan dan perawatan pasien di rumah mencakup bidang yang amat luas.
Jika ditinjau dari tenaga pelaksana dapat dibedakan atas dua macam. Pertama, dilakukan sendiri
oleh petugas kesehatan khusus, biasanya tenaga paramedis, yang telah mendapat pelatihan.
Sedangkan jika ditinjau dari pihak yang mengambil inisiatif, juga dapat dibedakan atas dua
macam. Pertama, atas inisatif dokter keluarga yang melaksanakan pelayanan dokter keluarga.
Kedua atas inisiatif pasien yang memerlukan pertolongan kedokteran dari dokter keluarga.

Terlepas dari ketegori tenaga yang melaksanakan dan atau pihak yang mengambil inisiatif,
suatu kunjungan dan perawatan pasien di rumah yang baik memang harus mengikuti suatu tata
cara tertentu yaitu :

1) Mempersiapkan daftar nama keluarga yang akan dikunjungi

Apabila memang ada kemampuan, sebaiknya dokter keluarga dapat melakukan kunjungan
rumah kepada semua keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, terutama apabila keluarga
tersebut merupakan pasien baru. Tetapi apabila kemampuan tersebut tidak dimiliki, kunjungan
rumah untuk pengumpulan data cukup dilakukan terhadap keluarga yang sangat membutuhkan
saja, yakni keluarga yang termasuk dalam kelompok berisiko tinggi (high risk family), misalnya
menderita penyakit menular, istri sedang hamil, atau keluarga dengan anak balita.

Sesuai dengan kasus yang ada dikatakan bahwa seorang ibu dalam sebuah keluarga menderita
penyakit menular yaitu TBC. Ibu ini memiliki seorang suami, dan lima orang anak dimana salah
seorang anak perempuan yang berusia 9 tahun juga saat ini sedang batuk-batuk sejak 3 minggu
yang lalu dan tidak kunjung reda walaupun sudah berobat ke dokter. Keluarga ini merupakan
contoh keluarga yang seharusnya dikunjungi dalam pelayanan dokter keluarga mengingat TBC
merupakan penyakit menular yang cukup membahayakan.4,6

2) Mengatur jadwal kunjungan


Jadwal kunjungan harus diatur agar dapat bertemu dengan kepala keluarga yang dapat
menjelaskan tentang kehidupan keluarga yang ingin diketahui atau dengan anggota keluarga yang
ingin dikunjungi. Dalam hal ini petugas kesehatan minimal harus bertemu dengan ibu yang
menderita TBC dan anak perempuannya yang menderita batuk selama 3 minggu yang tidak
kunjung reda.

3) Mempersiapkan macam data yang akan dikumpulkan

Data minimal yang dikumpulkan adalah tentang keadaan rumah dan lingkungan pemukiman
pasien, struktur keluarga, fungsi keluarga serta interaksi antara anggota keluarga dalam
menjalankan fungsi keluarga. Secara umum aspek keluarga yang harus dinilai adalah:

a. Keadaan biologis anggota keluarga

b. Keadaan biologis keluarga

c. Keadaan psikologis keluarga

d. Keadaan sosial keluarga

e. Keadaan spiritual keluarga

f. Keadaan rumah/lingkungan keluarga

g. Keadaan kultural keluarga

4) Melakukan pengumpulan data

Apabila ketiga persiapan diatas selesai dilakukan, kegiatan dilanjutkan dengan melakukan
kunjungan rumah serta mengumpulkan data sesuai dengan yang telah direncanakan. Pengumpulan
data tidak boleh dilakukan secara terburu-buru karena data yang dikumpulkan dengan satu kali
kunjungan saja sering tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Sesuai dengan aspek yang
telah disebutkan diatas maka petugas kesehatan harus menanyakan mengenai:

a. Keadaan biologis keluarga

Meliput keadaan kesehatan sekarang, apakah semua anggota dalam keadaan baik
atau kurang baik. Dari skenario diketahui ibu menderita TBC dan seorang anak
perempuan yang sudah 3 minggu menderita batuk. Kemudian ditanyakan mengenai
kebersihan perorangan dalam keluarga tersebut, apakah baik, sedang, atau kurang.
Sebagai penyakit menular, kuman Mycobacterium tuberculosis yang menjadi penyebab
penyakit tuberculosis dapat ditularkan melalui udara saat pasien TBC batuk dan percikan
ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh anggota keluarga yang lain saat
bernapas, sehingga perlu ditanyakan bagaimana perilaku ibu yang menderita TBC
tersebut, apakah ia menjaga kebersihan diri dengan baik atau tidak. Selanjutnya bisa
ditanyakan mengenai penyakit yang sering diderita oleh seluruh anggota keluarga,
apakah ada anggota keluarga yang mengalami kecacatan, bagaimana pola makan dan
pola istirahat mereka, apakah baik, sedang atau kurang karena menurut teori terjadinya
sakit, terdapat tiga hal yang mempengaruhi kejadian sakit yaitu keadaan host, agent, dan
lingkungan. Dalam hal ini jika host atau manusia memiliki daya tahan tubuh yang rendah
karena kurang mendapat asupan gizi maka akan memudahkan kuman Mycobacterium
tuberculosis untuk masuk dan berkembang biak dalam tubuh orang tersebut. Hal yang
penting juga untuk ditanyakan yaitu berapa jumlah anggota keluarga yang ada.4,6

b. Keadaan psikologis keluarga

Untuk keadaan psikologis keluarga, hal-hal yang harus diketahui adalah kebiasaan
buruk yang ada misalnya merokok, bagaimana proses pengambilan keputusan dalam
keluarga tersebut, apakah ada anggota keluarga yang mengalami ketergantungan obat,
serta bagaimana pola rekreasi mereka, apakah baik, sedang, atau kurang.

c. Keadaan sosial keluarga

Keadaan sosial keluarga berkaitan dengan tingkat pendidikan, hubungan antar


anggota keluarga, hubungan dengan orang lain, kegiatan organisasi sosial dan keadaan
ekonomi. Tingkat pendidikan berhubungan dengan kemampuan menerima informasi
kesehatan dari media massa dan petugas kesehatan. Banyak kasus kesakitan dan
kematian masyarakat yang diakibatkan rendahnya tingkat pendidikan penduduk. Faktor
ekonomi yang berkaitan dengan daya beli berhubungan secara signifikan dengan
penyakit menular. Kemampuan ekonomi tercermin dari sarana air minum, jamban
keluarga, saluran pembuangan air limbah, lantai, dinding, dan atap rumah.kemampuan
anggaran rumah tangga juga mempengaruhi kecepatan untuk meminta pertolongan
apabila anggota keluarganya sakit.4,6

d. Keadaan spiritual keluarga, berkaitan dengan ketaatan beribadah dan keyakinan tentang
kesehatan.4,6

e. Keadaan rumah/lingkungan keluarga

Untuk data keadaan rumah atau lingkungan, meliputi jenis bangunan apakah
permanen, semi permanen atau gubuk serta lantai rumah apakah beralaskan tanah, semen
atau keramik. rumah dengan lantai tanah akan berbeda dengan lantai ubin dan keramik
bila ditinjau dari segi kesehatan. Dinding tembok atau beton jauh lebih baik daripada
anyaman bambu atau dinding semipermanen. Selanjutnya mengenai luas rumah, karena
penyakit TBC ditularkan melalui udara, terutama pada udara tertutup dalam suatu
ruangan seperti udara dalam rumah yang sirkulasi udaranya kurang baik dan biasanya
karena ukurannya yang sempit sehingga tidak memadai jumlah orang yang tinggal di
dalamnya dan menimbulkan efek lembab dan pengap. Apabila penderita TBC dengan
BTA positif batuk, bersin, atau berbicara, maka bakteri TBC tersebut akan keluar
bersama droplet nafas penderita tersebut dan menularkan pada orang lain. Kemudian
mengenai penerangan sinar matahari di dalam rumah karena bakteri tuberkulosis bisa
tahan selama 1-2 jam di udara terutama di tempat yang lembap dan gelap (bisa berbulan-
bulan) namun tidak tahan terhadap sinar matahari atau aliran udara. Hal berikut yang
dilihat adalah ventilasi rumah karena aliran udara berkaitan dengan penularan penyakit.
Rumah dengan ventilasi baik akan menyulitkan pertumbuhan kuman penyakit.
Pertukaran udara dapat memecah dan mengurai konsentrasi kuman di udara. Berikutnya
mengenai sumber air minum, karena sarana ar minum merupakan bagian yang sangat
penting dari kesehatan lingkungan. Sumber air minum dapat berasal dari sumur gali,
sumur pompa tangan dalam/dangkal, perpipaan atau PDAM, penampungan air hujan dan
penampungan mata air. Semua sumber tersebut harus memenuhi syarat kesehatan air
minum yaitu kadar E. Coli nol atau negatif. Sumur gali misalnya, harus berjarak minimal
10 meter dari septic tank. Sarana ini sangat erat kaitannya dengan penyakit diare. Selain
sumber air minum, hal penting lainnya adalah jamban. Harus dilihat apakah rumah
tersebut memiliki jamban keluarga atau tidak. Jamban keluarga yang berbentuk leher
angsa mampu mencegah penularan penyakit melalui lalat dan vektor lainnya. Tinja
manusia yang dibuang sembarang tentu merupakan media yang sangat baik bagi kuman
penyakit. Selain itu, saluran pembuangan air limbah juga berkontribusi pada sanitasi
lingkungan. Halaman rumah yang becek karena buruknya saluran pembuangan air
limbah memudahkan penularan penyakit terutama ditularkan oleh cacing dan parasit.4,6

Keadaan kultural keluarga, apakah adat yang mempengaruhi perilaku.

5) Melakukan pencatatan data

Kegiatan berikutnya yang dilakukan adalah mencatat semua data yang berhasil
dikumpulkan. Catatan data dasar pasien ini biasanya dilakukan pada rekam medis khusus
yang disebut dengan nama rekam medis keluarga.

6) Menyampaikan nasihat dan atau penyuluhan kesehatan

Sekalipun tujuan utama kunjungan rumah adalah untuk mengumpulkan data pasien,
namun sangat dianjurkan pada waktu kunjungan tersebut dapat sekaligus disampaikan nasihat
ataupun dilakukan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan hasil temuan. Misalnya
menyampaikan nasihat tentang kebersihan perseorangan, kebersihan lingkungan pemukiman,
dan lain sebagainya. Melalui kunjungan rumah akan dapat dikumpulkan data tentang pasien
secara lengkap, yang jika dilakukan hanya melalui wawancara di ruang praktik, hampir tidak
mungkin diperoleh. Pasien memang akan lebih bersikap terbuka jika berada di lingkungan
yang lebih dikenalnya, yakni lingkungan rumah dan keluarganya, bukan lingkungan tempat
praktik.

Pemeriksaan dan pengobatan pasien TB

Sebelum kita melakukan pengobatan pastikan dulu apakah pasien tersebut batuk lebih dari 2
minggu, nafas lebih dari 30x dalam satu menit, sewaktu menarik nafas, ruang antara tulang rusuk
tertarik ke dalam dan demam lebih dari 2 minggu. Gejala lainnya mungkin ada darah dalam
dahak, dahak semu hijau atau kuning dengan nanah, nyeri dada, lelah, berat badan menurun.7
Diperlukan indeks kecurigaan yang tinggi terutama pada pasien dengan imunosupresi atau
dari daerah endemisnya. Antara pertanyaan yang di ajukan pada penderita tersangka TB adalah
seperti berikut:
 Riwayat Penyakit Terdahulu: 8
 Pernahkah pasien berkontak dengan pasien TB?
 Apakah pasien mengalami imunosupresi (kortikosteroid/HIV)?
 Apakah pasien pernah menjalani pemeriksaan rontgen toraks dengan hasil
abnormal ?
 Adakah riwayat vaksinasi BCG atau Mantoux ?
 Adakah riwayat diagnosis TB ?
 Riwayat Penggunaan Obat: 8
 Pernahkah pasien menjalani terapi TB? Jika ya, obat apa yang digunakan, berapa
lama terapinya, bagaimana kepatuhan pasien mengikuti terapi dan apakah
dilakukan pengawasan terapi ?
 Riwayat Keluarga dan Sosial: 8
 Adakah riwayat TB di keluarga atau lingkungan sosial?
 Tanyakan konsumsi alkohol, penggunaan obat intravena dan riwayat berpergian ke
luar negeri.
Pemeriksaan Fisik 8
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukan konjungtiva
mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu tubuh yang subfebris, badan kurus atau berat
badan menurun. Pemeriksaan fisik sering tidak diperoleh hasil yang memuaskan terutama apabila
sarang penyakit terletak di dalam akan sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apeks paru. Bila
dicurigai adanya infiltrat agak luas mungkin ditemukan perkusi yang redup dan auskultasi suara
bronkhial dan suara tambahan ronkhi basah kasar yang nyaring. Namun bila infiltrat diliputi
penebalan pleura, suara tambahan menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup
besar, pada perkusi akan diperoleh hasil hipersonor atau timpani dan suara auskultasi amforik.
Pada TB paru lanjut dengan fibrosis luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot
interkostal. Bagian paru yang sakit menciut dan menarik isi mediastinum atau paru yang lain.
Paru yang sehat jadi hiperinflasi. Keadaan lanjut TB paru dapat meningkatkan tekanan arteri
pulmonalis (hipertensi pulmonalis) yang diikuti terjadinya kor pulmonale dan gagal jantung kanan
sehingga akan dapat ditemukan tanda-tanda kor pulmonale dengan gagal jantung kanan seperti
takipnea, takikardi, sianosis, right ventrikular lift, right artikular gallop, murmur Graham Steel,
bunyi P2 yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, hepatomegali, ascites dan
edem. Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimptomatik dan penyakit baru dicurigai dengan
didapatkan adanya kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji tuberkulin positif.

Tes tuberkulin 8
Pemeriksaan ini dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada
anak-anak (balita). Tes ini dilakukan dengan menyuntikan 0,1 cc tuberkulin secara intrakutan. Tes
ini hanya menyatakan apakah seseorang sedang atau pernah terinfeksi kuman TB atau mendapat
vaksinasi BCG. Tes tuberkulin (mantoux) dinyatakan posotif apabila diperoleh indurasi 10 mm
setelah 48-72 jam tuberkulin disuntikkan.

Manifestasi Klinis 8
Keluhan yang dirasakan oleh pasien TB dapat bervariasi atau terkadang ditemukan banyak
pasien dengan TB paru tanpa keluhan sama sekali. Keluhan yang biasa ditemukan pada pasien
dengan TB paru adalah diantaranya demam, batuk dengan atau tanpa darah, sesak napas, nyeri
dada, malaise.
Demam pada pasien dengan TB paru biasanya subfebris tetapi kadang dapat mencapai 40-
410 C. Demam ini biasanya hilang timbul sehingga pasien merasa tidak pernah bebas dari
serangan demam. Keadaan ini berhubungan dengan daya tahan tubuh pasien serta berat ringannya
infeksi kuman TB yang masuk.
Gejala batuk pada pasien dengan TB banyak ditemukan. Batuk terjadi karena adanya
iritasi pada bronkus. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit tidak sama maka mungkin
saja batuk baru ada setelah penyakit berkembang dalam jaringan paru yaitu setelah setelah
berminggu-minggu atau berbulan-bilan peradangan dimulai. Sifat batuk dapat dimulai dari batuk
kering dan setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif yang menghasilkan sputum.
Keadaan lanjut adalah berupa batuk darah karena terdapatnya pembuluh adrah yang pecah.
Batuk darah kebanyakan timbul akibat kavitasi namun dapat pula terjadi pada ulkus
dinding bronkus. Sesak napas pada penyakit ringan belum akan dirasakan. Sesak napas akan
ditemukan pada penyakit paru yang sudah lanjut, yang infiltrasinya meliputi setengah bagian
paru. Nyeri dada agak jarang ditemukan. Timbul biasanya bila infiltrasi radang sudah mencapai
pleura sehingga terjadi pleuritis. Penyakit TB merupakan penyakit radang yang menahun
sehingga gejala malaise sering ditemukan yang dapat berupa anorexia (tidak nafsu makan), berat
badan yang menurun, sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat malam. Gejala malaise semakin
lama semakin berat dan terjadi hilang timbul secara tidak teratur.

Pengobatannya:

 Periksa dahak
 Berikan trisulfa 500mg 1 tablet 4 kali sehari selama 3 hari sambil menunggu hasil
pemeriksaan dahak
 Apabila dahak negatif:
 Ulangi pemeriksaan dahak 3 hari berturut-turut
 Jika hasil tetap negatif, kirimkan ke dokter
 Jika tidak mungkin dikirimkan, obatilah seperti pneumonia dan amatilah penderita.
Jika gejala tetap selama 1 bulan, ulangi pemeriksaan dahak.
 Apabila dahak positif
 Mulailah pengobatan
 Laporkan peristiwa ke Kantor Kesehatan Kabupaten
 Berilah penjelasan agar pasien mengerti sifat penyakit, perlu pengobatan terus
menerus dan tidak terputus, kegagalan dalam pengobatan akan membahayakan
dirinya dan dapat menularkan ke orang-orang dilingkungannya.
 Tetapkanlah rencana pengobatan penderita, hal ini ditentukan oleh dapatnya dan
kesediaannya dating kepuskesmas menurut suatu jadwal : tiap hari, 2 kali
seminggu atau setiap bulan. Untuk yang dapat datang tiap hari berilah tiap hari
selama 1 bulan.

Obat 15 th keatas 10-14th 5-9th


Streptomycin 1 Gm I.M 0,75 Gm I.M 0,5 Gm I.M
INH 400 mg 300 mg 200 mg
Vitamin B6 10 mg 10 mg 5 mg
PAS 8g 5g 2,5 g

 Kemudian setelah 1 bulan berilah obat tersebut diatas dua kali seminggu selama 11
bulan dan hentikan pengobatan.
 Untuk penderita yang dating kepuskesmas 2 kali seminggu, berilah 2 kali
seminggu selama 12 bulan.

Obat 15 th keatas 10-14th 5-9th


Streptomycin 1 Gm I.M 0,75 Gm I.M 0,5 Gm I.M
INH 700 mg 500 mg 400 mg
Vitamin B6 10 mg 10 mg 5 mg
 Untuk penderita yang datang kepuskesmas sekali sebulan berilah untuk diminum
setiap harinya.

Obat 15 th keatas 10-14th 5-9th


INH 400 mg 300 mg 200 mg
Vitamin B6 10 mg 10 mg 5 mg

 Berilah pengobatan ini selama satu tahun. Jika dahaknya menjadi negatif pada
akhir 1 tahun, lanjutkan pengobatan selama 1 tahun lagi.
 Jika pada akhir 1 tahun dahak masih positif lanjutkan pengobatan selama 6 bulan,
ulangi pemeriksaan dahak. Apabila dahak negatif lanjutkan pengobatan selama 6
bulan lagi. Apabila masih positif kirimkan kedokter.

Promotif (Peningkatan Kesehatan)

 Penyuluhan perorangan menggunakan metode penyuluhan langsung. Materi yang


dijelaskan adalah informasi mengenai TB.

 Penyuluhan kelompok menggunakan metode penyuluhan langsung dengan cara ceramah


mengenai TB. Materi penyuluhan adalah semua informasi mengenai TB.
Materi penyuluhan:

 Pengertian dan faktor resiko TB

TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium


tuberkulosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lainnya.

Cara penularan:

 Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif

 Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk
percikan ludah (droplet).

 Umumnya penularan dapat terjadi di dalam ruangan dimana droplet berada dalam waktu
yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumalh percikan, sementara sinar matahari
langsung dapat membunuh kuman.

 Percikan dapat bertahan selama beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

 Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari
parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil pemeriksaan dahak, makin menular pasien
tersebut

 Faktor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB, di tentukan oleh konsentrasi
percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Resiko penularan:

 Resiko penularan tergantung tingkat pajanan dengan percikan dahak. Pasien TB paru
dengan BTA positif memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari pasien
TB paru dengan BTA negatif

 Resiko penularan setiap tahunnya di tunjukkan dengan Annual Risk of Tuberkulosis


Infection (ARTI) yaitu proporsi penduduk yang beresiko terinfeksi TB selama satu tahun.
ARTI sebesar 1%, berarti 10 orang diantara 1000 penduduk terinfeksi setiap tahun.
 ARTI di Indonesia bervariasi antara 1-3%.

 Infeksi TB dibuktikan dengan perubahan reaksi tuberculin negatif menjadi positif. Resiko
menjadi sakit TB.

 Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB

 Faktor yang memperngaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya


tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi (gizi buruk).9

Preventif (Upaya Pencegahan)11

Berkaitan dengan perjalanan alamiah dan peranan Agent, Host dan Lingkungan dari TBC,
maka tahapan pencegahan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Pencegahan Primer

Dengan promosi kesehatan sebagai salah satu pencegahan TB paling efektif, walaupun hanya
mengandung tujuan pengukuran umum dan mempertahankan standar kesehatan sebelumnya yang
sudah tinggi. Proteksi spesifik dengan tujuan pencegahan TB yang meliputi, yaitu:

 Imunisasi aktif, melalui vaksinasi BCG secara nasional dan internasional pada
daerah dengan angka kejadian tinggi dan orang tua penderita beresiko tinggi
dengan nilai proteksi yang tidak absolute dan teragntung Host tambahan dan
lingkungan

 Pengotrolan faktor predisposisi, yang mengacu pada pencegahan dan pengobatan


diabetes, malnutrisi, sakit kronis dan mental.

Contohnya :

 Pencegahan pada faktor penyebab TB (Agent) bertujuan untuk mengurangi


penyebab atau menurunkan pengaruh agent TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis
serendah mungkin dengan melakukan isolasi pada penderita tuberkulosis selama
menjalani proses pengobatan

 Mengatasi faktor lingkungan yang berpengaruh pada penularan tuberkulosis


seperti meningkatkan kualitas pemukiman dengan menyediakan ventilasi pada
rumah dan mengusahakan agar sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam
rumah.

 Meningkatkan daya tahan pejamu seperti meningkatkan status gizi individu,


pemberian imunisasi BCG terutama pada anak

 Tidak membiarkan penderita TB tinggal serumah dengan yang bukan penderita


karena bisa menyebabkan penularan

 Meningkatkan pengetahuan individu mengenai pencegahan penyakit TB paru


seperti apa, imunisasi BCG serta pengobatan segera untuk penderita TB paru.

2. Pencegahan Sekunder

Dengan diagnosis dan pengobatan secara dini sebagai dasar pengontrolan kasus TB yang timbul
dengan 3 komponen utama yaitu Agent, Host, dan lingkungan. Kontrol pasien dengan deteksi dini
penting untuk kesuksesan aplikasi modern kemoterapi spesifik, walau terasa berat baik dari segi
financial, materi maupun tenaga. Langkah kontrol kejadian kontak adalah untuk memutuskan
rantai infeksi TB, dengan imunisasi TB negatif dan Chemoprophylaxis pada TB positif. Kontrol
lingkungan dengan membatasi penyebaran penyakit, desinfeksi dan cermat mengungkapkan
investigasi epidemiologi, sehingga ditemukan bahwa kontaminasi lingkunagn memegang peranan
penting terhadap epidemiologi TB.

Pencegahan sekunder atau pencegahan tingkat kedua yang meliputi diagnosis dini dan
pencegahan yang cepat untuk mencegah meluasnya penyakit, untuk mencegah proses penyakit
lebih labjut serta mencegah terjadinya komplikasi. Sasaran pencegahan ini ditujukan kepada
mereka yang menderita atau dianggap menderita (suspect) atau tang terancam akan menderita TB
(masa tunas).10

Contohnya:

 Pemberian Obat Anti Tuberkulosis (OAT) pada penderita TB paru sesuai dengan
kategori pengobatan seperti isoniazid dan rifampisin.

 Penemuan kasus TB paru sedini mungkin dengan melakukan diagnosis pemeriksan


sputum (dahak) untuk mendeteksi BTA pada orang dewasa.
 Diagnosis dengan tes tuberculin

 Anamnesis bagik terhadap pasien maupun keluarganya

 Melakukan foto thorax

 Libatkan keluarga terdekat sebagai pengawas minum obat anti TB.10

3. Pencegahan Tersier

Rehabilitasi merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TB. Dimulai dengan diagnosis kasus
berupa trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur
selama fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitas pekerjaan yang tergantung
situasi individu. Selain itu, tindakan pencegahan sebaiknya dilakukan untuk mengurangi
perbedaan pengetahuan tentang TB, yaitu dengan jalan sebagai berikut:

 Perkembangan media

 Metode solusi problem keresistensian obat

 Perkembangan obat bakterisidal baru

 Perencanaan yang baik dan investigasi epidemiologi TB yang terkontrol

Pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga dengan tujuan mencegah jangan sampai
mengalami kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah
kematian. Dapat juga dilakukan rehabilitasi untuk mencegah efek fisik, psikologis dan sosial.10

Ketentuan Persyaratan Kesehatan Rumah Tinggal11

1. Bahan-bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat yang dapat
membahayakan kesehatan

2. Komponen dan penataan ruangan

 Lantai kedap air dan mudah dibersihkan

 Dinding rumah memiliki ventilasi, di kamar mandi dan kamar cuci kedap air dan
mudah dibersihkan
 Langit-langit rumah mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan

 Ruang ditata dengan fungsi dan peruntukannya. Dapur harus memiliki sarana
pembuangan asap

3. Pencahayaan

Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan dan tidak menyilaukan mata. Sinar matahari ini sangat
penting karena dapat membunuh bakteri-bakteri pathogen di rumah, misalnya basil TB, karena itu
rumah yang sehat harus memiliki jalan masuk cahaya yang cukup. Bila sinar matahari dapat
masuk ke dalam rumah serta sirkulasi udara diatur maka resiko penularan antar penghuni akan
sangat berkurang.

4. Kualitas udara

 Suhu ruangan nyaman, antara 18˚-30˚C

 Kelembaban udara antara 40-70%

5. Ventilasi

Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya oksigen di dalam rumah, disamping itu
kurangnya ventilasi akan menyebabkan kelembaban udara naik dimana anntinya ini akan menjadi
media yang baik untuk pertumbuhan bakteri pathogen/ bakteri penyebab penyakit, misalnya
kuman TB. Ventilasi mempunyai banyak fungsi yakni untuk menjaga agar aliran udara di dalam
rumah tersebut tetap segar, membebaskan udara di ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri
pathogen, karena di situ selalu terjadi aliran udara yang terus menerus, serta menjaga agar
ruangan kamar tidur selalu tetap di dalam kelembaban yang optimum.

6. Penyediaan air

 Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas minimal 60liter per orang setiap hari

 Kualitas air harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih

7. Pembuangan limbah

8. Kepadatan hunian kamar tidur


Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas lantai
banguann rumah tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya agar tidak menyebabkan
overload. Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya konsumsi oksigen juga
bila salah satu anggota keluarga ada yang terkena penyakit infeksi, akan mudah menular kepada
anggota keluarga yang lain.11

Daftar Pustaka
1. Azrul, Anwar. Pengantar Epidemiologi, Edisi Pertama. Jakarta: Bina Putra Aksara, 1998.
2. Noor, Nur Nasry. Epidemiologi. Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
3. Subari, Heru, dkk. Manajemen Epidemiologi. Yogyakarta: Media Pressindo, 2004.
4. Widoyono. Penyakit tropis, epidemiologi penularan, pencegahan & pemberantasan.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. h1-21.
5. Amin Z, Bahar A. Tuberkulosis paru. Edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD
FKUI;2006.h.312-9.
6. Prasetyawati A.E.Kedokteran keluarga. Jakarta : PT Rineka Cipta; 2010.
7. Depkes RI. Pedoman Kerja Puskesmas Jilid III. Jakarta: Depkes RI;1991.
8. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Ilmu penyakit dalam. Edisi
5. Jilid 3. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI;
2009.P.2230-9.
9. Depkes RI. Pedoman penyakit tuberkulosis dan penanggulangannya. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI; 2008.
10. Pickett G, Hanlon JJ. Kesehatan masyarakat administrasi dan praktik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2009.
11. Soetono, Sadikin & Zanilda. Membangun praktek dokter keluarga mandiri. Jakarta:
Pengurus Besar IDI; 2006.

Anda mungkin juga menyukai