Peran Perawat Dalam Bencana Kelompok 5
Peran Perawat Dalam Bencana Kelompok 5
Disusun Oleh:
1. Fitri Lestari
2. Linca Harunengsih
3. Nida Fauziyah
4. Nur’azijah Anjelita
5. Suharyati
6. Yudha Try ananda
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dengan tugas ini, kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen pembimbing Mata Kuliah Keperawatan Bencana Ibu
Ns. Hj. Nonok Karlina., M.Kep., Sp.Kep.MB, serta teman-teman atas kerja sama
dan bantuannya baik secara langsung maupun tidak langsung dalam tersusunnya
makalah ini.
Makalah ini masih ada beberapa kekurangan baik dari segi penulisan
maupun materi, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun guna menyempurnakan kelengkapan makalah ini di masa
yang akan datang.
Akhir kata saya mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
P
enyusun,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran.....................................................................................................................9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari bencana
2. Untuk mengetahui dan dapat menerapkan peran perawat dalam
penanggulangan bencana
3. Untuk mengetahui dan dapat menerapkan peran perawat saat bencana
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
2.2 Peran Perawat dalam Penanggulangan Bencana
Peran perawat diharapkan dalam setiap bencana yang terjadi. Peran
perawat menurut fase bencana:
1. Pencegahan Primer
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana
ini, antara lain:
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency
(makanan, air, obat-obatan, pakaian dan selimut serta tenda)
c. Melatih penanganan pertama korban bencana
d. Berkoordinasi dengan berbagai dinas pemerintahan , organisasi
lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-lembaga
kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan simulasi
persiapan menghadapi ancaman bencana kepada masyarakat.
Pendidikan kesehatan diarahkan kepada:
a. Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
b. Pelatihan pertolngan pertama dalam keluarga seperi menoong anggota
keluarga engan kecurigaan fraktur tulang, perdarahan, dan perolongan
pertama luka bakar
c. Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS, dan ambulans
d. Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa
(misal pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
e. Memberikan informas tempat-tempat alternatif penampungan atau
posko-posko bencana
2. Fase impact
a. Bertindak cepat.
b. Perawat tidak memberikan janji apapun atau memberikan harapan
palsu pada korban bencana.
c. Konsentrasi penuh pada hal yang dilakukan.
d. Berkoordinasi dengan baik dengan tim lain.
3
e. Bersama pihak yang terkait mendiskusikan dan merancang master
plan revitalizing untuk jangka panjang.
Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk
memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana ”seleksi”
pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif. (Triase).
TRIASE :
a. Merah — paling penting, prioritas utama. keadaan yang
mengancam kehidupan sebagian besar pasien mengalami hipoksia,
syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma kepala dengan
kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II.
b. Kuning — penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injury
dengan efek sistemik namun belum jatuh ke keadaan syok karena
dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat bertahan selama 30-
60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel, fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat II.
c. Hijau — prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah fraktur
tertutup, luka bakar minor, minor laserasi, kontusio, abrasio, dan
dislokasi.
d. Hitam meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapat
selamat dari bencana, ditemukan sudah dalam keadaan meninggal.
3. Posko Pengumpulan dan Posko Bencana
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan
sehari-hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di rumah sakit.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus
bayi, dan peralatan kesehatan.
4
f. Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakit
menular maupun kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diri
dan lingkungannya berkoordinasi dengan perawat jiwa.
g. Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban
(ansietas, depresi yang ditunjukkan dengan seringnya mengangis
dan mengisolasi diri) maupun reaksi psikosomatik (hilang nafsu
makan, insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan otot).
h. Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapat
dilakukan dengan memodifikasi lingkungan misal dengan terapi
bermain.
i. Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para
psikolog dan psikiater.
j. Komunikasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan
kesehatan dan kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.
4. Fase Post Impact
a. Memberikan terapi bagi korban bencana untuk mengurangi trauma.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu korban bencana alam
untuk kembali ke kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik yang memerlukan pemulihan
dalam jangka waktu lama memerlukan bekal informasi dan
pendampingan.
5
obatan live saving, mengelola administrasi dan keuangan ugd,
melaksanakan pengendalian mutu pelayanan gadar, melakukan
koordinasi dengan unit RS lain.
b. Sebagai Leadership, memiliki tugas untuk: mengelola tenaga medis,
tenaga keperawatan dan tenaga non medis, membagi jadwal dinas.
c. Sebagai pemberi asuhan keperawatan (care giver), perawat harus
melakukan pelayanan siaga bencana dan memilah masalah fisik dan
psikologis yang terjadi pada pasien
2. Peran Perawat di Pusat Evakuasi
Di pusat evakuasi perawat mempunyai peran sebagai :
a. Koordinator, berwenang untuk: mengkoordinir sumberdaya baik
tenaga kesehatan, peralatan evakuasi dan bahan logistik,
mengkoordinir daerah yang menjadi tempat evakuasi
b. Sebagai pelaksana evakuasi: perawat harus melakukan transportasi
pasien, stabilisasi pasien, merujuk pasien dan membantu penyediaan
air bersih dan sanitasi di daerah bencana.
3. Peran Perawat di Klinik Lapangan (Mobile Clinic)
Peran perawat di klinik berjalan (mobile clinic) adalah melakukan: triage,
penanganan trauma, perawatan emergency, perawatan akut, pertolongan
pertama, kontrol infeksi, pemberian supportive, palliative.
4. Peran Perawat di Puskesmas
Peran perawat di puskesmas saat terjadi bencana adalah melakukan:
perawatan pasien ringan, pemberian obat ringan, merujuk pasien.
Sedangkan fungsi dan tugas perawat dalam situasi bencana dapat
dijabarkan menurut fase dan keadaan yang berlaku saat terjadi bencana
seperti dibawah ini;
a. Fase Pra-bencana:
Perawat mengikuti pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan
dalam penanggulangan ancaman bencana untuk setiap fasenya.
1) Perawat ikut terlibat dalam berbagai dinas pemerintahan,
organisasi lingkungan, palang merah nasional, maupun lembaga-
6
lembaga kemasyarakatan dalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat.
2) Perawat terlibat dalam program promosi kesehatan untuk
meningkatkan kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana
yang meliputi hal-hal berikut.
a) Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).
b) Pelatihan pertolongan pertama pada keluarga seperti
menolong anggota keluarga yang lain.
c) Pembekalan informasi tentang bagaimana menyimpan dan
membawa persediaan makanan dan penggunaan air yang
aman.
d) Perawat juga dapat memberikan beberapa alamat dan nomor
telepon darurat seperti dinas kebakaran, rumah sakit, dan
ambulans.
e) Memberikan informasi tempat-tempat alternatif
penampungan dan posko-posko bencana.
f) Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat
dibawa seperti pakaian seperlunya, radio portable, senter
beserta baterainya, dan lainnya.
b. Fase Bencana:
1) Bertindak cepat
2) Do not promise. Perawat seharusnya tidak menjanjikan apapun
dengan pasti, dengan maksud memberikan harapan yang besar
pada para korban selamat.
3) Berkonsentrasi penuh pada apa yang dilakukan.
4) Koordinasi danmenciptakan kepemimpinan.
5) Untuk jangka panjang, bersama-sama pihak yang terkait dapat
mendiskusikan dan merancang master plan of revitalizing,
biasanya untuk jangka waktu 30 bulan pertama.
7
c. Fase Pasca bencana
1) Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaaan fisik,
sosial, dan psikologis korban.
2) Stres psikologis yang terjadi dapat terus berkembang hingga
terjadi posttraumatic stress disorder (PTSD) yang merupakan
sindrom dengan tiga kriteria utama. Pertama, gejala trauma pasti
dapat dikenali. Kedua, individu tersebut mengalami gejala ulang
traumanya melalui flashback, mimpi, ataupun peristiwaperistiwa
yang memacunya. Ketga, individu akan menunjukkan gangguan
fisik. Selain itu, individu dengan PTSD dapat mengalami
penurunan konsentrasi, perasaan bersalah, dan gangguan
memori.
3) Tim kesehatan bersama masyarakat dan profesi lain yang terkait
bekerja samacdengan unsur lintas sektor menangani masalah
kesehatan masyarakat pascagawat darurat serta mempercepat
fase pemulihan menuju keadaan sehat dancaman.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Bencana adalah suatu keadaan yang tiba-tiba mengancam kehidupan
masyarakat karena faktor alam dan/atau non alam maupun faktor manusia
sehingga mengakibatkan korban jiwa, kerusakan lingkungan yang melebihi
kemampuan masyarakat untuk mengatasinya sendiri. Peran perawat dalam
penanggulangan bencana tidak hanya mengurangi morbiditas dan mortalitas
korban bencana pada saat respon darurat. Perawat berperan juga untuk
mempersiapkan masyarakat siap menghadapi bencana dengan meningkatkan
resilience. Menurut International Council of Nurses (ICN) kompetensi
perawat bencana muncul pada fase mitigasi, preparedness, relief, pemulihan
dan rehabilitasi. Misalnya pada fase preparedness, perawat melakukan
pengkajian kebutuhan komunitas, pada fase akut memberikan perawatan fisik
dan mental bagi korban, pada fase pemulihan berperan untuk mengembalikan
fungsi pelayanan kesehatan.
3.2 Saran
Perawat merupakan tenaga kesehatan yang sangat penting dalam
penanggulangan bencana, diharapkan perawat mampu melakukan peran nya
saat bencana terjadi dan mampu memberikan perawatan hingga pemulihan
bagi korban bencana. Perawat juga harus memiliki skill dan rasa kemanusiaan
terhadap korban bencana. Maka dari itu diharapkan mahasiswa mampu
menjadi perawat yang melakukan tugas dan peran nya.
9
DAFTAR PUSTAKA
WHO – ICN, 2009. ICN Framework of Disaster Nursing Competencies, WHO
and ICN, Geneva, Switzerland.
Hamarno, Rudi. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Kegawatdaruratan
& Manajemen Bencana. BPPSDMK: Jakarta Selatan.
Erita, dkk. 2019. Buku Materi Pembelajaran Manajemen Gawat Darurat dan
Bencana. http://repository.uki.ac.id (Diakses pada tanggal 25 Oktober 2019)
BNPB. 2021. Definisi Bencana. https://bnpb.go.id/. (Diakses pada tanggal 11
September 2021)
10