Anda di halaman 1dari 2

HASIL REKAPAN TANYA JAWAB KELOMPOK 7 tentang MUNAKAHAT II

Nama Kelompok :

 Desi Fitriana

 Roziana

1. Assalamualaikum saya Ana Noviana ingin bertanya, Apakah bole jika anak dari pasutri menjadi
saksi pernikahan orang tuanya?Terima kasih

Jawaban :

Sebagaimana yang telah dideskripsikan di atas dimana pernikahan adalah sebuah acara yang
terbilang memilki kesakralan, maka dalam penyelenggaraannya pun harus dilakukan dengan
sebaik mungkin dengan mengacu sesuai pada peraturannya (syariat), dan tidak boleh ada unsur
main-main. Untuk pertanyaan pertama ini, hukumnya adalah boleh. Dalam Fiqih Madzahibul
Arbaáh menyepakati bahwa kesaksian adalah salah satu dari syarat sahnya nikah. Namun setelah
memurajaah atau menelaah empat madzhab fiqih tadi didapat kesimpulan kalau syarat saksi itu
tidak disyaratkan tidak boleh seorang anak dari pasangan calon suami isteri. Tentunya jika anak
itu sudah memilki criteria saksi yang dalam Kitab Tausyeh Fathul Qarib hal : 198 berjumlah 6
yakni islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki, dan adil. Maka anak sah menjadi wali nikah
karena sudah memiliki Ahliyatus Syahadah atau kredibilitas untuk menjadi saksi sesuai dengan
syariat islam. Sekalipun dalam bab Qadla saksi dari seorang anak itu ditolak, namun dalam bab
nikah tidak disyaratkan kesaksian itu bukan dari orang yang ditolak kesaksiannya dalam bab
Qadla. Maka jelaslah seorang anak dapat menjadi saksi dalam pernikahan orang tuanya.

2. Pertanyaan dari Nur Rizki Maulida. Pertanyaannya Apakah Dibolehkan Jika Wanita Yang Telah
Dijatuhkan Talak Tiga Menikah Dengan Niat Agar Bisa Kembali Lagi Kepada Suami
Pertamanya, Dengan Cara Minta Agar Diceraikan Oleh Suami Barunya ?

Jawaban :

Jika seorang suami telah mentalak 3 istrinya, lalu di kemudian hari menyesal dan ingin rujuk,
maka seperti penjelasan di atas, TIDAK DIPERBOLEHKAN RUJUK kecuali si istri telah
menikah dengan orang lain, disetubuhi suami barunya, dan diceraikan (ditalak)

3. Assalamualaikum wr.wb. Izin saya mau bertanya kepada kelompok penyaji. Nama: Nuraini
syaputri. Nim: 11970323000

Apakah ada ayat dalam al-Quran yang kandungannya menyatakan untuk tidak memaksa anak-
anak putri dan membiarkan mereka untuk memilih pasangannya masing-masing? Apabila tidak
ada ayatnya lantas mengapa sebagian orang melakukan pernikahan paksa?Terimakasih 🙏

Jawaban:

Kiranya kita perlu memperhatikan poin ini bahwa seluruh aturan dan hukum Islam tidak
dijelaskan secara rinci dalam al-Quran melainkan diperoleh pada sebagian sumber lainnya seperti
hadis-hadis para maksum As untuk melakukan inferensi dan konklusi hukum-hukum Islam.
Adapun yang menjadi pertanyaan Anda, apabila tidak terdapat sebuah ayat dalam al-Quran,
namun. dijumpai pada fikih Islam yang bersandar pada sumber-sumber lainnya (sunnah, akal dan
ijma) yang menyatakan dilarang keras melakukan kawin paksa pada anak putri sedemikian
sehingga apabila putri tanpa kerelaan dan hanya dengan paksaan ayahnya kemudian ia menikah
dengan seseorang maka akadnya itu batal dan apabila ia memiliki anak dari pernikahan ini, maka
anaknya adalah haram jadah dan keturunan yang diragukan serta merupakan dosa besar bagi
ayahnya.[1] Dari sisi lain, seorang putri tidk dapat menikah tanpa memperoleh kerelaan ayah[2]
dan ia harus memperoleh izin dan restu sang ayah dalam urusan pernikahan. Alasan adanya
aturan yang menyulitkan dalam Islam ini adalah untuk memperoleh istri yang pntas yang di
samping orang yang disukai dan dicintai oleh sang putri demikian juga pemilihannya tidak
berdasar pada emosi dan perasaan saja tidak diimbangi dengan rasionalitas dan pikiran untuk.
menata masa depan yang lebih baik. Aturan universal ini terkadang juga mendapat pengecualian
dan pengecualian itu diberlakukan. tatkala seorang putri atau ayah tidak menunaikan tanggung
jawabnya dan hal ini yang menjadi penyebab rontoknya pernikahan. Tentu hal ini dapat
diselesaikan dengan dialog dan musyawarah dengan orang lain sehingga tercapai kata sepakat dan
kesepahaman. Akan tetapi harap diingat bahwa segala bentuk sikap keras kepala akan membuat
urusan semakin runyam dan sulit. Kedua belah pihak harus menjadikan rasionalitas sebagai
pijakan utama, bertawakkal kepada Allah Swt dan bermusyawarah sehingga dapat sampai pada
sebuah kesimpulan yang ideal. Tentu saja apabila tidak tercapai apa yang diinginkan maka
seyogyanya merujuk kepada marja taklid atau hakim syar'i yang ada.

4. Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Saya Gita Safitri (11970333948) izin bertanya


kepada kelompok penyaji. Pertanyaan persoalan Talaq. Mungkin banyak orang yang takut
menikah karena takut dengan konflik pernikahan yang bisa saja berakhir dengan perceraian.
Bagaimana caranya agar menghilangkan rasa khawatir tersebut? bagaimana caranya agar konflik
yang ada pada pernikahan tidak sampai berujung pada perceraian?

Jawaban: Hendaknya keduanya tahu ilmunya. Bila menikah dengan seorang laki-laki yang baik
ilmunya, paham dan sholeh, maka bila ada kelebihan ia akan bersyukur, dan bila ada kekurangan
pada istrinya, ia akan bersabar, tidak akan menyakiti/menzhalimi

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai