Makalah Polimer Thermosetting (Repaired)
Makalah Polimer Thermosetting (Repaired)
POLIMER THERMOSETTING
Disusun Oleh :
Kelas :2 A
1
DAFAR ISI
Contents
Kata Pengantar.................................................................................................................................3
BAB 1................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1. Latar belakang.......................................................................................................................4
2. Rumusan masalah.................................................................................................................4
3. Tujuan percobaan.................................................................................................................4
BAB II................................................................................................................................................5
ISI......................................................................................................................................................5
1. POLIMER...........................................................................................................................5
2. POLIMER THERMOSETTING..............................................................................................6
a. Resin Urea Formaldehid…………….....……………………………………………………………………………8
b. Resin phenol…………………………………………………………………………………………………………….11
c. Resin amino…………………………………………………………………………………………….……………….12
d. Polyester…………………………………………………………………………………………………………………16
e. Resin Epoksida…………………………………………………………………………………………………….….18
BAB III.............................................................................................................................................24
KESIMPULAN...................................................................................................................................24
2
Kata Pengantar
Penyusun
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Polimer merupakan makro molekul besar yang dibangun oleh pengulangan
kesatuan kimia yang kecil (monomernya) yang berakibat umumnya molekul polimer
memiliki massa molekul yang relative besar. Akhir-akhir ini perkembangan industri
tentang pemanfaatan teknologi polimer sangat pesat sekali. Polimer memiliki banyak
kegunaan dan manfaat yang luar biasa dalam kehidupan manusia.
Polimer sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari, karena sangat menunjang di
berbagai bidang seperti aneka produk dan barang, di rumah tangga, kantor, dan
sebagainya, sehingga semua orang mengenalnya. Polimer mencakup plastic, karet,
serat sampai perekat. Polimer merupakan ilmu yang sangat dinamis. Oleh karena itu,
sangat dibutuhkan pengetahuan yang baik tentang konsep-konsep dasar polimer, guna
dapat memahami dan mengembangkan ilmu polimer.
Dengan adanya praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu mengetahi sifat-sifat
dari polimer termoplastik dan thermoset sehingga mahasiswa dapat membedakannya.
2. Rumusan masalah
Adapun rumusan masalah dari prcobaan ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana mengenal bahan polimer?
b. Bagaimana sifat-sifat polimer dan jeni-jenis thermoset?
c. Bagaimana proses pembuatan polimer termoset?
3. Tujuan percobaan
Adapun tujuan dari dilakukannya percobaan ini adalah sebagai berikut:
4
BAB II
ISI
A. POLIMER THERMOSETTING
1. POLIMER
Polimer disebut juga dengan makromolekul merupakan molekul besar yang dibangun
dengan pengulangan oleh molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer merupakan
molekul raksasa (makromolekul) yang terbentuk dari susunan ulang ratusan bahkan ribuan
molekul sederhana yang disebut monomer. Oleh karena itu polimer mempunyai massa
molekul relatif yang sangat basar.Polimer (polymer) berasal dari dua kata, yaitu poly
(banyak) dan meros (bagian – bagian).
5
2. POLIMER THERMOSETTING
Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat dibentuk
ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak pertama kali
(pada saat pembuatan). Bila polimer ini rusak/pecah, maka tidak dapat disambung atau
diperbaiki lagi. Polimer ini terdiri dari molekul rantai lurus dengan ikatan yang kuat
antarsesamanya
Atau bisa dikatakan Polimer thermosetting adalah polimer network. Polimer ini
menjadi keras secara permanen selama pembentukannya dan tidak melunak ketika
dipanaskan. Polimer network mempunyai crosslink kovalen di antara rantai polimer yang
berdekatan. Selama pemanasan, ikatan ini mengikat rantai polimer menjadi satu untuk
menahan gerakan vibrasi dan rotasi rantai pada temperature tinggi. Hal inilah yang
menjadi penyebab mengapa material tidak melunak ketika dipanaskan.
Polimer termoseting memiliki ikatan – ikatan silang yang mudah dibentuk pada
waktu dipanaskan. Hal ini membuat polimer menjadi kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka semakin kaku dan mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka akan menyebabkan rusak atau lepasnya ikatan
silang antar rantai polimer. Hanya pemanasan yang berlebih yang akan menyebabkan
beberapa ikatan crosslink dan polimer itu sendiri mengalami degradasi. Polimer
termoset biasanya lebih keras dan kuat daripada termoplastik dan mempunyai stabilitas
dimensional yang lebih baik. Kebanyakan polimer crosslink dan network termasuk
vulcanized rubbers, epoxies, dan phenolics and beberapa resin polyester adalah
termosetting
6
• Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan
material sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible
solid).
Ketika dipanaskan pada tahap awal, termoset melunak dan mampu mengalir di
dalam cetakan.
Tapi pada temperatur yang tinggi, terjadi reaksi kimia yang mengeraskan material
sehingga akhirnya menjadi padatan yang tidak mampu lebur kembali (infusible
solid).
7
Tidak dapat larut dalam pelarut apapun.
2. JENIS-JENIS THERMOSETTING
8
unggulan sebanding dengan kondensasi formaldehid lain (petrokimia) plastik, tetapi
hanya dapat digunakan dalam interior non-struktural aplikasi.
Resin UF memiliki warna jelas, proses curing yang cepat, dan membentuk ikatan
yang kuat di bawah berbagai kondisi yang lebih luas. Juga, karena biaya pembuatan
urea - formaldehid resin relatif paling murah, dan bahan baku yang mudah diperoleh,
resin UF mungkin adalah perekat petrokimia sintetis yang paling murah.
9
Formaldehid ini diproduksi oleh Resin ICI oleh katalis perak pada oksidasi metanol
:
Proses resinifikasi untuk urea formaldehid itu terjadi dalam dua tahap utama, yaitu
metilolasi dan kondensasi. Pada langkah metilolasi, urea dan formaldehid yang bereaksi di
bawah kondisi yang terkontrol menggunakan katalis basa. Biasanya, tahap metilolasi
dilakukan pada pH sekitar 8,0. Tahap metilolasi biasanya menghasilkan padatan terlarut
dalam campuran metilol, monometilol urea, dan dimetilol urea dan trimetilol urea.
10
setara dengan 2 mol urea bereaksi dengan 1 mol formaldehid untuk membentuk resin urea
formaldehid .
Lapisan resin urea formaldehid mempunyai tahap curing lebih cepat tetapi
memiliki kelembaban lebih rendah dibandingkan dari lapisan resin melamin
formaldehid. Secara umum, melamin berbasis resin lapisan memiliki kinerja lebih
baik secara keseluruhan, tapi, sekali lagi, biaya yang lebih tinggi membatasi
penggunaannya. Hal ini secara umum untuk penggunaan kombinasi urea/melamin
berbasis resin untuk mencapai keseimbangan yang tepat dari properti, biaya, dan
kinerja
Polimer merupakan suatu senyawa penyusun makro molekul yang berulang. Polimer juga
dibedakan berdasarkan asalnya yaitu polimer alam dan polimer sintesis. Ada polimer yang
dibedakan berdasarkan pembentukannya yaitu adisi dan kondensasi. Ada juga polimer
yang berdasarkan jenis monomernya yaitu homopolimer dan kopolimer. Selain itu ada
juga polimer yang dibedakan berdasarkan sifatnya, yaitu termoplas dan termoset.
Bakelit atau fenol formaldehida pertama kali disentesis oleh Leo Baekeland.
Bakelit sendiri merupakan salah satu contoh dari polimer yang berdasarkan asalnya,
11
polimer sintesis. Polimer sintesis sendiri artinya adalah polimer yang di buat di pabrik.
Selain itu bakelit mempunyai sifat polimer yang tidak dapat melunak dan dibentuk ulang.
Jika dipanaskan pada suhu tinggi, maka plastik ini akan terurai dan rusak.
Reaksi kondensasi berlangsung lebih lambat, tahap demi tahap sehingga sering disebut
sebagai reaksi pertumbuhan tahap demi tahap. Produk utama dari reaksi ini, terbentuk
dari phenol dan formal dehide. Phenol dan formal dehide bergabung ( dimen ) kemudian
mengalami polimerisasi kendensasi. Bakelit digunakan untuk instalasi listrik dan alat-alat
yang tahan suhu tinggi, misalnya asbak dan fiting lampu listrik.
c. Melamin-formaldehida.(Resin Amino)
Resin melamin-formaldehida diperkenalkan di Jerman oleh Henkel pada tahun 1935.
Resin ini termasuk dalam golongan resin amino yang diproduksi melalui reaksi
polikondensasi antara melamin dan formaldehida. Dibanding resin amino lainnya,
seperti resin urea-formaldehida, mempunyai kelebihan yakni transparan;
kekerasan(hardeness) yang lebih baik; stabilitas termal yang tinggi; tahan terhadap air,
bahan kimia, dan goresan; dan bersifat sebagai flame retardant. Dari kelebihan ini,
penggunaan resin ini sangat luas, seperti pada industri perekat, tekstil, laminasi, kertas,
pelapisaan permukaan ( surface coatings), moulding dan sebagainya.
Amerika saerikat, Eropa dan Asia Tenggara adalah pasar terbesar dari melamin.
Permintaan akan material ini di Amerika Serikat dan Eropa Barat tumbuh sekitar 3%
pertahun dalam kurung waktu 2001 – 2006 dan secara global diprediksi tumbuh sekitar
12
4,5% pertahun. Laju pertumbuhan akan permintaan di Asia Tenggara diharapkan akan
lebih cepat karena peningkatan produksi laminat untuk keperluan domestic dan
ekspor.
ASPEK KIMIAWI
(gambar 1).
Molekul melamin mengandung tiga gugus amina primer dan setiap gugus tersebut
mempunyai potensi untuk bereaksi dengan dua mol formaldehida hingga dapat
membentuk produk heksametilolmelamin, jika rasio formaldehida/melamin cukup
tinggi. Dalam medium alkali (pH >9) maka produk yang dihasilkan secara esensial
adalah trimetilolmelamin dan heksametilolmelamin
Tahap kedua adalah tahap kondensasi membentuk jembatan eter dan melepaskan
air atau pembentukan jembatan metilen dengan melepaskan formaldehida, bergantung
pada pH. Sebagai contoh kondensasi dari molekul monometilolmelamin
13
Tahap akhir adalah tahap kondensasi lanjut yang pada akhirnya membentuk produk
polimer terikat silang dengan struktur jejaring tiga dimensi
Parameter yang sangat penting dalam pembentukan resin melamin-formaldehida
adalah:
- rasio molar atau rasio massa dari bahan baku (melamin dan formaldehida)
- pH
- waktu dan
- temperature
PROSES PRODUKSI
a. Produksi Batchwise
Prosedur batchwise adalah metode yang paling banyak digunakan untuk produksi
resin melamin-formaldehida secara industrial. Walaupun kapasitas produksi relative
kecil, proses ini dapat dilakukan perluasan varitas produk dan setiap saat dapat
dilakukan perubahan produk. Gambar 1 menyajikan diagram pabrik untuk produksi
resin dalam bentuk larutan berair (aqueous solutions).
Reaksi dilakukan dengan dua atau lebih tahapan dalam reaktor (stainless steel, No.
St. 1.4541 atau St. 1.4571) berpengaduk (berbentuk piringan atau jangkar). Reaktor
ini juga dilengkapi dengan alat pemanas dan pendingin,serta alat ukur pH dan
temperatur. Pada tahap pertama (reaksi hidroksimetilasi atau metilolasi) dilakukan
pada pH, temperatur dan waktu tertentu, bergantung pada sifat produk yang
diinginkan. Tahap berikutnya adalah reaksi kondensasi dengan pengadukan dan
pemanasan secara refluks. pH larutan dipertahankan pada nilai tertentu dan lamanya
refluks bergantung dari sifat produk yang diinginkan.Setelah kondensasi selesai,
produk dievaporasi dengan tekanan tereduksi untuk memproteksi resin terhadap
14
oksidasi/deteorisasi. Evaporasi dilakukan hingga diperoleh larutan dengan konsentrasi
tertentu. Kualitas resin yang dihasilkan kemudian dibandingkan dengan spesifikasinya
dan selanjutnya dimasukkan kedalam tangki penyimpan (wadah produk final).
Sebagai contoh, pembuatan resin untuk impragnasi kertas yang digunakan dalam
memproduksi bahan laminasi dekoratif. 126 bagian (berbasis massa) melamin
dimasukkan ke dalam larutan yang diaduk berisi 120 bagian formaldehida 40% dan
70 bagian air pada temperature ruang. Campuran reaksi dibawa ke pH 9 dengan
penambahan larutan natrium hidroksida dan dipanaskan secara cepat (20 – 30 menit)
sampai temperature 100oC. Setelah melamin terlarut, proses berlangsung secara
eksotermal, penambahan larutan natrium hidroksida dilakukan secara kontinu, untuk
memelihara pH 8,5 – 8,8 sampai sepanjang proses kondensasi. Kondensasi dilakukan
dengan cara refluk dan pengadukan secara kuat. Indikator bahwa kondensasi selesai
yakni dengan mengambil sampel, kemudian diuji kompatibilitasnya dengan air. Jika
pada rasio 1 : 1,5 masih kompatibel, dicirikan dengan sedikit kekeruhan ketika air
yang ditambahkan sebanyak 1,5 kali dari jumlah larutan sampel pada suhu 20 oC.
Selanjutnya, larutan didinginkan secara cepat dan pH dibawa ke nilai 9,5 – 10 pada
temperature ruang. Produk yang dihasilkan mempunyai kandungan padatan 55% dan
biasanya jernih.
Tetesan (droplets) yang dihasilkan dipanaskan dalam aliran gas panas yang
dibangkitkan melalui pemanasan udara tak langsung dalam suatu heat
exchanger atau dengan campuran gas buangan panas dengan udara. Bubuk dikumpul
pada menara dan dialirkan kedalam pemisah siklon atau filter. Selanjutnya
dilewatkan ke wadah pencampur (mixing bin) dan penyaring vibrasi untuk kemudian
dikemas dalam kantong atau drum.
15
Industri produksi kontinu dari resin melamin-formaldehida diselenggarakan
untuk memperbesar kapasitas karena adanya peningkatan permintaan. Kekurangan
dari produksi kontinu adalah bahwa banyaknya yang diproduksi per satuan waktu
pada pabrik tertentu hanya dapat bervariasi dalam batas yang relatif sempit.
Merubah produk juga bukan hal yang mudah. Dilain pihak, prosedur kontinu
memberikan kualitas produksi sangat seragam.
Dari berbagai proses kontinu yang dipatenkan, umumnya menunjukkan
perbedaan dalam variasi temperature, pH, konsentrasi atau modifier. Aliran proses
dan produk tetap tidak berubah. Gambar 3 menyajikan diagram prose produksi
kontinu untuk larutan resin aqueous. Dibanding dengan proses batch, perbedaan
utama nampak pada seri reaktor yang digunakan dalam proses kontinu.
Produksi resin dalam bentuk bubuk juga dapat dilakukan dengan proses kontinu, yakni
larutan resin dalam wadah temporer diumpankan secara kontinu ke spray tower dan
selanjutnya seperti dalam pembentukan bubuk dalam proses batch.
APPLIKASI
Aplikasi dari resin melamin-formaldehida sangat luas meliputi:
g. Sebagai flameproofing agents
D. POLYESTERS
PENGERTIAN POLIESTER
Poliester merupakan bahan baku produksi plastik jenis termoset. Poliester
memiliki berat molekul yang tinggi dan titik lebur yang tinggi. Poliester sering
digabungkan dengan polimer lain untuk menambah kualitasnya, seperti pada poliester
16
resin yang digabungkan dengan gelas fiber, dapat diperoleh polimer plastik yang kuat,
kokoh, tahan terhadap suhu atau tidak mudah meleleh. Contoh pada perahu boat, alat-
alat olah raga, dan alat-alat listrik . Salah satu jenis poliester adalah polifenil ester.
Polimer ini di proses melalui metode polimerisasi kondensasi dengan reaksi sebagai
berikut:
Jenis reaksi ini termasuk dalam step-growth polymerization dan polimer yang dihasilkan
melalui reaksi ini disebut dengan step-growth polymer.
Sebagian besar reaksi dalam polimerisasi kondensasi melibatkan reaksi kondensasi
seperti esterifikasi, pertukaran ester, atau amidasi. Pada proses pembentukan poliester
aromatik seperti poly(ethylene terephthalate) atau PET, terdapat dua rute reaksi yaitu
poliesterifikasi antara terephthalic acid dan ethylene glycol atau reaksi poli-inter-
esterifikasi antara dimethyl terephthalate dengan ethylene glycol. Kedua jenis reaksi
tersebut terjadi dengan melibatkan monomer yang bersifat bifungsional dan memiliki
gugus fungsi yang sama di setiap ujungnya. Oleh karena itu terdapat istilah A-A/B-B step-
growth condensation-polymerization.
17
Jenis reaksi yang lain, misalnya reaksi pembentukan polyester alifatik seperti
polycaprolactone, terjadi melalui self-condensation dari ω-hydrocaproic acid. Pada
reaksi ini, monomer yang digunakan hanya satu jenis yang memiliki gugus fungsi
berbeda di kedua ujungnya. Sehingga untuk reaksi ini kadang disebut juga dengan A-B
step-growth condensation-polymerization.
Poliester di industri digunakan dalam penguatan ban, tali, kain buat sabuk mesin
pengantar (konveyor), sabuk pengaman, kain berlapis dan penguatan plastik dengan
tingkat penyerapan energi yang tinggi.Serat-serat poliester juga bisa dicampur dengan
serat-serat katun, wol, rayon dan sutera. Sifat-sifat serat poliester adalah sebagai
berikut:
o Tahan kusut, baik untuk pakaian wanita maupun pria.
o Tahan cuci dan tidak kusut kalau dicuci.
o Lebih tahan sinar matahari dari pada nylon.
o Dapat ditekan dengan setrika panas (150° C), hingga terjadi lipatan tetapi dapat
dihilangkan dengan panas yang sama
18
E. Resin Epoksida
Polimer yang mengandung gugus epoksi, yakni gugus berisi atom oksigen yang
terikat pada dua atom karbon berdampingan. Resin epoksi dibuat dengan
mengkopolimerisasi bis fenol A dan epiklorohidrin sehingga diperoleh rantai epoksi
dengan bobot molekul rendah. Penambahan poliamina atau poliamida akan
mematangkan (mengeraskan) polimer dengan terbentuknya hubungan silang dan
pemanjangan rantai. Karena tidak adanya produk samping yang mudah menguap,
pematangan resin ini tak disertai penyusutan.
Resin ini banyak digunakan sebagai perekat, salutan pelindung, dan bahan kerangka,
karena memiliki sifat-sifat seperti menempel dengan kuat pada berbagai bahan
permukaan, mudah dimatangkan, hampir tak menyusut, secara kimiawi lamban, tahan
panas dan ke- lembapan, keras namun lentur, tahan benturan, dan baik sebagai
penyekat listrik.
Karena ulet dan kuat, resin ini digunakan untuk merekat kulit terluar aluminium
pada pesawat terbang berkecepatan tinggi. Selain itu, resin ini juga baik untuk merekat
kaca, kayu, kain, keramik, logam, dan bahan lain. Sebagai bahan salutan, resin ini ulet,
lentur, tahan panas, dan bersifat melindungi terhadap kebanyakan bahan kimia.
19
3.1 Cetak Tekan
Prinsip cetak tekan dibambarkan pada gambar di bawah ini. Sejumlah bahan
dimasukan dalam cetakan logam yang telah dipanaskan terlebih dahulu. Pada waktu
cetakan ditutup, bahan yang telah lunak tertekan sehingga mengalir mengisi rongga
cetakan. Bahan yang digunakan dapat berbentuk serbuk atau tablet prabentuk. Tekanan
yang lazim digunakan berkisar antara 0,7 sampai 55 Mpa, tergantung pada bahan yang
digunakan dan bentuk produk. Suhunya berkisara antara 120 hingga 205˚C. Panas sangat
penting bagi resin termosetting, karena pertama-tama diperlukan untuk plastisasi,
kemudian untuk polimerisasi atau untuk pengerasan. Serbuk perlu dipanaskan secara
merata, suatu hal yang cukup sulit karena daya hantar panas bahan tidak baik. Beberapa
jenis bahan diolah dengan penekanan, akan tetapi siklus pemanasan dan pendinginan
cetakan yang cepat akan menimbulkan kesulitan. Produk mungkin cacat sewaktu
dikeluarkan bila pendonginan cetakan tidak sempurna.
Pada proses cetak transfer, serbuk termosetting atau benda prabentuk diletakkan pada
tempat tersendiri atau alam ruang tekanan di atas rongga cetakan, seperti tampak pada
gambar di bawah ini. Di sini bahan mengalami plastisasi akibat panas dan tekanan dan
diinjeksikan ke dalam rongga cetakan, sebagai cairan panas, di sini bahan tersebut
kemudian mengalami pengerasan. Waktu reaksi pengerasan untuk cetak-transfer lebih
singkat dibandingkan proses cetak-tekan. Waktu pengisian pun lebih singkat karena
digunakan bahan pembentuk yang lebih besar yang dapat dipanaskan lebih cepat. Proses
20
ini sangat cocok untuk membuat bagian-bagian yang memerlukan sisipan logam yang
keecil, karena bahan plastik yang panas memasuki rongga cetakan secara bertahap tanpa
tekanan yang tinggi. Bentuk yang rumit dan bentuk dengan variasi penampang yang besar
dapat juga duhasilkan dengan cara cetak transfer. Keterbatasan dari proses ini ialah:
kehilangan bahan dalam saluran pengalir, spru dan harga cetakan yang lebih mahal
dibandingkan dengan cetakan pada proses cetak-tekan.
Bahan termosett dalam batas-batas tertentu dapat dibentuk dengan cara cetak-jet.
Setelah dimodifikasi mesin cetak-injeksi untuk bahan termoplastik, dapat diubah untuk
keprluan cetak jet. Nosel, yang merupakan bahan terpenting dari mesin harus dapat
dipanaskan dan didinginkan selama siklus injeksi. Mula-mula resin dipanaskan dalam
silinder yang menglilingi penekanan, sampai lunak namun belum terpolimerisasi. Pada
waktu penekan menekan resin melalui nosel ke dalam cetakan, terjadi panas tambahan.
Pada saat cetakan penuh, nosel didinginkan dengan cepat dengan mengalirkan air untuk
mencegah polimerisasi bahan yang tersisa.
Mesin ulir umpan balik kini mulai digantikan dengan mesin cetak-jet seperti tampak
pada gambar di bawah ini. Bahan masuk, (di bawah pengaruh gravitasi), sementara
didorong oleh ulir yang berputar, bahan sekaligus dipanaskan. Pada waktu ulir berputar,
bahan terplastisasi di muka ulir, dan masih terhalang oleh plunyer sampai terkumpul
21
sejumlah bahan tertentu. Plunyer kemudian turun, dan ulir memaksa bahan memasuki
ruang transfer. Bahan kemudian ditekan memasuki rongga cetakan.
3.4 Spraying
Kemajuan teknologi dengan cara spraying telah terbukti lebih efisien dan merupakan
sistem penyemprotan yang lebih bersih, dengan mengurani emisi stirena, kapasitas
penyemprotan yang lebih besar dan keseragaman lebih baik diantara pola penyemprotan.
Alat penyemprot dihasilkan dengan konfigurasi yang bemaca-macam, masingmasing
dengan kemampuan yang berbeda-beda.
22
Proses dengan spraying
3.5 Pengecoran
Bahan termoset yang dicor antara lain adalah phenol, polyester, epoksi dan resinalyl.
Yang terakhir ini sangat cocok untuk lensa optik dan penggunaan lainnya
yangmemerlukan plastik yang sangat jernih. Resin ini mudah dicor karena memiliki
sifatfluiditas yang baik. Akrilik digunakan untuk mengecor benda yang tembus cahaya
danlembaranPlastik di cor apabila jumlah tidak seberapa. Sering kali dibuat cetakan
terbukadari timah hitam dengan menceluokan mandril baja dengan bentuk tertentu dalam
timahhitam cair yang kemudian dilepaskan setelah membeku.Dapat digunakan inti timah
hitam, adukan semen atau karet bila diperlukan.Cetakan yang kosong dibuat dengan cara
pengecoran ‘slush-casting’ :yaitu bahan bakudituang dalam cetakan, lalu kelebihannya
dikeluarkan kembali.Benda padat dapat dibuat dengan menggunakan cetakan dari adukan
semen,gelas,kayu, logam, atau karet sintetis
23
BAB III
KESIMPULAN
1. Polimer termoseting adalah polimer yang mempunyai sifat tahan terhadap panas.
Jika polimer ini dipanaskan, maka tidak dapat meleleh. Sehingga tidak dapat
dibentuk ulang kembali. Susunan polimer ini bersifat permanen pada bentuk cetak
pertama kali (pada saat pembuatan).
2. Jenis-jenis polimer thermoset antara lain adalah Resin Urea formaldehid (Resin
Amino) , Fenol-formaldehida/bakelit (Resin Phenol),Polyesters ,Resin Epoksida
3. Polimer thermoset dapat dibuat dengan beberapa cara antara lain Cetak Tekan ,
Cetak Transfer , Cara Injeksi Bahan Thermosett , Spraying ,Pengecoran
24
.DAFTAR PUSTAKA
http://www.facebook.com/pages/Poliester/111934102156768
http://www.authorstream.com/Presentation/aninditays-594658-anindita-reggie-xii-ipa-2/
http://hadiyantokimia.guru-indonesia.net/artikel_detail-21224.html
http://www.chem-is-try.org/kategori/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-polimer/klasifikasi-polimer/polimer-
termoplastik-dan-termosetting/
http://www.blogger-index.com/perbedaan%20termoset%20dan%20termoplastik.html
https://www.scribd.com/document/358780637/Polimer-Termoplastik-Dan-Termosetting
https://www.academia.edu/9640657/Polimer_Termoplastik_dan_Termosetting
https://www.academia.edu/10079178/resin_urea_formaldehid
https://id.wikipedia.org/wiki/Resin_Urea-Formaldehid
http://putrarajawali76.blogspot.com/2013/02/resin-urea-formaldehid-dan-resin-fenol.html
http://alfi-gaemgyusparkyuelf.blogspot.com/2014/10/materi-bakelit.html
https://www.kerajinankreatif.com/2017/10/mengenal-karakteristik-resin-polyester.html
http://infostudikimia.blogspot.com/2017/09/polimer-bakelit.html
http://bilangapax.blogspot.com/2011/02/resin-melamin-formaldehida.html
25
26