1. Materi Primer,materi yang menjadi struktur utama dalam pembentukan perangkat berpikir
yang rasional,analitis,dan logis. meliputi :
LOGIKA
FILSAFAT
IDEOLOGI
2. Materi Sekunder,materi yang menjadi struktur tambahan dalam pembentukan perangkat
berpikir yang rasional,analitis,dan logis.meliputi :
TEORI SOSIAL
KEORGANISASIAN
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
KEMAHASISWAAN
PENDIDIKAN
KETATANEGARAAN
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab
فلسة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata
ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan
(sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”
atau “ilmu”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk
terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami
bidang falsafah disebut "filsuf".
Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak
bisa dikatakan bahwa “falsafah” itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya
kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan
problem secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat
untuk solusi tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam
sebuah dialektik. Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada
dialog.
Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal
ini membuat filasafat sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu bisa dikatakan banyak
menunjukkan segi eksakta, tidak seperti yang diduga banyak orang.
Klasifikasi filsafat
Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi
filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu
filsafat biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat
biasa dibagi menjadi: “Filsafat Barat”, “Filsafat Timur”, dan “Filsafat Timur Tengah”.
Filsafat Barat
‘‘‘Filsafat Barat’’’ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas
di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang
Yunani kuno.
Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur
Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.
Filsafat Timur
materi persiapan PPD-B 2
‘‘‘Filsafat Timur’’’ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India,
Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat
Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ’an
sich’ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-nama beberapa filsuf: Siddharta
Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi dan juga Mao Zedong.
‘‘‘Filsafat Timur Tengah’’’ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari
sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi
Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau
orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-daerah di
sekitar Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu
mereka menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan
ketika Eropa setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan
karya-karya klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama
dan bahkan terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa
filsuf Timur Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau
boleh disebut bergitu)dan Averroes.
Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang
beradab lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di
Yunani, tidak seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual
orang lebih bebas.
Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir
barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan
Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada
yang berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah “Komentar-komentar karya Plato
belaka”. Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.
Klasik
Abad Pertengahan
Modern
Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise
Pascal - Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William
Wollaston - Anthony Collins - John Toland]] - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond
d'Alembert - De la Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De
Nemours - Quesnay - Turgot - Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn -
Lessing - Georg Hegel - Immanuel Kant - Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De
Bonald - Chateaubriand - De Lamennais - Destutt de Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran -
Fourier - Saint Simon - Proudhon - A. Comte - JS Mill - Spencer - Feuerbach - Karl Marx -
Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche - Edmund Husserl
Kontemporer
Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand Russell - Jean-
Paul Sartre – Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques Derrida -
Mahzab Frankfurt
Filosofi berguna untuk penerangkan pikiran dan penetapan hati. Ia membawa kita ke dalam
alam pikiran, alam nurani semata-mata. Dan oleh karena itu melepaskan kita daripada pengaruh
tempat dan waktu. Dalam pergaulan hidup, yang begitu menindas akan rohani, sebagai di tanah
pembuangan Digul, keamanan perasaan itu perlu ada--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani,
1941.
Siapa yang hidup dalam dunia pikiran, dapat melepaskan dirinya daripada gangguan hidup
sehari-hari--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Apa sebenarnya yang disebut filosofi, lebih baik jangan dipersoalkan pada permulaan
menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karena banyak ragam dan paham. Tiap-tiap ahli
berlainan pendapatnya tentang apa yang dikatakan filosofi. Tiap-tiap filosofpun lain-lain pula
tujuannya--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Filosofi orang sebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya--Mohammad
Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Filosofi memandang alam sebagai satu soal yang bulat. Ia mencari pengetahuan yang selesai
tentang alam dan penghidupan. Itulah yang dicarinya senantiasa dengan tak pernah sampai ke
penghabisannya--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Filosofi mencukil soalnya lebih dalam. Ia tidak puas menilik sesuatunya dari jurusan
sebagaimana adanya. Sering ia bertanya, apakah barang yang lahir itu barang yang sebenarnya
ataukah hanya bayangan daripada suatu pokok atau sifat yang lebih dalam letaknya?--
Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Ada masanya yang filosofi hampir bertaut dengan agama, sebagai pada permulaan tarikh
Masehi dan di masa Zaman Tengah. Dalam Zaman Tengah filosofi kedudukannya hanya sebagai
anggota akal untuk menyuluhi kebenaran yang lebih sempurna, yang didapat sebagai wahyu
yang diturunkan Tuhan--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.
Filsafat itu memberi ketenangan pikiran dan kemantapan hati, meski sekalipun menghadapi
maut--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.
Pekerjaan berfilsafat itu ialah berpikir. Hanya makhluk manusia yang telah tiba di tingkat
berpikir, yang berfilsafat--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.
Berfilsafat ialah berpikir dengan insaf. Yang dimaksud dengan berpikir dengan insaf ialah
berpikir dengan teliti, menurut suatu aturan yang pasti--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing
ke Filsafat Metafisika 1947.
Ilmu-ilmu yang lain itu mewatasi yang diperiksanya dan dipikirkannya pada suatu bahagian dari
alam, atau pada suatu kumpulan peristiwa, filsafat menyelidiki dan memikirkan seluruh alam,
seluruh kenyataan--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.
Berfilsafat itu menghendaki berpikir dan menyelidiki yang bebas, yaitu yang bukan saja tidak
terikat kepada sesuatu ilmu, tetapi juga tidak terikat kepada sesuatu kepercayaan dari semula,
suatu dogma dll. Baginya tidak ada yang suci, tidak ada yang pantang, segalanya dibawanya ke
gelanggang pikiran dan penyelidikan--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat
Metafisika 1947.
Dalam tujuannya yang tunggal, yaitu kebenaran, yang tak dapat dimadui itulah letaknya
kebesaran, kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain--
Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.
Jika aliran filsafat dalam perkembangannya tumbuh menjadi ideologi sedemikian rupa, ia akan
kehilangan ciri khasnya sebagai filsafat, yaitu keterbukaan serta kebebasan berpikir;
keterbukaan untuk diuji lebih lanjut. Dengan hilangnya ciri khas tersebut, maka filsafat akan
beku sebagai alam pikiran--Fuad Hassan, Berkenalan dengan Eksistensialisme 1973.
Tidak seorang filsuf pun pernah menganggap dirinya mampu menyatakan 'kata akhir'--Fuad
Hassan, Berkenalan dengan Eksistensialisme 1973.
Di mana filsafat berakhir, di situ ilmu dimulai.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.
Apabila ilmu dan teknik bergerak, tanpa filsafat memberikan haluannya, maka kedua itu tidak
tentu arah.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.
Kalau menghadapi masalah-masalah yang tidak tertampung oleh ilmu tidak dibantu oleh filsafat,
orang akan jatuh kepada dongeng dan khayalan.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1)
1973.
Suatu peristilahan perlu dipahami konteks-nya untuk memperoleh kejelasan maknanya, baik itu
konteks sosial, budaya bahkan politik. Karena suatu peristilahan pada hakikatnya adalah melukiskan
atau pun mewakili suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dari yang dilukiskan atau
diwakilinya. Submenu Terminologi memperlihatkan bagaimana istilah-istilah yang disebutkan tadi bisa
digunakan. Dalam bagian ini juga dapat diperoleh uraian lebih lanjut mengenai relasi antara filsafat,
ilmu dan agama; hal yang tak jarang menjadi bahan persoalan.
Pada subemenu Sejarah, kita akan melihat ringkasan sejarah filsafat Timur dan Barat. Kita akan
berjumpa dengan pergulatan jaman dengan para pemikir, filsuf dan masyarakatnya. Kita mulai dengan
mengenal sejumlah nama-nama : jaman atau periode apa ia disebut, siapa-siapa filsuf yang
berpengaruh, pemikiran atau filsafat apa yang berkembang, dan seterusnya. Uraian yang lebih
komprehensif tentang nama-nama ini justru terdapat dalam pembahasan berikutnya, seperti dalam
Aliran, Cabang, dan Filsuf, Hidup dan Karyanya serta Filsafat Hari Ini; sambil nama-nama itu sesekali
diuraikan dengan turut menampilkan semangat jamannya.
Last but not least, filsafat terbagi dalam beberapa cabang dan aliran. Kita akan mengetahuinya
melalui submenu Cabang dan Aliran yang memang dikhususkan untuk pembahasan itu.
Simposium
Pancasila Belum Jadi Filsafat
Yogyakarta, Kompas - Pancasila sebagai ideologi negara belum dijadikan filsafat sosial yang mendasari
perumusan ilmu pengetahuan yang kontekstual Indonesia. Pancasila lebih dimaknai sebagai doktrin
politik untuk melestarikan kekuasaan negara.
Demikian isu yang mengemuka dalam simposium nasional "Pengembangan Pancasila sebagai
Paradigma Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa", Senin (14/8) di Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta.
Sejak reformasi 1998 digulirkan, berkembang kecenderungan menafikan Pancasila sebagai ideologi
negara. Mengutip survei Direktorat Pendidikan Tinggi tahun 2004 atas 81 perguruan tinggi negeri,
Pancasila tidak tercantum lagi dalam kurikulum mayoritas perguruan tinggi. Padahal kampus harusnya
menjadi pelopor menghadapi gelombang globalisasi yang ditunggangi neokapitalisme dan
fundamentalisme pasar.
"Kampus harus memelopori pemikiran untuk mengembangkan filsafat bangsa Indonesia sebagai
paradigma pembangunan dan sebagai landasan etik pembangunan nasional," katanya.
Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Umar Anggara Jenie menyatakan, Pancasila
sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik. Sila-sila dalam
Pancasila adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain.
Seringkali digembar-gemborkan bahwasanya Pancasila adalah falsafah bangsa dan negara. Benarkah
keberadaan Pancasila seperti yang disebutkan itu?
MENURUT keterangan, Pancasila yang dikatakan sebagai falsafah bangsa sudah ada dalam masyarakat
Nusantara jauh hari sebelum kesadaran berbangsa dan bernegara muncul. Sehingga para founding fathers
hanya tinggal merumuskannya. Namun, semakin banyaknya masyarakat Indonesia yang skeptis terhadap
Pancasila, menyisakan pertanyaan tersendiri bagi kita. Di antaranya:
(2). Bukankah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus (selalu) menjadi landasan bagi pemerintah
dalam mengambil kebijakannya?
Namun, sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya jika kita melihat kembali asal-usul Pancasila
itu sendiri, yang tidak jarang didominasi oleh satu pandangan historis tertentu.Dalam mengkaji asal-usul
Pancasila, setidaknya terdapat tiga teori yang biasa digunakan.
Teori pertama, menyatakan bahwa Pancasila berasal dari bumi Indonesia sendiri, yang lahir akibat proses
kebudayaan bangsa Indonesia yang beragam dan dirumuskan oleh para pendiri negara.
Teori Kedua menyatakan bahwa Pancasila adalah pengaruh dari kode moral ajaran Budha, yang telah
menjadi tatanan hidup sehari-hari dalam masyarakat, terutama masyarakat Jawa.
Teori Ketiga menyatakan bahwasanya Pancasila adalah kepanjangan dari doktrin Zionist yang telah
dipropagandakan oleh tokoh-tokoh 'Freemasonry' (Hakim; 2003: 232-4). Namun, kebanyakan masyarakat
Indonesia tentunya lebih meyakini bahwasanya teori pertama yang (paling) mendekati kebenaran. Hal ini
tentu tidaklah terlepas dari program-program Orde Baru semasa berkuasa, misalnya Penataran P4. Bahkan,
pemaksaan-pemaksaan dengan menggunakan Pancasila sebagai payung legitimasi acapkali dilakukan.Jika
sebagian besar dari kita meyakini teori pertama sebagai sebuah kebenaran, maka, tidak serta-merta kita
menyamakan apa yang disebut sebagai weltanschauung (pandangan hidup) dengan 'filsafat' (philosophy).
Drijarkara dalam sebuah seminar Pancasila membedakan keduanya: filsafat ada di dalam lingkungan ilmu
pengetahuan dan weltanschauung di dalam lingkungan hidup (Sunoto; 1985: 49-50). Dalam masyarakat
primitif sekalipun, terdapat weltanschauung, namun belum tentu terdapat suatu sistem filsafat. Barangkali
demikian yang terjadi dengan masyarakat Nusantara, di mana, nilai-nilai dasar yang termaktub dalam
Pancasila sudah dihayati, namun belum-jika "tidak"-menjadi filsafat hidup, terlebih ideologi. Sehingga, tidak
heran jika muncul banyak "alergi" dari masyarakat Indonesia yang notabene agen pelaksana dari Pancasila
itu sendiri. Karena, masyarakat Indonesia lebih menghayati Pancasila sebagai sebuah weltanschauung
Sejarah Indonesia mencatat, beragam ideologi yang bahkan bertentangan sekalipun pernah berkembang di
bawah naungan Pancasila. Dapatkah Pancasila sebagai sistem filsafat mengatasi (mentransendensikan)
sistem filsafat yang lain? Atau dengan kata lain, dapatkah suatu ideologi menaungi ideologi yang lainnya
dan hidup bersama secara "berdampingan"? Dalam hal ini Saya akan menjawab: tidak! Karena
"penerimaan" terhadap ideologi dengan landasan filsafat yang berbeda dengan Pancasila, lebih dikarenakan
masyarakat Indonesia menghayati Pancasila sebagai weltanschauung bukan filsafat (philosophy).
ELASTISITAS PANCASILA
Sebagai weltanschauung, barangkali Pancasila tidak akan berbenturan dengan individu-individu yang
menggunakannya. Namun, apa jadinya jika weltanschauung itu dipaksakan menjadi filsafat atau ideologi
suatu bangsa atau negara? Sementara tingkat elastisitas yang dikandungnya sangatlah tinggi. Sebelum
menjawab pertanyaan ini, ada baiknya apabila kita melihat sedikit rekam jejak (track-record) dari
Pancasila.
presiden pada 16 Agustus 1982 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, merupakan titik awal penyeragaman
azas berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan organisasi sosial politik (orsospol). Dapatkah
'penyeragaman' dilakukan di tengah 'keberagaman'? Secara spontan, tentunya mayoritas dari kita akan
menolak untuk bersepakat. Namun, sejarah menjawabnya dengan berbeda, hanya dua organisasi yang
menolak penyeragaman itu, kemudian menjadi organ bawah tanah hingga rezim Orde Baru tumbang.
Tentulah melanggar kodrat (nature) apabila 'penyeragaman' dilakukan pada Indonesia yang terdiri dari
beragam suku bangsa, agama dan kepercayaan.
Dari contoh kecil di atas, kiranya kita dapat belajar bahwa: Pancasila dapat diselewengkan oleh kekuasaan
karena ditafsirkan secara subjektif dan otoriter. Penafsiran secara subjektif dan otoriter, salah satunya
disebabkan oleh elastisitas yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Elastisitas yang sangat tinggi
mengundang hadirnya multiinterpretasi, sehingga dalam suatu kasus yang sama, tidak tertutup
kemungkinan penafsiran yang berbeda bermunculan. Bagi penulis, keragaman penafsiran merupakan suatu
hal yang alamiah, namun, apabila tidak terjadi dialog yang menghasilkan konsensus, maka akan
menimbulkan masalah yang lebih besar.
MASIH RELEVANKAH?
Di tengah pesatnya perkembangan zaman, pergeseran nilai-nilai, dekandensi moral, serta berbagai
kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik yang acapkali tidak berpihak pada kepentingan sebagian besar
rakyat, menyisakan pertanyaan tersendiri bagi Pancasila. Apakah Pancasila sudah tidak bisa menjawab
perkembangan zaman yang semakin cepat? Atau, apakah Pancasila masih relevan bagi bangsa Indonesia?
Namun, perlu dibedakan dengan tegas, antara Pancasila sebagai weltanschauung dengan Pancasila sebagai
filsafat bangsa dan negara.
Sebagai filsafat (Filsafat Pancasila), Prof. Koento Wibisono membedakannya menjadi: (1) Filsafat Pancasila
dalam aspeknya sebagai genetivus subyektivus, di mana, dengan Pancasila sebagai subyek atau pangkal
tolak kita ketika berbicara tentang filsafat; (2) Filsafat Pancasila dalam aspeknya sebagai genetivus
obyektivus, di mana, dengan filsafat sebagai subyek atau pangkal tolak ketika kita berbicara tentang
Pancasila (Wibisono; 1981: 86). Menurut Prof. Koento apa yang "diresahkan" selama ini ialah yang kedua,
di mana, Filsafat Pancasila belum benar-benar memenuhi syarat sebagai satu sistem yang sesuai,
sebagaimana dituntut tradisi pemikiran ala Barat.
Dari hal ini, kita dapat mencermati bahwasanya Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara "tidak" relevan
bagi bangsa Indonesia. Meski demikian, sebagai weltanschauung yang sudah dihayati semenjak beratus-
ratus tahun yang lalu, relevansinya dirasa tidak diragukan lagi. Weltanschauung ini sudah dijalankan
*) Penulis: Mahasiswa Jurusan Ilmu Filsafat UGM, Aktivis HMI MPO Cabang Sleman, Yogyakarta.
Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.
Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika
(ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].
Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.
Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi
yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi
juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.
Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan
segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.
Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam
semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.
materi persiapan PPD-B 10
Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta
dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.
Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:
Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan.
Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran
dalam bidang ini.
Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti
berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara
khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya.
Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.
Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum,
melanjutkan pengembangn logika.
Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus
Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku
Aristoteles.
Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.
Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes
(1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay
Concerning Human Understanding
Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam
bukunya Novum Organum Scientiarum.
J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi dalam
bukunya System of Logic
Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna
dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan
lebih mempertajam kepastian.
George Boole (1815-1864)
John Venn (1834-1923)
Gottlob Frege (1848 - 1925)
Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar
di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia
memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum
mengenai tanda (general theory of signs)
Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914)
dan Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica
tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand
Arthur William Russel (1872 - 1970).
Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
Macam-macam logika
Logika alamiah
Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.
Logika ilmiah
Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam
setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih
tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk
menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.
^ Logika Selayang Pandang. Oleh Alex Lanur OFM. Penerbit Kanisius 1983. ISBN 979-413-
124-5
Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang berarti kata atau
pikiran yang benar. Kalau ditinjau dari segi logat saja, maka ilmu logika itu berarti ilmu
berkata benar atau ilmu berpikir benar. Dalam bahasa Arab dinamakan ilmu manthiq
yang berarti ilmu bertutur benar10. Dalam Kamus Filsafat, logika – Inggris – logic, Latin:
logica, Yunani: logike atau logikos [apa yang termasuk ucapan yang dapat dimengerti
atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti] 11. Dalam arti
luas logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara
tegas antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah 12.
Logika sebagai cabang filsafat – adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan
tersebut dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan 13.
Menurut Louis O. Kattsoff 14, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh
kesimpulan dari suatu perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika
didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia itu ada manusia
sudah berpikir, manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. “Hanya saja logika itu
dinamakan logika naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja.
Manusia walaupun belum mempelajari hokum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah,
10
Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Wijaya Jakarta, 1981, hlm. 18.
11
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996, hlm. 519. Pengertian lain : Logika – ilah ilmu berpikir
tepat yang dapat menunjukkan adanya kekeliruan-kekeliruan di dalam rantai proses berpikir. Dengan batasan itu,
logika pada hakekatnya adalah teknik berpikir. Logika mempunyai tujuan untuk memperjelas isi atau komprehensi
serta keluasan atau akstensi suatu pengertian atau istilah dengan menggunakan definisi-definisi yang tajam.
Munculnya logika dalam proses berpikir ialah pada waktu diucapkan “sesuatu” yang lain yang dikaitkan dalam
hubungan tertentu atau pada waktu dikemukakan “dua sesuatu” yang dikaitkan dengan penilaian tertentu dan dari
kaitan itu ditarik kesimpulan. Fungsi logika adalah : [1] membedakan ilmu yang satu dari yang lain apabila objeknya
sama, dan [2] menjadi dasar ilmu pada umumnya dan falsafah pada khususnya [Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat
Ilmu, IKIP Semarang Press, 1990, hlm. 45].
12
Yaya S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung, 1986, hlm. 2.
13
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 1982, hlm. 22.
14
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogya, 1986, cet.7,
hlm. 71.
materi persiapan PPD-B 14
namun praktis sudah dapat berpikir dengan teratur. Akan tetapi bila manusia
memikirkan persoalan-persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat. Misalnya,
ada dua berita yang bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya menganggap dirinya
benar. Dapatlah kedua-duanya dibenarkan semua? Untuk menolong manusia jangan
tersesat dirumuskan pengetahuan logika. Logika rumusan inilah yang digunakan logika
artificialis15.
Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk
berpikir benar dipelopori Aristoteles yang hidup pada tahun 348-322 SM, dengan
bukunya Organon yang berarti instrument [alat], alat untuk berpikir benar. “Aristoteles
dianggap sebagai pelopor pembukuan pengetahuan logika. Tidak berarti belum
Aristoteles belum ada kaidah-kaidah berpikir yang benar [logika]. Sebenarnya di
negara-negara Timur Kuno [Mesir, Babilon, India, dan Tiongkok], diakui telah terdapat
semacam kaidah-kaidah berpikir yang dianggap benar, hanya saja belum teratur
sistematikanya seperti rumusan logika Aristoteles16.
Memang diakui sejak manusia ada sampai sekarang selalu menggunakan akal
pikirannya dalam melakukan setiap kegiatan, baik kegiatan berpikir alamiah [naturalis]
maupun kegiatan berpikir yang sifat kompleks. Tetapi dalam melakukan kegiatan
berpikir yang benar diperlukan kaidah-kaidah tertentu yaitu berpikir yang tepat, akurat,
rasional, objktif dan kritis atau proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Proses
berpikir semacam ini adalah cara berpikir atau penalaran yang terdapat dalam kaidah-
kaidah logika.
Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir mempunyai dasar
kebenaran, maka proses berpikir dilakukan dengan cara tertentu. Cara berpikir logic
dibagi menjadi dua bagian, yaitu : “[a] Logika Induktif - cara berpikir di mana ditarik
suatu kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual.
Untuk itu, penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-
pernyataan yang mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun
15
Hasbullah Bakry, Op.cit., hlm. 20. Logika Artificialis, dibedakan menjadi dua yaitu : [1] Logika Formal –
mempelajari asas-asas, aturan-aturan atau hokum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir
dengan benar dan mencapai kebenaran, [2] Logika Material – mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai
hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika formal –
sesuai dengan isi [materi] kenyataan yang sesungguhnya. Logika material – mempelajari sumber-sumber dan
aslinya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan akhirnya merumuskan metode ilmu
pengetahuan itu. Logika material inilah yang menjadi sumber yakni yang menimbulkan filsafat mengenai [kennisteer]
dan filsafat ilmu pengetahuan [wetenschapsleer]. Logika formal – dinamakan logika minor, sedangkan logika material
dinamakan logika mayor. Logika formal – ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk
mencapai kebenaran [Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Widjaja, Jakarta, hlm. 21].
16
Hasbullah Bakry, Loc.cit.
materi persiapan PPD-B 15
argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. [b] Logika Deduktif
– cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat
khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir
silogismus. Silogismus. Disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogismus disebut premis yang kemudian dapat
dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor. Kesimpulan merupakan
pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis
tersebut17. Contoh – karakteristik berpikir silogismus : [a] Semua makhluk hidup mesti
akan mati [premis mayor], [b] Si Pulan adalah makhluk hidup [premis minor], [c] Jadi si
Pulan mesti mati [kesimpulan – konklusi].
Kesimpulan bahwa si Pulan mesti mati, menurut Jujun S. Suriasumantri,
kesimpulan tersebut adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini
ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya. Sedangkan pertanyaan
apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus dikembalikan kebenarannya pada
premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar, maka
dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi dapat saja kesimpulan
tersebut salah, walaupun kedua premisnya benar, sebab cara penarikan
kesimpulannya salah. Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri, mengatakan ketepatan
penarikan kesimpulan tersebut tergantung pada tiga hal yaitu : [1] kebenaran premis
mayor, [2] kebenaran premis minor, dan [3] keabsahan pengambilan keputusan.
Oleh karena itu, apabila salah satu dari ketiga unsure tersebut tidak memenuhi
persaratan, maka kesimpulan yang diambil atau diputuskan akan salah.
Contoh berpikir induktif, simpulan yang diharapkan berlaku umum untuk suatu
kasus, jenis, dan peristiwa, atau yang diharapkan adalah agar kasus-kasus yang
bersifat khusus dapat dimasukkan ke dalam wilayah umum, yang menjadi simpulan.
Misalnya : [1] P – penduduk desa A = adalah pegawai, [2] Q – penduduk desa A =
adalah pegawai, [3] R – penduduk desa A = adalah pegawai, [4] S – penduduk desa A
= adalah pegawai, [5] Y – penduduk desa A = adalah pegawai, [6] Z – penduduk desa
17
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988, hlm.
48-49. Pengertian – silogismus – suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proposisi atau pernyataan yang
membenarkan atau menolak suatu perkara. Dua buah proposisi yang pertama disebut premis mayor dan premis
minor, sedangkan proposisi yang ketiga disebut simpulan atau konklusi. Konklusi merupakan konsekuensi dari
kedua premis yang terdahulu [Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, 1990, hlm. 27].
Pengertian premis – premise [premis] dalil yang dipakai sebagai pangkal pembicaraan. Premis, kata-kata atau
tulisan sebagai pendahuluan [S.Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris Indonesia –
Indonesia Inggris, Hasta, Bandung, 1980, hlm. 156-157].
P
Gambar 2 : Cara Berpikir Induksi Komplet
Q
R PEGAWAI
18
Hartono Kasmadi, Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, Semarang, 1990, hlm. 30.
materi persiapan PPD-B 17
IDEOLOGI
Ideologi: ideas sebagai sebuah pandangan tentang ruang dan waktu, tentang tuhan, alam dan manusia,
tentang segala sesuatu. Logos sebagai ilmu, sebagai kumpulan pengetahuan.
Ideologi sebagai setangkup pemikiran atau pandangan tentang tuhan, alam, dan manusia.
Bahwa manusia memiliki potensi fikir dan intuisi, maka apa yang terpikir (dalam diri seseorang)
mempunyai maksud yang sama dengan apa yang ada dalam intuitifnya. Tak mungkin keduanya
kontradiktif.
Maka ideologi adalah objek pikiran atau ituitif, tidak ada pertentangan.
Pikiran tidak mungkin berdiri sendiri tanpa sensabilitas intuitif manusia. Dan intuitif manusia tidak
mungkin bekerja sendiri tanpa analisa pikiran.
Atau dengan kata lain, pengetahuan itu muncul, murni dari aktifitas rasio atau murni dari aktifitas
intuitif.
Pengamatan harus dipisahkan dari kedua unsur di atas karna dia berada pada esensi yang lain.
Esensi rasio dan intuitif, yang menyamakannya adalah bahwa keduanya merupakan alat pengolah, sebut
prosesor. Sementara pengamatan prosesor, ia adalah aktifitas perelasian, sebagai jalan penghubung
antara yang mengamati (manusia) dengan yang diamati (segala sesuatunya termasuk manusia). Citra
objek masuk dengan proses pengamatan, yang baru kemudian diolah oleh kedua jenis prosesor
tersebut.
Dengan kata lain, pengamatan tidsak bisa dijadikan sebagai salah satu jalan pemerolehan ilmu
pengetahuan karena esensinya bukan dalam proses penganalisaan atau intuitifitas, tapi hanya
sebatas perelasi antara objek dengan subjek.
Ditengah kehidupan masyarakat, banyak sumber pengetahuan yang bersifat taken for
granted, sumber tanpa perlu diolah lagi tetapi diyakini akan membantu memahami realitas
kehidupan ini. Masyarakat dapat langsung begitu saja memakai pengetahuan taken for granted
tersebut sebagai sebuah pegangan yang diyakini benar atau berguna untuk meemmahami dunia
dimana ia hidup. Jenis pengetahuan tanpa diolah lagi tentu saja banyak dan tersebar, mulai dari
system keyakinan, tradisi agama, pandangan hidup ideology, paradigma dan juga teori, dan
termasuk didalamnya teori social. Dalam masyarakat intelektual, terutama dalam tradisi
positivisme lazim untuk mengambil sumber pengetahuan taken forr granted tersebut dari ranah
paradigma dan teori. Kendati demikian, teori sebenarnnya bukan hanya untuk kalangan
intelektual atau kalangan expert, mesti tidak sedikit yang berpandaangan hanya kalangan
intelektual atau akademisi saja yang membaca realitas social tidak dengan telanjang, melainkan
dengan kacamata teori tertentu. Memanga telah menjadi tradisi dikalangan intelektual dalam
membaca realitas social dengan menggunakan kacamata atau teori tertentu. (Zainuddin Maliki,
Narasi Agung)
Dalam beberapa hal, teori ilmiah berbeda dengan asumsi-asumsi yang telah ada dalam
kehidupan sehari-hari dan secara tidak sadar telah dimiliki
materi persiapan PPD-B 19
orang. Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi
suatu teori yang merupakan bagaian dari kegaitan ilmiah. Dalam memamasuki era pelahiran ini
merupakan kajian dari teori yang eksplisit, sehingga menjadi objektif, kritis, dan lebih abastrak
dari pada yang dilakasanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pemebentukan teori
tidak pernah muncul dari awal, tidak mungkin bagi ahli teori social untuk menghilangkan
pengaruh-pengaruh pengalaman social pribadinya, tau pengaruh dari pengalaman ini cara
pandang dunia social. Proses pembentukan teori berlandaskan pada images fundamenatal
tertentu mengenai kenyataan social. Gambaran tersebut dapat melingkupi asumsi filosofis, dasar
mengenai sifat manusia dan masyarakat, atau sekurang-kurangnya pandangan yang mengatakan
bahwa keterturan tertentu akan dapat diramalkan dalam dunia social. Teori ilmiah lebih
menggunakan metodologi dan bersifat empiris. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan
Modern)
Pengklasifikasian dalam ilmu social terdapat tiga perfektif besar yang berkembang
selama ini, yakni perfektif structural fungsional, structural konflik serta konstruksionisme.
Ketiga aliran tersebut masing-masing mengkritik dengan mematahkan proposisi, konsep maupun
teori yang ditawarkan satu sama lain. Namun kritik tersebut tidak dapat menggoyahkan
hegemoni mereka masing-masing dan ketiganya masih memiliki pengikut yang setia. Ketiga
teori social tersebut, merupakan upaya dalam memahami realitas kehidupan. Dengan teori social
diharapkan orang dapat menghimpunddan memaknai informasi secara sistematik bukan sja
untuk menyumbang pengembangan teori, tetapi ebih penting lagi untuk memecahkan persolan
dan untuk tujuan keberhasilan dalam mengarungi pergumulan kehidupan. (Zainuddin Maliki,
Narasi Agung)
Micheal Root dalam philosophy of social science, membedakan jenis ilmu social, yakni
ilmu social yang bercorak liberal dan ilmu social bercorak perfeksionis. Ilmu social liberal
dikarenakan ia tidak berusaha mempromosikan suatu cita-cita social, nilai keajikan tertentu.
Akar dari gagasan liberal ialah liberalisme dalam politik. Peneliti dalam ilmu ini bersifat
neutralisme, tetapi tidak pernah terjadi dalam ilmu social. Lain halnya dengan ilmu social yang
bercorak perfeksionis berusaha mencari wahana dari cita-cita mengenai kebajikan, jadi dalam
ilmi ini bersifat partisipan. Ilmu social ini bersifat tidak bebas nilai, menghargai objek-objek
ubjek yang diteliti dan bahkan menjadikannya sebagai subjek. Data yang baik dalam pandangan
cita-cita liberal merupakan yang bebas dari muatan nilai, moral dan kebajikan objek
penelitiannya, tetapi hal ini tidak akan pernah terjadi
materi persiapan PPD-B 20
walaupun dalam penelitiannya bekerja keras. Contoh dari ilmu osial perfeksiois marxisme dan
feminisme. Marxisme mencita-citakan masyarakat tanpa kelas, sedangkan feminisme
masyarakat tanpa eksploitasi seksual. Keduanya memiliki persamaan anti eksploitasi dan
dominasi. Selanjutnya Root mengusulka agar dalam cita-cita ilmu social liberal diganti dengan
ilmu social perfeksionis yang communitarian, yakni ilmui sosial yang memperhatikan nilai-nilai
pada sebuah objek penelitian, komunitas. Ilmu social communitarian adalah ilmu social jenis
partisipatory reseach, bukan ilmu osial empiris analitis dan bukan juga ilmu social terapan.
(Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid)
Sebagai suatu konsep paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn dalam
karyanya the structure of scientific revolution, kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs
melalui bukuya socilology of sociology 1970. Tujuan utama dalam bukunya Kuhn; ia menentang
asumsi yang berlaku secara umum dikalangan ilmuan mengenai perkembangan ilmu
pengetahuan. Kalangan ilmuan pada umumnya berdiri bahwa perkembangan kemajuan ilmu
pengetahuan terjadi secara komulatif. Kuhn menilai pandangan demikian merupakan mitos yang
harus dihilangkan. Sedangkan tesisnya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi
Paradigama social mengacu pada orientasi perceptual dan kognitif yang dipakai oleh
masyarakat komunikatif untuk memahami dan menjelaskan aspek tertentu dalam kehidupan
social. Paradigma social terbatas pada pandangan dua hal; pertama, paradigma social yang hanya
dimiliki oleh kalangan terbatas dan tidak memlulu diterima oleh anggota masyarakat.
Masyarakat yang menerima paradigma ini masyarakat ilmiah, terciptanya komunikasi guna
menciptakan paradigma social. Kedua, paradigma sosial yang berlaku dalam aspek tertentu dari
kehidupan dan bukan aspek yang menyeluruh. Paradigma social lebih terbatas dalam ruang
lingkung penerimaan dari pada pandangan dunia yang berlaku, sebagai element dasar dari
paradigma social merupakan pandangan dunia baik dalam komponen dasar, keyakinan atau
system keyakinan dan nilai-nilai yang terkait. Sebagaimana dalam pandangan Stephen Cotgrove
paradigma memberikan kerangka makna, sehingga pengalaman memberikan makna dan dapat
dipahami. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)
Positivistic merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam
dunia ilmu pengetahuan.keyakinan faham aliran ini pada ontology realisme yang menyatakan
bahwa realitas ada (exist) dlam kenyataan berjalan sesuai dengan hokum alam (natural lows).
Upaya penelitian untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana
sesungguhnya realitas itu berjalan. Positivis muncul pada abad 19 yang dipelopori oleh Auguste
Comte. Dalam pencapai kebenaran maka harus menanyakan lagsung pada objek yang diteliti,
dan objek dapat memberikan jawaban langsung pada peneliti yang bersangkutan. Metodologi
yang digunakan eksperiment empiris atau metodologi yang lain agar temuan yang diperoleh
benar-benar objektif dan menggambarkan yang sebenar-benarnya. (Agus Salim, Teori dan
Paradigma Penelitian Social).
Kaum positivistic mempercayai masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa
metode penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte
mempercayai penemuan dalam hukum-hukum alam akan membukakan batas-batas yang pasti
yang melekat dalam kenyataan social, dan ia menilai masyarakat bagaikan suatu kesatuan
Ilmu social positivistic digali dari beberapa pemikiran dari tokoh-tokohnya yakni Saint
Simon (Prancis), Auguste Comte (Prancis), Herbert Spencer (Inggris), Emile Durkheim
(Prancis), Vilfredo Pareto (Italia). Saint Simon menggunakan metodologi ilmu alam dalam
membaca realitas sosial masyarakat, ia mengatakan bahwa dalam mempelakjari masyarakat
harus menyeluruh dikarenakan gejala sosial saling berhubungan satu dengan yang lain dan
sejarah perkembangan masyarakat sebennarnya menunjukan suatu kesamaan. Ilmu pengetahuan
bersifat positif yang dicapai melalui metode pengamatan, eksperimentasi dan generalisasi
sebagaimana digunakan dalam ilmu alam. Semua sejarah perkembagan social selalui disertai
kemajuan dalam ilmu pengetahuan yang menggambarkan perkembangan masyarakat disertai
dengan perkembangan cara berfikir manusia. Cara berfikir manusia mulanya bersifat teologis,
spekulatif tetapi kemudian berkembang mendekati kenyataan bersifat konkreat, oleh karena itu
bersikap positif dan ilmiah. August Comte. Comte membagi sosiologi menjadi dua macam social
dinamik dan social statis. Sosiologiu merupakan social dinamik yang digambarkan dengan teori
yang menggambarkan kemajuan dan perkembangan masyarakat manusia. Comte
menggambarkan bahwa sejarah umat manusia pada dasarnya merupakan ditentukan oeh
pertumbuhan dari pemikiran manusia dan ilmu social merupakan haruslah merupakan hukum
tentang perkembangan intelegensi manusia. Perkembangan pemikiran manusia menurut Comte
terbagi menjadi tiga macam teologi kerangka berfikirnya dalam tingkat pemikirannya
menganggap bahwa setiap gejala terjadi dan bergerak berada dibawa pengaruh supra natural,
metafisik dengan kerangka berfikir abstrak; menganggap bahwa alam semesta dan segala isi
diatur adanya gerak perubahan oleh hukum–hukum alam, dan ilmiah dengan kerangka berfikir
positivisktik yang beranggapan gejala alam dan isinya dapat dipahami dan diterangkan oleh
kenyataan-kenyataan objektif/positif. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori
Sosiologi).
Herbert Spencer. Menurut spencer bahwa objek dari ilmu social hubungan timbal balik
dari unsure-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-
materi persiapan PPD-B 23
norma tas kehidupan keluarga, hubungan antara lembaga politik dan lembaga keagamaan.
Unsure dalam masyarakat memiliki hubugan yang tetap dan harmonis dan merupakan suatu
integrasi. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar). Spencer memiliki kepercayaan
bahwa manusia bersifat merdeka, dan setiap individu dengan bebas menggunakan adatnya, serta
kebebasan itu harus tetap dijaga agar tidak dapat mengganggu kebebasan yang lain. Ia juga
menjelsakan tentang pentingnya lembaga social dalam membentuk karakter individu, dan
hubungan manusia dengan masyarakat merupakan proses dua jalur. Dimana individu
mempengaruhi masyarakat dan masyarakat mempengaruhi individu. Spencer dalam memandang
masyarakat mengunakan teori evolusi dari evolusi universal berubah menjadi evolusi homogen
tidak menentu menjadi evolusi hetrogen dan menentu. Masyarakat menurutnya
perkembangannya dari sederhana, menuju kompleks dan terspesialisasi. Ia dalam memandang
masyrakat menggunakan analogi organisme sebagaimana dalam ilmu biologi. Secara sederhana
menurut Spencer bahwa masyarakat dibentuk oleh individu. (Hotman M. Siahaan, Pengantar
Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).
Perbedaan pemikiran antara Comte dan Spencer tetapi saling melengkapi dalam tradisi
ilmu social yang bercorak positivistic, Comte dalam memandang masyarakat dengan cara
menjelaskan perkembangan ersepsi manusia, menekankan perlunya aktualisasi ide, dan Spencer
menekankankan perlunya aktualisasi benda. Comte berusaha menginterpretasikan genetic dari
fenomena yang membentuk alam dan Spencer menafsirkan genetic dari feomena yang
membentuk alam. Comte lebih bersifat subjektif sedangkan Spencer bersifat objektif. Spencer
tidak hanya tertarik pada perkembangan ide, tetapi mengembangkan ide pada perubahan
korelatif dalam organisasi social, tertib social struktur, maupun progress. Teori yang dimiliki
oleh Spencer berupa analisa objektif seperti untuk pertumbuhan, evousi linier, multilinier, tipe-
tipe social, dan good society. Kemudian pemikirannya diterjemahkan menjadi diferensisasi
sebagai interelasi dan integrasi berbagai aspek penting dalam system masyarakat. Ilmuwan
social yang diajurkan oleh Spencer berusaha untuk keluar dari bias dan sentimen tertentu. Ia
ingin menggambarkan bahwa betapa upaya mempertahankan ide dan kepentingan material
cenderung mewarnai dan mendistorsikan persepsi seseorang dalam memahami realitas sosial.
(Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Emile Durkheim. Titik tekan kajian Durkheim berlwanan dengan kajian dari Spencer
bahw individu dibentuk oleh masyarakat. Asumsi yang paling fundamental dalam pandangan
Durkheim gejala social yang riil dan mempengaruhi
materi persiapan PPD-B 24
kesadaran individu serta prilakunya dan berbeda dari karakteristik psikologi, biologi atau
karakteristik individu yang lain. Gejala social atau fakta social yang rii9l dapat dielajari dengan
metode-metode empiric, yang memungkinkan tentang ilmu yang membahas masyarakat dapat
dikembangkan. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern). Jiwa suatu kelompok
sangat mempengaruhi individu, ia mengatakan bahwa kesaaran kolektif berbeda dengan
kesadaran individu. Kata durkheim aturan yang berada diluar kontrak memungkinkan
diadakannya kontrak-kontrak social yang mengingkat kontrak dan menentukan sah tidaknya
suatu kontrak. Aturan yang diluar kontrak inilah yang dikatakan sebgai kesadaran kolektif.
Durkheim memberikan sifat yang ada pada kesadaran kolektif yakni exterior dan constraint,
exterior berada diluar individu yang masuk kedalam individu dalam erwujudan sebagai aturan
moral, agama dan yang lain. Sedangkan untuk constraint merupakan kesadaran yang bersifat
memaksa. Kesadaran kolektif merupakan consensus masyarakat yang mengatur hubungan social
diantara masyarakat yang bersangkutan. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan
Teori Sosiologi).
Kajian dalam ilmu social menurut Durkheim melakukan pembacaan terhadap realitas
social dengan cara makrao dengan menggunakan pendekatan fakta social. Fakta social suatu
kenyataan yang memiliki karakteristik khusus yakni mengandung tata cara bertindak berfikir dan
merasakan yang berada diluar individu yang ditamankan dengan kekuatan koersif. Fakta social
merupakan cara bertindak, yang memiliki cirri-ciri gejala empiric, yang terukur eksternal,
menyebar dan menekan. Kekuatan koersif merupakan kekuatan untuk menekan individu. Fakta
social dapat dikaji melalui data diluar pikiran manusia, studi yang trukur dan emirik merupakan
koreksi terhadap Comte dan Spencer. Fakta social merupakan kumpulan fakta individu, tetapi
kemudian diungkapkan dalam suatu angka social. Angka merupakan representasi individu yang
berkumpul sehingga menjadi plural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Vilfredo Pareto. Menurut Pareto dalam ilmu social bahwa ia mengamati fakta-fakta atau
kenytaan secara objektif melalui penalaran logika. Observasi atau eksperimentasi terhadap fakta
tidak membutuhkan pra anggapan yang diwarnai suatu prasangka. Dalam logico experimental
ada dua elemen dasar yakni yang dinamakan logical reasoning dan observation of the fact. Teori
social yang ada selama ini bersifat dogmatis, metafisis, non logis, absolute dan bersifat moral
saja. Tindakan bagi Pareto merupakan didasarkan pada logis. Masyarakat baginya merupakan
fenomena ketergantungan, karena factor yang telah dibentuk oleh masyarakat factor yang saling
bergantung dan salaing mempengaruhi. Ilmu sosial
materi persiapan PPD-B 25
baginya merupakan yang mempelajari uniformitas dalam masyarakat. (Hotman M. Siahaan,
Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). Pareto mempercayai bahwa konsep ekulibrium
sangat berguna dalam memahami kehidupan social yang kompleks. Ia mencoba menjelaskan
pertautan variable yang diyakini maisng-masing menyumbangkan keseimbangan dalam
masyarakat. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Dalam ilmu social positivistic bersifat bebas nilai, objektif dan dalam perubahan yang
terjadi dalam masyarkat memandangnya pada evolusi social. Perubahan yang terjadi dengan
evolusi tersebut yang menekannkan pada ekulibrium ini, sehingga dalam ilmu social positivistic
lebih bersifat status quo dan tidak peka perubahan. Pandangan yang digunakan dalam ilmu ini
menggunakan pendekatan makro melihat realitas sosial dengan menggunakan system dan
bagaiman individu terbentuk oleh system sehingga bersifat deterministic. Asumsi dasar dalam
ilmu sosial positivistic memandang masyarakat bagaikan sebuah system organisme dimana satu
yang lain saling berkaitan dan terdiri dari berbagai macam struktur dan menjalankan fungsinya
masing-masing. Jika diturunkan dalam metodologi penelitian maka tujuan dari penelitian untuk
menjelaskan dan memaparkan tentang gejala social, penelitian harus objektif terukur, bebas
nilai, dan peneliti bersifat netral. Penelitian ini dapat digunakan untuk generalisasi terhadap
persolan yang lain. Metode penelitian merupakan penelitian kuantitatif, denan menggunakan
pencarian ata melalui angket dan kuosioner.
Paradigma konstruktivis dalam ilmu social merupakan sebagai kritik terhadap ilmu social
positivistic. Menurut paradigma ini, yang menyatakan bahwa realitas osial secara otologis
memiliki bentuk yang bermacam-macam merupakan konstruksi mental, berdasarkan pengalman
social, bersifat local dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukan. Realitas social
yang diamati seseorang tidak dapat digeneralisir pada semua orang yang biasa dilakukan oleh
kaum positivistic. Epistemologi antara pengamatan dan objek dalam aliran ini bersifat satu
kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi antara keduanya. Aliran ini
menggunakan metodologi hermeneutic dan sialektis dalam proses mencapai kebenaran. Metode
yang pertama kali dilakukan melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang-
perorang, kemudian membandingkan dan menyilangkan pendapat dari orang sehingga tercapai
suatu konsensus tetang kebenaran yang telah disepakati bersama. (Agus Salim, Teori dan
Paradigma Penelitian Social).
Max Weber. Weber mengajukan bahwa dalam ilmu sosial yang dipakai menggunakan
oendekatan verstehende. Ia melihat ilmu social berusaha untuk memahami tindakan-tindakan
social dan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Yang menjadi
kajian pokok dalam ilmu ini menurutnya bukanlah bentuk subtansial kehidupan masyarakat
maupun nilai objektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang nyata dari tindakan
perorangan yang timbul dari alas an-alasan subjektif. Verstehende merupakan motode
pendekatan yang berusaha untuk mengerti makna yang mendasari dan mengintari peristiwa
social histories. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). Weber
melihat bahwa individu yang memberikan pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa
catatan, bahwa tindakan social individu berhubungan dengan rasionalitas. (Zainuddin Maliki,
Narasi Agung).
Tindakan social yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata
diarahkan kepada orang lain. Juga dapat berupa tinakan yang bersifat “membatin”, tau bersifat
subjektif yang mengkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Dari pandangan
dasar yang dimiliki oleh Weber maka ia menganjurkan penelitiannya dalam bidang ilmu ini
meliputi; tindakan manusia yang mengandung makna, tindakan nyata bersifat subjektif dan
membatin, tindakan pengaruh positif dari situasi dan tindakan tu diarahkan kepada beberapa
orang atau individu. Mempelajari tindakan social dan ia menganjurkan lewat penafsiran dan
pemahaman (interpretative understanding). Peneliti menginterpretasikan tindakan si actor dalam
artian mendasar dengan maksud memahami motif tindakan si actor. Cara memahami motif
tindakan actor Weber memberikan dua cara, pertama melalui kesungguhan, mencoba
mengenangkan dan menyelami pengalaman actor. Peneliti menempatkan diri pada actor dan
berusaha memahai sesuatu yang dipahi oleh actor. Metode pemahaman yang ditawarkan oleh
Perbedaan antara Weber dan Durkheim tentang kenyataan social. Bagi Durkheim bahwa
ilmu social mempelajari fakta social yang bersifat eksternal, memaksa individu. Kenyataan
social bagi Durkheim sebagai situasi yang mengtasi individu berada dalam suatu tingkatan yang
bebas. Sedangkan bagi Weber keyataan social merupakan sesuatu yang didasarkan pada
motivasi individu dan tindakan-tindakan social. Durkheim memiliki pndangan berhubungan
dengan realisme social, melihat masyarakat sebagai sautan yang riil, berada secara terlepas dari
individu yang kemudian masuk didalamnya menurut prinsip-prinsip yang khas, tidak
mencerminkan individu-individu yang sadar. Teori ini membandingkan masyarakat sebagai
bentuk organis biologis dalam artian dalam menilai masyarakat merupakan suatu kenyataan
yang lenih dari sekedar jumlah bagiannya. Sedangkan Weber berposisi nominalis, dengan artian
bahwa individu yang riil secara objektif, dan masayarakat merupakan suatu nama yang
menunjuk pada sekumpulan individu. Analisis Weber dalam memandang individu merupakan
suatu yang ekstrim, dan ia mengakui bahwa dinamika sejarah merupakan besar dan pengaruhnya
terhadap individu. Pandangan Weber bersifat subjekif dan tujuannya untuk masuk kedalam arti
subjektif yang berhungan dengan kategori interaksi manusia. (Doyle Paul Jonshon, Teori
Sosiologi Klasik dan Modern).
Pemikiran Weber dari tindakan social dan metode verstehende berkembang dibawa oleh
beberapa ilmuan menjadi tradisi konstruktivisme. Tradisi ini dikembangkan oleh Peter L. Berger
dan Thomas Luckman, mereka berangkat dari manusia mengkonstruksi realitas social dari
perfektif subjektif dapat berubah menjadi objektif. Proses konstruk mulai pembiasaan tindakan
yang memungkinkan actor-aktor mengetahui tindakan itu berulang-ulang dan memberikan
keteraturan. Hubungan individu dengan institusi bersifat dialektik yang berisi tiga momen
yakni,”masyarakat merupakan produk manusia, masyarakat merupakan realitas objektif,
manusia produk masyarakat”. Bahwa makna-makna umum dimiliki bersama dan diterima dilihat
sebagai dasar dari organisasi social. Konstruksi social berusaha menyeimbangkan struktur
masyarakat dengan individu. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).
Aliran konstruktivis merupakan respon terhadap positivistic dan memiliki sifat yang
sama dengan positivistic, sedangkan yang membedakan objek kajiannya sebagai star awal dalam
memandang realitas social. Positivistic berangkan dari system dan struktur social sedangakan
Ilmu social kritis tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof kontemporer di Jerman
yang mencoba mengembangkan teori Marxian guna memecahkan persolan yang dihadapi
sekarang. Teori social ini merupakan upaya pengkrtisan terhadap the father dari filsafat Jerman
dan mengkritisi pemikiran Marx yang telah menjadi ideology bukannya ilmu. Marx yang telah
menjadi ideology dapat dilihat pada Negara komunis sehingga ajaran Marx membatu dan tidak
besifat transformative. Secara garis besar Mazhab Frankfurt dalam kelahirannya upaya
mengkritisi pemikiran ilmu social yang selama ini dan realitas sekarang. Ritzer mencoba
memetakan tentang sasaran kritik para pemikir dari mazhab Frankfurt yakni ada lima macam,
pertama kritik terhadap dominasi ekonomi, kritik terhadap sosiologi pada intinya mengatakan
bahwa sosiologi bukanlah sekedar ilmu atau metode sendiri tetapi harus dapat
mentransformasikan struktur social dan membantu manusia keluar dari tekanan struktur, kritik
filsafat positivistic yang memandang manusia sebagai objek (alam) dan tidak tanggap terhadap
perubahan, kritik terhadap masyarakat modern yang telah dikuasai oleh revolusi budaya, kritik
budaya (birokrasi) yang menyebabkan masyarakat dibatasi oleh mekanisme adminitrasi, dan
melahirkan budaya semu yang melahirkan represifitas struktur yang melumpuhkan manusia.
Munculnya pemikiran Mazhab Frankfurt merupakan melwan krisis pada waktu saat itu,
ia kecewa terhadap pengaruh filsafat positivistic yang melahirkan perfektif objektivistik dan
pengaruhnya masuk kedalam seluru disiplin ilmu pengetahuan. Bagi mereka, dengan pemikiran
yang telah diiajukan oleh positivistic telah melahirkan wawasan dan cara pemikiran jangka
pendek. Kenyakinan positivisme telah menimbulkan krisis, oleh akrena itu ia menawarkan
pemikiran alternative “teri kritis”. Akar pemikiran Mazhab ini dapat ditelusuri dari Marx, Hegel
yang telah membrikan banyak ilustrasi dan memberikan pencerahan. Analisis yang digunakan
Kata kunci kritik merupakan upaya untuk memahami dalam teori kritis, kritik dalam teori
ini merupakan mengupayakan suapaya teori bersifat emansipatoris tentang kebudayaan dan
masyarakat modern. Kritik-kritik mereka diupayakan dalam berbagai bidang kehidupan
masyarakat modern, seperti seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik dan kebudayaan yang telah
diselubungi oleh ideology yang telah menguntungkan pihak-pihak tertentu dan sekaligus
mengasingkan manusia dalam kehidupan masyarakat. Kata kritik berakar dalam tradisi filsafat
itu sendiri dan kata tersebut sudah dipakai sejak zaman pencerahan. Kritik merupakan refleksi
diri atas rintangan-rintangan, tekanan-tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses
pembentukan diri rasio dalam sejarah. Kritik juga merupakan refleksi atas proses menjadi sadar
atau refleksi tentang asal-usul tentang kesadaran. Pada generasi pertama mereka melontarkan
kritik terhadap saistisme atau positivisme yang telah menghasilkan masyarakat yang irasional
dan ideologis. Teori kritis mengupayakan mengkaitkan rasio dan kehendak, riset dan nilai,
pengetahuan dan kehidupan, teori dan praksis. Teori kritis menurut Horkheimer memiliki
emapat karakter, pertama teori ini bersifat histories dengan artian diperkembangkan berdasarkan
situasi masyarakat yang konreat dan berpijak diatasnya. Teori ini merupakan kritik immanen
terdapat yang nyata dan tidak manusiawi. Kedua, teori kritis disusun berdasarkan dalam
kesedaran keterlibatan histories para pemikirnya, dengan maksud mereka menyadari bahwa teori
ini dapat terjatuh pada dataran ideology. Misalkan dalam teori tradisional menggatungkan
keshahihannya dengan verifikasi empiris. Sedangkan untuk teori ini menggantungkan pada
Teori kritis dalam mengkritik masyarakat modern dilakukan dengan dua cara; pertama,
menelusi akar-akar berfikir positivistic masyarkat modern dengan melakukan proses
rasionalisasi dalam masyrakat barat. Kedua, menunjukan cara berfikir positivistic yang telah
mewujudkn dirinya dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlaku sebagai ideology yang
diterima sukarela oleh masyarakat modern. Mereka ingin mengkritik masyarakat modern sebagai
struktur yang telah menindas, melainkan terlebih cara berfikir positivistiklah yang menjadi
ideology dan mitos. Rasionalitas pada zaman ini berfungsi sebagai ideology dan dominasi, dan
menjadikan cara berfikir saitis telah membeku menjadi ideology atau mitos. Ilmu pengetahuan
dan teknologi bukan mengamdi kepada manusia melainkan manusia yang mengabdi kepada ilmu
pengetuan dan teknologi. Menurut mazab ini manusia sekarang tidak ditindas oleh manusia yang
lain tetapi ditindas oleh system teknologi mencengkram segenap alamiah dan social manusia.
Apa yang meeka sebut iu merupakan rasional teknologis, merupakan karakter dari zaman
rasional sekarang ini. Pada genrasi pertama mereka mengalami jalan buntu dikarenakn mereka
tidak dapat menemukan jalan keluar dari masyarakat yang mereka kritik. Pada teori kritis
pertama konsep praksis merupakan kerja dalam pandangan Marxian. Praksis emansipatoris yang
mereka lakukan dapat menimbulkan perbudakan baru karena emansipasi penguasaan baru. Oleh
karena itu Habermas sebgai generasi kedua menawarkan praksis kdisamaping praksis kerja. Hal
tersebut dikarenakan komunikasi msih ada kebebasan sehingga masih ada tempat bagi rasio
kritis. Degan ide komuikasi Habermas mengtasi positivisme dengan menunjukan kjeterkaitan
antara teori dan praktik. Praksis kerja dan komunikasi merupakan dua tindakan dasar manusia
yang menentukan manusia sebgai spesies bergerak dan hidup di dalam duania.
Ilmu social kritis jika mau diderivasikan dalam metodologi penelitian, merupakan suatu
ilmu yang emansipatoris dan untuk melakukan transformasi social. Ilmu ini tidak bebas nilai,
berfihak kepada kemanusiaan dan melakukan pemberdayaan sehingga tercipta masyarakat yang
berkeadilan. Metode penelitain yang digunakan dengan penelitian kualitatif atapun kuantitatif
yang penting bukan memaparkan tentang realitas social yang terjadi tetapi melakukan perubahan
guna tercipta masyarakat yang berkeadilan. Data diperoleh dengan wawancara, observasi atapun
dengan angket, serta kuesioner guna melakukan pembacaan awal. Peneliti bersikap partisipatif
dengan yang ditelitii dan tidak ada jarak dan langsung memberikan penyadaran dan melakukan
refleksi diri sesuai apa yang telah dicita-citakannya.
Ilmu Social Profetik (ISP) merupakan tugas yang berat yang harus diemban agar dapat
menjadikan nilai-nilai Islam dapat diterima sehingga Islam sebagai rahmat. Secara kelahirannya
ISP merupakan suatu hasil dari pemikiran tokoh yang prihatin melihat realitas sekarang dan
mencoba untuk melakukan transformasi guna menciptakan yang lebih baik. ISP sebagai produks
dari pemikiran perlu mendapatkan pengkritisan sebagai
materi persiapan PPD-B 32
sarana pembenahan baik segi teori ataupun metodologinya sehingga ISP dapat sejajar dalam
paradigma ilmu social yang lain. ISP selama ini, merupakan suatu gerilya intelektual dan masih
dimiliki oleh kalangan akdemisi tetapi hanya sekedar wacana dan discausce. Pemahaman
kalangan akademisi tentang ISP belum dapat disejajarkan paradigma ilmu social yang lain.
Pemahaman tersebut menjadikan akademisi kurang begitu serius, menjadikan ilmu ini setara dan
sejajar dengan paradigma ilmu social yang lain bercorak liberal ataupun yang perfeksionis. Oleh
karena itu, perlu adanya kajian yang lebih dalam tentang ISP guna dapat merekonstruksinya,
agar ISP dapat digunakan untuk melihat dan menyelesaikan problem social yang selama ini
terjadi. Untuk lebih jauh dapat dilihat pemikiran tokoh yang mencoba melontarkan ISP sebagai
alternative dalam teori social kontemporer.
Sebagaimana dalam sosiologi pengetahuan ISP sebagai produks dari pemikiran agar tidak
membeku, menjadi ideology dan menjadi mitos baru, maka perlu melakukan refleksi diri dan
evaluatif. ISP yang telah dilontarkan oleh Kuntowijoyo dalam kelahirannya tidak dapat
dilepaskan dari realitas yang terjadi pada saat itu. Secara sederhana kelahirannya ISP yang
digagas oleh Kunto dapat dipetakan menjadi dua macam; pertama interaksi Kunto dengan
berbagai macam ilmu social sehingga memunculkan respon atau terhadap ilmu social yang ada,
dan tokoh yang memiliki karakter transformative. Kedua, respon terhadap kondisi realitas
(kerangka berfikir atau arus besar pemikiran yang berkembang) sekarang dimana ISP
dilontarkan.
Pertama, interaksi Kunto dengan berbagai macam ilmu social. Kunto merupakan sosok
intelekual yang senang membaca, hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya yang berkaitan
dengan teori perubahan social ia sempat juga menggunakan teori social dari tokoh Marx, Weber,
dan Durkheim. Selanjutnya dalam melihat periodesasi perkembangan umat Islam Kunto
menggunakan analisis dari Comte. Setelah melalukan kajian terhadap ilmu social, ia mencoba
memberikan respon ataupun tanggapan terhadap yang ia kaji. ISP merupakan ilmu social
alternative terhadap ilmu social yang selama ini berkembang cenderung bercorak liberal dan
logika positivistic. Sebagaimana dalam era post modernis ilmu social saling berevolusi dalam
dataran paradigmatic. Begitupula, dengan ISP merupakan kritisi terhadap tiga ilmu social yang
selama ini berkembang seperti ilmu social yang bercorak posiivistik, konstruksionisme yang
bercorak liberal dan ilmu social yang bercorak kritis memiliki sifat perfeksionis.
Interaksi Kunto dengan Muhammad Iqbal. Kunto mengambil kata profetik ia mendapatkan
gambaran tetang konsep kesadaran profetis yang dilontarkan oleh Iqbal dalam bukunya
Membangun Kembali Pemikiran Agama Islam. Muhammad Iqbal menggambarkan tentang
mi’rajnya Nabi Saw, yang bertemu dengan Tuhan, seandainya nabi seorang mistikus atau sufi, ia
pasti tidak akan kembali karena sudah tentram dan tetang bersama-Nya. Tetapi ini lain, Nabi
kembali ke bumi untuk melakukan perubahan dalam rangka merubah sejarah melakukan
transformasi profetik. Selanjutnya kata profetik juga terinspirasi dari seorang Filosof Prancis
Roger Garaudy dalam bukunya Janji-Janji Islam, disana dipaparkan bahwa peradaban Barat
tidak memuaskan dikarenakan terombang-ambing dalam kedua kutub besar yakni idealisme dan
materialisme. Filasafat barat (kritis) lahir yang mempertanyakan bagaimana pengetahuan intu
dimungkinkan , lalu ia mengusulkan agar membalik pertanyaan agar bagaimana wahyu
dimungkinkan. Dalam rngka untuk menghindari kehancuran peradaban maka pilihan satu-
satunya agar menggunakan kembali warisan Islam (filsafat kenabian). Filasfat barat telah
“membunuh” Tuhan dan manusia, maka ia menganjurkan untuk menggunakan filsafat kenabian
dan mengakui wahyu sebagai salah satu dari sumber kebenaran.
Kedua, kondisi realitas sekarang. Realitas sekarang merupakan zaman post modernism.
Sebagaimana dalam tradisi modernism yang muncul dari abad pertengahan pada masa
pencerahan yang ditandai dengan lontaran dari seorang filosof Prancis Rene Descartes dengan
semboyannya catigo ego sum. Menurut Kunto dalam zaman pencerahan yang berkembang
menjadi modernisme terdapat dua ciri yang penting dan yang membedakan dengan era post
modernism. Pada zaman modern merupakan kerangka berfikir sekuleristik, memandang dengan
differentiation (pemisahan) dan terjadinya humanisme antroposentris. Kerangka pikir
sekuleristik mencoba memisahkan dengan tegas antara agama dengan ilmu pengetahuan, politik,
ekonomi, dan Negara. Modernisme yang dikumandangkan humanisme antroposentris
berkembang bukannya telah memberikan kemerdekaan terhadap manusia tetapi sebaliknya, yang
terjadi sampai sekarang adalah dehumanisasi. Dehumanisasi dikarenakan manusia dengan
menciptakan ilmu pengethuan dan teknologi yang memiliki tujuan utama untuk mempermudah
manusia, tetapi sekarang manusia terjebak oleh system yang telah dibuat menjadikan manusia
telah diperbudak oleh system dan teknologi itu.
materi persiapan PPD-B 35
Sebagaimana yang telah dikemukaka oleh Mazhab Frankfurt kerangka pikir modernisme
menjadi rasional teknokratis atau dalam bahasa Herbert Marcus menjadi manusia satu dimensi.
Realitas sekarang merupakan era post modernisme dimana dalam zaman ini merupakan kritik
terhadap modernism dan patologi yang dihadapinya. Post modernisme memiliki cirri yang
penting adalah de-differentiation. Post-modernism merupakan penyapaan kembali antara agama
dan ilmu pengethuan dan tidak berdiri sendiri atau terpisah. Agama sebagai ispirasi dan sumber
nilai/etik dari ilmu pengetahuan. Penyapaan terhadap agama dari ilmu pengetahuan ini yang
mencoba melakukan integrasi antara ilmu dengan agama guna menjawab problem modernitas
dimana terjadinya dehumanisasi dan kerusakan ekologi. Melihat era sekarang maka ISP
memiliki peluang agar dapat diterima sebagai salah satu disiplin ilmu dikarenakan ISP mencoba
melakukan integrasi antara ilmu pengetahuan dengan agama. Agama menjadikan nilai untuk
melakukan transformasi social dan pengintegrasian nilai-nilai agama dalam masyarakat sehingga
betuk transformasinya pun ada arahan kemana transformasi itu akan dibawa. Dengan ISP
sebagai alat transformasi sedangkan bentuk transformasinya merupakan transfomasi profetik
guna mewujudkan Khoirul Umat.
Cita-cita dalam ISP merupakan jawaban dari ilmu social transformative dikarenakan dalam ISP
bukan saja menjelaskan bagaimana transformasinya tetapi untuk apa, oleh siapa dan diarahkan
kemana dalam transformasinya, sedangkan dalam ilmu social transformative memiliki jawaban
yang kurang jelas. ISP bukan hanya alat untuk melakukan transformasi tetapi diarahkan sesuai
dengan cita-cita dan etis profetis. Cita-cita profetis dalam ISP mrupakan apa yang telah
diidamkan oleh masyarakatnya. Cita-cita profetis diderivasi dari surat al Imran 110.
اهلل ِ
ِ ِوف وَتْنهو َن ع ِن الْمن َك ِر و ُت ْؤ ِمنُو َن ب ِ ِ ت لِلن
َ ُ َ ْ َ َ َّاس تَأْ ُم ُرو َن بالْ َم ْع ُر ْ ُخ ِر َج
ٍ
ْ ُكنتُ ْم َخْيَر أ َُّمة أ
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada
yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Swt” (QS. al
Imran; 110).
Menurut Kunto ada empat hal yang tersirat dalam ayat tersebut; pertama merupakan
konsep umat yang terbaik, kedua aktivisme sejarah, ketiga pentingnya kesadaran, dan keempat
etika profetik. Pertama ٍ)خْي َر أ َُّمة
َ ) konsep umat yang terbaik bagi Islam merupakan mengerjakan
ketiga hal tersebut dalam ayat bukanlah sekedar hadiah dari Tuhan. Tetapi konsep umat yang
aktivisme sejarah merupakan bentuk kerja keras ditengah umat manusia dan keterlibatan umat
Islam dalam menentukan sejarah. Sebagaimana dalam ajaran Islam yang menekankan bahwa
Islam merupakan agama amal, jadi pengetahuan yang didapatkan harus ditransformasikan bukan
hanya untuk diri tetapi untuk orang lain. Ketiga pentingnya kesadaran. Kesadaran dalam Islam
merupakan bentuk kesadaran yang berbeda dengan Marxisme. Bentuk kesadaran dalam Islam
nilai-nilai Ilahiah menjadi tumpuan dalam melakukan aktivisme sejarah. Kesadaran tersebut
bersifat idependensi yang bertumpu pada Tuhan bukan kepada struktur atapun kepada manusia.
Kesadaran yang ditekankan pada struktur atau individu menjadikan bentuk kesadaran dalam
Marxisme maka yang terjadi merupakan dalam bentuk individualisme, eksistensialisme,
kapitalisme, dan liberalisme. Keempat tetang etika profetik yang dapat dilakukan oleh siapa saja.
ِ ِ)تَ أْمرو َن بِ الْمعر
Etika profetik merupakan pelaksanaan secara integral dari (وف َوَتْن َه ْو َن َع ِن الْ ُمن َك ِر َو ُت ْؤ ِمنُ و َن بِاهلل ُْ َ ُُ
yang oleh Kunto diterjemahkan menjadi; humanisasi, liberasi dan trasendensi.
Pilar ISP
ISP dalam pembacaan dan pengalisaan terhadap realitas social memiliki tiga ranah alat
pandang, dimana alat pandang tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Pilar ISP merupakan bagaimana ISP dihadapkan pada realitas empiris,
sehingga pendekatan yang digunakan oleh ISP pun bersifat empiris analitis dengan
menghadapkan al Qur’an dengan realitas social seperti industrialisasi, kelas social dan
permasalahan yang lain. Penelitian yang dilakukan bersifat partisipatoris, grounded research. ISP
memiliki iga pilar yag diderivasi dari surat al Imron 110 yakni tafsirn kreatif dari Kunto (1) تَأْ ُم ُرو َن
ِ بِ الْمعرmenjadi humanisasi, (2) َ َتْنه و َن ع ِن الْمن َكِرmenjadi liberasi, dan (3) َِ تُؤ ِمنُ و َن بِاهللmenjadi
وف ُْ َ ُ َ ْ َ ْ
trasendensi.
Humanisasi.merupakan semangat dari peradaban Barat yang percaya pada the idea of
progress, demokrasi, HAM, Liberalisme, kebebasan, kemanusiaan, kapitalisme dan selfshnees.
Humanisasi merupakan proses pemanusiaan manusia dalam bahasa agamanya mengembalikan
posisi manusia pada fitrahnya. Proses humanisasi merupakan jawaban dari patologi masyarakat
modern yang mengalami dehumanisasi yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dan
informasi. Manusia terjerat dengan teknologi sehingga
materi persiapan PPD-B 37
manusia mengabdi untuk teknologi, bukannya teknologi yang mengabdi kepada manusia.
Manusia pada masyarakat modern dengan kerangka pikir rasional teknokratis sehingga menjadi
manusia satu dimensi, jatuh dalam dataran kehinaan dan menghilangnya sisi atau dimensi
manusia yang lain. Oleh karena, itu Kunto mencoba melakukan humanisasi yang berdasar
kepada agama, dimana merujuk iman dan amal soleh. Hal ini seperti diungkapkan dalam surat at
Tin ayat 5-6 bahwa manusia jatuh kedalam tempat keterhinaan, kecuali orang-orang yang
beriman dan beramal soleh. Pengembalian kemualiaan manusia yang terjatuh pada kehinaan
dengan mengembalikan manusia pada fitrahnya, sehingga dapat memenuhi semua dimensi yang
dimiliki oleh manusia. Pemenuhan semua dimensi yang ada pada manusia ini, menjadikan posisi
manusia tidak seperti masyarakat modern yang menafikan salah satu dimensi yang ada pada
manusia. Humanisme yang dilontarkan oleh ISP merupakan pengkritisian humanisme barat
(humanisme antroposentris), yang menyebabkan majuanya peradaban barat tetapi sekarang
mereka mengalami dehumanisasi. Humanisme yang ditwarkan oleh ISP humanisme yang
didasarkan pada agama jadi humanisme teo-antroposentris. Gagasan humanisasi tersebut
diterjemahkan dalam teori social menjadi ilmu social yang menggunakan pendekatan structural
fungsional. Gagasan structural fungsional ini yang telah dilontarkan oleh Kunto mencoba
menggabungkan teori fungsional dengan menggunakan pendekatan grounded research dalam
penelitiannya. Analisis yang digunakan oleh Kunto dalam karyanya memandang persolan
masyarakat menggunakan pendekatan makro atau struktur dan dalam humanisasi lebih
cenderung menggunakan teori social fungsional dan menggunakan pendekatan interpretative
dalam memandang manusia.
Liberasi. Liberasi dalam ISP selaras dengan berbagai teori social yang bercorak
partisipatif dan membawa etik tertentu, seperti prinsip sosialisme (marxisme, komunisme, teori
ketergantungan dan teologi pembebasan) yakni semua membawa pada liberation. Mereka
mempercayai bahwa perkembangan dapat dicapai dengan kebebasan. Libersi yang ditawarkan
oleh ISP dalam dataran ilmu buka dalam dataran ideologis. Liberasi yang ditawarkan oleh Kunto
dalam ISP paling tidak empat ranah seperti bidang ekonomi, social, budaya, dan politik dalam
ranah system ilmu pengetahuan. Liberasi system ilmu pengetahuan dapat membebaskan manusia
dari system pengahuan materialis, dominasi struktur misalkan kelas dan seks. Hal ini, Islam
memandang kesetaraan antara lak-laki dan perempuan. Libeasi dari system social budaya
merupakan transformasi social umat Islam yang berkembang dari masyarakat agraris menuju
masyarakat industri. Oleh karena itu, dalam transfomeasi tersebut diperlukan ilmu social yang
Transendensi. Trasendensi dalam ISP merupakan menjiwai dari kedua unsure. Ia menjadi
prinsip dalam semua agama dan filsafat perennial. Trsendensi merupakan kunci beriman kepada
Allah, yang menjadi ruh alam humanisasi dan liberasi dalam melihat dan pengaplikasian dari
ISP. Menurut Erich Fromm jika tidak menerima otoritas Tuhan secara otomatis akan berdampak
pada; (1) relativisme penuh, dimana nilai dan norma sepenuhnya merupakan urusan pribadi. (2)
nilai tergantung pada masyarakat sehingga yang dominant akan menguasai. (3) nilai tergantung
pada kondisi biologis. Oleh karena itu, menurut Kunto agar umat Islam meletakan Allah sebagai
pemengang otoritas, Tuhan yang maha objektif. Trasendensi yang dimaksudkan oleh Kunto
dalam ISP merupakan penggunaan wahyu sebagai salah satu unsure dalam ilmu social. Pradigma
wahyu digunakan dalam ilmu social yang dilakukan oleh Kuno dengan melalui objektifikasi
terhadap ayat-ayat al Qur’an agar kebenaran yang didalamnya dapat diterima oleh seluruh
manusia. Objektifikasi merupakan upya rasionalitas nilai yang diwujudkan dalam perbuatan
rasional, sehingga orng laur dapat menikmati tanpa harus menyetujui nilai asalnya. Melalui
objektifikasi menjadikan Islam yang bekerja secara aktif, sehingga menjadikan Islam sebagai
rahmat bagi alam semesta dalam artian Islam diturunkan sebagai rahmat kepada siapa pun tanpa
memperhatikan warna kulit budaya dan sebagainya. Objektifisikasi merupakan konkritisasi
dalam kenyakinan internal, perbuatan ini dapat objektif jika dapat dirasakan oleh non muslim
sebagai suatu a natural atau wajar, tidak sebagai perbuatan keagamaan. Kunto mencontohkan
tentang objektifisakasi ayat al Qur’an agar nilai-nilai Islam dapat diterima oleh semua umat
manusia. Misalkan ancaman Tuhan kepada orang Islam sebagai orang yang mendustkan agama
ISP yang dilontarkan oleh Kunto diterjemahkan dari sifat ilmunya maka ISP bersifat
partisipatoris untuk melakukan perubahan dan sekaligus arah dari perubahan itu sendiri. Ilmu ini
serat dengan nilai-nilai, tidak status quo, dan berfihak kepada kemunisaan guna menciptakan
khoirul ummat. ISP ilmu dalam aliran yang perfeksionis dan bersifat communitarian. Dalam
metodologi penelitian ISP yang diharapkan penelitian lapangan dan langsung melakukan
emansipasi guna menciptakan keadilan. Cara pencarian data yang dilakukan IS dengan metode
wawancara dan observasi partisipatoris. ISP merupakan turunuan dari surat al Imran 110
menghasilkan tiga paradigama guna mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan. Tetapi
masing-masing paradigama dalam ISP yang dalam memandang masyarakat bersifat integral dan
menyeluruh, jika diturunkan dalam metodologi penelitian maka dapat berdiri sendiri tanpa
adanya saling sapa. Kunto hanya mencoba dalam analisis dengan menggunakan ketiga
paradigama tersebut, tetapi ia terkadang dalam melihat fenomena social cenderung dengan
pendekatn Marxian kadang juga fungsional. Selanjutnya dalam ilmu social yang bersifat
partisipatoris ada rangkaian dalam menjalankan keseimbangan antara teori dan praktek seperti
dalam ilmu social kritis, dalam konsep praksisnya kerja dan komunikasi. Jika mau ditarik
kedalam ISP Kunto belujm sempat merumuskannya. Tetapi jika ditelusuri dari berbagai
karyanya ia mencoba mengintergrasikan ilmu social yag dari barat dengan nilai-nilai Islam. Hal
ini seperti urainnya Heru Nugroho dalam menanggapi ISP yang dilontarkan oleh Kunto, ia
mengatagorikan Hegelisme Religius. Serta yang membedakan konsep ISP dengan ilmu social
Kritis adalah trasendensi. Kunto juga dalam melihat slam merupakan agama amal, bukannya
teori saja tetapi harus diterapkan dalam masyarakat. Dari tujuan serta yang berada dalam konsep
ISP dapat dilihat konsep praksis dari ISP ada merupakan praksis kerja, komuniksi dan praksis
manusia sebagai mahluk Tuhan.
Praksis ISP dengan mendiologkan agama ini, dengan realiatas menjadikan agama berperan dan
mengupayakan untuk melakukan transformasi dengan didasari oleh nilai-nilai agama.
Transfomasi yang didasarkan oleh nilai-nilai agama menjadikan bentuk tranformasi serta
arahannya jelas. Hal ini dapat dilihat bentuk transfoemasi yang dilakukan oleh nabi Muhammad
dan nabi Musa dalam menghilangkan penindasan umatnya dari Fir’an. Bentuk transformasi yang
dilakukan menciptakan masyarakat yang berkeadilan dan didasarkan dengan nilai-nilai Ilahiah
sebagai sarana dan jalan dalam rangka beribadah kepada Tuhan.
MATERIALISME SEJARAH.
(Kuliah ke 2 )
Referensi utama : Gidden 22- 24
Ciri pemikiran Marx :Radikal artinya perubahan sosial bersifat menyeluruh,cepat dan
bersifat kekerasan (revolusioner ). Masyarakat Borjuis dan negara penuh kelemahan.
Liberalisme,kapitalisme dan demokrasi sebagai sumber kebobrokan masyarakat.
Menurut Marx faham liberalisme melindungi kerakusan yang mengakibatkan terhadap
penindasan. Cara menghilangkan penindasan dengan menghilangkan “hak milik
pribadi”. Karena hak milik inidigunakan sebagai alat penindasan.
Beda Marx dengan Filosof lain adalah kalau Filosof lain meramalkan apa yang
terjadi,bagi Marx yang penting mrobahnya .
MATERIALISME SEJARAH.
Pengertian : Menurut Marx, sejarah umat manusia ditentukan oleh materi/benda dalam
bentuk alat produksi. Alat produksi ini untuk menguasai masyarakat. Alat produksi
adalah setiap alat yang menghasilkan komoditas. Komoditas diperlukan oleh
masyarakat secara sukarela. Bagi Marx fakta terpenting adalah materi Ekonomi.
Makanya teori Marx ini juga dikenal dengan determinisme ekonomi
Tahap I .
Masyarakat Agraris / primitif . Dalam masyarakat Agraris alat produksi berupa tanah.
Dalam masyarakat seperti ini penindasan akan terjadi antara pemilik alat produksi yaitu
pemilik tanah dengan penggarap tanah.
Tahap III
Dalam masyrakat feodal ditentukan oleh kepemilikan tanah .
Tahap IV.
Masyarakat borjuis. Alat Produksi sebagai industri. Konflik terjadi antara kelas borjuis
dengan buruh. Perjuangan kelas adalah perjuangan antara borjuis dan proletar.
Tahap V.
Masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini kelas proletar akan menang.
Partai Republik : dikenal juga sebagai partai konservatif . partai ini dikenal mempunyai
ppolicy yang lebih liberal dimana negara seharusnya sesedikit mungkin campur tangan
dalm persoalan swasta.
Materialisme sejarah adalah kerangka pemikiran Marx dalam memahami sejarah dan
masyarakat.
PRINSIP DASAR : Tesis utama materialisme sejarah adalah keadaan sosial ( fakta
sosial ) menentukan kesadaran manusia ,bukan sebaliknya . Keadaan sosial atau fakta
sosial adalah pekerjaannya atau produksi materialnya . Keadaan manusia adalah cara
manusia menghasilkan sesuatu untuk hidup. Untuk memahami manusia tidak perlu
memahami bagaimana ia berfikir, meliankan memahami cara ia,hidup ,bekerja dan
berproduksi. Orang berfikir ditentukan oleh kepentingannya, kedudukannya dan cita –
citanya. Yang semuanya ditentukan oleh kelas sosialnya.
MATERIALISME SEJARAH
GIDDEN (23 - 42 )
1) Keseluruhan yang disebut sejarah dunia adalah hasil ciptaan manusia, usaha
manusia.
2) Marx tidak setuju dengan konsepsi “keterasingan “ dari para filosof Jerman yang
disebutnya terlalu abstrak. Keterasingan dalam pengertian Marx harus difahamai
sebagai fenomena sejarah,sehingga hanya bisa difahami dalam kerangka –kerangka
sosial. Keterasingan ini dimulai dari dari kepemilikan pribadi (prakondisi kapitalisme).
3) Dalam melihat masyarakat Marx telah meninggalkan filsafat dan beralih kepada
pendekatan sosial historis . Kapitalisme telah meninggalkan kelas :Pemilik modal dan
pekerja.
4) Marx mengemukakan teori praxis dalam revolusi. Menurutnya perubahan sosial bisa
menjadi kenyataan jika teori dan praktek bersatu.
Marx juga mengkritik fisafat Hegel yang disebutkannya sebagai agama yang dibawa
kepada manusia dan harus dikutuk karena konsepnya tentang keterasingan. Hegel
mengemukakn materialisme pasif (tafakur)
TEORI MATERIALIS .
Marx adalah seorang realis dalam mendefinisikan materialisme dan menentang konsep
–konsep abstrak yang dikemukakan Hegel dan Feurbach. Gagasan adalah produk
manusia dalam interaksinya antara indera dengan pengalaman. Kesadaran manusia
timbul dalam dialektika antara subjek dan objek. Objek dari dari kepastian indera
diberikan lewat perkembangan sosial. Sejarah merupakan perumusan ,penciptaan,
ulang kebutuhan manusia yang terus menerus . Sejarah adalah suatu proses dimana
sebuah generasi memanfaatkan bahan – bahan dan data –data yang diwariskan oleh
generasi sebelumnya baik secara tetap maupun dimodifikasi.
Pandangan Marx tentang masyarakat timur/ masyarakt Asia. Masyarakat Timur / Asia
sangat tahan terhadap perobahan . tidak terlalu tergantung pada lembaga pemerintah
melainkan swasembada. Masyarakat timur berkembang dengan pola masyarakat lama
yang dicirikan dengan tidak adanya pemilikan tanah. Berbeda dengan masyarakat
Dunia kuno .
Munculnya kelas penguasa akibat dari kepemilikan tanah di pedesaan. Pada tahap
akhir, republik Roma berdiri diatas penghisapan – penghisapan dari propinsi -
propinsinya . Sengketa juga terjadi antara rakyat jelata denga para ningratnya . Pada
saat ini juga muncul sistem ekonomi riba. Perkembangan perbudakan dimulai dengan
suatu tahap patriarkhal, dimana budak membantu produsen kecil. Tumbuhnya
pertanian –pertanian skala besar telah menghapuskan sistem perbudakan .
Ada dua cara kemajuan kapitalis yang berlawanan : pertama ,kelas pedagang murni
bergerak menjadi produsen. Kedua para produsen kemudian mengumpulkan kapital
untuk memperluas perniagaan dan bidang kegiatan. Marx melihat dua tingkatan
organisasi produksi pada era kapitalisme : Tingkat pertama adalah dikuasai pabrikan,
ciri ini ditandai dengan digantinya ketrampilan pertukangan dengan tugas khusus yang
dilakukan oleh pekerja yang secara kolektif melakukan sesauatu secara sendiri. Proses
ini lebih efisien. Kedua,dorongan untuk menciptakan efisiensi telah melahirkan
mekanisasi. Perkembangan mekanisasi yang semakin rumit merupakan satu faktor dari
sentralisasi ekonomi dalam kapitalisme.
KONFLIK SOSIAL
(Kuliah Prof Maswadi ke 3) Referensi utama : Smelser 86 - 98
Menurut Marx dalam sejarah manusia dipenuhi oleh konflik sosial. Teori Marx
menyatakan hanya ada dua kelas dalam masyarakat (kelas borjuis dan kelas proletar).
Revolusi proletar memusnahkan /menghilangkan satu kelas (kelas borjuis).
Materialisme sejarah berhenti setelah terjadinya revolusi. Paska revolusi tidak ada lagi
perjuangan kelas.
Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan : Penyebab
konflik, siapa yang konflik intensitas konflik dan penyelesaian konflik.
Sesuai dengan faham determinisme ekonomi yang dianut oleh Marx bahwa konflik
hanya terjadi dalam dunia Industri, sedangkan konflik yang lain merupakan
perpanjangan tangan dari konflik yang terjadi dalam dunia Industri. Dalam pandangan
determinisme ekonomi bangunan infrastruktur ekonomi atau alat produksi menentukan
bangunan suprastruktur yang berupa politik dan pemerintahan. Dalam pandangan Marx
, konflik dimulai dari infrastruktur ekonomi kemudian menjalar ke supra-struktur. Teori
Infrastruktur yang mempengaruhi suprastruktur ini merupakan teori Ekonomi- politik
Marx yang masih relevan samapai sekarang.(MR)
Sumber Konflik
Sumber konflik itu sendiri dapat dikaji dari teori perjuangan kelas yang dikemukakan
oleh Marx . Menurutnya sejarah manusia itu dipenuhi oleh perjuangan kelas.antara
kebebasan dan perbudakan ,bangsawan dan kampungan ,tuan dan pelayan,Kepala
serikat pekerja dan tukang. Dengan kata lain posisi penekan dan yang ditekan selalu
bertentangan (konflik) dan tidak terputus.(The Manifesto dikutip dari PPB A Suhelmi
269). Perjuangan kelas bersifat inheren dan terus menerus . Penekanan itu dapat
berupa penindasan . Marx juga melihat bahwa perkembangan selalu terjadi dalam
konflik kelas yang terpolarisasi antara kelas yang bersifat salaing menindas. Hubungan
antara kelas ini menurut Marx akan menciptakan Antagonisme kelas yang melahirkan
krisis revolusioner. Revolusi yang dimaksud oleh Marx tentunya bukan revolusi damai,
melainkan revolusi yang bersifat kekerasan. (PBB A Suhelmi 270).Konflik terjadi karena
adanya penindasan yang dilakukan oleh kaum borjuis yang memiliki alat –alat produksi
kepada kaum proletar atau buruh yang bekerja untuk para borjuis dapat dijelaskan
melalui “The Theory of Surplus Value” . Teori ini secara singkat dapat diartikan sebagai
sebuah perbandingan yang lebih rendah antara gaji yang diterima buruh dibandingkan
dengan tenaga yang disumbangkan untuk menghasilkan suatu komoditi. Lalu mengapa
buruh mau dengan gaji yang rendah itu ?. karena posisi tawar buruh dibanding
terhadap majikan sangan rendah. Untuk menghitung niali tenaga kerja dapat digunakan
teory Locke “Labor theory of value,untuk menentukan nilai suatu benda dapat dihitung
dari nilai tenaga kerja yang diserap oleh benda itu. Dengan kata lain semakin komoditi
itu memerlukan tenaga kerja ,maka semakin mahal komodity tersebut .Komodity =
Bahan mentah + alat produksi + Buruh . Harga bahan mentah dan alat produksi bersifat
tetap. Sisa nilai tenaga kerja dengan niali buruh diambil oleh kaum majikan sebagai
keuntungan. Disinailah terjadinya penindasan dimana majikan memeras buruh karena
gaji yang dibayarkan oleh majikan kepada buruh itu hanya pas –pasan tidak wajar . dan
ini bertentangan dengan hak Azazi manusia . Dampak dari penindasan ini adalah
terjadinya proses pemiskinan dalam buruh, karena seberapapun keuntungan yang
diterima majikan, gaji buruh akan tetap tidak naik. Dampak penindasan adalaha
menumpuknya modal ditangan para majikan .(MR). Akar konflik konflik juga disebabkan
Prinsip dasar teori Marx adala memberikan kepercayaan kepada orang miskin untuk
dapa memperbaiki diri sendiri.
Kritik.
1. Teori bahwa sumber konflik hanya dari ekonomi, infrastruktur belum tentu berlaku
universal.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa gaji buruh tidak naik, tidak benar. Karena
faktanya gaji naik. Jadi revolusi seperti yang digambarkan marx tidak pernah terjadi.
Bahkan pada abad ke 20 negara – negara industri mengeluarkan peraturan perburuhan
yang melindungi hak – hak buruh.
3. Marx juga “kacamata kuda “ dalam melihat sumber konflik dari determinasi ekonomi.
Faktanya Agama dan politik juga merupakan faktor determinatif dalam perubahan
sosial. Nasionalaisme juga menjadi akar dari perubahan sosial .
4. Marx juga tidak mampu menjelaskan “Strtifikasi sosial” atau terlalu
menyederhanakan kelas.
Pada th 70 , kelompo Neo Marx melahirkan teori “Dependensia”. Teori ini menyebutkan
bahwa Dunia ketiga selalu tergantung dengan negara maju. Jadi sebenarnya di dunia
ketiga tidak pernah terjadi pembangunan, yang ada adalah penindasan dari negara
maju.
Sumberkonflik :
1) Eksploitatif antara pemilik modal dan dan pekerja :
2) Nilai lebih tidak dibagikan kepada buruh .Eksploitatasi dan menyebabkan frustasi .
Pada zaman Mark terjadi rvolusi Industri , terjadi urbanisasi, perobahan faktor produksi
dari tanah menjadi labour.
REVOLUSI PROLETARIAT
S. Yunanto
TEORI SURPLUS
Marx tidak menaruh perhatian terhadap hukum permintaan pasar yang dikatakan dalam
posisi seimbang. Permintaan tidak menentukan nilai, meskipun menentukan harga.
Permintaan sangat menonjol dalam alokasi tenaga kerja. Permintaan bukan variabel
bebas, melainkan ditentukan oleh kelas yang berbeda dan diciptakan dari penghasilan
yang dari kelas. Para kapitalis membeli tenaga kerja dan menjual atas nilai yang
sebenarnya, atau para kapitalis membisniskan tenaga kerja atau daya kerja di pasaran.
Nilai daya kerja ini ditentukan oleh waktu yang secara sosial dipakai untuk produksi.
Daya kerja menyangkut energi fisik yang dibutuhkan. Untuk memperbaiki daya buruh
harus dipenuhi kebutuhan sandang, pangan , papan, dan kebutuhan keluaraga. Kondisi
kerja yang modern dengan adanya mekanisasi memungkinkan seorang buruh untuk
memproduksi barang yang lebih banyak dari yang ia gunakan untuk menutupi beaya
hidupnya. Kemampuan untuk memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak ini
disebut “nilai surplus”. Nilai surplus ini sebagai sumber keuntungan atau keuntungan
sebagai permukaan yang tampak dari nilai surplus.Dan nilai surplus ini sebagai sumber
pemerasan.
Dalam kaitannya dengan beaya , Kapitalis mengeluarkan beaya untuk tenaga kerja
yang disebutnya sebgai “modal Variabel” dan beaya yang dikeluarkan untuk faktor –
faktor produksi yang lain seperti gedung, bahan baku, mesin yang disebutnya sebagai
“modal konstan” . Hanya modal variabel yang menciptakan nilai modal konstan yang
dalam proses produksi tidak mengalamai perobahan. Pola ini ditulis dalam rumus P =
S/c + V artinya semakain rendanh rasio modal konstan terhadap modal variabel,
semakain tinggi keuntungan . Teori ini berlaku secara variatif terhadap sektor produksi
Catatn : untuk meramalkan harga dengan menggunakan teori marx ini sangat sulit,
karena teorinya berbelit –belit dan kusut.
Menurut Marx, dalam kapitalis modal bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk
mengejar keuntungan. Pada saat tertentu keuntungan itu akan menurun. Keuntungan
tergantung dari nilai surplus dan nilai surplus akan tergantung dari rasio antara Modal
konstan terhadap modal Variabel. Selain itu kapitalisme berkembang dengan
persaingan. Persaingan menuntut efisiensi produksi dengan mekanisasi, pembelian
mesin – mesin. Pembelian mesin ini kan menaikkan komposisi modal organik yang
selanjutnya menurunkan keuntungan. Yang dimaksud keuntungan ini adalah tingkat
laba yang menurun walaupun tingkat keuntungan absolut meningkat. Peningkatan
modal konstan sering diikuti oleh peningkatan modal Variabel (tenaga kerja). Untuk
mengimbangi penurunan ini, para kapitalis akan memasukkan bahan mentah yang
murah agar nilai surplusnya meningkat. Nilai surplus ini seharusnya untuk
meningkatkan kesejahteraan buruh. Faktanya upah buruh semakin ditekan, buruh
semakin dieksploitasi dengan perpanjangan hari kerja untuk menciptakan efisiensi.
Cara lain untuk meningkatkan “surplus” dengan mengoptimalisasi mesin dan efisiensi
upah. Padaha upah mempunyai mekanisme yang bebas dan tidak ditentukan oleh
faktor dari kapitalis.
Faktor krisis dari kapitalisme juga disebabkan karena sistem pertukaran ditentukan oleh
uang bukan oleh nilai benda yang sebenarnya seperti yang terjadi pada masyarakat pra
kapitalis. Kondisi ini akan menciptakan anarki . Dibarengi dengan keinginan untuk
mengambil keuntungan, kapitalisme akan menghasilkan suatu komoditi yang
menumpuk tanpa dibarengi dengan daya jual. Kapitalisme menghasilkan suatu barang
yang menumpuk sedang proletar tidak mampu membeli. Kondisi penumpukan bahan
produksi ini tidak akan menghasilkan keuntungan yang seimbang dengan modal yang
ditanam. Krisis kapitalisme akan terjadi jika perluasan produksi jauh melebihi dari
kemampuan pasar untuk menampung.. Menurunnya keuntungan akan mengurangi
investasi yang selanjutnya akan mengurangi tenaga kerja dan upah. Perusahaan kecil
akan kalah bersaing dengan perusahaan besar. Pasar – pasar yang ditinggalkan oleh
kapitalis kecil akan diambil oleh para kapitalis besar. Kondisi ini akan semakin
mengkonsentrasikan modal pada kapitalis besar yang jumlahnya hanya sedikit. Hukum
persaingan akan menekan beaya agar produk dapat dijual murah. Dalam efisiensi ini
hanya usaha yang besar yang memenangkan persaingan. Kecenderungan ini akan
mengarahkan kepada suatu keadaan dimana hanya tinggal dua kelas sosial: Kelas
pemodal yang jumlahnya kecil dan kelas buruh yang jumlahnya banyak. Kelas
menengah dan pemodal kecil akan tersapu menjadi kelas buruh karena kalah bersaing.
Sementara itu upah buruh akan semakin ditekan dan buruh akan semakin melarat.
Kondisi ini akan semakain menyadarkan kaum buruh (Magniz). Jadi kegiatan
kapitalisme sebenarnya bukan berpusat pada produksi , melainkan modal yang disebut
Marx tidak pernah meramalkan berakhirnya kapitalisme dengan suatu krisis yang luar
biasa (G 69),walaupun Marx percaya bahwa Kapitalisme akan hancur . Kehancuran itu
tergantung dengan hukum yang mengendalikannya dan keadaan tertentu dalam
sejarah. Krisis akan berlangsung dalam bentuk resesi setelah terjadinya kemakmuran
dimana terdapat sedikit pengangguran dan upah cukup tinggi. Dalam ekonomi
kapitalisme akan terjadi pengangguran yang kronis dengan adanya “angkatan
cadangan” dalam industri yang juga disebut “penduduk surplus relatif, yaitu buruh yang
jumlahnya terus meningkat akibat mekanisasi yang bertindak sebagai penekan upah
yang tetap. Menurut Marx Buruh juga merupakan komoditi, tetapi sifatnya lain
dibanding dengan komoditi lainnya dalam hubungan harga dan nilai. Perbedaannya
adalah jika dalam komoditi harga naik, maka modal akan mengalir kepada komoditi
tersebut. Hal ini tidak bisa terjadi dalam buruh, tak seorangpun dapat memproduksi
buruh jika harganya naik.
Jika pemintaan akan buruh naik, maka angkatan kerja cadangan akan terserap ke
pasar dan upah akan tetap rendah. Angkatan kerja cadangan ini menghalangi naiknya
upah buruh .Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya kemiskinan fisik (emiseration )
atau, pemfakiran (pauperisation ). Pemfakiran didistilahkan oleh Marx sebagai rumah
sakit terhadap buruh dan bobot mati terhadap angkatan cadangan. Konsep ini juga
menjadi sasaran kritik terhadap teori Marx. Meningkatnya angkatan cadangan akan
semakin mempermiskin buruh. Ada dua tema yang sering menjadi pusat analisis Marx
salah stunya bahwa kapitalisme akan menciptakan disparitas pendapatan yang luar
biasa antara buruh dan pemilik modal, dan kapitalisme akan memproduksi angkatan
cadangan yang terus terpuruk dalam kemiskinan. Proses pemiskinan ini menciptakan
apa yang disebut sebagai penindasan terhadap buruh. Pemiskinan ini juga disebabkan
karena paradox yang terjadi dimana para kapitalis terus menimbun kekayaan,
sementara upah buruh tidak pernah naik diatas tingkat kehidupan cukup. Disinilah
terjadinya suatu kontradiksi internal dalam kapitalisme.(71). Pemiskinan selanjutnya
menjadi sumber (acuan ) terhadap proses keterasingan terhadap pembagian kerja.
Catatan : Marx hanya menggambarkan secara sepintas dan seoptong –potong akan
kondisi masyarakat yang akan menggantika masyarakat kapitalisme, yang unsur –
unsurnya juga diambil dari masyarakat kuno.
Kehebatan Kapitalisme
Untuk mengetahui pandangan Marx tentang masyarakat sosialisme dapat dilihat dalam
kedua Karyanya “Manuscript 1844” dan “ Critic of the Gotha programme”. Kedua buku
itu membahas tentang ciri- ciri perkembangan masyarakat sosialisme. Pertama, ciri –
ciri feodalisme nampak, ciri masyarakat kapitaslime berkembang dan diakhiri dengan
penghentian pemilikan pribadi, upah didistribusikan secara pasti, jumlah produksi sosial
diambil untuk kepentingan kolektif. Dalam tahap ini masih memakai tolok ukur
masyarakat borjuis. Dalam tahap ini , Marx melakukan kritik terhadap Hegel dalam hal
peran Negara. Menurut Marx bahwa sasaran gerakan buruh adalah untuk
menempatkan posisi negara yang tidak dibebaskan, akan tetapi merobah posisi negara
dari organ yang diterapkan diatas masyarakat menjadi organ yang berada dibawah
masyarakat. Tahap menengah adalah “Diktatur proletariat”. Dalam tahap ini, proletar
menggunakan kekuasaan politiknya setelah memenagkan revolusi untuk merenggut
semua milik kaum Borjuis dan mensentralisasi semua instrumen produksi ketangan
negara, yaitu kelas proletar yang dominan. Kekuasaan politik proletar ini akan berakhir
dan masyarakat akan menuju kepada suatu negara yang berada dibawah masyarakat
dimana administrasi umum dilakukan oleh masyarakat sebagai keseluruhan. Ciri –ciri
negara menurut Marx terlihat dalam Komunitas Paris. Dalam Komunitas ini anggota
dipilih atas dasar hak –hak universal dan merupakan badan kerja bukan badan
Parlemen, mempunyai fungsi eksekutif sekaligus legislatif, pejabat polisi, kehakiman
dan lain-lain dipilih, bertanggung jawab dan dapat diberhentikan(76) . Negara sebagai
kelas lama kelamaan akan menghilang. Pandangan Marx tentang negara sebenarnya
menempatkan pentingnya Borjuis yang walaupun bersifat paksaan akan melampaui
Masayarakat kapitalisme . Arah transisi masyarakat kearah masyarakat Komunisme
juga ditandai dengan hilangnya “Pembagian Kerja “ sebagai upaya mengatasi
keterasingan. Masayrakat yang akan datang akan menggantika buruh yang ada
sekarang dengan individu – individu yang sehat, kuat, dengan beragam pekerjaan.
Seorang penulis Amerika keturunan yahudi Susan Sontag, pembela kaum lesbi penulis buku,
Against Interpretation (melawan intrepretasi) dianggap sebagai salah seorang penulis terpenting
di zamannya, buku tersebut agak berbeda dengan nuansa peradaban barat.
Menceritakan tentang non rasial filsafat yang mulai mengkungkung barat (bahwa kreasi seni
adalah bukan sebuah cerita tapi sihir -jawaban intuisi yang butuh penafsiran- panemapilan kita
adalah wujud yang sebenarnya dan wajah adalah topeng, dalam alam modernisme tidak ada
bentuk yang bisa dipahami, menusia sebagai manusia kehilangan ciri yang menjadikannya
memiliki posisi yang sama dengan yang lain, bahkan manusia dikuasai oleh segala sesuatu).
Banyak diantara pemikir barat menganggap buku sebagai sejarah lahirnya post modernisme.
Gerakan pencerahan (humanisme) barat menjadikan manusia sebagai pusat, dan menegaskan
tentang rasionalitasnya serta kemampuannya melampaui dirinya dan lingkungannya tanpa
mengetahui hal-hal yang non-rasial. Peradaban ini dimulai dengan pengumuman “Matinya
Tuhan” atas nama manusia sebagai pusat dan berakhir dengan pencabutan otoritas manusia
sebagai decenter.
Kaum modernis menganggap bahwa teknologi akan menjadi sumber kebahagiaan manusia dan
menjanjikan dunia yang lebih baik. Namun, hal itu tidak berlangsung lama,sampai kemudian
ditemukan juga begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi
mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping kimiawi justru
merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, mimpi orang-orang modernis ini tidaklah berjalan
sesuai harapan dan berakhir dengan kehancuran manusia itu sendiri.
Dalam buku ini, Dr.Masiry memulai tulisannya dengan pembahasan tentang fenomena awal
yang menyebabkan lahirnya babakan baru dalam sejarah peradaban barat. Lahirnya modernisme
yang kemudian berakhir dengan lahirnya post modernisme. Buku ini sangat menarik untuk dikaji
bersama sebagai refleksi tentang kehidupan yang melanda masyarakat barat saat ini, atau
mungkin telah menjangkiti diri kita atau masyarakat kita tanpa pernah sadar akan hal tersebut.
Materi
Dalam tulisan ini, Dr.Masiry memulai dengan pembahasan tentang “materi”. Yang dimaksud
dengan materi di sini adalah materi dalam istilah filsafat: Meyakini bahwa materi adalah zat asli
dan penggerak inti alam. pandangan ini tidak ada kaitannya dengan “cinta harta (materi)”,
karena banyak di antara kaum materialis lebih zuhud dibanding orang-orang beriman. pola hidup
materialis tidak berarti semua masyarakat barat itu materialistis, banyak di antara mereka yang
masih bersikukuh dengan iman mereka, tapi justru pola hidup materialislah yang menguasai
aspek kehidupan mereka secara umum dan khusus. Pola materialis ini mengalami dua fase: Fase
rasionalitas materi (modernisme) dan Fase non rasial materi (post modernisme).
Rasionalitas materi adalah keyakinan bahwa alam ini memuat hal-hal yang bisa digunakan untuk
menginterpretasi segala bentuk materi tanpa membutuhkan wahyu atau pesan Tuhan.
Rasiaonalitas materi ini lebih dikenal dengan istilah gerakan pencerahan, di mana akal manusia
mampu mencapai pengetahuan yang menerangi segala sesuatu serta fenomena-fenomena alam.
Orang bisa saja menganggap “post modernisme” hanya permainan kata atau seperti hantu yang
menakutkan atau sebagai aliran filsafat yang tidak bisa dipahami oleh akal kita yang lemah.
Orang bisa ngotot menganggapnya tidak ada dan omong kosong. Meskipun orang bisa juga
bersikukuh menganggapnya kenyataan paling real hari ini. Orang tidak akan pernah tahu apa itu
post modernisme tanpa mengetahui perselisihan sejarah filsafat dengan gerakan dekonstruksinya
serta munculnya imajinasi rasio dan perkebangannya.
Pembahasan ini dimulai dengan sosok tokoh post-modernisme, Jacques Derrida (1930 M)
seorang filosof perancis yahudi. Dia menganut aliran filsafat non rasial kontemporer. Dia banyak
terpengaruh dengan Nietsche dan filosof serta pemikir lainnya (Sartre, Martin heidegger,
Emanuell leibnizts, pemikir perancis yahudi).
Proyek besar Derrida adalah upaya untuk meruntuhkan ontologi barat secara menyeluruh yang
dibangun dengan pola pemilahan (oposisi) biner, Seperti manusia dan alam, mutlak dan nisbi,
tetap dan berubah. Oposisi biner ini bersandar pada pertanda transendensi yang tsabit. Darridas
berusaha meruntuhkan pertanda transendensi tsabit tersebut (logos,mutlak dan tetap) dari sisi
agama dan materi dengan menetapkan oposisi binernya. Denag begitu,dia mampu
menghancurkan batasan-batasan oposisi yang tersusun dalam pertanda transenden menuju suatu
alam baru tanpa batas, Asas dan tanpa dasar ketuhanan bahakan tanpa landasan sama sekali.
Pluralisme dan relatifisme menjadi kata kuncinya. Alam petanda dan pertanda terpisah secara
mutlak. Maka bagi mereka tidak ada bahasa (kalopun ada hanya sekedar bahasa tubuh intuisi).
Realitas teks saling tumpang tindih. Teks tidak bisa lagi dihadapkan pada realitas ataupun teks
dengan makna teks. Pandangan nihilisme ala posmo ini akan menjadi dekonstrukter ketika
dijadikan metode dalam membaca sebuah teks.
Menurut Derrida, nama adalah fenomena peradaban manusia sama dengan bahasa. menurutnya,
nama adalah tanda yang tidak terpisah dari yang ditandai, ada hubungan pertautan dan
pemisahan antar keduanya. Menurut Masiry, seandainya kita tahu bahwa nama adalah fenomena
peradaban manusia dan tunduk pada keinginan manusia, tidak seperti tubuh yang merupakan
fenomena alam/materi, maka kita akan marah dan sedih seperti anak-anak dan akan
memberitahu semua orang bahwa tidak ada hubungan antar tanda dan yang ditandai yang
menyebabkan posisi manusia bermasalah.
2. Chester I. Barnand
Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar yang
dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kelompok kerja
antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersama- sama mencapai tujuan tertentu.
1. Manusia, organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin
dan ada yang dipimpin.
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada ketika ada kedudukannya.
3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ad tujuan yang ingin dicapai.
4. Pekerjaan, arinya organisasi baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta
adnya pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara
manusia yang satu dengan yang lainnya.
Organisasi formal
Adalah organisasi yang dengan penuh kesadaran dan dengan sengaja dibentuk, di
mana di dalamannya terdapat sutu system dan hierarki hubungan, wewenang, tugas,
dan tanggung jawab para anggota demi terlaksananya kerja sama demi tercapainya
tujuan organisasi.
Contoh: Hipma Bulukumba
Organisasi besar
Organisasi sedang
Organisasi kecil
3. Berdasarkan tujuannya
Organisasi sosial
Organisasi yang tujuan utamanya melayani kepentingan umum, tanpah
memperhitungkan rugi laba. Misalnya yayasan - yayasan social.
Organisasi profit
Organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan/ laba.
Contoh: CV, PT,BUMN, dll.
Organisasi resmi
Organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya dengan pemerintah) dengan
pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara.
Contoh:Lembaga- lembaga pemerintah, misalnya KPU
Organisasi tidak resmi
Organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak terdaftar
pada Lembaran Negara.
Contoh: organisasi pendaki gunung, kelompok belajar, dll.
5. Berdasarkan bentuknya
Organisasi Lini
Organisasi yang di dalamnnya terdapat garis wewenang yang langsung
menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dan bawahan.
Contoh:
DIREKTUR
DIREKTUR
STAF
MANAJEMEN ORGANISASI
By : Ony Suhardiman
Arti Bahasa :
Kata “manajemen” berasal dari bahasa perancis:
Manege (maneggio dalam bahasa Italia) = Melatih sikap kuda yang dipakai hukuman
mati supaya sesuai arahan pengendaranya.
Definisi ;
Memimpin sebuah tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
TUGAS-TUGAS MANAJEMEN (POLCA)
Planning : - Merencanakan misi & strategi lembaga
- Menetapkan tujuan-tujuan lembaga
Organizing : - Mengorganisasi waktu & pekerjaan
- Mengambil keputusan
Leading: - Menentukan arah lembaga,menyatukan tim, memotivasi
dan memberi insprirasi
Controlling : - Memperbaiki kesalahan (Correcting)
materi persiapan PPD-B 58
- Menilai kinerja (Appraising)
Achieving : - Menyatukan semua elemen
- Mengupayakan semua tugas selesai
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN
Semua rencana yang baik – baik, rencana strategis maupun rencana operasional harus menjawab
enam pertanyaan:
ED SODA
MENGONTROL
Cara terbaik melaksanakan interview untuk penilaian kinerja adalah dengan menggunakan konsep:
S O S + 5 Pendekatan
Standards : Ingatkan kembali standar-standar kinerja yang disetujui semua pihak untuk setiap
tanggung jawab.
Objectives : Ingatkan kembali tujuan-tujuan yang disetujui semua pihak untuk periode
yang telah ditentukan.
Self Appraisal : Doronglah anggota tim untuk menilai kinerja diri mereka sendiri.
5 Pendekatan
1. Prestasi : diskusikan prestasi menonjol, beri penghargaan
2. Penghalang : temukan penyebab tidak meningkatnya prestasi
3. Peningkatan : bagaimana bekerja lebih baik
4. Potensi : hormati potensinya & apa yang ingin ia dapat dari
lembaga
5. Pengembangan : bantu menemukan cara mengembangkan dirinya
MENGORGANISASI WAKTU
Prinsip-prinsip perencanaan waktu
1. Uraikan dan catat sasaran-sasaran utama Anda
2. Pilihlah instrument (alat) perencana waktu yang menurut Anda cocok
3. Temukan time savers (tugas-tugas yang banyak menghemat waktu)
1. Menentukan arah
2. Menyatukan anggota tim
3. Memotivasi dan memberi inspirasi bagi anggota tim
LANDASAN PEMIKIRAN
Landasan filsafat merupakan landasan pemikiran sebagai titik berfijak atau pegangan
dalam mengembangkan pemikiran sebagai titik berpijak atau pegangan dalam mengembangkan
pemikiran tentang pendidikan. Pendidikan menyangkut manusia untuk memanusiakan
manusia. Dalam hubungan sesama manusia.
Pendidikan bukanlah suatu hasil pemikiran burupa gagasan atau sikap yang hampa
melainkan tujuan yang dicapai.
Tujuan pendidikan mengandung cita – cita yang sangat erat hubungannya dengan
filsafat hidup atau tujuan hidup seseorang,golongan atau Negara.
Apakah pendidikan itu merupakan penanaman atau tindak tranisasi ide-ide kita,ataukah
merupakan pemberiaan bimbingan? Hal itu tergantung pada pandangan hidup suatu bangsa
kalau pandangan hidup itu otoriter,maka pendidikannya bersifat indoktrinasi,kalau pandangan
hidupnya bersifat demokrasi maka pendidikan itu bersifat bimbingan
Oleh sebab itu kebanyakan ahli dewasa ini mengartikan filsafat sebagai cara berfikir
yang radikal dan menyeluruh,suatu cara berfikir yang mengupas segala sesuatu yang sedalam
dalamnya
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN
Filsafat dalam pendidikan adalah dua tahap dalam satu usaha berfilsafat ialah pemikiran nilai-
nilai dan ide-ide yang terbaik,sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan ide-
ide dalam kehidupan dalam kepribadian manusia
Pendidikan tidak saja mengemukakan adanya tetapi juga menurutapa yang seharusnya
ada.pendidikan tidak hanya merupakan ilmu pengrtahuan yang meguraikan secara deskriktif
seperti psikologi tetapi merupakan ilmu pengetahuan normative yang mencoba mengemukakan
konsep manusia yang dicita-citakan
Berkaitan denagan itu maka pada bab 2 undang-undang 2 tahun 1989 tentang system
pendidikan nasional yaitu:
DASAR : Pendidikan nasional berasaskan pancasila dan UUD1945.
FUNGSI : Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional.
TUJUAN : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia yang beriman dan
bertaqwa terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki
Sistem pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta
tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap menghargai
jasa para pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar mengajar yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus
dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa
depan.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia
dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan pada Undang-undang
Pendidikan tersebut, sistem pendidikan nasional dibedakan menjadi satuan pendidikan, jalur
pendidikan, jenis pendidikan, dan jenjang pendidikan.
Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas: Pendidikan
Dasar; Pendidikan Menengah; dan Pendidikan Tinggi. Selain jenjang pendidikan di atas,
diselenggarakan pendidikan prasekolah. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan luar
sekolah adalah pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga pemerintah,
nonpemerintah, maupun sektor swasta dan masyarakat.
Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan
enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat
pertama. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terdiri dari dua jenis sekolah yang berbeda yaitu
sekolah umum dan sekolah keterampilan. Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar
yang diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Pendidikan Dasar merupakan
pendidikan wajib belajar yang memberikan para siswa dengan pengetahuan dan keterampilan.
Sebagai tambahan pada pendidikan dasar, terdapat Madrasah Ibtidaiyah, yang setingkat dengan
Sebagai tambahan pada sekolah menengah, terdapat Madrasah Aliyah yang setingkat
dengan sekolah menengah umum yang berada dalam pengelolaan Departemen Agama.
Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari
pendidikan akademik dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Satuan
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat
berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Lama pendidikan tinggi
tiga tahun untuk program diploma atau empat tahun untuk program sarjana. Sesudah tingkat
sarjana dapat meneruskan ke program Pasca Sarjana selama dua tahun dan dapat meneruskan ke
program Doktor tiga tahun kemudian.
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki
pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar
sekolah. Pendidikan prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di
jalur sekolah, dan Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-
kanak diperuntukan anak usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara
kelompok bermain atau penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun.
Tujuan pendidikan adalah merubah sikap (Behavioral Change). Dalam ajaran Islam,
tujuan pendidikan semacam ini sudah ada dan diterapkan sejak 15 abad lalu. Bahwa tujuan
dikirimkannya Rasulullah SAW ke muka bumi ini adalah untuk merubah sikap
manusia. Bertauhid, adalah bukti bahwa pendidikan memegang peranan vital dalam perubahan
perilaku manusia. Dari tidak tahu menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dari tidak mengerti
menjadi mengerti.
Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika dan
pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok penelitian ini harus dipakai
dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan fungsional-logis. Dalam hal ini
logika merujuk kepada (a) pemahaman terhadap teori yang digunakan dan (b) asumsi dasar yang
digunakan oleh peneliti ketika akan memulai kegiatan penelitian. Disamping itu pengamatan
empiris bertolak dari (a) hasil kerja indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan
pemahaman manusia terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan
pengamatan empirik harus berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan
empiris) harus memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif. Dengan
demikian pengamatan empiris harus dilakukan sesuai
materi persiapan PPD-B 65
dengan pertimbangan logis yang ada. Sebagai contoh: dalam bidang pendidikan menurunnya
prestasi siswa dapat diterangkan dengan asumsi bahwa (a) telah terjadi berkurangnya minat
siswa terhadap mata pelajaran tertentu di sekolah sebagai akibat dari terbatasnya prasarana
laboratorium dan buku penunjang belajar (b) telah terjadi penurunan rerata nilai ujian untuk
matakuliah tertentu, disebabkan guru belum memahami pelaksanaan kurikulum yang berbasis
kepada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan).
Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip
yang mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian, metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-
prinsip dasar dan bukan sebagai methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian. Dalam bagan
berikut, metodologi, dalam arti prinsip dasar, digambarkan secara horizontal-yang intinya terdiri atas:
masalah, tujuan, tinjauan pustaka, kerangka teori (jika ada), hipotesis (jika ada), dan cara penelitian.
Sedangkan cara penelitian atau methods atau desain penelitian digambarkan secara vertikal- yang
intinya terdiri atas lima unsur (bahan, alat, jalannya penelitian, variabel penelitian, analisis hasil).
Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methods ini sering dikacaukan.
Seringkali dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian, padahal yang dimaksudkan sebenarnya
adalah methods atau cara penelitian-sebagai salah satu tahap dalam metodologi penelitian yang
kemudian dituangkan dalam usulan penelitian. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah
dalam arti yang terbatas/sempit.
Sebagai suatu pola, cara penelitian tidak bersifat kaku-bagaimanapun, suatu cara hanyalah alat
(tool) untuk mencapai tujuan. Cara penelitian digunakan secara bervariasi, tergantung antara lain pada
obyek (formal) ilmu pengetahuan, tujuan penelitian, dan tipe data yang akan diperoleh. Penentuan cara
penelitian sepenuhnya tergantung pada logika dan konsistensi peneliti.
Pembuatan usulan penelitian merupakan suatu langkah konkret pada tahap awal penelitian.
Seorang guru yang baru meneliti atau ingin meneliti, dalam hal ini ingin memperoleh informasi dari
instrumen yang digunakan. Guru harus memiliki sejumlah keterampilan khusus. Demikian pula,
penelitian itu sedapat mungkin ditujukan untuk memecahkan suatu masalah pendidikan yang dihadapi
oleh masyarakat, negara, dan ilmu.
TujuanNegara :
•Memperluaskekuasaan•Menyelenggarakanketerkaitanhukum•Mencapaikesejahteraanumum
TUJUAN NEGARA
RI :
Memajukankesejahteraanumum, mencerdaskankehidupanbangsadan
ikutmelaksanakanketertibanduniayang berdasarkankemerdekaan, perdamaianabadidan keadilansosial
UNSUR NEGARA :
1.Rakyat/masyarakat/warganegara–secaranyatarakyatlahyang berkepentinganagar
negaradapatberjalandenganbaik
TEORI TERBENTUKNYA
Jean Jacques Rousseau: Negara atau Badan Korporatif kolektif dibentuk untuk
menyatakan“kemauan umumnya”dan ditujukanpada kebahagian bersama.
Selainitunegarajugamemperhatikankepentinganindividual, kedaulatannyaberadadalam
tanganrakyatmelaluikemauanumumnya.
KEADAAN ALAMIAH diumpakansbg keadaan sebelum manusia melakukan dosa~ suatu keadaan yang
aman dan bahagia. Dalam keadaan alamiah hidup individu bebas sederajat, semuanya dihasilkan
sendiri oleh individu dan individu tersebut puas. RI TER BENTUKNYA NEGARA -3
TEORI KETUHANAN : Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh
Tuhan. Raja dan pemimpin negara hanya bertanggungjawab pada tuhan dan tidakpada siapapun.
TEORI KEKUATAN :
Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok ygkuat terhadap kelompok yg lemah. Negara
terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan darisuatu kelompok etnis yg lebih kuat atas kelompok
etnis yg lebih lemah, dimulailahprosespembentukannegara
BENTUK-BENTUK NEGARA
Pengertian Negara
Istilah "negara" bukanlah hal yang asing bagi bangsa Indonesia karena sejak jaman dahulu sudah dikenal.
Istilah ini berasal dari kata asing vakni Staat (belanda), L'etat (Prancis), State (lnggris), dan Statum
( Bahasa Latin). Beberapa ahli kenegaraan memberikan pengertian tentang negara sebagai berikut :
1. Aristoteles, negara (polis) adalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan yang
sebaik-balknva
2. Logemann, negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasannya bertujuan untuk
mengatur serta menyelenggarakan suatu masyarakat
3. Prof. R. Djoko Soetono, Sh., Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia-manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
4. M. Solly Lubis, SH., Negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup manusia suatu komunitas. Negara itu
mempunyai syarat-syarat tertentu, rakyat tertentu, dan mempunyai pemerintahan.
5. FR. Oppenheimer, bila di suatu masyarakat tertentu terdapat suatu deferensial politik (antara pihak yang
memerintah dan pihak yang, diperintah) dan seterusnya, maka terdapatlah suatu negara. Melihat
beberapa pendapat para ahli di atas jelaskan terdapat perbedaan pendapat para ahli di atas jelaskan
terdapat perbedaan dalam pengertian negara. Menurut Prof. L.J Van Apeldoom dalam bukunya
"Pengantar Hukum Indonesia" bahwa :
a. Isitilah negara dipakai dalam arti "Persekutuan Rakyat" yakni untuk menyatakan sesuatu bangsa yang
hidup dalam suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah-kaidah hukum yang sama
b. Istilah negara mengandung arti "suatu wilayah tertentu", yakni menyatakan suatu daerah yang di
dalamnya berdiam suatu bangsa di bawah kekuasaan tertinggi
.
a) Menurut Prof. Mr. R. Kranenburg, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia disebut bangsa.
b) Menurut pendapat Prof. Mr. Logemann, negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan
kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan mengurus satu masyarakat tertentu.
George W.F. Hegel beranggapan bahwa negara adalah organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sitese
antara kemerdekaan universal dan kemerdekaan individu dimana keduanya saling bertentangan. Negara
adalah suatu oraanisme yang merupakan penjelmaan seluruh individu, dapat memandang apa yang baik
dan tidak baik secara moral. Paul Laband, berpendapat dan mendukung pendapat Hegel dengan
mengatakan bahwa tiada kekuasaan tertinggi, kesusilaan itu mengatakan baik dan buruk.
Mac lver, mengatakan negara adalah persetambatan yang bertindak lewat hukum direalisasikan oleh
suatu pemerintah, dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dalam satuan kehidupan, mempertegak
syarat-syarat lahir yang umum dari pada ketertiban sosial. Jadi negara sebagai organisasi politik adala.h
melalui kekuasaan dan kewenangan untuk mewujudkan suatu tujuan demi kepentingan rakvatnya.
Negara ditinjau dari segi integritas antara rakyat dan pemerintahan berarti ada hubungan yang erat
antara pemerintah dan rakyat, teori intearitas atau integralistik atau teori persatuan pada awalnya
diajarkan oleh Benedictus de Spinoza pada abad ke 17, Adam Muler pada abad ke 18, dan F Hegel pada
abad ke 19.
1. Tujuan negara
a. Teori kekuasaan negara, maksudnya negara hanya memikirkan untuk memperoleh kekuasaan sebesar-
besarnya sehingga kurang memperhatikan rakyatnya serta tujuannya untuk membentuk dan menjadikan
negara itu besar dan jaya. Pelopornya adalah, Shan Yang (Lord Shang) dan Nicollo Machiavelli.
c. Teori jaminan atas hak dan kebebasan, maksudnya dengan adanya suatu negara, rakyat merasa hak
asasinya terlindungi dan terjamin keberadaanya. Tokohnya antara lain : Immanuel Kant dan
Kranenburg.
d. Teori negara Kesejahteraan maksudnya negara secara aktif mengusahakan kesejahteraan warga
negaranya. Tokohnya: Prof. Mr. R. Kranenburg.
e. Teori Integralistik, maksudnya menggabungkan kemauan rakyat dan penguasa (negara). Tokohnya: Prof.
Dr. Soepomo. Teori ini menjadi dasar terbentuknyaTujuan Negara Republik Indonesia dalam
Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
2. Fungsi Negara
Fungsi negara pada hakikatnya merupakan pelaksanaan cita-cita dan tujuan negara, pada umumnya
dipengaruhi oleh ideologi negara yang bersangkutan. Beberapa fungsi negara yang layak dimiliki oleh
setiap negara sekarang ini antara lain :
b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial.
c. Melakukan pertahanan untuk menjaga serangan, gangguan yang datang dari luar dan dari dalam.
a. Teori i lndividualismc, adalah sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan individu. Negara tidak boleh
mencampuri kebebasan individu dalam keseejahteraan.
b. Teorii Sosialisme, negara harus menguasai dan turut campur dalam perekonomian untuk mensejahterakan
rakyat.
c. Teori Kumunisme, adalah sebagai alat pemaksa oleh kelas pemilik modal kepada kelas lain.
Tujuannya untuk mernpertahankan modal/alat produksi serta penghapusan semua milik perseorangan.
Pelopory a antara lain: Karl Marx dan Frederich Fngels.
d. Teori Anarkisme, adalah dapat dilaksanakan oleh kelompok atau perhimpunan yang dibentuk secara suka
rela tanpa alit pemaksa dan alat peradilan. Teori ini menolak adanya pemerintahan dengan alasan
bahwa secara kodrat manusia itu adalah baik dan bijaksana Pelopornya antara lain: Michael Bakunin,
William Goodwin dan Leo Tolstov.
BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum
serta undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan.
1. REPUBLIK
Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan
akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah ini berasal dari
bahasa Latin res publica, atau "urusan awam", yanng artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh
rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep demokrasi. Terdapat kasus dimana negara
republik diperintah secara totaliter. Misalnya, Afrika Selatan yang telah menjadi republik sejak
1961, tetapi disebabkan dasar apartheid sekitar 80% penduduk kulit hitamnya dilarang untuk
mengikuti pemilu. Tentu saja terdapat juga negara republik yang melakukan perwakilan secara
demokrasi.
Konsep republik telah digunakan sejak berabad lamanya dengan republik yang paling terkenal
yaitu Republik Roma, yang bertahan dari 509 SM hingga 44 SM. Di dalam Republik tersebut,
prinsip-prinsip seperti anualiti (memegang pemerintah selama satu tahun saja) dan "collegiality"
(dua orang memegang jabatan ketua negara) telah dipraktekkan.
Banyak yang berpendapat negara republik adalah lebih demokratik dari negara monarki. Namun
itu semuanya sebenarnya bergantung kepada siapa yang memegang kuasa eksekutif. Pada
hampir setengah negara-negara monarki, raja hanyalah sekedar lambang kedaulatan negara, dan
perdana menteri lebih berkuasa dari raja. Monarki biasanya bertakhta seumur hidup dan
kuasanya akan diberi kepada saudara atau anak, atau dipilih mengikut peraturan yang ditetapkan.
Banyak negara monarki adalah demokratik.
Dari segi mana yang lebih demokratik, memang tak ada perbedaan yang jelas antara republik
dan monarki. Di negara monarki, sering Perdana Menteri mempunyai kuasa eksekutif lebih besar
dibanding rajanya, yang berkuasa dari segi adat istiadat saja. Dan ada juga kasus di beberapa
republik dimana Presidennya memerintah secara totaliter. Misalnya, negara di bawah pimpinan
Bokassa di Republik Afrika Tengah. Walau begitu, biasanya republik sering disamakan dengan
demokrasi. Amerika Serikat misalnya dianggap sebagai simbol demokrasi.
2. Monarki
Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos (μονος) yang berarti satu, dan archein (αρχειν)
yang berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana Raja menjadi
Kepala Negara. Monarki atau sistem pemerintahan
materi persiapan PPD-B 72
kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-19, terdapat lebih 900 buah tahta
kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 buah dalam abad ke-20. Sedangkan pada dekade
kelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari jumlah tersebut, hanya empat
negara mempunyai raja atau monarki yang mutlak dan selebihnya terbatas kepada sistem
konstitusi.
Perbedaan diantara Raja dengan Presiden sebagai Kepala Negara adalah Raja menjadi Kepala
Negara sepanjang hayatnya, sedangkan Presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka
waktu tertentu. Namun dalam negara-negara perserikatan seperti Malaysia, Raja atau Agong
hanya berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan raja dari negeri lain dalam
persekutuan. Dalam zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan
kebanyakannya adalah monarki konstitusional, yaitu raja yang terbatas kekuasaannya oleh
konstitusi. Monarki juga merujuk kepada orang atau institusi yang berkaitan dengan Raja atau
kerajaan di mana raja berfungsi sebagai kepala eksekutif.
Monarki demokratis atau dalam bahasa Inggris Elective Monarchy, berbeda dengan konsep raja
yang sebenarnya. Pada kebiasaannya raja itu akan mewarisi tahtanya (hereditary monarchies).
Tetapi dalam sistem monarki demokratis, takhta raja akan bergilir-gilir di kalangan beberapa
sultan. Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional serta
monarki demokratis.
Bagi kebanyakan negara, Raja merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara
tersebut. Selain itu, raja biasanya ketua agama serta Panglima Besar angkatan tentara sebuah
negara. Contohnya di Malaysia, Yang di-Pertuan Agong merupakan ketua agama Islam,
sedangkan di Britania Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth II adalah ketua
agama Kristen Anglikan. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai
ketua agama tersebut adalah bersifat simbolis saja.
Selain Raja, terdapat beberapa jenis pemerintah yang mempunyai bidang kekuasaan yang lebih
luas seperti Maharaja dan Khalifah.
3. Monarki konstitusional
Monarki konstitusional adalah sejenis kerajaan yang didirikan di bawah sistem konstitusional
yang mengakui Raja sebagai kepala negara. Monarki konstitusional yang modern biasanya
menggunakan konsep trias politica, atau politik tiga serangkai. Ini berarti Raja adalah hanya
ketua simbolis cabang eksekutif. Jika seorang Raja mempunyai kekuasaan pemerintahan yang
penuh, ia disebut monarki mutlak atau monarki absolut.
Saat ini, monarki konstitusional lazimnya digabung dengan demokrasi representatif. Oleh karena
itu, kerajaan masih di bawah kekuasaan rakyat tetapi raja mempunyai peranan tradisional di
dalam sebuah negara. Pada hakikatnya sang Perdana Menteri, pemimpin yang dipilih oleh
rakyat, yang memerintah negara dan bukannya Raja. Namun demikian, terdapat juga Raja yang
bergabung dengan kerajaan yang tidak demokratis. Misalnya, sewaktu Perang Dunia II, raja
Jepang bergabung dengan kerajaan tentera yang dipimpin seorang diktator dan juga sekarang di
Thailand.
4. Monarki mutlak
Monarki mutlak atau monarki absolut merupakan bentuk kerajaan di mana seorang Raja
mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Berbeda dengan sistem monarki
konstitusional, Perdana Menteri dalam kerajaan monarki mutlak hanya memainkan peranan
simbolis.
Dalam zaman modern ini hanya terdapat empat monarki mutlak yaitu di Arab Saudi, Brunei,
Nepal dan Swaziland:
Di Yordania dan Maroko, rajanya mempunyai banyak kuasa tetapi tidak boleh dianggap sebagai
monarki yang mutlak. Manakala di Liechtenstein, hampir dua-pertiga penduduknya yang berhak
mengikuti pemilu telah memberikan hak veto kepada kepala negaranya Pangeran Hans-Adam II.
5. Demokrasi
Pengertian Demokrasi
Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara
yang saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.
Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and
balances.
Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden
atau anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu
pemilihan presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara
tersebut sebagai negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung
presiden hanyalah sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem
demokrasi tidak besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat
cara berpikir lama dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola,
bukan sistem pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun
seorang pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu
sistem yang sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya
memberikan hak pilih kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18
tahun, dan yang tak memliki catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).
Isitilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5
SM. Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang
berhubungan dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan
dengan waktu, dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan
perkembangan sistem "demokrasi" di banyak negara.
Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi
menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab
demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.
Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang
diperoleh dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-
fakta sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak
mampu untuk membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut
pemerintah seringkali menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.
Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan
berlebihan dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan
anggota-anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk
rakyat.
6. NEGARA PERSEMAKMURAN
Tidak semua anggota mengakui Ratu Inggris, Elizabeth II, sebagai kepala negara.
Junta militer
Junta militer (diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyol hun-ta) biasanya merujuk ke suatu
bentuk pemerintahan diktator militer, khususnya di Amerika Latin.
Dalam bahasa Spanyol, junta sendiri berarti "(rapat) bersama", dan biasanya digunakan untuk
berbagai kumpulan yang bersifat kolegial (hubungan kerekanan).
Junta militer biasanya dipimpin oleh seorang perwira militer yang berpangkat tinggi.
Pemerintahan ini biasanya hanya dikuasai oleh satu orang perwira yang mengendalikan hampir
segala-galanya. Bentuk-bentuk junta militer yang terkenal adalah pemerintahan Augusto
Pinochet di Chili dan Proceso de Reorganización Nacional, diktator militer yang terkenal karena
kekejamannya di Argentina dari 1976 hingga 1983. Lihat pula Sejarah Argentina, Sejarah Chili.
Libya
Myanmar (Burma)
Pakistan
Sudan
Mauritania- pada 3 Agustus 2005, militer melakukan kudeta dan mendeklarasikan dua tahun
pemerintahan transisi militer.
SUMBER-SUMBER KEKUASAAN
Mengapa seseorang memiliki kekuasan? Apakah sumber kekuasaan dari seorang pelaku? Ternyata
sumber-sumber kekuasaan bermacam-macam sifatnya. Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan.
Misalnya seorang menteri terhadap pegawainya atu seorang komandan terhadap anak
buahnya.Adapula sumber kekuasaan berupa kekayaan,
materi persiapan PPD-B 76
misalnya seoranr yang kaya mempunyai kekuasaan terhadap seorang pengacara atau politikus. Dalam
hal ini kekuasaan otomatis karena materi yang dimiliki sehingga menjadi salah satu sumber kekuasaan.
Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan , ini sering kali kita temui pada
masyarakat tradisional. Sering kali orang dengan status darah biru atau pun pemuka agama dipercaya
sebagai pemimpin informal dimana setiap pengambilan keputusan mereka dilibatkan secara penuh.
Dalam masyarakat tradisional ataupun negara yang masih memiliki banyak unsur tradisional kekuasaan
dapat bersumber dari hubungan kekerabatan, hal ini cenderung berbau golongan atau suku. Contohnya
orangtua melarang anaknya menikah diluar dari suku atau agamanya. Sumber-sumber lain kekuasaan
adalah kepandaian, keterampilan.
Dalam proses penyelenggaraan kekuasaan ada banyak cara berbeda yang dilakukan. Upaya
yang paling ampuh adalah dengan kekuasaan ( force ). Cara ini cenderung pada wilayah mempersempit
alternatif bertindak. Selain itu adapula jalan persuasi dimana cenderung digunakan oleh orang-orang
yang memiliki pengaruh tetapi tidak memiliki kekuasaan ( kedudukan strategis ). Marx dapat dijadikan
contoh dari golongan ini dimana pengaruhnya menjadi dasar menggerakkan kekuasaannya.
Plutokrasi
Plutokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang mendasarkan suatu kekuasaan atas dasar
kekayaan yang mereka miliki. Mengambil kata dari bahasa Yunani, Ploutos yang berarti
kekayaan dan Kratos yang berarti kekuasaan. riwayat keterlibatan kaum hartawan dalam politik
kekuasaan memang berawal di kota Yunani, untuk kemudian diikuti di kawasan Genova, Italia.
PARTAI POLITIK
Partai politik merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan,
dan kejujuran.
a. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Republik
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara;
b. penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk
mensejahterakan masyarakat;
e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
1. Kedaulatan partai politik berada di tangan anggota yang dilaksanakan menurut Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga.
2. Anggota partai politik mempunyai hak dalam menentukan kebijakan, hak memilih dan dipilih.
3. Anggota partai politik wajib mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam kegiatan partai politik.
A. Sentralisasi
Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah
dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan
untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat
tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan
keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah
pusat.
B. Desentralisasi
Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada
saat sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem
desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu
organisasi.
Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi,
melainkan sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya
harus diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau
pemda. Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di
daerah dapat diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat.
Namun kekurangan dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia
yang berlebihan di mana wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan
kelompok serta digunakan untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi
karena sulit untuk dikontrol oleh pemerintah di tingkat pusat.
Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan "baik" semacam itu sudah dipandang ketinggalan
zaman. Saat ini desentralisasi dikaitkan pertanyaan apakah prosesnya cukup akuntabel untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Semata birokrasi untuk pelayanan tidak cukup untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat, bahkan sering merupakan medium untuk melencengkan
sumber daya publik. Kontrol internal lembaga negara sering tak mampu mencegah berbagai
macam pelanggaran yang dilakukan pejabat negara.
Karena takut dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan membahas peran pusat dan
daerah secara kritis. Kini sudah saatnya proses pembahasan dibuka kembali dengan
mempertimbangkan fakta-fakta secara lebih jujur.
Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan
tujuan pasti. Pertama- tama, kedua "sasi" itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran
pemerintah pusat dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak
ada rumusan ideal perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran
yang paling sah adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.
Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas. Kepentingan di daerah bisa terbelah
antara para elite penyelenggara negara dan masyarakat lokal. Adalah mungkin pemerintah pusat
memainkan peran menguatkan masyarakat lokal dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan.
Ketiga, dalam suatu masyarakat yang berubah, tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus
berubah pula.
Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang peran pusat dan
daerah. Misalnya, globalisasi akan meningkatkan kembali campur tangan pusat di daerah di sisi-
sisi tertentu. Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek
berbeda.
PUSAT mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi karena berbagai alasan. Untuk
alasan "negatif" dapat disebut alasan seperti kontrol sumber daya dan menjadikan daerah sebagai
sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang dapat bersifat "positif", seperti kestabilan politik dan
ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan mendorong program secara
cepat.
Harus diingat, dalam banyak negara, termasuk Indonesia, pusat mempunyai sumber daya
manajerial, kecakapan lebih banyak dalam berinteraksi secara global, dan ada pada domain di
mana pengaruh etik pembangunan yang diterima secara internasional. Pemerintah pusat juga
berada pada hot spot proses politik. Adalah lebih mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di
bawah tekanan jika kekuatan masyarakat sipil bersatu.
Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif tergantung pada
situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi politik pemerintah pusat. Secara sederhana,
harus dibedakan antara legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi
terhadap birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan birokrasi untuk programnya
terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak bertahan lama dan dapat segera dirusak oleh
ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi.
Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi ini bisa dimanfaatkan
pemerintah pusat untuk melakukan perubahan di tingkat daerah. Kasus Argentina dan Brasil
yang bersifat federalis menunjukkan jatuhnya legitimasi para elite politik lokal memberikan
kesempatan kepada elite nasional untuk melakukan resentralisasi di bidang ekonomi untuk
bidang- bidang tertentu. Kedua pemerintahan banyak menggunakan struktur internal (birokrasi)
untuk mengubah arah, tanpa terlalu banyak berurusan dengan struktur politik yang ada.
KEMBALI kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan desentralisasi bukan lagi dipandang
sebagai persoalan penyelenggara negara saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa harus
diletakkan pada masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh
orang-orang partai politik juga kelompok-kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan
dengan pencapaian tujuan kesejahteraan umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di
banyak daerah dan langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal dengan
kepentingan sempit.
Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan daerah. Birokrasi,
jika dirancang secara sungguh-sungguh, bisa berperan sebagai alat merasionalisasikan
masyarakat. Pemerintah pusat, misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain
pelayanan publik yang akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh
dengan kepentingan perpolitikan lokal.
Terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah representasi persoalan daerah di tingkat pusat. Sekarang ini
sistem perwakilan daerah yang ada baik di DPR maupun asosiasi bersifat elitis. Tetap yang berlaku
antara hubungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Persoalan daerah harus ditangani oleh
sesuatu badan yang lebih independen dari kepentingan yang ada di pusat dan daerah. Badan ini
seharusnya mampu membahas apa peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah yang paling
diperlukan untuk kesejahteraan daerah. Perlu dipikirkan suatu badan yang otoritatif untuk membuat
advokasi, rekomendasi kebijakan, dan pemonitoran yang mewakili orang-orang kompeten baik unsur
pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun masyarakat.
6. Target Aksi
Target aksi adalah tujuan-tujuan minimal dan maksimal yang akan diraih dalam aksi
massa tersebut. Misalnya aksi massa dengan target membangun persatuan dan
solidaritas, target mengkampanyekan isu/tuntutan, target memenangkan tuntutan,
dll.
III. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari rangkaian aksi massa. Merupakan forum atau
wadah tempat mengoreksi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan
yang terjadi di lapangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan setting aksi massa yang
telah disepakati bersama. Evaluasi ini berfungsi melahirkan ide-ide baru yang dapat
membangun struktur pemikiran alternatif terhadap pola aksi yang telah dilaksanakan
oleh komite aksi. Dialektika pola aksi massa justru dapat terungkap ketika evaluasi
terhadap pelaksanaan aksi massa digelar.
Penutup
Aksi massa atau sering disebut demonstrasi telah semarak di Indonesia sejak periode
akhir kejayaan Rezim Soeharto. Fenomena aksi massa ini tidaklah lahir secara spontanitas
belaka, kemunculannya lebih dilatarbelakangi oleh latar belakang sosiologis dan psikologi
massa yang tidak puas dengan keadaan sosial yang melingkupinya. Keadaan sosial tersebut
disebabkan oleh sistem sosial, ekonomi, politik dan kompleksitas sistem yang lain, aksi
demonstrasi dengan melibatkan massa yang relative besar pertama kali terjadi ketika
mahasiswa makassar menolak kebijakan ekonomi dan peraturan kepolisian tahun 1986 yang
memakan korban. Trend aksi demonstrasi dengan mengerahkan massa dalam jumlah besar
terus terjadi dikalangan mahasiswa, buruh pabrik, masyarakat, baik diperkotaan sampai
kedaerah-daerah.
Satu Kata!! Bergerak Maju Wujudkan Revolusi
Mahardian Asyhari
Makassar 2004