Anda di halaman 1dari 3

Karbon, hidrogen dan oksigen merupakan unsur yang paling lazim terdapat dalam system

kehidupan. Nitrogen merupakan unsur ke empat. Nitrogen dijumpai dalam protein, dan asam
nukleat, maupun dalam banyak senyawa lain yang terdapat baik dalam tumbuhan, maupun
hewan. Dalam bab ini, akan dibahas amina, senyawa organik yang mengandung atom-atom
nitrogen trivalent, yang terikat pada satu atom karbon atau lebih : R-NH2, R2NH atau R3N.
Penggolongan amina didasarkan pada berapa atom H pada amoniak diganti dengan gugus
alkil atau aril. Satu H pada amoniak diganti gugus alkil disebut amina primer. Dua atom H
pada amoniak diganti dengan gugus alkil disebut amina sekunder. Tiga atom H pada amoniak
diganti dengan gugus alkil disebut amina tersier. Diantara golongan senyawa organik yang
memiliki sifat basa, yang terpenting adalah amina. Disamping itu, sejumlah amina memiliki
keaktifan fisiologis, misalnya efedrina berkhasiat sebagai peluruh dahak, meskalina yang
dapat mengakibatkan seseorang berhalusinasi, dan afetamina mempunyai efek stimulan.
Kelompok senyawa alkaloid yang berasal dari tumbuhan secara kimia juga merupakan bagian
dari golongan basa organik amina. Amina merupakan senyawa organik yang terpenting
dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki urutan yang paling penting dalam senyawa
organik. Oleh karena itu, amina tidak terlepas dari semua unsur organik yang lain dan sifat-
sifat yang dipelajari dalam senyawa amina akan sangat membantu dalam memahami aspek
kimiawi kelompok alkaloid yang mempunyai peran penting dalam pembuatan obat-obat
sintetik saat ini.
Senyawa yang mengandung gugus amino (-NH2) disebut amina, dengan rumus umum
RNH2. Senyawa amina merupakan turunan dari ammonia (NH3) dengan mengganti
hidrogennya dengan gugus alkil atau aromatik. Jika satu, dua dan tiga buah hidrogennya
diganti, gugus alkil disebut berturut-turut amina primer, sekunder dan tersier. (Syukri, 1999).

Amina tersebar luas dalam tumbuhan dan hewan, dan banyak amina mempunyai keaktivan
faali. Misalnya, dua dari stimulan alamiah tubuh dari sistem syaraf simpatetik (“melawan
atau melarikan diri”) adalah norepinafrina (norepinephrine) dan epinafrina (adrenalin)
(Fessenden & Fessenden, 1986).

Senyawa amina memiliki kegunaan yang luas dalam kehidupan yaitu dapat berguna sebagai
pencegah korosif,bakterisida,fungisida,bahan pemflotasi dan pengemulsi (Billenstein,1984).

Amina dapat dianggap sebagai turunan amonia, dengan mengganti satu atau dua hidrogen
dari amonia dengan gugus organik. Seperti amionia, amina bersifar basa dan merupakan basa
organik yang penting di alam. Untuk mudahnya amina digolongkan dalam amina primer,
amina sekunder dan amina tersier dimana tergantung pada banyaknya gugus yang melekat
pada nitrogen. Gugus R pada struktur ini dapat berupa alkil atau aril, dan kedua gugus tesebut
dapat berbeda atau sama dengan lainnya (Hart, 1990).

Amina adalah turunan organik dari ammonia dimana satu atau lebih atom hidrogen pada
nitrogen telah tergantikan oleh gugus alkil atau aril. Karena itu amina memiliki sifat mirip
dengan ammonia seperti alkohol dan eter terhadap air. Seperti alkohol,amina bisa
diklasifikasikan sebagai primer, sekunder dan tersier. Meski demikian dasar dari
pengkategoriannya berbeda dari alkohol. Alkohol diklasifikasikan dengan jumlah gugus non
hidrogen yang terikat pada kaebon yang mengandung hidroksil., namun amina
diklasifikasikan dengan jumlah gugus nonhidrogen yang terikat langsung pada atom nitrogen
(Stoker, 1991).

Ikatan dalam satu amina beranalogi kangsung dengan ikatan dalam amonia: suatu atom
nitrogen sp3 yang terikata pada tiga atom yang lain (H atau R) dan dengan sepasang elektron
menyendiri dalam orbital sp3 yang tersisa . Suatu molekul amina dengan tiga gugus berlainan
yang terikat pada nitrogen akan bersifat kiral, namun enatiomer dari sebagian besar amina
tidak dapat diisolasi karena terjadi inversi yang tepat antara bayangan-bayangan cermin pada
temperatur kamar. Inversi itu berlangsung pada keadaan transisi datar (nitogen sp2 )
(Fessenden & Fessenden, 1986).
Sifat-sifat fisika amina; suku-suku yang rendah berbentuk gas, tak berwarna, mudah larut
dalam air, berbau amoniak, berbau ikan, amina yang lebih tinggi berbentuk cair atau padat,
kelarutannya dalam air berkurang dengan naiknya bobot molekul (Riawan, 1990).

Salah satu sifat yang paling dikenal dari amina berbobot molekul rendah adalah
aromanya yang tidak menyenangkan. Amine volatile ini menguap secara cepat dan
terciup seperti campuran ammonia dan ikan busuk. Kebanyakan bahan yang membusuk
terutama organ yang mengandung protein tinggi menghasilkan amina. Bagian dari
aroma tumbuhan yang mati, rumah penyimpanan daging, dan bagian pengolahan limbah
semuanya adalah amina (Stoker, 1991).

Titik lebur, titik didih dan densitas dari beberapa senyawa amina sederhana meningkat
bersama dengan bertambahnya berat molekul sebagai konsekuensi dari interaksi
intermolekular yang lebih besar. Sama seperti alkohol, senyawa amina yang lebih
sederhana menunjukkan pengaruh ikatan hydrogen. Nitrogen kurang elektonegatif
dibandingkan dengan oksigen, ikatan hydrogen pada N – H ... N kurang kuat dibanding
dengan ikatan O – H .... O. Oleh karena itu,amina primer memiliki titik didih yang
berbeda antara senyawa alkana dan alkohol berdasarkan berat mo lekul, sama seperti
ammoniak, dengan b.p. – 30°C, yang merupakan intermediet antara methane, dengan
b.p. – 161°C, dan air , dengan b.p. 100°C (Streitwieser, 1985)

S, Syukri.1999. Kimia Dasar 2. Bandung: ITB


Fessenden, R.J., dan J.S. Fessenden., 1986, Kimia Organik Dasar Edisi Ketiga Jilid 2, Terjemahan Oleh
A.H. Pudjaatmaka, Erlangga, Jakarta.

Billenstein. S dan Blaschkes. G. 1984. Industrical Production of Fatty Amines


and
Their Derivates J. Am. Oil Chem. Soc

Hart, Harold, Leslie E Crame. David J. Hart. 1990. Kimia Organik. Terjemahan Seminar Setiadi
Achmadi. Jakarta : Erlangga.
Stoker. 1991. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Riawan, 1990, Kimia Organik, Bina Rupa Aksara, Jakarta
Streitwieser, dkk, 1998, “Introduct to Organic Chemistry”, 4rd edition, University of California,
Berkeley

Anda mungkin juga menyukai