DISUSUN OLEH:
ADE ANJAR WATI P05140320051
ADESTINA P05140320052
AIDA FIKHRIATI P05140320053
ANGGI PUSPITA SARI P05140320054
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI.........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................................
B. Rumusan Masalah .............................................................................................................
C. Tujuan .................................................................................................................................
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Profesionalisme Profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai sesuai
dengan standar teknis atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu lazim berhubungan
dengan penghasilan dalam bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas
dalam melaksanakan misi institusi persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber
daya manusia yang andal, pekerjaan yang terprogram dengan baik, dan waktu yang
tersedia untuk melaksanakan program tersebut serta adanya dukungan dana yang
memadai dan fasilitas yang memadai dan fasilitas yang mendukung.
1.Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin
efektif bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja
secara baik. profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas, dan efisiensi 1 Imawan,
1997. Membedah politik Orde Baru. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2 serta bertanggung
jawab.
2.Pandangan lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah
keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu
yang tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti. Menurut
Soedijarto mendefinisikan profesionalisme sebagai perangkat atribut-atribut yang
diperlukan guna menunjang suatu tugas agar sesuai dengan standar kerja yang
diinginkan.
3.Menurut Philips memberikan definisi profesionalisme sebagai individu yang bekerja
sesuai dengan standar moral dan etika yang ditentukan oleh pekerjaan tersebut
4.Profesionalisme adalah komitmen para profesional terhadap profesinya. Komitmen
tersebut ditunjukkan dengan kebanggaan dirinya sebagai tenaga profesional, usaha
terusmenerus untuk mengembangkan kemampuan profesional, dst.
.
B. Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada Makalah ini adalah
Pengertian Bidan?
Apa saja Atribut Bidan Profesional?
Profesioanlisme?
Ciri-ciri profesionalisme?
C. Tujuan
Tujuan agar pembca dapat memahami Tentang Atribut Profesionalisme Bidan dan
Peran Bidan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Bidan
Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-
atribut organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi
masyarakat LSM yaitu :
1) AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan.
2) Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan
perkembangan.
3) Satuan Kredit Perolehan: alat ukur memantau peningkatan pengetahuan dan
keterampilan.
4) Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan.
5) Buku Pedoman Organisasi.
6) Buku Pedoman Bagi Bidan di desa.
7) Buku Pedoman Klinik IBI.
8) Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan
dalam rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun 2001.
Khusus melalui kepengurusan tahun 2013-2018 atribut-atribut/kelengkapan
tersebut bertambah lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Majalah 1 Bundel
3. Jurnal Ilmiah Bidan
4. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
5. Buku Petunjuk Pelaksana (Juklak)
6. Buku Rencana Strategis (Renstra)
7. Buku Anggaran Dasar-Anggaran Rumah Tangga
8. Buku WHO Wheel
9. Buku ABPK
10. PIN
11. Bunga Rampai
12. Proceeding Kongres - 2008
13. Proceeding Kongres - 2013
14. Proceeding Rakernas - 2011
15. Proceeding PIT Bidan 2014
16. Patograph
17. 60 Langkah APN
18. Vandel
19. KTA
20. Medali
21. Draft Revisi Standar Kompetensi Bidan
22. Draft Revisi Standar Pendidikan Bidan
23. Draft Revisi Standar Pelayanan Bidan
24. Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (CPD) Bidan
25. Buku Log Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (CPD) Bidan
26. Buku Acuan Peserta Pelatihan Midwifery Update (MU)
27. Modul Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi
28. Jurnal Ilmiah Bidan (terakreditasi Dikti)
29. Modul E-Learning Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan PEB
30. Modul Pelatihan Tim Penilai Kompetensi Kerja Bidan di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. Di samping itu melalui Lokakarya Strategik Planning yang
diselenggarakan dalam kurun waktu September 1996 s/d Oktober 1998 telah
menghasilkan Rencana Strategi (Renstra) dan diperbaharui pada Kongres XVI IBI
2018.
b) Profesionalisme
Profesionalisme menunjukkan hasil kerja yang sesuai sesuai dengan standar teknis
atau etika sebuah profesi. Aktivitas kerja itu lazim berhubungan dengan penghasilan
dalam bentuk uang. Untuk menciptakan kadar profesionalitas dalam melaksanakan misi
institusi persyaratan dasarnya adalah tersedianya sumber daya manusia yang andal,
pekerjaan yang terprogram dengan baik, dan waktu yang tersedia untuk melaksanakan
program tersebut serta adanya dukungan dana yang memadai dan fasilitas yang memadai
dan fasilitas yang mendukung.
Profesionalisme adalah pilar yang akan menempatkan birokrasi sebagai mesin efektif
bagi pemerintah dan sebagai parameter kecakapan aparatur dalam bekerja secara baik.
profesionalisme adalah kompetensi, efektivitas, dan efisiensiserta bertanggung jawab.
Pandangan lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan profesionalisme adalah
keandalan dalam pelaksanaan tugas sehingga terlaksana dengan mutu tinggi, waktu yang
tepat, cermat, dan dengan prosedur yang mudah dipahami dan diikuti.
Seorang pekerja profesional adalah seorang pekerja yang terampil atau cakap dalam
kerjanya, dituntut menguasai visi yang mendasari keterampilannya. Pengertian jabatan
profesional perlu dibedakan antara jenis pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi
lewat pembiasaan melakukan keterampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam
situasi kerja di lingkungannya dan seseorang pekerja profesional sebagai warisan orang
tuanya atau pendahulunya). Seseorang pekerja profesional perlu dibedakan dari seorang
teknisi keduanya (pekerja profesional dan teknis) dapat saja terampil dalam unjuk kerja
yang sama (misalnya: menguasai tehnik kerja yang dapat memecahkan masalah-masalah
teknis dalam bidang kerjanya), tetapi seseorang pekerja profesional dituntut menguasai
visi yang mendasari keterampilan yang menyangkut wawasan filosofi, pertimbangan
rasional dan memiliki sikap yang positif dalam melaksanakan serta memperkembangkan
mutu karyanya (T. Raka Joni, 1980).
Bagi pelakunya secara nyata (defakto) dituntut berkecakapan kerja (keahlian) sesuai
dengan tugas-tugas khusus serta tuntutan dari jenis jabatannya (cenderung ke spesialisasi).
Kecakapan dan keahlian bukan sekedar hasil pembiasaan atau latihan rutin yang
terkondisi, tetapi perlu didasari oleh wawasan keilmuan yang mantap serta menuntut
pendidikan juga. Jabatan yang terprogram secara relevan serta berbobot, terselenggara
secara efektif-efisien dan tolak ukur evaluatifnya terstandar.
Pekerja profesional dituntut berwawasan sosial yang luas, sehingga pilihan jabatan
serta kerjanya didasari oleh kerangka nilai tertentu, bersikap positif terhadap jabatan dan
perannya, dan bermotivasi serta berusaha untuk berkarya sebaik-baiknya: Hal ini
mendorong pekeria profesional yang bersangkutan untuk selalu meningkatkan
(menyempurnakan) diri serta karyanya Orang tersebut secara nyata mencintai profesinya
dan memiliki etos kerja yang tinggi.
Jabatan professional perlu mendapat pengesahan dari masyrakat dan atau negaranya.
Jabatan professional memiliki syarat-syarat serta kode etik yang harus dipenuhi oleh
pelakunya, hal ini menjamin kepantasan berkarya dan sekaligus merupakan tanggung
jawab sosial pekerja professional tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Hutapea R., Dr., SKM PhD, Buletin PPSDM Kesehatan edisi 3/VII, Jakarta, 2004
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 369/III/1996 Tentang
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 900/menkes/sk/vii tentang
registrasi dan praktik bidan, DepKes RI, 2002