Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

SERUMEN OBTURANS

DISUSUN OLEH :

NURUL MUTMAINNAH

71119431708

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN (STIK)

FAMIKA MAKASSAR

T.A 2021/2022
LAPORAN PENDAHULUAN
SERUMEN OBTURANS

A. Definisi
Serumen obturans adalah serumen yang tidak berhasil dikeluarkan dan
menyebabkan sumbatan pada kanalis akustikus eksternus.

B. Anatomi dan Fisiologi Serumen


Telinga termasuk salah satu organ tubuh yang sangat kompleks, karena
terdiri dari tiga bagian utama yang saling berkaitan. Bagian pertama adalah
telinga luar yang berfungsi untuk melindungi gendang telinga dari kerusakan
langsung, bagian kedua adalah telinga tengah berbentuk rongga udara
berfungsi sebagai penghubung antara bagian luar telinga dengan bagian
belakang hidung melalui tabung Eustachio. Bagian terakhir adalah tulang kecil
yang berfungsi mengirimkan getaran dari gendang telinga ke telinga bagian
dalam (koklea). Oleh karena itu, kebersihan organ telinga harus selalu
diperhatian. Salah satu permasalahan yang sering terjadi pada telinga adalah
terbentuknya kotoran telinga.
Kotoran telinga dalam bahasa kedokteran disebut serumen. Serumen
diproduksi oleh kelenjar yang terdapat pada lapisan kulit liang telinga.
Serumen juga mengandung sel-sel kulit yang telah mati, kuman yang secara
normal hidup di dalam liang telinga serta air. Serumen sendiri bentuknya
bermacam macam, ada yang cair, lembek dan keras. Warnanya pun bervariasi
tergantung komposisi yang terkandung di dalamnya. Apabila serumen tidak
pernah dibersihakan dapat menimbulkan sumbatan liang telinga.
Konsistensi serumen biasanya lunak, tetapi kadang-kadang padat,
terutama dipengaruhi oleh faktor keturunan, iklim dan usia. Sepertiga bagian
luar dari lubang telinga mengandung kelenjar yang berfungsi menghasilkan
serumen.
Pada sebagian orang dihasilkan banyak serumen seperti halnya sebagian
orang lebih mudah berkeringat dibandingkan yang lain. Oleh karena sengaja
dibentuk, tentunya serumen tidak dimaksudkan sebagai pengganggu, justru
sebaliknya serumen merupakan suatu bentuk perlindungan terhadap telinga.
Fungsi utama serumen adalah untuk melindungi telinga dari kerusakan
dan infeksi. Serumen di lubang telinga akan menangkap debu,
mikroorganisme, maupun partikel-partikel asing, dan mencegahnya masuk ke
struktur telinga yang lebih dalam. Serumen pun memiliki efek bakterisidal
(dapat membunuh bakteri). Efek tersebut diduga berasal dari komponen asam
lemak, lisozim dan immunoglobulin yang dikandungnya. Selain itu, pH
serumen yang relatif rendah merupakan suatu faktor tambahan yang dapat
mencegah terjadinya infeksi telinga. Serumen juga berfungsi sebagai pelumas,
yang akan menjaga telinga supaya tidak kekeringan.

C. Etiologi
Faktor yang menyebabkan serumen terkumpul dan mengeras di liang
telinga, sehingga menyumbat antara lain ialah :
1. Dermatitis kronis liang telinga luar.
2. Liang telinga sempit.
3. Produksi serumen banyak dan kental.
4. Adanya benda asing di liang telinga.
5. Adanya eksostosis (pertumbuhan jinak dari permukaan tulang) liang telinga.
6. Serumen terdorong oleh jari tangan atau ujung handuk setelah mandi, atau
kebiasaan mengorek telinga.

D. Patofisiologi
Pada keadaan normal, liang telinga mempunyai mekanisme
pembersihan sendiri. Kulit pada liang telinga terbentuk sedemikian rupa
sehingga memudahkan kotoran telinga bergerak dari dalam ke udara luar.
Serumen akan menumpuk dalam liang telinga lalu mengering dan keluar
melalui lubang telinga sambil membawa bahan-bahan yang tertangkap olehnya
seperti debu dan partikel kecil lainnya.
Masalah terjadi jika mekanisme normal tersebut terganggu sehingga
kotoran telinga menumpuk, mengeras dan akhirnya menutupi/menyumbat liang
telinga. Ini biasanya terjadi akibat upaya mengeluarkan kotoran telinga dengan
menggunakan kapas pembersih telinga atau alat lain. Benda-benda ini
menyebabkan kotoran telinga didorong ke bagian telinga yang lebih dalam,
atau menyebabkan kotoran telinga menjadi padat, sehingga mencegah migrasi
normal ke bagian luar telinga. Terlalu rajin membersihkan kotoran telinga juga
akan membuat liang telinga kering, gatal dan mudah terinfeksi. Produksi
kotoran telinga yang berlebihan dan bentuk liang telinga yang abnormal (misal
liang telinga yang sempit) juga dapat menyebabkan penumpukan kotoran
telinga.
Pathway
E. Manifestasi Klinis
Gejala yang timbul akibat sumbatan serumen dapat berupa rasa telinga
tersumbat, sehingga pendengaran berkurang, telinga terasa sakit dan gatal,
telinga berdenging, vertigo atau pusing berputar, pendengaran terganggu atau
sulit mendengar, telinga terasa tersumbat atau penuh. Rasa nyeri dapat timbul
apabila serumen keras membatu, dan menekan dinding liang telinga. Telinga
berdengung (tinitus) dan pusing dapat timbul apabila serumen telah menekan
membran timpani, terkadang dapat disertai batuk, oleh karena rangsangan
nervus vagus melalui cabang aurikuler.

F. Penatalaksanaan
Kotoran telinga (serumen) bisa menyumbat saluran telinga dan
menyebabkan gatal-gatal, nyeri serta tuli yang bersifat sementara dan dokter
akan membuang serumen tersebut dengan cara menyemburnya secara perlahan
dengan menggunakan air hangat (irigasi). Tetapi jika dari telinga keluar nanah,
terjadi perforasi gendang telinga atau terdapat infeksi telinga yang berulang,
maka irigasi tidak dapat dilakukan  karena air bisa masuk ke telinga tengah dan
kemungkinan akan memperburuk infeksi. Pada keadaan ini, serumen dibuang
dengan menggunakan alat yang tumpul atau dengan alat penghisap. Biasanya
tidak digunakan pelarut serumen karena bisa menimbulkan iritasi atau reaksi
alergi pada kulit saluran telinga dan tidak mampu melarutkan serumen secara
adekuat.
Adapun cara-cara / tips untuk mengeluarkan serumen yang menumpuk
di liang telinga, antara lain:
1. Serumen yang lembek dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
aplikator (pelilit). Membersihkannya pun jangan terlampau dalam. Cukup
1/3 luar liang telinga saja.
2. Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.
3. Serumen yang sangat keras (membatu), dilembekkan terlebih dahulu dengan
karbogliserin 10%, 3 x 5 tetes sehari, selama 3 – 5 hari, setelah itu
dikeluarkan dengan pengait atau kuret dan bila perlu dilakukan irigasi
telinga dengan air yang suhunya sesuai dengan suhu tubuh.
4. Serumen yang terlalu dalam dan mendekati membran timpani dikeluarkan
dengan cara mengirigasi liang telinga dengan menggunakan air hangat
bersuhu 37oC agar tidak menimbulkan vertigo karena terangsangnya
vestibuler.

G. Komplikasi
1. Otitis Eksterna (Infeksi pada luar liang telinga).
2. Infeksi telinga tengah.
3. Jejas pada meatus akustikus eksterna.
4. Tinnitus atau telinga berdengung.
5. Nyeri kepala berputar (Vertigo).

H. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
a. Biodata pasien dan penanggung jawab
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama saat MRS
Penderita biasanya mengeluhkan pendengarannya mulai menurun,
nyeri, telinga berdengung, dan pusing dimana pasien merasakan
lingkungan di sekitarnya berputar (vertigo).
2) Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu yang berhubungan dengan penyakit
impaksi serumen adalah kebiasaan membersihkan telinga yang tidak
benar.
2. Diagnosa Keperawatan
a) Nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan keluhan nyeri di telinga.
b) Gangguan persepsi sensori (auditori) b.d banyaknya kotoran telinga,
cairan atau benda asing ditandai dengan pendengaran kurang jelas
c) Kegagalan interaksi sosial b.d hambatan berkomunikasi ditandai dengan
tidak nyambung ketika diajak berbicara.

3. Intervensi Keperawatan
a) Diagnosa : Nyeri b.d proses inflamasi ditandai dengan keluhan nyeri di
telinga.
Tujuan : Mengurangi nyeri
Kriteria Hasil : Melaporkan atau menunjukkan nyeri berkurang
Intervensi :
1) Kaji tingkat (skala) nyeri 1-10
R : Memberikan informasi untuk membantu dalam menentukan
pilihan atau keefektifan intervensi.
2) Lakukan tindakan memasang sumbu/tampon bila kanalis auditorius
eksterna mengalami edema .
R : Untuk menjaga agar kanalis auditorius eksterna tetap terbuka
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik
R : Untuk menghilangkan rasa nyeri

b) Diagnosa : Gangguan persepsi sensori (auditori) b.d banyaknya kotoran


telinga, cairan atau benda asing ditandai dengan pendengaran kurang
jelas.
Tujuan : Memperbaiki fungsi pendengaran
Kriteria Hasil : Fungsi pendengaran baik atau normal
1) Catat/observasi adanya serumen, cairan atau benda asing di telinga.
R : Mengetahui tipe serumen, warna, dan adanya bau untuk
menegakkan intervensi
2) Lakukan tindakan untuk membuang serumen atau benda asing yang
terdapat di telinga bagian luar
R : Usaha membersihkan kanalis auditorius eksterna agar fungsi
pendengaran tidak terganggu
3) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat seperti antibiotik
R : Antibiotik seperti hydrogen peroksida dapat membantu
melembutkan sekret agar mudah dikeluarkan

c) Diagnosa : Resiko infeksi.


Tujuan : Untuk menghindari terjadinya infeksi
Kriteria Hasil : Integritas kulit dan jaringan baik
Intervensi :
1) Edukasi Pencegahan luka tekan
R : Agar luka tidak bertambah
2) Manajemen Lingkungan
R : Agar luka tidak terkena infeksi
3) Pemberian obat
R : Agar luka dapat segera teratasi

DAFTAR PUSTAKA
Caesar, Rio. 2010. Sekilas tentang Serumen. (http://www.medicalera.com/3/7301?
thread=7301
http://www.pantirapih.or.id/index.php/artikel/umum/132-cerumen-prop, diakses
pada tangga; 18 Agustus 2014)

Docstoc. 2013. Askep pada Klien dengan Penumpukan Serumen.


(http://www.docstoc.com/docs/159442042/ASKEP-PADA-
KLIEN-DENGAN-PENUMPUKAN-SERUMEN, diakses pada
tanggal 18 Agustus 2014).

Made. 2008. Untung Ruginya Kotoran Telinga.


(http://www.blogdokter.net/2008/12/20/untung-ruginya-kotoran-
telinga/, diakses pada tanggal 18 Agustus 2014).

Pramuditha. Dissy. 2010. Membersihkan Telinga.


(http://www.klikdokter.com/healthnewstopics/read/2010/04/22/150
239/membersihkan-telinga-, diakses pada tanggal 18 Agustus
2014).

Secondking. 2009. Sumbatan Serumen.


(http://secondking.wordpress.com/2009/10/25/sumbatan-serumen/,
diakses pada tanggal 18 Agustus 2014)

Triska, Anita. 2013. Bahaya Membersihkan Serumen Di Telinga.


(http://mjeducation.com/bahaya-membersihkan-serumen-di-
telinga/, diakses pada tanggal 18 Agustus 2014)

Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Cetakan III. Agustus 2017.


Buku Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis Medis & NANDA
NIC-NOC. 2015

Anda mungkin juga menyukai