32 - Nurulfadhila - Manajemen Resiko Kamar Operasi
32 - Nurulfadhila - Manajemen Resiko Kamar Operasi
PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMONGAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah S.W.T. karena berkat Rahmat dan Karunia-nya
penulis dapat menyelesaikan penyusunan kumpulan makalah ini. Shalawat beserta salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
kepada keluarganya, para sahabatnya, hingga kepada pengikutnya hingga akhir zaman, Amin
Yaa Rabbal’alamin.
Penulisan makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keselamatan
Pasien Dan Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan (K3) tahun ajaran 2021/2022.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesepakatan ini penulis dengan
senang hati menyampaikan terima kasih.
Semoga Allah S.W.T. memberikan balasan yang berlipat ganda kepada semuanya. Demi
perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang
hati. Akhirnya, hanya kepada Allah S.W.T. penulis serahkan segalanya. Mudah-mudahan
dapat bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi kita semua.
Penulis
[NURUL FADHILA]
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................................................4
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB 3 PENUTUP.........................................................................................................................14
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................14
3.2 SARAN................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................15
BAB 1
PENDAHULUAN
3
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun di dunia terjadi 270 juta kecelakaan kerja, 160 juta pekerja menderita
penyakit akibat kerja, kematian 2.2 juta dan kerugian finansial sebesar 1.25 triliun USD.
Sedangkan di Indonesia menurut data PT. Jamsostek (Persero) dalam periode 2002-2005
terjadi lebih dari 300 ribu kecelakaan kerja, 5000 kematian, 500 cacat tetap dan konpensasi
lebih dari Rp. 550 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dan 7.5
juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek. Diperkirakan kerugian tidak
langsung dari seluruh sektor formal lebih dari Rp. 2 triliun, dimana sebagian besar
merupakan kerugian dunia usaha. (DK3N, 2007).
Pelaksanaan Keselamatan dan kesehatan kerja pada setiap perusahaan tidak hanya perusahaan
besar namun juga pada industri-industri kecil guna meningkatkan produktivitas pekerja.
Rumah Sakit adalah salah satu perusahaan yang pekerjaannya mengandung potensi bahaya
yang besar, berupa infeksi, kebakaran, pencemaran serta potensi-potensi bahaya lainnya.
Dengan besarnya bahaya kecelakaan kerja yang dapat terjadi pada Dokter Bedah di kamar
operasi maka di perlukan suatu manajemen risiko untuk dapat meminimalisirkan kejadian
kecelakaan kerja.
1.3 Tujuan
BAB 2
LANDASAN TEORI
4
2.1 Definisi Manajemen Risiko
Manajemen risiko adalah penerapan secara sistematis dari kebijakan manajemen,
prosedur dan aktivitas dalam kegiatan identifikasi bahaya, analisa, penilaian, penanganan dan
pemantauan serta review risiko.
1. Faktor hazard yang dialami petugas instrumen di ruang bedah Menurut hasil laporan dari
Natonal Safety Council (NSC) tahun 1988 menunjukkan bahwa terjadinya kecelakaan di RS
41% lebih besar dari pekerja pada industri lain. Kasus yang sering terjadi adalah tertusuk
jarum, tergores/terpotong, dan penyakit infeksi lain. Salah stu contoh kecelakaan kerja yang
paling sering adalah Luka jarum suntik yang umum terjadi di kalangan petugas di ruang
bedah. Sehingga peningkatan strategi pencegahan dan pelaporan diperlukan untuk
meningkatkan keselamatan kerja bagi petugas bedah tersebut.
2. Alat kerja yang dapat digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas instrumen di
ruang operasi Alat kesehatan yang digunakan yang dapat mengganggu kesehatan petugas
instrumen diruang operasi adalah benda-benda tajam seperti skalpel dan jarum suntik yang
dapat memberikan resiko terjadinya kecelakaan kerja.
3. Alat pelindung diri (APD) yang digunakan petugas instrumen diruang operasi Selain
membersihkan tangan yang harus selalu dilakukan petugas kesehatan juga harus mengenakan
alat pelindung diri sesuai dengan prosedur yang mereka lakukan dan tingkat kontak dengan
pasien yang diperlukan untuk menghindari kontak dengan darah dan cairan tubuh. APD
untuk keperluan kewaspadaan standar terdiri atas sarung tangan, gaun pelindung, pelindung
mata, dan masker bedah. Peralatan tambahan, seperti penutup kepala untuk melindungi
rambut, tidak dianggap APD, tetapi dapat digunakan demi kenyamanan petugas kesehatan.
Begitu pula, sepatu bot juga dapat digunakan untuk keperluan praktis, misalnya bila
diperlukan 5 sepatu yang tertutup rapat dan kuat untuk menghindari kecelakaan akibat benda
tajam. Bila digunakan dengan benar, APD akan melindungi petugas kesehatan dari pajanan
terhadap jenis penyakit menular tertentu.
4. Ketersediaan obat P3K di tempat kerja petugas P3K merupakan pertolongan pertama yang
harus segera diberikan kepada korban yang mendapatkan kecelakaan atau penyakit mendadak
5
dengan cepat dan tepat sebelum korban dibawa ke tempat rujukan. P3K sendiri ditujukan
untuk memberikan perawatan darurat pada korban, sebelum pertolongan yang lebih lengkap
diberikan oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya
5. Pemeriksaan kesehatan yang pernah dilakukan sesuai peraturan (sebelum kerja, berkala,
berkala khusus)
Pengendalian Melalui Jalur kesehatan (Medical Control) yaitu upaya untuk menemukan
gangguan sedini mungkin dengan cara mengenal (Recognition) kecelakaan dan penyakit
akibat kerja yang dapat tumbuh pada setiap jenis pekerjaan di unit pelayanan kesehatan dan
pencegahan meluasnya gangguan yang sudah ada baik terhadap pekerjaitu sendiri maupun
terhadap orang disekitarnya. Dengan deteksi dini, maka penatalaksanaan kasus menjadi lebih
cepat, mengurangi penderitaan dan mempercepat pemulihan kemampuan produktivitas
masyarakat pekerja. Disini diperlukan sistem rujukan untuk menegakkan diagnosa penyakit
akibat kerja secara cepat dan tepat (prompt-treatment).
(b) risiko yang cukup bermakna tetapi harus dihadapi karena merupakan risiko dari tindakan
yang merupakan satu-satunya jalan untuk menyelamatkan pasien, dan
(c) risiko yang tidak dapat diprediksikan sebelumnya (unforeseeable) yang dapat menuju ke
untoward results.
Ruang Bedah Sentral adalah suatu interaksi kompleks dari perangkat keras (hard ware),
perangkat lunak (software), sumber daya manusia (brainware) dan lingkungan (environment).
Pasien pun tidak bisa dikatakan hanya sebagai obyek pembedahan oleh karena dia juga
berperan dan berkontribusi dalam menentukan keberhasilan tindakan pembedahan. Kesalahan
dapat muncul dari setiap faktor, namun pada umumnya faktor manusia merupakan pembuat
6
kesalahan yang terbanyak, meskipun latar belakang sebenarnya adalah manajemen yang tidak
adekuat.
Ruang operasi harus dibangun sesuai dengan persyaratan administratif dan teknis.
Setiap komponen dari bangunan tersebut dapat saja memiliki risiko yang potensial, seperti
bentuk atap atau plafon, bahan dinding dan lantai, sistem aliran dan pendinginan udara,
sistem pembuangan, dan tata letak peralatan di dalamnya. Demikian pula sistem gas sentral,
sterilisator, serta perlistrikan dan gen-set yang merupakan pendukung Ruang Bedah Sentral
dapat berpotensi menimbulkan risiko.
Berbagai prosedur dan standar yang merupakan pedoman bagi para profesional yang
terlibat di dalamnya harus cukup lengkap dan selalu disesuaikan dengan situasi-kondisi
terkini, sehingga tidak ada aktivitas yang tidak memiliki prosedur dan atau standarnya serta
tidak ada prosedur yang sudah ketinggalan jaman. Perangkat lunak ini juga berkaitan dengan
tersedianya sumber daya manusia yang memiliki kompetensi dan komunikasi yang layak
(reasonable competence and communication) yang siap melakukan pengelolaan pasien
dengan adekuat (reasonable care).
Kegagalan dalam memenuhi hal-hal di atas dapat merupakan risiko terjadinya suatu
kecelakaan ataupun kerugian. Memang harus diakui bahwa risiko tersebut tidak selalu terjadi
dan tidak selalu berbahaya, tergantung kepada tingkat probabilitas dan keparahannya. James
Reason dalam teorinya tentang kecelakaan menyatakan bahwa kecelakaan terjadi oleh karena
adanya beberapa latent failure yang berurutan di tingkat manajemen yang kemudian
dicetuskan oleh adanya unsafe act oleh faktor manusia. Satu latent failure saja atau unsafe act
saja berdiri sendiri belum tentu dapat menghasilkan suatu kecelakaan.
Penilaian diri dapat dilakukan terhadap layanan utama dalam Ruang Bedah Sentral,
yaitu dari segi kesiapan ruang bedah sentral, layanan anestesia, layanan bedah dan layanan
obstetri-ginekologi.
Kesiapan ruang operasi dapat dinilai dari berbagai unsur sebagaimana telah diuraikan
di atas, sesuai dengan kebutuhan operasi yang akan dilakukan. Pengelola ruang bedah sentral
harus memastikan bahwa bangunan, peralatan bedah dan anestesi, serta peralatan
pendukungnya berada dalam keadaan siap pakai dan berfungsi dengan baik. Selain itu harus
dipastikan bahwa upaya pencegahan infeksi nosokomial telah dilakukan dengan layak. Berita
acara tentang sterilisasi peralatan bedah, penyiapan gas sentral, pemeliharaan alat, dan upaya
pencegahan infeksi nosokomial harus berada dalam posisi yang dapat diakses oleh para
personil kamar bedah.
Dari segi layanan anestesi dapat kita ajukan pertanyaan-pertanyaan seperti: apakah
dokter spesialis anestesi selalu hadir dalam setiap operasi, apakah perawat anestesi berperan
sebagai asisten saja ataukah justru berperan sebagai pelaksana utama, apakah perawat
anestesi terlatih dengan penanganan kegawat-daruratan medis, apakah seluruh staf anestesia
terlatih untuk menggunakan peralatan yang digunakan, apakah terdapat pelatihan untuk itu,
apakah mereka terlatih untuk menghadapi keadaan atau situasi yang tidak lazim (unusual
situation), apakah terdapat koordinasi antara dokter operator dengan dokter anestesi perihal
7
metode anestesi yang akan digunakan, apakah anestesia didukung oleh peralatan yang
diperlukan seperti pulse oximetry dan tidal CO2 atau capnogram , apakah peralatan
monitoring memadai, apakah di dalam rekam medis terdapat check-list peralatan, apakah
pengelola anestesi memperoleh salinan atau tembusan tentang pemeliharaan peralatan
anestesi dan penyiapan gas anestesi, apakah tersedia dan dipatuhi standar dan prosedur di
bidang anestesia, apakah dilakukan pre-operative visit dan perencanaan anestesia, apakah
dilakukan penjelasan tentang anestesia kepada pasien atau keluarganya, dan masih banyak
lagi pertanyaan lain.
8
bersangkutan untuk proses relaksasi otot selama tetap bekerja. Untuk hasil jangka panjang
perlu dilakukan training bagaimana ergonomi yang baik untuk menghindari dari risiko
terjadinya Musculosceletal disorders.
10
5 Ruang Insiden Kerugian 6 3 7 42 Menengah Perbaikan dan Lebih teliti dan lebih
Operasi kesalahan pada penanganan memahami diagnosis
diagnosis pasien yang lebih yang akan diberikan
pasca teliti dan sesuai kepada pasien karena
operasi SPO yang ada jika terjadi kesalahan
maka akan fatal.
Peluang ( P ) Pajanan ( Konsekuensi Nilai Risiko (NR) Di buat oleh :
F) (K) NURUL FADHILA
10 - Hampir 10- Terus 100 - Malapetaka >400 - Sangat tinggi
pasti menerus
6 - Mungkin 6 - 40 - 200-400- Tinnggi
terjadi Sering Bencana
3 - Tidak biasa namun dapat 3- 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial
terjadi Kadang-
kadang
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak 7 - 20-69 – Menengah Disetujui oleh :
sering Serius
0,5 - Sangat kecil 1 - 3 - Ringan <20 - Rendah
kemungkinanya Jarang
0,1 - Secara praktek tidak 0,5 - 1 - Sangat Ringan
mungkin terjadi Sangat
jarang
0 - Tidak
terpapar
12
6 - Mungkin terjadi 6 - Sering 40 - 200-400- Tinnggi
Bencana
3 - Tidak biasa namun dapat terjadi 3 - Kadang- 15 - Sangat serius 70-199 - Substantial
kadang
1 - Kecil kemungkinanya 2 - Tidak 7 - 20-69 - Menengah Disetujui oleh :
sering Serius
0,5 - Sangat kecil kemungkinanya 1 - Jarang 3 - Ringan <20 - Rendah
0,1 - Secara praktek tidak mungkin 0,5 - Sangat 1 - Sangat Ringan
terjadi jarang
0 - Tidak
terpapar
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat hendaknya menerapkan kesehatan dan
keselamatan kerja sebagai landasan dalam melaksanakan tindakan operasi pada pasien agar
mendapatkan pelayanan keperawatan yang bermutu dan professional sehingga dapat
memberikan pelayanan yang aman, komprehensif demi tercapai derajat kesehatan pasien
yang optimal
DAFTAR PUSTAKA
(1) Buletin Integrasi Disnakertransduk Jawa Tengah, Edisi Bulan Januari 2008
(2) Balsamo RR and Brown MD. Risk Management. In: Sanbar SS, Gibofsky A, Firestone
MH, LeBlang TR. (eds) Legal Medicine. Fourth ed, St Louis (Mosby), 1998.
(3) World Medical Association (1992): an injury occurring in the course of medical
treatment which could not be foreseen and was not the result of any lack of skill or
knowledge on the part of the treating physician is an untoward result, for which the physician
should not bear any liability.
14
(4) Budi Sampurna, Manajemen Risiko Pada Ruang Bedah Sentral, Departemen IKF FKUI,
Jakarta, 2007
(5) Tresnaningsih, Erna, Materi Kuliah K3RS di Stikes Hang Tuah, Pekanbaru, 2011
15