Anda di halaman 1dari 10

A.

Matematika Kontemporer
Matematika dalam bahasa Yunani disebut dengan mathema yang dapat diartikan
sebagai pengetahuan/pemikiran/pembelajaran. Matematika dapat dikatakan ilmu yang
mempelajari tentang bilangan dengan segala macam aturan operasi bilangan yang ada di
dalamnya.
Kontemporer artinya modern, sehingga matematika kontemporer yaitu
matematika modern. Artinya matematika kontemporer yang sudah berkembang sejak
tahun 1850 hingga sekarang ini telah terpengaruh oleh dampak-dampak modernisasi.
Penamaan matematika modern dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah “Modern
Mathematic”. Sedangkan di Amerika dikenal dengan “New Mathematics”.

B. Perkembangan Matematika Kontemporer (abad 19 s.d abad 21)


Abad ke 19
Pada abad ke 19, matematika kontemporer banyak membahas tentang perumusan
dari para ilmuwan yang mengemukakan gagasannya dalam berbagai bidang matematika.
Pada abad ke 19 ini banyak tulisan-tulisan yang dibuat dan dipublikasikan oleh para
ilmuwan terkait analisis yang dikemukakannya, namun pada masa ini teori-teori yang
dikemukakan para ilmuwan masih dasar seperti definisi, hukum-hukum bilangan dan
simbol bilangan.
Contoh perumusan aturan atau hukum-hukum yaitu pada kasus aljabar pada tahun
1863 Jordan menuliskan komentar mengenai konsep grup abstrak yang dikemukakan
sebelumnya oleh Galois dan Cauchy tentang penyelesaian persamaan aljabar. Menurut
Jordan teori dari Galois dan Cauchy ini masih standar, sehingga Jordan
mengembangkannya lebih luas lagi.
Kemudian contoh perumusan simbol-simbol pada masa ini dilakukan oleh Cayley
pada tahun 1854, ia mencoba mendefinisikan grup abstrak ke dalam simbol-simbol.
Definisi yang dikemukakan oleh Cayley tidak semuanya berhasil, kemudian pada tahun
1897 dikembangkan oleh Von Dyck tentang invers, kesimpulan, dan, assosiatif.

Abad ke 20
Pada abad ke 20 para ilmuwan sudah mulai mengarah pada eksplorasi matematika
yang lebih mendalam karena pada abad ini matematika lebih fokus kepada postulat dan
penyelidikan landasan asal mula matematika dikembangkan.

Ilmuwan-ilmuwan yang terkenal dengan teoremanya pada masa ini diantaranya


Burnside (1905), ia mengemukakan teorema tentang “titik tak tentu” (a still
untedetermine point) dalam teori grup, teorema Schur (1911) menyatakan setiap bilangan
berhingga yang dihasilkan oleh subgrup periodik dari GL(n,c) adalah berhingga. Karena
pada teorema yang dikemukakan oleh Burnside tidak dapat digambarkan dalam bentuk
linear. Hasil ini tidak ada yang menggugat sampai tahun 1930, namun pada tahun 1940
Gurn memberikan spesifikasi mengenai keterbatasan teorema dari Burnside, lalu pada
tahun 1950 dikaji oleh Magnus.

Hingga pada tahun 1994 Zemanov yang berhasil memecahkan persoalan


keterbatasan teorema Burnside dan mendapatkan medali penghargaan Fields, tetapi
sampai sekarang masih menjadi pertanyaan apakah B(2,5) terhingga atau tidak.

Kasus selanjutnya yaitu pada Teorema Empat Warna (TEW). TEW adalah teori
yang berhubungan dengan penggambaran peta. Guthrie (1852) berpendapat bahwa dalam
penggambaran peta hanya ada empat warna yang dibutuhkan untuk menggambar peta
untuk membedakan daerah satu dengan daerah lainnya. Namun, ia bertanya kepada De
Morgan apakah TEW ini berlaku untuk semua peta atau tidak.

De Morgan menanyakan hal tersebut kepada matematikawan lainnya, kemudian


pada tahun 1879 Kempe membenarkan TEW dengan bukti-buktinya. Namun pada tahun
1992 Birkhoff membuktikan bahwa TEW hanya berlaku untuk peta yang memuat
maksimal 25 wilayah.

Pada tahun 1976 Apple dan Haken membuktikan TEW untuk pertamakalinya
dengan menggunakan komputer. Ini adalah pertamakalinya dalam dunia matematika
membuktikan suatu teorema menggunakan komputer. Walau pada hakikatnya
matematika adalah ilmu yang mempelajarai konsep-konsep abstrak sehingga apabila
dibuktikan dengan komputer banyak kontra antara gagasan dari matematikawan dan
pembuktian dari komputer. Sampai saat ini TEW masih menjadi perdebatan dikalangan
para ilmuwan.

Abad ke 21

Pengaruh kuat matematika pada abad ke 21 yaitu perkembangan pada teknologi


dan ekonomi. Sehingga masyarakat mulai mengaplikasikan ilmu-ilmu matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta menyebutkan abad ke 21
adalah abad yang paling inovatif, perubahan yang terjadi pada abad ini sangat dahsyat.
Beliau juga mengatakan bahwa komputer, internet pada awal tahun 1990 belum
menyeluruh, tapi kini perkembangannya sangat luas dan cepat. Internet sekarang sudah
menjadi kebutuhan.

Peran matematika pada masa ini sangatlah luas dan berperan penting untuk ilmu-
ilmu yang lain. Seperti sains, IT, astronomi, arsitektur, teknik, ekonomi, penentuan cuaca,
penentuan arah kiblat, penentuan jadwal sholat, dan lainnya. Dalam hal ini matematika
berkolaborasi dengan ilmu.

C. Karakteristik Matematika Kontemporer

Seiring perkembangan teknologi maka munculah matematika kontemporer atau


modern yang dimulai sejak tahun 1850-sekarang ini, matematika kontemporer merupakan
peralihan atau perkembangan dari matematika tradisional. Ciri utama dari matematika
kontemporer yaitu perkembangan teknologi, sehingga perkembangannya memberikan
pengaruh juga kepada pendidikan saat itu. Seperti pendidikan yang ada di Amerika yang
menyusun pembaruan pada kurikulum matematika dengan menambahkan materi teori
bilangan, matematika modeling, metode numerik, dan statistika.

Max A Sobel dan Evan M. Maletsky, 2003 memberikan gambaran terkait materi
pembelajaran matematika kontemporer sebagai berikut :
1. Materi matematika tradisional diajarkan lebih awal dalam pembelajaran matematika
kontemporer. Seperti materi geometri ruang dan trigonometri yang awalnya diajarkan
untuk program kelas 12. Sedangkan pada matematika kontemporer ini materi
tersebut dimasukan pada mata pelajaran kelas 11. Sehingga tidak heran jika materi
pelajaran matematika yang dipelajari anak SD, SMP, SMA sekarang sudah beda
dengan materi kita pada waktu itu.
2. Pada matematika kontemporer ini lebih menekankan pada pemahaman konsep dari
materi yang dipelajari. Seperti materi-materi pada matematika kontemporer
menyusun suatu asal mula suatu rumus didapatkan dari proses penurunan rumus dan
relasi dengan yang lainnya.
3. Terdapat materi baru yang dimuat kedalam kurikulum seperti basis hitungan,
geometri non-Euklides. Sebelumnya materi ini tidak terdapat dalam kurikulum
tradisional.

Menurut Erman Suherman dan Udin S. Winataputra, dalam buku karangannya


tentang Strategi Belajar Mengajar Matematika menyebutkan bahwa matematika
kontemporer menambahkan ciri lain dari matematika kontemporer yaitu pendekatan
meteri dalam, matematika kontemporer menggunakan metode deduktif yaitu pendekatan
melalui logika untuk menarik sebuah konklusi.

Seperti pada kurikulum di Indonesia pada tahun 1975, dalam matematika


kontemporer pada materi geometri, aritmetika, dan aljabar sudah menggunakan metode
pendekatan deduktif. Berbeda dengan matematika tradisional yang hanya menggunakan
metode deduktif hanya pada materi geometri saja. Namun pada usia anak-anak saat ini
masih diberikan metode pendekatan secara induktif yaitu sebuah penalaran dari hal-hal
yang bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat general.

Selain itu, matematika kontemporer sangat memperhatikan ketepatan bahasa yang


digunakan. Seperti istilah “kongruen” dan “sama”. Hal ini karena bahasa juga mengikuti
perkembangan teknologi. Selain penggunaan bahasa matematika kontemporer juga teliti
dalam penggunaan tanda sepeti pada himpunan ada tanda khusus yaitu menggunakan
kurung kurawal, tidak menggunakan kurung biasa atau kurung siku. Matematika
kontemporer sangat memperhatikan struktur, sifat-sifat yang didapat dari penurunan suatu
rumus atau hubungan rumus satu dengan yang lainnya.

D. Contoh masalah tentang matematika kontemporer


Pembelajaran Abad 21 Bagi Daerah Terpencil

Mengintergrasikan TIK kedalam pembelajaran di sekolah merupakan salah satu upaya mencapai
tujuan pendidikan abad 21. Namun, pengintegrasian ini memiliki tantangan bagi sekolah daerah
terpencil. Oleh karena itu, pembelajaran abad 21 di daerah terpencil memerlukan perhatian
khusus pemerintah.

Hasil analisis sekolah daerah terpencil di Kalimatan Barat, Sulawesi Tenggara dan Maluku Utara
diperoleh hambatan untuk menerapkan pembelajaran abad 21. Hambatan tersebut berupa: (1)
fasilitas sarana dan prasarana, hambatan selain belum terpenuhinya fasilitas TIK adalah
perpustakaan. Beberapa sekolah belum memiliki ruang khusus dan kekurangan buku serta buku
yang tersedia tidak terbarukan. Buku terbarukan adalah solusi mendapatkan informasi tanpa
internet dan memotivasi siswa belajar mandiri; (2) keprofesionalan guru, tidak meratanya
sebaran guru ataupun kurangnya guru pelajaran tertentu menyebabkan guru mengajar bukan
berdasarkan disiplin ilmu. Mengganti kekosongan guru mengurangi fokus guru melahirkan ide-
ide kreatif dalam pelajaran yang diampunya; dan (3) kurikulum, menyamakan standar dan
perlakuan pembelajaran nasional tanpa menyamakan fasilitas sekolah memerlukan pengkajian
kembali. Informasi ini memberi titik terang apa yang harus dilakukan pemerintah dan guru
dalam mendukung pembelajaran abad 21.

Bagi pemerintah, untuk menyukseskan pendidikan abad 21 di daerah terpencil, perlu: (1)


mempercepat pemerataan fasilitas TIK pembelajaran diseluruh daerah tanpa terkecuali; (2)
membangun perpustakaan, menyediakan buku belajar baik fiksi maupun non fiksi untuk
mendorong budaya literasi siswa; (3) menyediakan alat peraga sebagai visualisasi materi ajar
guna mendukung pembelajaran tanpa teknologi; (4) melakukan kajian kurikulum khusus daerah
terpencil; (5) membentuk guru peneliti dari guru-guru daerah terpencil untuk merumuskan
strategi pembelajaran sesuai kondisi daerah; (6) memprogramkan pertukaran guru antara guru
daerah terpencil dengan daerah berkembang untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam
pembelajaran serta menyesuaikan kebutuhan guru di sekolah; (7) memfasilitasi pelatihan guru
untuk meningkatkan kualitasnya terkait pembelajaran abad 21 sesuai kondisi daerah; dan (8)
mempercepat program internet masuk ke daerah terpencil.
Bagi guru, pembelajaran dimulai dengan memperbarui pengetahuan bukan berarti
menitiberatkan pembelajaran pada alat TIK. Teknologi dan Informasi dan Komunikasi (TIK)
adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan bukanlah sebagai tujuan pendidikan abad 21.
Kualitas terbaik guru daerah terpencil menyeimbangkan ketidaksediaan alat TIK dalam
pembelajaran. Guru harus mampu menciptakan kegiatan pembelajaran yang aktif, kolaboratif,
efektif dan efisien serta membekali siswa dengan berbagai skill. 

Kegiatan pembelajaran yang disusun menganut empat prinsip pokok pembelajaran abad 21
sebagaimana yang dirumuskan Jennifer Nichols dalam Rohim, Bima dan Julian (2016). Adapun
keempat prinsip tersebut yakni (1) pembelajaran berpusat pada siswa; (2) siswa mampu
berkolaborasi dengan teman ataupun orang lain; (3) pembelajaran diaplikasikan dalam
kehidupan sehari-hari; dan (4) sekolah terintegrasi dengan masyarakat.

Keempat prinsip pembelajaran abad 21 tersebut diadaptasikan kedalam pembelajaran oleh guru
dengan: (1) menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang menggambarkan aktivitas
siswa, guru, pemanfaatan media pembelajaran dan proses penilaian; (2) memperbarui
pengetahuan sesuai perkembangan zaman; (3) menerapkan berbagai strategi pembelajaran
untuk memberi variasi pengalaman belajar; dan (4) meningkatkan kreatifitas untuk menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga siswa selalu tertarik ke sekolah.
Mengembangkan keempat kegiatan pembelajaran tersebut mendorong guru menciptakan
pembelajaran berasaskan prinsip pembelajaran abad 21. Namun, para guru tetap perlu untuk
menguasai teknologi yang terkait langsung terhadap pembelajarannya. Hal ini dikarenakan
perubahan adalah sebuah kepastian sekarang ataupun nanti. Oleh karena itu, pemerintah
secara bertahap dan berkesinambungan mengupayakan pemerataan bantuan TIK yang
menjangkau seluruh daerah di Indonesia.

Oleh: Dr. Muhammad Noor Kholid, Kaprodi Pendidikan Matematika FKIP UMS-Ketua
Panitia ICOMER 2021

KETIKA saya bertemu orang untuk pertama kalinya dan memberi tahu mereka bahwa saya
merupakan seorang pendidik matematika, sebagian besar reaksi mereka yaitu “Oh, saya
tidak menyukai matematika di sekolah, dan saya bukan orang yang pandai matematika!”.
Sejujurnya, reaksi ini sangat membuat saya sedih. Tetapi saya tidak bisa menghakimi
pandangan dan pengalaman mereka terhadap matematika. Pengalaman mereka selama
bertahun-tahun mempelajari matematika di sekolah, secara otomatis membuat paradigma
pada kognitifnya bahwa matematika identik dengan materi sulit dan tidak menyenangkan.

Matematika dapat dipandang sebagai sebuah bahasa hubungan konseptual. Pembelajaran


matematika yang tradisional selama ini selalu memfokuskan pada bagaimana cara
menghafalkan sebuah fakta tanpa mengasah keterampilan konseptual siswa.

Padahal fakta dan keterampilan berjalan seiring dengan pemahaman konseptual siswa.
Pendapat ini sejalan dengan Wathall (2014) yang menyatakan bahwa dalam
mengembangkan kecerdasan dan meningkatkan motivasi belajar siswa, kurikulum dan
pembelajaran harus didesain untuk menciptakan sinergi antara tingkat berpikir yang lebih
rendah (faktual) dan tingkat berpikir yang lebih tinggi (konseptual). Sinergi ini dapat dicapai
dengan memanfaatkan proses inkuiri.

Covid-19 dapat mendorong adopsi otomatisasi yang lebih cepat, terutama di arena kerja
dengan kedekatan fisik yang tinggi. Untuk itu, kita harus membekali keterampilan sumber
daya manusia agar dapat bekerja dan berkompetisi secara global di abad ke-21.

Dengan pertumbuhan teknologi secara eksponensial, pengetahuan telah menjadi sebuah


komoditas. Secara umum telah diketahui bahwa siswa kami mencari jawaban atau strategi
apa pun melalui Google.

Untuk itu, pendidikan perlu fokus pada pengajaran kepada siswa tentang apa yang harus
dilakukan dengan pengetahuan, dan bagaimana menerapkan serta mentransfer
pengetahuan siswa ke berbagai situasi.

Pembelajaran matematika harus mengembangkan pemahaman konseptual untuk


mempersiapkan siswa kami untuk abad ke-21. Pembelajaran matematika abad ke-21 yang
sukses perlu menumbuhkan keterampilan ke-21 seperti komunikasi (communication),
kolaborasi (collaboration), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kretif (creative-
thinking).

Komunikasi merupakan kunci utama dalam aktivitas kehidupan. Komunikasi dapat


dilakukan baik secara lisan maupun tulisan guna menyampaikan suatu ide atau gagasan.

Dalam pemecahan masalah matematis, kemampuan komunikasi yang dimaksud yaitu


kemampuan siswa mengungkapkan ide, pikiran, dan penalaran baik secara lisan, tulisan,
maupun multimedia, guna memperjelas pemahaman mereka dalam memecahkan masalah.
Tujuan komunikasi dalam pemecahan masalah difokuskan pada efektivitas dan efisiensi
penyampaian ide siswa kepada pendidik ataupun kepada sesama siswa dalam sebuah
diskusi.

Kolaborasi merupakan kegiatan kerja sama antara dua pihak atau lebih guna mencapai
tujuan yang sama. Keterampilan kolaborasi perlu ditanamkan pada siswa sejak dini guna
mencetak generasi sumber daya yang siap menerima perbedaan pendapat.

Adapun upaya peningkatan kolaborasi dalam pembelajaran yaitu dengan menempatkan


siswa secara berpasangan atau berkelompok. Dalam diskusi kelompok siswa akan
mememiliki pengalaman dalam menghadapi perbedaan gagasan dan pengetahuan,
pengalaman saling mendengarkan dan mendukung tiap anggota kelompok, serta
pengalaman dalam mencapai kesepakatan sebuah teamwork.

Kolaborasi dalam sebuah kelompok juga memberikan pengalaman kepemimpinan bagi


siswa misalnya dalam mengendalikan ego dan emosi, mencari solusi yang sesuai bagi
setiap anggota kelompok.

Siswa pemikir kritis mampu menganalisis, memahami, dan mengevaluasi informasi-


informasi yang diperoleh. Dengan melibatkan keterampilan berpikir kritis siswa lebih mahir
dalam menyusun dan menyampaikan sebuah argumen, mengevaluasi kredibilitas sumber
informasi, dan mengambil keputusan yang tepat.

Dalam pembelajaran matematika, siswa pemikir reflektif cenderung lebih mudah dalam
menggali informasi dan pengalaman yang bermakna dalam proses pembelajaran
matematika.

Implikasi yang muncul, yaitu siswa terlatih dalam menghadapi tantangan. sedangkan
manfaat jangka Panjang yaitu siswa terlatih menjadi sumber daya unggul dan berkualitas
dalam menghadapi tantangan global.

Berpikir kreatif dalam pemecahan masalah matematis yaitu suatu proses menghasilkan
solusi yang inovatif atas suatu permasalahan dan atau menjadikan solusi lama menjadi
sebuah pendekatan solusi baru.

Berpikir kreatif juga dapat dimaknai sebagai proses menggabungkan ide-ide atau konsep
matematis yang belum disatukan (konseptualisasi). Dengan menguasai berpikir kreatif
siswa terbiasa menghasilkan ide-ide baru, hubungan baru antara konsep-konsep
matematika, serta mampu memandang suatu permasalahan dari berbagai perspektif yang
berujung pada berbagai ide kemungkinan jawaban atau solusi dalam menghadapi suatu
masalah.

Keempat keterampilan tersebut perlu dikuasai oleh siswa agar menjadi bekal untuk
menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi ke luar negeri. Bahkan keterampilan
tersebut dapat menjadi bekal bagi siswa sebagai sumber daya kerja dengan taraf
internasional. Untuk itu, pembelajaran matematika sangat direkomendasikan untuk
membentuk keterampilan-keterampilan tersebut. (*)

E. Kelebihan dan kekurangan matematika kontemporer


  Kelebihan Pembelajaran Matematika Modern. Matematika modern memiliki beberapa
keunggulan daripada matematika tradisional dalam proses belajar mengajar di kelas,
yaitu;

1) Matematika modern lebih mengutamakan pengertian kepada keterampilan berhitung


dan hapalan,
2) Dasar dari matematika modern adalah teori himpunan,
3) Matematika modern lebih mengutamakan penggunaan bahasa dan istilah yang lebih
tepat,
4) Matematika modern menggunakan konsep baru,
5) Matematika modern menekankan kepada mempelajari struktur matematika secara
keseluruhan, dan
6) Metode mengajar yang digunakan adalah metode modern.

Kelemahan Pembelajaran Matematika Modern
Matematika modern banyak ditentang oleh beberapa ahli matematika. Diantara
penentang itu misalnya adalah Prof. Moris Kline, yang dengan tegas mengatakan bahwa
matematika modern pada dasarnya memiliki banyak kelemahan-kelemahan,
misalnya:selanjutnya :
1. Matematika modern (New Math) terlampau deduktif, maksudnya adalah bahwa
dalam struktur atau sistematika, matematika modern terlalu banyak yang diawali
dengan aksioma atau postulat atau aturan yang bersifat yang kemudian diambil
contoh-contoh dan soal-soalnya.
2. Matematika modern kurang bersifat kongkret. Siswa sulit memahaminya klarena
siswa pada umumnya memerlukan konsep yang dapat ditarik pada dua kongkret.
3. Matematika modern dianggap kurang ada hubungan dengan bidang studi yang lain.
Bagaimana penerapan matematika pada ilmu-ilmu lain kurang mendapat perhatian.
Akibatnya tidak mengetahui bagaimana kedudukan antara matematika dengan bidang
studi lain.
4. Kline juga menyebutkan bahwa matematika modern terlalu banyak mengandung
topik-topik yang kurang berfaedah, misalnya topik sistem bilangan kurang ada
gunannya.
5. Masalah lain seperti juga dialami oleh masyarakat di negara kita adalah adanya
keluhan yang muncul dari pihak keluarga. Mereka hampir sepakat berpendapat
bahwa mereka tak mampu memberi bantuan dalam hal belajar matematika pada
anak-anaknya, karena apa yang sedang dipelajari anaknya itu sama sekali tidak
dikenal oleh mereka dan tak pernah mereka temui disepanjang saat-saat belajar
disepanjang sekolah.
6. Matematika modern nampaknya sangat membantu bagi anak yang tergolong pandai
sedangkan untuk anak-anak yang lemah semakin terseret dan amat lemah dalam
kemampuan berhitung. Keadaan ini mengakibatkan munculnya ketidak seimbangan
antara penemuan, struktur, bahasa atau notasi yang akurat disatu pihak dengan
keterampilan dasar dipihak lain.

F. Kesimpulan
Matematika patut dikatakan sebagai warisan budaya karena sesuai dengan definisi
warisan budaya yaitu merupakan peninggalan yang diwariskan dari generasi ke generasi
dan sudah berkembang pesat dalam kehidupan. Oleh karena itu kita sebagai generasi
harus menjaga matematika sebagai warisan budaya dengan menjaga sejarah matematika,
mempelajari ilmu dengan sungguh-sungguh, mengenalkan matematika kepada
masyarakat, mengembangkan matematika agar dapat berperan dalam membantu dalam
kehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai