Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

BAHASA INDONESIA 1 SD/MI


“MENULIS”

Disusun Oleh :

Kelompok III
Nur Husainah (21160017)
Maisyaroh (21160009)

Dosen Pengampu : Namiroh Lubis, M.Pd

PROGRAM STUDI ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
SEKOLAH TINGGI ISLAM NEGERI
MANDAILING NATAL
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, atas kehendak dan pertolongan Allah SWT, kami dapat

menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia tentang “Menulis”. Shalawat dan salam

semoga tetap senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh

keluarga dan sahabatnya.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok yang diberikan oleh dosen

pengampu guna mempelajari Bahasa Indonesia. Dalam menyelesaikan makalah ini,

kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada

semua pihak yang telah membantu kami, terutama kepada dosen pengampu, yaitu Ibu

Namiroh lubis,M.Pd dan rekan-rekan semua yang telah memberikan semangat dan

motivasi untuk menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih terdapat adanya

kekurangan dan kesalahan. Hal itu disebabkan karena keterbatasan kami, baik dalam

pemahama maupun dalam referensi yang dijadikan rujukan penyusunan makalah. Maka

dari itu, diharapkan kepada semua pihak agar memberikan saran dan kritik yang

konstruktif terhadap makalah ini, untuk perbaikan makalah di masa mendatang.

Mudah-mudahan penyusunan makalah ini mendapat ridho Allah SWT, serta kita

semua dapat mengambil manfaat keilmuan yang terdapat di dalamnya. Amin.

Panyabungan, Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
A. Latar Belakang....................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
C. Tujuan .................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2
A. Pengertian Menulis ............................................................................................... 2
B. Penulisan Kata ....................................................................................................... 6
C. Penulisan Unsur Serapan ..................................................................................... 13
D. Penulisan Unsur Tanda Baca ............................................................................... 13
BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 21
Kesimpulan ................................................................................................................. 21
Saran……………………………………………………………………...…………. 21

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia di antaranya meliputi ejaan,
kaidah penggunaan dan penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, serta pelafalan huruf. Ejaan yang berlaku di Indonesia sekarang dinamakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), yang selama ini penggunaannya sering tidak sesuai
dengan kaidah yang berlaku. Pemahaman tentang ejaan sangat penting karena dibuatnya
kaidah dalam berbahasa Indonesia tentunya untuk memberi batasan penggunaan bahasa.
Pada masa perkuliahan sangat sering melakukan pembuatan karya tulis baik itu
makalah, laporan-laporan, proposal, skripsi maupun thesis, yang membutuhkan kemampuan
penulisan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ada beberapa
hal yang perlu dikemukakan, khususnya berbagai persoalan yang akan dibahas dalam
makalah ini. Hal-hal yang dimaksud adalah penulisan kata, penulisan unsur serapan, dan
penulisan unsur tanda baca.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah yang dimaksud dengan menulis?
2. Bagaimanakah penulisan kata?
3. Bagaimanakah penulisan unsur serapan?
4. Bagaimanakah penulisan unsur tanda baca?

C. Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini ialah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan menulis?
2. Untuk mengetahui penulisan kata?
3. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan?
4. Untuk mengetahui penulisan unsur tanda baca?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Menulis
1. Pengertian Menulis
Menurut Tarigan, menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang
grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang
lain dapat membaca lambang-lambang grafis tersebut kalau mereka memahami bahasa dan
gambaran grafik itu. Dapat dikatakan juga menulis adalah proses menggambarkan suatu
bahasa sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat di pahami pembaca. 1
Marwoto, dkk memberi pengertian bahwa menulis sebagai kemampuan seseorang
untuk mengungkapkan ide, pikiran, pengetahuan, ilmu, pengalaman-pengalaman hidupnya
dalam bahasa tulis yang jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca, dan dapat dipahami orang lain. 2
Enre berpendapat bahwa menulis merupakan kemampuan menyusun atau menegosiasikan
buah pikiran, ide, gagasan, dan pengalaman dengan menggunakan bahasa tulis yang baik
dan benar. 3
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang aktif, produktif, kompleks,
dan terpadu yang berupa pengungkapan dan yang diwujudkan secara tertulis. Menulis juga
merupakan keterampilan yang menuntut penulis untuk menguasai berbagai unsur di luar
kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan. 4
Lebih lanjut Rusyana memberikan batasan bahwa kemampuan menulis atau
mengarang adalah kemampuan menggunakan pola-pola bahasa dalam tampilan tertulis
untuk mengungkapkan gagasan atau pesan. Kemampuan menulis mencakup berbagai
kemampuan, seperti kemampuan menguasai gagasan yang dikemukakan, kemampuan
menggunaka unsur-unsur bahasa, kemampuan menggunakan gaya, dan kemampuan
menggunakan ejaan serta tanda baca.5
Berdasarkan konsep di atas, dapat dikatakan bahwa menulis merupakan komunikasi
tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan dengan memanfaatkan
grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan menggunakan simbol-simbol sehingga
dapat dibaca seperti apa yang diwakili oleh simbol tersebut.
Mengkombinasikan dan menganalisis setiap unsur kebahasaan dalam sebuah
karangan merupakan suatu keharusan bagi penulis. Dari sinilah akan terlihat sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki penulis dalam menciptakan sebuah karangan yang efektif. Kosa
kata dan kalimat yang digunakan dalam kegiatan menulis harus jelas agar mudah dipahami
oleh pembaca. Di samping itu, jalan pikiran dan perasaan penulis sangat menentukan arah
penulisan sebuah karya tulis atau karangan yang berkualitas. Dengan kata lain hasil sebuah
karangan yang berkualitas umumnya ditunjang oleh keterampilan kebahasaan yang dimiliki
seorang penulis.

1
Henry Guntur Tarigan. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. (Bandung: Penerbit Angkasa, 1986) hlm. 21.
2 Marwoto, dkk.. Komposisi Praktis. (Yogyakarta: Hanindita, 1987) hlm.12.
3
Fachruddin Ambo Enre. Dasar-dasar Kemampuan Menulis. (Jakarta: Depdikbud, 1988) hlm. 5-8.
4
Burhan Nurgiyantoro. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. (Yogyakarta: BPFE, 2001) hlm. 271.
5Y us Rusyana. Bahasa dan sastra dalam Gamitan Pendidikan. (Bandung: Diponegoro, 1988) hlm 191.

2
2. Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan ide, gagasan, perasaan pikiran,
pendapat secara jelas dan efektif kepada pembaca.Adapun beberapa tujuan menulis
adalah :
1. Untuk memberikan suatu informasi.
2. Untuk meyakinkan atau mendesak.
3. Untuk menghibur atau menyenangkan.
4. Untuk m engekspresikan perasaan dan emosi yang kuat.
Hugo Hartig dalam merumuskan tujuan menulis:
1. Tujuan penugasan ,sebenarnya tidak memilki tujuan karena orang yang menulis
melakukan nya karena tugas yang diberikan kepadanya.
2. Tujuan altruistik, penulis bertujuan untuk menyenangkan pembaca,menghindarkan
kedudukan pembaca,ingin menolong pembaca memahami,menghargai perasaan dan
penalaranya,ingin membuat hidup para pembaca lebih mudah dan lebih
menyenangkan dengan karyanya itu.
3. Tujuan persuasif bertujuan meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang
diutarakan.
4. Tujuan informasional penulis bertujuan memberi informasi atau keterangan kepada
para pembaca.
5. Tujuan pernyataan diri penulis bertujuan memperkenalkan atau menyatakan dirinya
kepada pembaca.
6. Tujuan kreatif penulis bertujuan melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai
norma artistik,nilai-nilai kesenian.
7. Tujuan pemecahan masalah penulis bertujuan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. 6
Sedangkan menurut Suparno dan Mohamad Yunus, tujuan yang ingin dicapai
seorang penulis bermacam-macam sebagai berikut.
1. Menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar.
2. Membuat pembaca tahu tentang hal yang diberitakan.
3. Menjadikan pembaca beropini.
4. Menjadikan pembaca mengerti.
5. Membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan.
6. Membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang dikemukakan seperti
nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai sosial, nilai moral, nilai
kemanusiaan dan nilai estetika.7
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan memahami nilai-nilai dalam
sebuah tulisan sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu
yang berhubungan dengan isi tulisan.

6
Henry Guntur Tarigan.Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. hlm. 24 – 25.
7
Soeparno dan Mohamad Yunus. Keterampilan Dasar Menulis. ( Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka, 2002)
hlm. 37.
3
3. Fungsi Menulis
Pada prinsipnya fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi tidak
langsung.8 Darmadi mengemukakan bahwa tulisan memiliki beberapa fungsi penting yaitu :
1. Sebagai suatu sarana menemukan sesuatu.
2. Memunculkan ide baru.
3. Melatih kemampuan mengorganisasi dan menjernihkan berbagai konsep atau ide yang
kita miliki.
4. Melatih sikap objektif yang ada pada diri seseorang.
5. Membantu diri kita untuk menyerap dan memproses informasi.
6. Melatih kita memecahkan berbagai masalah sekaligus.
7. Menjadikan kita aktif dan tidak sekedar menjadi penerima informasi.9
Marwoto menyebutkan bahwa menulis memberikan beberapa fungsi, seperti :
1. Memperdalam pemahaman suatu ilmu.
2. Bisa membuktikan sekaligus menyadari ilmu pengetahuan, ide, dan pengalaman
hidup.
3. Bisa menyumbang pengalaman, pengetahuan, dan ide yang berguna bagi masyarakat
secara lebih luas.
4. Meningkatkatkan prestasi kerja, dan
5. Memperlancar perkembangan ilmu, teknologi, dan seni.
Fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak
langsung.Dengan menulis memudahkan kita mersakan dan menikmati hubungan–
hubungan,memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkam masalah-masalah
yang kita hadapi,menyusun urutan bagi pengalaman, dapat menyumbangkan kecerdasan.
Bernard Percy secara rinci fungsi menulis adalah:
1. Sarana untuk mengungkapkan diri yaitu untuk mengungkapkan perasaan hati
seperti kegelisahan,keinginan amarah.
2. Menulis sebagai sarana pemahaman artinya dengan menulis seseorang bisa
mengikat kuat suatu ilmu pengetahuan (menancapkan pemahaman ) kedalam
otaknya.
3. Menulis dapat membantu mengembangkan kepuasan pribadi, kebanggaan,
perasaan harga diri artinya dengan menulis bisa melejitkan perasaan harga diri
yang semula rendah degan menulis dapat meningkatkan kesadaran dan
penyerapan terhadap lingkungan artinya orang yang menulis selalu dituntut untuk
terus menerus belajar sehinnga pengetahuannya menjadi luas.
4. Menulis dapat meningkatkan keterlibatan secara bersemangat bukannya
penerimaan yang pasrah,artinya dengan menulis seseorang akan menjadi peka
terhadap apa yang tidak benar disekitarnya sehingga ia menjadi seoarang yang
kreatif.
5. Menulis mampu mengembangkan suatu pemahaman dan kemampuan
menggunakan bahasa artinya dengan menulis seseorang akan selalu berusaha
memilih bentuk bahasa yang tepat dan menggunakannya dengan tepat pula.10

8
Henry Guntur Tarigan. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. hlm. 23.
9
Kaswan Darmadi. Meningkatkan Kemampuan Menulis Panduan untuk Mahasiswa dan Calon Guru. (Yogyakarta:
Andi, 1996) hlm.3.
4
4. Teori Menulis
Teori menulis yang berkembang saat ini adalah menulis model proses. Dengan
model ini menulis dilakukan dengan melalui tahapan – tahapan. Seperti yang dikemukakan
oleh Britton bahwa proses menulis dibagi menjadi tiga tahap kegiatan, adalah sebagai
berikut.
1. Tahap konsep. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah memilih dan
menentukan topik.
2. Tahap inkubasi. Pada tahap ini kegiatan siswa adalah mengembangkan topik dan
menggabungkan informasi yang tersedia.
3. Tahap hasil. Pada tahap ini siswa melakukan kegiatan mengembangkan
tulisan/menulis kemudian memperbaiki tulisan, dan pada akhir kegiatan menulis
siswa memeriksa karangan/tulisan.11
Sedangkan menurut Tompkins mengemukakan lima tahap sebagai berikut.
1. Tahap pramenulis (prewriting). Pada tahap ini siswa memilih topik, siswa
mengumpulkan dan menyesuaikan ide-ide, siswa mengidentifikasi pembacanya,
siswa mengidentifikasi tujuan menulis, siswa memilih bentuk yang sesuai
berdasarkan pembaca dan tujuan menulis.
2. Tahap pengedrafan (drafting). Pada tahap ini siswa menulis draf kasar, siswa
menulis pokok-pokok yang menarik pembaca, siswa lebih menekankan isi
daripada mekanik.
3. Tahap merevisi (revising). Pada tahap ini siswa membagi tulisannya kepada
kelompok, siswa mendiskusikan tulisan dengan temannya, siswa membuat
perbaikan sesuai komentar teman dan gurunya, siswa membuat perubahan
substansif dan bukan sekedar perubahan minor antara draf pertama dan draf
kedua.
4. Tahap mengedit (editing). Pada tahap ini siswa membaca ulang tulisannya, siswa
membantu baca ulang tulisan temannya, siswa mengidentifikasi kesalahan
mekanik dan membetulkannya.
5. Tahap mempublikasikan (publishing). Pada tahap ini siswa mempublikasikan
tulisannya dalam bentuk yang sesuai, siswa membagi tulisannyayang sudah
selesai kepada teman sekelasnya.12
Burns, dkk juga mengemukakan bahwa langkah-langkah menulis meliputi lima
tahapan yaitu sebagai berikut.
1. Pramenulis (prewriting), dengan aktivitas pengarang persiapan menulis cerita,
menggambar, membaca, memikirkan tulisan, menyusun gagasan, dan mengembangkan
rencana.
2. Pembuatan draf (drafting), dengan aktivitas pengarang merangkaikan gagasan dalam
sebuah tulisan tanpa memperhatikan kerapian atau mekanik.

10
Muhamad Thohri, dkk. Bahasa Indonesia 1. (Surabaya : LAPIS PGMI, 2008) hlm.10-13.
11
Gaile E Tompkins. Teaching Writing :Balancing Process and Product.( New York: Macmilan College Publishing
Company, 1994) hlm.8.
12
Gaile E Tompkins. Teching Writing :Balancing Process and Product. hlm.10.

5
3. Perevisian (revising), pada tahap ini setelah mendapat saran-saran dari orang
lain, pengarang dapat membuat beberapa perubahan, dan perubahan itu dapat
melibatkan orang lain.
4. Pengeditan (editing), pada tahap ini pengarang secara hati-hati mengoreksi dan
membetulkan ejaan dan mekanisme tulisan.
5. Sharing dan publikasi (sharing and publishing), pada tahap ini hasil tulisan dapat
dipajangkan di kelas atau dijadikan bahan pustaka di sekolah.13

B. PENULISAN KATA

1. Pengertian Penulisan Kata


Penulisan kata terdiri dari dua kata yaitu “penulisan” dan “kata”. Penulisan adalah
proses, cara, perbuatan menulis atau menulis, sedangkan kata adalah unsur bahasa
yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran
yang dapat digunakan dalam berbahasa.14
Dari pengertian perkata diatas, dapat disimpulkan bahwa penulisan kata adalah proses
atau cara menulis yang mempertimbangkan unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
sebagai wujud kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa
sesuai ejaan yang disempurnakan.
Merujuk buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia penulisan kata terbagi atas kata
dasar, kata turunan, bentuk ulang, gabungan kata, suku kata, kata depan, partikel, singkatan
dan akronim, kata bilangan, kata ganti, kata si dan sang. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
di bawah ini:
a. Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar di tulis sebagai satu kesatuan.15
Misalnya:
Buku itu sangat menarik.
Ibu sangat mengharapkan keberhasilanmu.

b. Kata Turunan16
a. Imbuhan
1. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) di tulis serangkai dengan bentuk dasarnya.
Misalnya :
Berjalan, dipermainkan, gemetar, kemauan, lukisan, petani
2. Imbuhan di rangkaiakan dengan tanda hubung jika di tambahkan pada bentuk
singkatan atau kata dasar yang bukan bahasa Indonesia.
Misalnya :
Mem-PHP-kan, di- PTUN-kan, di-upgrade, me-recall.

13
Burns, P.C. Roe, B.D., & Ross, E.P. Teaching Reading in Todays Elementary School. (Boston: Houghton Mifflin,
1996.) hlm.386.
14
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi ketiga. Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Balai Pustaka)
Dibaca 24 Oktober 2021
15
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 58
16
Ibid. hlm. 16
6
b. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata, awalan atau akhiran di tulis serangkai dengan
kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Misalnya : Bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan.
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu di tulis serangkai.
Misalnya :
Dilipatgandakan
Menyebarluaskan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya di pakai dalam kombinasi, gabungan kata itu di
tulis serangkai.
Misalnya :
Adipati Dwiwarna Paripurna
Aerodinamika Ekawarna Poligami
Catatan :
1. Jika bentuk terikat di ikuti oleh kata yang huruf awalnya kapital, tanda hubung (-) di
gunakan di antara kedua unsur itu.
Misalnya : non-Indonesia, pan-Afrikanisme, pro-Barat.
2. Jika kata maha sebagai unsur gabungan merujuk kepada Tuhan yang di ikuti oleh kata
berimbuhan, gabungan itu di tulis terpisah dan unsur-unsurnya di mulai dengan huruf
kapital.
Misalnya :
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
3. Jika kata maha sebagai unsur gabungan, merujuk kepada Tuhan dan di ikuti oleh kata
dasar, kecuali kata esa, gabungan itu di tulis serangkai.
Misalnya :
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
4. Bentuk-bentuk terikat dari bahasa asing yang di serap kedalam bahasa indonesia
seperti pro, kontra, dan anti, dapat di gunakan sebagai bentuk dasar.
Misalnya :
Sikap masyarakat yang pro lebih banyak dari pada yang kontra.
Mereka memperlihatkan sikap anti terhadap kejahatan.
5. Kata tak sebagai unsur gabungan dalam peristilahan di tulis serangkai dengan bentuk
dasar yang mengikutinya, tetapi di tulis terpisah jika diikuti oleh bentuk berimbuhan.
Misalnya :
Taktembus cahaya, tak bersuara, tak terpisahkan.

3. Bentuk Ulang
a. Bentuk ulang di tulis dengan menggunakan tanda hubung di antara unsur-unsurnya. 17
Misalnya :
Anak-anak mata-mata Berjalan-jalan menulis-nulis
Catatan :

17
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 18
7
1. Bentuk ulang gabungan kata ditulis dengan menggunakan unsur utama saja. Misalnya
:
Surat kabar - > Surat-surat kabar Kapal barang - > kapal-kapal barang
2. Bentuk ulang gabungan kata yang unsur keduanya adjektiva ditulis dengan
mengulang unsur pertama atau unsur keduanya dengan makna yang berbeda.
Misalnya :
Orang besar -> Orang-orang besar / Orang besar-besar
b. Awalan dan akhiran ditulis serangkai dengan bentuk ulang.
Misalnya :
Kekanak-kanakan, perundang-undangan, melambai-lambaikan, di besar-besarkan,
memata-matai.
Catatan :
Angka 2 dapat di gunakan dalam penulisan bentuk ulang untuk keperluan khusus, seperti
dalam pembuatan catatan rapat atau kuliah.
Misalnya :
Pemerintah sedang mempersiapkan rancangan undang2 baru. Kami mengundang orang 2
yang berminat saja.
4. Gabungan Kata
a. unsur-unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk ditulis terpisah. 18
Misalnya :
duta besar model linear
kambing hitam orang tua
b. Gabungan kata yang dapat menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
menambahkan tanda hubung di antara unsur-unsurnya untuk menegaskan pertalian unsur
yang bersangkutan.
Misalnya :
anak - istri Ali anak istri – Ali
ibu – bapak kami ibu bapak – kami

c. Gabungan kata yang dirasakan sudah padu benar ditulis serangkai.


Misalnya :
Acapkali darmasiswa puspawarna
Adakalanya darmawisata radioaktif

5. Suku Kata
a. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan dengan sebagai berkut. 19
1. Jika ditengah kata ada huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan di
antara kedua huruf vokal itu.
Misalnya :
2. Bu-ah Ma-in b. Huruf diftong ai,au, dan oi tidak di penggal.
Misalnya :
Pan-dai, au-la, sau-da-ra,am-boi

18
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 19
19
Ibid
8
3. Jika ditengah kata dasar ada huruf konsonan (termasuk gabungan huruf konsonan)
diantara dua buah huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf konsonan
itu.
Misalnya :
Ba-pak, la-wan, de-ngan,ke-nyang, mu-ta-khir, mu-sya-wa-rah.
4. Jika ditengah kata dasar ada dua huruf konsonan yang berurutan, pemenggalannya
dilakukan antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya :
Ap-ril, cap-lok, makh-luk, man-di, sang-gup, som-bong, swas-ta e.
5. Jika ditengah kata dasar ada tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya :
Ul-tra, in-fra, ben-trok, in-stru-men.
Catatan :
a. gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya :
Bang-krut, bang-sa, ba-nyak, ikh-las, kong-res, makh-luk,masy-hur, sang-gup.
b. pemenggalan kata tidak boleh menyebabkan munculnya satu huruf (vokal)
diawal atau akhir baris.
Misalnya :
Itu -.> i-tu Setia - > se-ti-a
b. Pemenggalan kata dengan awalan, akhiran, atau partikel dilakukan diantara bentuk
dasar dan imbuhan atau partikel itu.
Misalnya :
Ber-jalan, mem-bantu, di-ambil, ter-bawa, per-buat, makan-an, letak-kan, me-rasakan,
pergi-lah.
catatan :
(1) pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
Me-nu-tup, me-ma-kai, me-nya-pu, me-nge-cat, pe-no-long, pe-mi-kir, pe-nga-
rang, pe-nye-but, pe-nge-tik.
(2) Akhiran – i tidak dipisahkan pada pengantian baris.
(3) Pemenggalan kata berisisipan dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya :
Ge-lem-bung, ge-mu-ruh, ge-ri-gi, si-nam-bung, te-lun-juk.
(4) Pemenggalan tidak dilakukan pada suku kata yang terdiri atas satu vokal.
Misalnya :
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan.... Walaupun cuma-
cuma, mereka tidak mau ambil makanan itu.
c. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan diantara unsur-unsur itu. Tiap-
tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya :

9
Bio-grafi bi-o-gra-fi
Intro-speksi in-tro-spek-si
d. Nama orang badan hukum, atau nama diri lain yang terdiri atas dua unsur atau lebih
dipenggal pada akhir baris diantara unsur-unsurnya ( tanpa tanda pisah ). Unsur nama
yang berupa singkatan tidak dipisahkan.

6. Kata Depan di, ke, dan dari


Kata depan di, ke, dan dari di tulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali di dalam
gabungan kata yang sudah lazim di anggap sebagai suatu kata, seperti kepada dan dari pada. 20
Misalnya :
Bermalam sajalaha di sini.
Mari kita berangkat ke kantor.
Cincin itu terbuat dari emas.
Catatan :
Kata-kata yang di cetak miring dalam kalimat seperti bawah ini di tulis serangkai.
Misalnya :
Kami percaya sepenuhnya kepadanya..
Dia masuk, lalu keluar lagi
7. Partikel
a. Partikel –lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. 21
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah yang tersirat dalam surat itu?
Apatah gunanya bersedih hati?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Apa pun permasalahannya, dia dapat mengatasinya dengan bijaksana..
Jangankan dua kali, satu kali pun engkau belum pernah datang ke rumahku.
Catatan :
Partikel pun pada gabungan yang lazim dianggap padu ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya : Baik laki-laki maupun perempuan ikut berdemonstrasi. Walaupun sederhana,
rumah itu tampak asri.
c. Partikel per yang berarti „demi‟, „tiap‟, atau „mulai‟ ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya :
Mereka masuk ke dalam ruang satu per satu.
Harga kain itu Rp. 50.000,00 per helai.
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 januari.
Catatan :

20
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.). hlm. 24
21
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 25
10
Partikel per dalam bilangan pecahan yang di tulis dengan huruf dituliskan serangkai
dengan kata yang mengikutinya.

8. Singkatan dan Akronim


a. Singkatan ialah bentuk singkat yang terdiri atas satu huruf atau lebih22
1. Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan
tanda titik di belakang tiap-tiap singkatan itu.
Misalnya :
A.H. Nasution Abdul Haris Nasution
M.B.A. Master of Business Administration
2. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas gabungan huruf awal kata di
tulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
WHO World Health Organization
3. Singkatan kata berupa gabungan huruf diikuti dengan tanda titik.
Misalnya :
Kpd. Kepada
Hlm. Halaman
4. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas tiga huruf diakhiri dengan tanda titik.
Misalnya :
Dll. Dan lain-lain
Dsb. Dan sebagainya
Catatan :
Singkatan itu dapat digunakan untuk keperluan khusus, seperti dalam pembuatan
catatan rapat dan kuliah.
5. Singkatan gabungan kata yang terdiri atas dua huruf (lazim digunakan dalam surat
menyurat) masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya :
a.n. atas nama
u.p. untuk perhatian
6. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda dengan titik.
Misalnya :
Cu Kuprum
Cm Sentimeter
b. Akronim ialah singkatan dari dua kata atau lebih yang diperlakukan sebagai sebuah
kata
1. Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal unsur-unsur nama diri
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya :
LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

22
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.). hlm. 26
11
PASI Persatuan Atletik Seluruh Indonesia
2. Akronim nama diri yang berupa singkatan dari beberapa unsur ditulis dengan
huruf awal kapital.
Misalnya :
Bulog Badan Usaha Logistik
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
3. Akronim bukan nama diri yang berupa singkatan dari dua kata atau lebih tulisan
dengan huruf kecil.
Misalnya:
Pemilu pemilihan umum
Iptek ilmu pengetahuan dan teknologi
Catatan:
Jika pembentukan akronim dianggap perlu, hendaknya diperhatikan syarat-syarat
berikut:
a. Jumlah suku kata akronim tidak melebihi jumlah suku kata yang lazim pada
kata Indonesia (tidak lebih dari tiga suku kata).
b. Akronim dibentuk dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan
konsonan yang sesuai dengan pola kata bahasa Indonesia yang lazim agar
mudah diucapkan dan diingat.

9. Kata Ganti ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya23


Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu,
dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Bukuku, bukumu, dan bukunya tesimpan diperpustakaan.
Catatan:
Kata-kata ganti itu (-ku, -mu, dan –nya) dirangkaikan dengan tanda hubung apabila
digabung dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan
huruf kapital.
Misalnya : KTP-mu, SIM-mu, dan STNK-mu.

10. Kata si dan sang


Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya. 24
Misalnya:
Toko itu memberikan hadiah kepada si pembeli.
Catatan:
Huruf awal si dan sang dengan huruf kapital kata-kata itu diperlakukan sebagai
unsur nama diri.
Misalnya:
Harimau itu marah sekali kepada Sang Kancil.
Dalam cerita itu Si Buta dari Goa Hantu berkelahi dengan musuhnya.

23
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 34
24
Ibid
12
C. PENULISAN UNSUR SERAPAN
Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa
lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sansekerta, Arab, Portugis,
Belanda, atau Inggris. Dilihat dari taraf penyerapannya ada tiga macam kata serapan, yaitu:
1. Kata asing yang sudah diserap sepenuhnya ke dalam bahasa Indonesia, misalnya: kab,
sirsak, iklan, perlu, hadir, badan, waktu, kamar, botol, sekolah, dan ember.
2. Kata asing yang dipertahankan karena sifat keinternasionalannya, penulisan dan
pengucapan masih mengikuti cara asing. Misalnya shuttle cock, knock out, time out,
check in, built up, complete knock down, fitnes, chip, server, web, linux, microsoft
word, gigabyte, dan lain-lain.
3. Kata asing yang berfungsi untuk memperkaya peristilahan, ditulis sesuai dengan EYD.
Misalnya komputer (computer), kalkulasi (calculation), matematika (mathematic),
infiltrasi (infil-trasio), influensa (influenza), bisnis (bussines), dan karakter (character).
a. Penyesuaian Ejaan Kata Serapan
Penyesuaian ejaan unsur serapan dilakukan dengan kaidah yang sudah baku. Kurang
lebih terdapat 53 jenis yang perlu diperhatikan.
Berikut ini beberapa kasus penulisan yang perlu mendapat perhatian.
Kata Asing Kata Baku Kata Asing Kata Baku
acceleration akselerasi hydraulic hidraulik
acceptor akseptor iatrogenic iatrogenik
acculturation akulturasi iota iota
aerodynamics aerodinamika materiaal material
aquarium akuarium orthography ortografi
athlete atlet orthopne ortopne
barrier barier orthosthatic ortostatik
carrier karier pharmachology farmakologi
caustic kaustik physiology fisiologi
cavalry kavaleri psycologhy psikologi
charisma karisma quorum kuorum
chronic kronik quality kualitas
dystocia distocia scleritis skleritis
exclusivme ekslusif trailer trailer
fanatiek fanatik yeast yeast
gorghum gorgum yoghuurt yoghurt
haemmoglobhin hemoglobin zymology zimologi

D. PEMAKAIAN TANDA BACA 25


1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh :
Saya suka makan nasi. Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak
satu ketukan.

25
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 36-56
13
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Contoh: Irawan S. Gatot George W. Bush Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda
titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi), Kol. (kolonel), Bpk. (bapak).
d. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum.
Pada singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu tanda titik.
Contoh:
dll. (dan lain-lain), dsb. (dan sebagainya), tgl. (tanggal)
e. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, dan detik yang menunjukan waktu
atau jangka waktu.
Contoh: Pukul 7.10.12 (Pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
f. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatanya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
g. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatan yang
tidak menunjukan jumlah.
Contoh: Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal. Nomor Giro
033983 telah saya berikan kepada Mamat.
h. Tanda titik tidak dipakai singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat) SIM (Surat Izin Mengemudi) PT
(Perseroan Terbatas)
i. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
Contoh: Cu (tembaga), 53 cm, 1 (liter), Rp350,00.
j. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya. Contoh: Latar Belakang Pembentukan, Sistem
Acara.

2. Tanda Koma (,) 26


a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi. Penggunaan yang salah : Saya membeli
udang, kepiting dan ikan.
b. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
c. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila
anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang. Karena sibuk, ia lupa akan
janjinya.

26
Depdikbud. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukkan
Istilah. (Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan, 1987.) hlm. 36-56
14
d. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat.
Contoh: Sata tidak akan datang kalau hari hujan.
e. Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula,
meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh: Oleh karena itu, kamu harus datang. Jadi, saya tidak jadi datang.
f. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: O, begitu
Wah, bukan main.
g. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, ―Saya sedih sekali
h. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Contoh: Medan, 18 Juni 1984 8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian
nama yang dibalik susunanya dalam daftar pustaka. Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara
Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT Wikipedia Indonesia.
i. Tanda koma dipakai diantara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia,
1990), hlm. 22. 10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik
yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga. Contoh: Ronto Jiang, S.E.
j. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh: 33,5 m ; Rp10,50 12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan
tambahan yang sifatnya tidak membatasi. Contoh: Pengurus wikipedia favorit saya,
Borgx, pandai sekali.
k. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
l. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir denagan tanda tanya
atau tanda seru.
Contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.

3. Tanda Titik Koma (;)


a. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang
sejenis dan setara.
Contoh: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
b. Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam
suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.

15
Contoh: Ayah mengurus tanamanya dikebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik
menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri sedang asyik menulis
laporan makalah bahasa Indonesia.

4. Tanda Titik Dua (:)


a. Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian
atau pemerian.
Contoh:
Kita sekarang memerlukan perabotan rumah tangga: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
b. Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Contoh:
Ketua : Supiyan Sauri
Wakil Ketua : Septian
Sekretaris : Kurnia Sari
Bendahara : Maharani
c. Tanda titik dua dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukan pelaku
dalam percakapan.
Contoh:
Borgx : “Jangan lupa perbaiki halaman bantuan Wikipedia!”
Rex : “Siap, Boss!”
d. Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halama, (ii) di antara bab
dan ayat dalam kitab suci, atau (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan.
Contoh:
Tempo, I (1971), 34:7
Surah Yasin:9
e. Tanda titik dua dipakai untuk menandakan nisbah (angka banding).
Contoh:
Nisbah siswa laki-laki terhadap perempuan ialah 2:1
f. Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
perlengkapan yang mengakhiri pernyataan.
Contoh: Kita memerlukan kursi, meja, dan lemari.

5. Tanda Hubung (-)


a. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: anak-anak, berulang-ulang, kemerah-merahan
Tanda ulang singkatan (seperti pangkat 2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan
notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
b. Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Contoh: p-e-n-g-u-r-u-s, 8-4-1973
c. Tanda hubung dapat dipakai untuk memperjelas hubungan bagian-bagian ungkapan.
Bandingkan:
ber-evolusi dengan be-revolusi
Istri-perwira yang ramah dengan istri perwira-yang ramah

16
d. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (a) se- dengan kata berikutnya yang
dimulai dengan huruf kapital; (b) ke- dengan angka, (c) angka dengan - an, (d)
singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (e) nama jabatan rangkap.
Contoh:
se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an, ber-SMA, sinar-X
e. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur
bahasa asing.
Contoh: di-charter, pen-tackle-a

6. Tanda Pisah ( -,– )


a. Tanda pisah em (—) membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberikan
penjelasan khusus di luar bangun kalimat.
Contoh:
Wikipedia Indonesia—saya harapkan—akan menjadi Wikipedia terbesar.
b. Tanda pisah em (—) menegaskan adanya posisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih tegas.
Contoh:
Rangkaian penemuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom—telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
c. Tanda pisah en (–) dipakai di antara dua bilangan atau tanggal yang berarti sampai
dengan atau di antara dua nama kota yang berarti 'ke', atau 'sampai'.
Contoh: 1919–1921, Medan–Jakarta, 10–13 Desember 1999
d. Tanda pisah en (–) tidak dipakai bersama perkataan dari dan antara, atau bersama
tanda kurang (−).
Contoh:
dari halaman 45 sampai 65, bukan dari halaman 45–65 antara tahun 1492 dan 1499,
bukan antara tahun 1492–1499 −4 sampai −6 °C, bukan −4–−6 °C

7. Tanda Elipsis (...)


a. Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus, misalnya untuk menuliskan
naskah drama.
Contoh: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
b. Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan, misalnya dalam kutipan langsung.
Contoh:
Sebab-sebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.
Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
Contoh: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....

8. Tanda Tanya (?)


a. Tanda tanya dipakai pada akhir tanya.
Contoh:
Kapan ia berangkat?

17
Saudara tahu, bukan?
Penggunaan kalimat tanya tidak lazim dalam tulisan ilmiah.
b. Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang
disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Contoh:
Ia dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

9. Tanda Seru (!)


Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah
yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh:
Alangkah mengerikannya peristiwa itu!
Bersihkan meja itu sekarang juga!
Sampai hati ia membuang anaknya!
Merdeka!
Oleh karena itu, penggunaan tanda seru umumnya tidak digunakan di dalam tulisan
ilmiah atau ensiklopedia. Hindari penggunaannya kecuali dalam kutipan atau transkripsi
drama.

10. Tanda Kurung ((...))


a. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan.
Contoh:
Bagian Keuangan menyusun anggaran tahunan kantor yang kemudian dibahas dalam
RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) secara berkala.
b. Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral
pokok pembicaraan.
Contoh:
Satelit Palapa (pernyataan sumpah yang dikemukakan Gajah Mada) membentuk
sistem satelit domestik di Indonesia.
c. Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Contoh:
Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a)
Pembalap itu berasal dari (kota) Medan.
d. Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Contoh:
Bauran Pemasaran menyangkut masalah (a) produk, (b) harga, (c) tempat, dan (c)
promosi.
Hindari penggunaan dua pasang atau lebih tanda kurung yang berturut-turut. Ganti
tanda kurung dengan koma, atau tulis ulang kalimatnya.
Contoh:
Tidak tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919) (dikenal juga sebagai Matviy
Hryhoriyiv) merupakan seorang pemimpin Ukraina.

18
Tepat: Nikifor Grigoriev (c. 1885–1919), dikenal juga sebagai Matviy Hryhoriyiv,
merupakan seorang pemimpin Ukraina.

11. Tanda Kurung Siku ([...])


a. Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Contoh:
Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
b. Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Contoh:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat
halaman 35–38]) perlu dibentangkan di sini.
12. Tanda Petik (“...”)
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah
atau bahan tertulis lain.
Contoh:
"Saya belum siap," kata Mira, "tunggu sebentar!" Pasal 36 UUD 1945 berbunyi,
"Bahasa negara ialah Bahasa Indonesia."
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam
kalimat.
Contoh:
Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat. Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul "Rapor dan Nilai Prestasi di SMA" diterbitkan
dalam Tempo. Sajak "Berdiri Aku" terdapat pada halaman 5 buku itu.
c. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai
arti khusus.
Contoh:
Pekerjaan itu dilaksanakan dengan cara "coba dan ralat" saja. Ia bercelana panjang
yang di kalangan remaja dikenal dengan nama "cutbrai".
d. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Contoh:
Kata Tono, "Saya juga minta satu."
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik
yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung
kalimat atau bagian kalimat.
Contoh:
Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan "Si Hitam". Bang Komar sering
disebut "pahlawan"; ia sendiri tidak tahu sebabnya.

19
13. Tanda Petik Tunggal („...‟)
1. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Contoh:
Tanya Basri, "Kau dengar bunyi 'kring-kring' tadi?"
2. Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau
ungkapan asing.
Contoh: feed-back 'balikan'

14. Tanda Garis Miring (/)


a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Contoh:
No. 7/PK/1973, Jalan Kramat III/10, tahun anggaran 1985/1986
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata tiap, per atau sebagai tanda bagi
dalam pecahan dan rumus matematika.
Contoh:
harganya Rp125,00/lembar (harganya Rp125,00 tiap lembar) kecepatannya 20 m/s
(kecepatannya 20 meter per detik) Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai untuk
menuliskan tanda aritmetika dasar dalam prosa. Gunakan tanda bagi ÷ .
Contoh:
10 ÷ 2 = 5. Di dalam rumus matematika yang lebih rumit, tanda garis miring atau
garis pembagi dapat dipakai. Contoh: \textstyle\frac{x^n}{n!}.
c. Tanda garis miring sebaiknya tidak dipakai sebagai pengganti kata atau.

15. Tanda Penyingkat (Apostrof) (‘)


Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Contoh:
Ali 'kan kusurati. ('kan = akan)
Malam 'lah tiba. ('lah = telah)
1 Januari '88 ('88 = 1988)

20
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan
kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa Indonesia di antaranya meliputi ejaan,
kaidah penggunaan dan penulisan huruf, penggunaan tanda baca, penulisan kata, penulisan
unsur serapan, serta pelafalan huruf. Ejaan yang berlaku di Indonesia sekarang dinamakan
Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Dalam EYD, terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut
ejaan yang sempurna. Yakni: pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti
penggunaan huruf kapital atau huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring.
Penggunaan kata dalam penulisanya pun perlu diperhatikan. seperti kata dasar, kata
turunan,kata depan dan bentuk partikel.
Untuk menulis sebuah karya tulis harus memperhatikan aturan-aturan penulisan bahasa
Indonesia yang sesuai. khususnya bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas makalah,
laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal, dan skripsi.

2. Saran
Aturan dalam penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar dibuat adalah untuk pandulan
para orang yang sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena itu dalam menulis
harus disesuaikan dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Sebagai warga negara Indonesia
tidak ada salahnya kita menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf dan penulisan kata,
misalnya dalam menulis surat, membuat karya tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya.

21
DAFTAR PUSTAKA

Burns, P.C. Roe, B.D. & Ross, E.P. 1996. Teaching Reading in Todays Elementary School, Boston:
Houghton Mifflin.

Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis Panduan untuk Mahasiswa dan
Calon Guru. Yogyakarta: Andi.

Depdikbub. (1987). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman
Umum Pembentukkan Istilah. Jakarta: Departemen Pendidkan dan Kebudayaan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Edisi ketiga.“Kamus Besar Bahasa Indonesia”.


Balai Pustaka. Dibaca 24 Oktober 2021

Enre, Fachruddin Ambo. 1988. Dasar-dasar Kemampuan Menulis. Jakarta : Depdikbud.

Kushartanti dkk, 2005. Pesona Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Marwoto, dkk. 1987. Komposisi Praktis. Yogyakarta: Hanindita.

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE.

Rusyana, Yus. 1988. Bahasa dan sastra dalam Gamitan Pendidikan, Bandung: Diponegoro.

Soeparno dan Mohamad Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.

Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit
Angkasa.

Thohri,Muhamad,dkk. 2008. Bahasa Indonesia 1. Surabaya : LAPIS PGMI.

Tompkins, Gaile E. 1994. Teaching Writing: Balancing Process and Product. New York:
Macmilan College Publishing Company.

22

Anda mungkin juga menyukai