Anda di halaman 1dari 10

45

PEMANFAATAN POTENSI BIOTEKNOLOGI MIKROORGANISME


UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PERIKANAN DI
KALANGAN MASYARAKAT

Muhammad Fauzan Isma


Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Samudra
Langsa Aceh
email: fauzanismamanurung@unsam.ac.id

ABSTRAK
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia,
yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km dan luas laut sekitar 3,1 juta km2.
peningkatan produksi perikanan nasional yang diprogramkan Menteri Kelautan
dan Perikanan hingga 350% menuntut semua pihak yang terkait berpikir
maksimal guna mengoptimalkan segala potensi. Tingkat keberhasilan dalam
budidaya perikanan sangat dipengaruhi oleh kemampuan membentuk ekosistem
yang mampu mendukung kehidupan ikan yang dipelihara dan penyediaan pakan
berkualitas dengan harga yang cukup terjangkau. Pada ekosistem perairan,
khususnya lingkungan budidaya ikan, mikroorganisme memiliki peran sangat
kompleks dan vital. Seiring meningkatnya taraf pengetahuan masyarakat dan
kesadaran budidaya yang berkelanjutan, pola pikir pembudidaya mulai bergeser
ke arah optimalisasi peran mikroorganisme sebagai sahabat, dan bukan semata
sebagai jasad penyebab masalah yang harus dimusnahkan dari ekosistem
budidaya. Hal ini tentunya dapat tercapai apabila pembudidaya mampu
mengelola jasad renik tersebut secara benar. Kemampuan mikroorganisme
menghasilkan enzim pencernaan dan mengkonversi limbah pertanian menjadi
protein juga sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam menyediakan bahan
baku pakan alternatif dengan harga yang cukup terjangkau. Pemanfaatan
bioteknologi berbasis mikroorganisme secara intensif dalam mengatasi
permasalahan limbah budidaya, agen biokontrol, pakan alami, dan agen
fermentasi pakan diharapkan mampu mendongkrak produktivitas budidaya
perikanan di kalangan masyarakat luas.

Kata Kunci : Bioteknologi, Mikroorganisme, Produktivitas Perikanan.

PENDAHULUAN berdasarkan UNCLOS 1982,


Indonesia memperoleh hak
Indonesia merupakan salah
kewenangan memanfaatkan Zona
satu negara kepulauan terbesar di
Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas 2,7
dunia, yang memiliki panjang garis
km2 yang menyangkut eksplorasi,
pantai 81.000 km dan luas laut
eksploitasi dan pengelolaan
sekitar 3,1 juta km2. Kawasan
sumberdaya hayati dan non hayati,
lautnya yang merupakan perairan
penelitian, dan yuridiksi mendirikan
teritorial dan perairan nusantara,
instalasi ataupun pulau buatan
meliputi hampir 2/3 luas
teritorialnya. Disamping itu (Prapto, 1999).
46

Target peningkatan produksi meliputi ikan yang dibudidayakan,


perikanan nasional yang organisme renik (mikroorganisme),
diprogramkan Menteri Kelautan dan vegetasi perairan dan hewan tingkat
Perikanan hingga 350% menuntut tinggi lainnya; serta komponen
semua pihak yang terkait berpikir abiotik yang meliputi parameter
maksimal guna mengoptimalkan fisika-kimia air, substrat dasar
segala potensi yang tersedia. Salah kolam, iklim (Zonneveld et al., 1991;
satu potensi besar yang dimiliki Odum, 1993).
Indonesia adalah hamparan tambak Mikroorganisme sebagai
yang luas, yang kini terbengkalai bagian komponen eko-sistem
akibat permasalahan penyakit pada perairan memiliki berbagai peran,
budidaya udang laut, udang windu baik yang menguntungkan maupun
(Penaeus monodon), dan udang merugikan (Sigee, 2005).
vaname (Metapenaeus vannamei). Secara mendasar,
Kompleksitas permasalahan mikroorganisme didefinisikan
tersebut salah satunya disebabkan sebagai organisme yang berukuran
oleh pola pembudidaya yang kurang sangat kecil, yang hanya teramati
bijak, penggunaan antibiotik, dan dengan jelas dengan alat bantu
bahan kimia, sehingga merusak mikroskop (Singhelton & Sainsbury,
keseimbangan ekosistem tambak, 1978; Pelczar, 1988; Waluyo, 2005;
khususnya diversitas dan kuantitas Madigan et al., 2009).
mikroorganisme. Tidak seimbangnya Organisme renik tersebut
peningkatan harga pakan dan nilai akan selalu didapati pada semua
jual ikan juga berdampak pada habitat alam, di mana ada kehidupan
melemahnya gairah budidaya maka mikroorganime akan selalu
beberapa komoditas ikan air tawar, di menjadi komponen dari ekosistem
antaranya pada budidaya ikan patin alam tersebut. Khususnya di
yang produksinya diharapkan lingkungan akuakultur, keberadaan
meningkat hingga 1.400%. mikroorganisme sangat berpengaruh
Kunci keberhasilan budidaya terhadap kesehatan dan pertumbuh-
ikan selain harus ditopang an ikan yang dipelihara. Hal tersebut
kemampuan pembudidaya dalam disebabkan mikroorganisme
menciptakan lingkungan yang sesuai merupakan produsen primer, mata
bagi kehidupan ikan yang dipelihara rantai pertama dalam rantai makanan
juga harus didukung oleh (food chain) dan berperan penting
ketersediaan pakan berkualitas dalam siklus unsur-
dengan harga terjangkau. unsur(biogeochemicalcycles), seperti
Lingkungan atau ekosistem budidaya siklus C, N, P, O, dan unsur lainnya
ikan relatif lebih kompleks (Atlas & Bartha, 1998; Maier et al.,
dibandingkan ekosistem darat, 2000), sekaligus beberapa di
sehingga pengetahuan mengenai antaranya bersifat patogenik bagi
pengaruh berbagai komponen ikan (Noga, 2000; Irianto, 2005).
ekosistem tersebut sangat diperlukan, Berdasarkan kemampuannya
khususnya pada sistem budidaya dalam merombak bahan organik dan
intensif. anorganik melalui reaksi enzimatis,
Komponen ekosistem maka melalui penerapan
perairan dikelompokkan menjadi bioteknologi berbasis
dua, yaitu komponen biotik, yang mikroorgansme limbah pertanian dan
47

air buangan diolah menjadi bahan mengendalikan potensi negatif yang


yang lebih bermanfaat dan dimilikinya. Dalam tulisan ini akan
dimanfaatkan sebagai substrat untuk diuraikan beberapa peran positif
memproduksi enzim (Fardiaz, 1989). penting mikroorganisme bagi
Selain memiliki peranan pengembangan akuakultur.
positif, ternyata keberadaan
mikroorganisme di lingkungan
akuatik juga seringkali menimbulkan Peran Mikroorganisme Pada
dampak negatif bagi kehidupan Akuakultur
organisme lainnya, termasuk Benih unggul, kualitas air
manusia. Kontaminasi bakteri dan sebagai tempat hidup dan
mikroalga pada air minum, air berkembang ikan, kualitas dan
sumur, dan air sungai merupakan jumlah pakan yang diberikan
salah satu penyebab munculnya merupakan aspek-aspek utama yang
berbagai masalah seperti bau, men-dukung keberhasilan
perubahan warna, penyumbatan pipa- akuakultur. Pada dua aspek tersebut,
pipa, dan beberapa penyakit seperti yaitu kualitas air dan pakan,
kolera dan disentri. Bakteri Vibrio mikroorganisme memegang peranan
cholerae merupakan salah satu jenis sangat vital sehingga karakter dan
bakteri yang sering menyebabkan sifatnya senantiasa dikaji secara
kolera di samping beberapa jenis mendalam. Beberapa peran
yang lain (Bockemuhl et al., 1986). mikroorganisme yang banyak
Jenis bakteri patogen lainnya adalah dipelajari adalah dalam hal
Salmonella spp. yang merupakan bioremediasi, biokontrol, pengayaan
bakteri dominan pada air yang nutrisi pakan, dan pakan alami.
tercemar (Moringo etal., 1986).
Pada lingkungan budidaya
perikanan,mikroorganisme juga Bioremediasi
kerapkali menginfeksi ikan atau Bioremediasi didefinisikan
udang yang dipelihara atau dengan sebagai proses penguraian limbah
kata lain menjadi penyebab organik atau polutan secara biologi
munculnya penyakit yang dapat dalam kondisi terkendali (Eweis,
menimbulkan kematian ikan dan 1989). Penguraian senyawa
kegagalan usaha budidaya (Yuasa et kontaminan tersebut melibatkan
al., 2003; Supriyadi, 2005). mikroorganisme (bakteri, khamir,
Melihat besarnya peranan alga, dan fungi). Perbaikan kualitas
mikroorganisme dalam lingkungan air, seperti penurunan kandungan
akuatik, tentunya menuntut bagi amonia dan nitrit, dapat dilakukan
manusia untuk mampu mengetahui dengan memanfaatkan kemampuan
seluk-beluk kehidupan mikroorganisme, yang dikenal pula
mikroorganisme baik secara sebagai bioremediasi (Devaraja et
morfologis, fisiologis, genetik al., 2002; Lante & Haryanti, 2006;
maupun keanekaragamannya, Widiyanto 2006). Salah satu metode
sehingga dapat diambil langkah yang banyak digunakan untuk
dalam mengoptimalkan kemampuan memperbaiki kualitas air adalah
mikroorganisme tersebut bagi dengan mengalirkan air bekas
peningkatan kesejahteraan hidup budidaya ke bak pengolah limbah.
manusia dan sekaligus Bak pengolah limbah budidaya ikan
48

umumnya dilengkapi dengan filter merugikan. Pengendalian hayati


biologi yang dikondisikan dapat sangat dilatarbelakangi oleh berbagai
memacu perkembangan bakteri pengetahuan dasar ekologi, terutama
nitrifikasi. Beberapa jenis bakteri teori tentang pengaturan populasi
nitrifikasi, seperti Nitrosomonas dan oleh pengendali alami dan
Nitrobacter, mampu mendegradasi keseimbangan ekosistem. Musuh
amonia menjadi nitrit dan alami dalam fungsinya sebagai
selanjutnya menjadi nitrat (Chia- pengendali hama bekerja secara
Fuang Tsai, 1989; Ruiz et al., 1994; selektif tergantung kepadatan,
Verschuere et al., 2000). sehingga keefektifannya ditentukan
Salah satu lingkungan pula oleh kehidupan dan
budidaya yang memiliki karakteristik perkembangan hama yang
kandungan senyawa amonia dan bersangkutan. Ketersediaan
nitrit cukup tinggi adalah lingkungan lingkungan yang cocok bagi
kegiatan pembenihan ikan dan udang perkembangan musuh alami
(Aquacop, 1983; Yakoeb, 1989; New merupakan prasarat akan
& Valenti, 2004). Pembenihan sistem keberhasilan pengendalian hayati.
resirkulasi dioperasikan dengan Perbaikan teknologi introduksi, mass
memanfaatkan kerja biofilter, yang rearing dan pelepasan di lapangan
bertumpu pada aktivitas bakteri akan mendukung dan meningkatkan
nitrifikasi (Yongjiu Cai & fungsi musuh alami (Untung, 1995).
Summerfelt, 1992; Summerfelt et al., Pengendalian hayati dalam
2001), sehingga amonia dari kotoran bidang hama dan penyakit tanaman
larva dan sisapakan dioksidasi sudah dirintis sejak lama. Beberapa
menjadi nitrit, selanjutnya menjadi aspek yang terkait dalam
nitrat (Yakoeb, 1989; Mallasen & pengendalian sistem terpadu seperti
Valenti, 2006). Efektivitas biofilter penggunaan agen predator,
dipengaruhi oleh jenis dan antagonis, parasit, patogen, virus,
kelimpahan bakteri yang tumbuh, pemakaian materi organik,
sehingga pada sistem biofilter yang pembentukan benih resisten,
baru dioperasikan diperlukan waktu imunisasi atau vaksinasi dengan
yang cukup lama, 4-6 minggu, agar penggunaan patogen yang tidak
biofilter tersebut dapat berfungsi ganas (hyphovirulent), penggunaan
dengan baik (Sumerfelt et al., 2001). bahan kimia selektif, penggunaan
Salah satu upaya untuk mempercepat senyawa sida bahan alam,
waktu aktivasi biofilter adalah pengaturan kondisi fisik seperti
dengan menambahkan bakteri pengaturan pH, penanaman bergilir
bioremediasi ke dalam biofilter (rotasi) dan pengeringan (Yusriadi,
(Mishra et al., 2001; Plaza et al., 1997). Banyak keberhasilan telah
2001). dicapai dalam dunia ‘pengendalian
hayati’, baik dalam skala
laboratorium maupun dalam aplikasi
Pengendalian Hayati (Bio-control) di lapangan. Dari aspek pengendalian
Pengendalian hayati (Bio menggunakan agensia mikroba,
control) pada dasarnya adalah usaha berbagai isolat antagonist terutama
untuk memanfaatkan dan bakteri, aktinomiset, dan jamur telah
menggunakan musuh alami sebagai teridentifikasi dan teruji potensinya.
pengendali populasi hama yang
49

Pada bidang akuakultur, tertumpu pada penggunaan


pemanfaatan musuh alami sangat disinfektan dan antibiotik meskipun
penting dalam menjaga tingkat keberhasilannya relatif kecil
keseimbangan ekologis di bak atau (Subasinghe, 1977 dalam Irianto,
kolam budidaya, karena dengan 2003). Penggunaan antibiotik yang
mengem-balikan sumberdaya tidakbijaksana telah meningkatkan
tersebut ke alam maka kualitas kekhawatiran terhadap produk
lingkungan, terutama dasar kolam perikanan dan kesehatan manusia.
dapat dipertahankan. Di alam, musuh Beberapa negara maju yang
alami dapat terus berkembang selama merupakan negara pengimpor produk
nutrisi dan faktor-faktor lain, seperti perikanan Indonesia secara tegas
suhu dan pH, sesuai untuk melarang masuknya produk
pertumbuhannya. Proses perikanan yang mengandung residu
pengendalian hayati pada dasarnya antibiotik. Murdjani (2004)
mengacu pada ekologi alami menyatakan bahwa di era globalisasi
sehingga untuk menciptakan pemasaran produk ke pasar
lingkungan yang sesuai untuk internasional harus memenuhi
pertumbuhan musuh alami tersebut beberapa kriteria, di antaranya adalah
harus dilakukan rekayasa tidak mengandung residu antibiotik,
lingkungan, seperti manipulasi suhu pestisida serta bahan kimia lain. Hal
dan nutrisi bak atau kolam, sehingga tersebut merupakan sinyal bagi kita
sistem akuakultur dapat terus untuk secara bertahap meninggalkan
berlanjut. Penambahan bahan penggunaan antibiotik menuju sistem
organik atau sumber karbon melalui pengendalian penyakit yang lebih
pemupukan kolam dengan pupuk ramah lingkungan dan kesehatan,
organik atau pupuk hayati melalui konsep biokontrol.
merupakan upaya untuk memacu Dinyatakan oleh Austin &
perkembangan mikroba yang Austin (1999) dan Maeda (1999)
antagonistik terhadap patogen bahwa kontrol biologis, salah
(Maeda, 1999). Selanjutnya Maeda satunya adalah dengan aplikasi
(1999) menyatakan bahwa kesehatan probiotik, merupakan strategi
ikan baik di kolam budidaya maupun pengendalian penyakit ikan yang
di perairan alami sangat tergantung prospektif. Secara mendasar model
pada tingkat resisten alamiah kerja probiotik untuk pengendalian
terhadap serangan mikroorganisme, hayati adalah melalui penghambatan
dan keseimbangan biologis antara populasi mikroba patogen melalui
mikroorganisme yang kompetisi dengan memproduksi
menguntungkan dengan senyawa-senyawa antimikroba atau
mikroorganisme yang merugikan di melalui kompetisi nutrisi dan tempat
ekosistem tersebut. Jadi, dapat pelekatan di dinding intestinum, serta
diartikan bahwa keberadaan mikroba stimulasi imunitas melalui
positif dan mikroba negatif peningkatan kadar antibodi
(merugikan) di lingkungan akuatik organisme akuatik atau aktivitas
secara langsung berdampak pada makrofag (Gram et al., 1999; Irianto,
pertumbuhan ikan (Maeda, 1999). 2003). Beberapa senyawa yang
Sampai saat ini pengendalian dihasilkan oleh mikroba memiliki
penyakit dalam kegiatan budidaya aktivitas imunostimulan pada hewan
ikan atau udang di Indonesia lebih akuatik, misalnya Lipo Poli Sakarida
50

(LPS), peptidoglikan dan glukan. Pakan Alami


Penggunaan probiotik sebagai
suplemen pakan ikan atau udang juga Salah satu kebutuhan larva
menunjukkan aktivitas yang harus tertangani secara
imunostimulasi, paling tidak terlihat maksimal adalah penyediaan pakan
dari aktivitas lisozim yang mampu alami yang sesuai baik nilai gizi,
merusak dinding sel bakteri (Irianto, ukuran maupun karakter fisik
2003). Widanarni (2004) melaporkan lainnya. Pakan alami merupakan
bahwa larva udang windu yang organisme kecil yang memiliki
diberi pakan berupa artemia yang peranan sangat besar dalam
telah diperkaya dengan probiotik mendukung kehidupan larva ikan
(bakteri Vibrio alginolyticus) karena merupakan makanan awal dan
pertumbuhannya mengalami sebagai makanan utama. Kandungan
peningkatan dibandingkan kontrol gizi pakan alami yang tinggi
yang tanpa pengkayaan. Dikatakan khususnya asam amino dan enzim
pula bahwa mekanisme kerja dari menjadikan keberadaanya sangat
probiotik ini adalah melalui mutlak diperlukan bagi tumbuh dan
perlindungan tubuh larva sehingga berkembang larva. Berdasarkan
bakteri Vibrio harveyi tidak mampu karakter biologisnya pakan alami
melekatkan diri melekatkan diri ke dapat diklasifikasikan menjadi dua
tubuh udang. Selain mampu kelompok besar, yaitu fitoplankton
menghambat bakteri lain, ternyata dan zooplankton. Fitoplankton
bakteri tertentu juga mampu merupakan jasad renik kelompok
menghambat virus patogen ikan dan nabati yang memiliki kemampuan
udang (Maeda, 1999). Bakteri strain berfotosintesis sehigga disebut
VKM-124, Pseudoalteromonas sebagai produsen primer perairan,
undina, merupakan bakteri sedangkan zooplakton memegang
penghambat vibrio dan secara luas peranan sebagai konsemen primer,
digunakan pada akuakultur, serta larva ikan merupakan
ternyatamampu menekan munculnya konsumen sekunder (Satyani et al.,
serangan Baculo-like viruses dan 2000 dalam Pamungkas & Khasani,
Irido virus penyebab kerusakan 2006).
epitel udang, Penaeusundina. Jenis pakan alami renik yang
Dilaporkan pula oleh Vaseeharan & sudah dikenal luas dan banyak
Ramasamy(2003), bahwa ekstrak sel dibudidayakan secara massal di
Bacillus subtilis BT23 berpotensi panti-panti benih udang laut adalah:
sebagai agen biokontrol patogen chlorella, an spirulina, tetraselmis,
Vibrio harveyi, penyebab penyakit chaetoceros, sedangkan jenis pakan
black gill disease, yang diisolasi dari alamidengan ukuran lebih besar
lingkungan budidaya udang windu adalah rotifer (Brachionus sp.),
(Penaeus monodon). Pengembangan Cladocera (Moina, Daphnia), dan
sistem air plankton (green water) Crustecea (Artemia).
pada unit pembenihan udang windu Di samping kelompok
juga dapat menekan populasi V. mikroorganisme tersebut di atas,
harveyi (Huervana et al., 2006). bakteri kini mulai dimanfaatkan
sebagai pakan alami dalam
akuakultur. Fenomena menarik
mengenai pemanfaatan bakteri
sebagai komponen pakan alami
51

dinyatakan oleh Maeda (1999). merupakan limbah padatan (solid


Diinformasikan bahwa pada suatu waste), dan 30% merupakan limbah
sistem pembenihan yang cair (liquid waste) yang dihasilkan
menggunakan fitoalga sebagai pakan oleh ikan.
alami utama larva, sintasan benih
udang, kepiting, dan ikan tidak Peningkatan Mutu Pakan
berbeda nyata. Namun demikian,
ketika spesies bakteri tertentu Pakan merupakan komponen
ditemukan bersama alga tersebut, terbesar dari biaya produksi dalam
ternyata tingkat sintasan benih kegiatan budidaya perikanan,
meningkat secara signifikan. Oleh mencapai 60%-70%. Permintaan
karena itu, selanjutnya bakteri pakan terus meningkat seiring
tersebut dikultur bersama mikroalga pesatnya perkembangan kegiatan
sebagai pakan alami bagi larva ikan budidaya perikanan. Kondisi tersebut
dan udang. Dalam kasus tersebut, menyebabkan harga pakan juga
mikroorganisme berperan ganda, meningkat, dikarenakan ketersediaan
baik dalam hal kontrol dominasi bahan baku sumber protein, seperti
mikroorganisme patogen, menjaga tepung ikan berfluktuasi dan masih
kondisi lingkungan budidaya, harus diimpor (Ginting & Krisnan,
maupun sebagai pakan alami. 2006). Hal tersebut mendorong para
Dinyatakan pula oleh Schoyen et al. pembudidaya dan perusahaan pakan
(2005). skala kecil untuk mencari bahan
Pemanfaatan bakteri sebagai baku pakan alternatif pengganti
sumber nutrisi juga dikembangkan tepung ikan dan bungkil kedelai,
dalam konsep sistem heterotrof, yaitu yang tersedia secara lokal, jumlahnya
memanfaatkan limbah nitrogen dari berlimpah dan terjaga
sisa pakan dan feses ikan, guna kontinuitasnya. Beberapa bahan baku
memacu perkembangan bakteri pakan lokal yang mempunyai potensi
heterotrof. Peningkatan C:N rasio air sebagai bahan baku pakan alternatif
pemeliharaan di atas 10, dengan adalah yang berasal dari limbah
menambahkan sumber C organik industri pertanian seperti bungkil
(seperti molase dan tepung), akan kelapa sawit, onggok singkong
mendorong perkembangan bakteri (Hadadi et al., 2007) dan limbah
heterotrof yang dikenal dengan bio- peternakan seperti isi rumen (Wizna
flock (Avnimelech, 2007). Hal et al., 2008).
tersebut tidak dapat dihindari karena Fermentasi merupakan proses
ikan memanfaatkan hanya 20%-30% pemecahan senyawa organik
nutrien pakan, sedangkan sisanya kompleks menjadi senyawa yang
dikeluarkan dari tubuh ikan dan lebih sederhana dengan melibatkan
umumnya terkumpul dalam air mikroorganisme. Fermentasi pakan
(Brune, 2003). Menurut Craigh & mampu mengurai senyawa kompleks
Helfrich (2002), meskipun melalui menjadi sederhana sehingga siap
manajemen yang sangat baik, pakan digunakan larva, dan sejumlah
yang diberikan kepada ikan pasti mikro-organisme diketahui mampu
akan menghasilkan limbah. Dari 100 mensintesis vitamin dan asam-asam
unit pakan yang diberikan kepada amino tertentu yang dibutuhkan oleh
ikan, biasanya sekitar 10% tidak larva hewan akuatik. Supriyati et al.
termakan (terbuang), 10% (1999) menyatakan bahwa pada
proses fermentasi terjadi reaksi di
52

mana senyawa komplek diubah rumen dalam bahan tersebut.


menjadi senyawa yang lebih Mikroorganisme, mikroflora isi
sederhana dengan membebaskan rumen, menghasilkan enzim dan
molekul air. Fermentasi dengan berperan dalam proses fermentasi
menggunakan kapang sehingga ikatan polisakarida terurai
memungkinkan terjadinya menjadi senyawa lebih sederhana
perombakan komponen bahan yang dan lebih mudah dicerna oleh ikan.
sulit dicerna menjadi lebih mudah Fermentasi pada limbah
dicerna, sehingga nilai nutrisinya singkong dengan menggunakan
meningkat. Fermentasi asam laktat Bacillus amyloliquefaciens sebagai
pada kedelai terbukti menghilangkan inokulum dapatmeningkatkan
kandungan sukrosa, menurunkan kandungan protein kasar hingga
kadar rafinosa, aktivitas penghambat 360% dan mengurangi kandungan
tripsin, dan faktor penghambat serat kasar hingga 32% (Wizna etal.,
absorpsi lemak. Adapun fermentasi 2005b).
dengan Aspergillus oryzae terbukti
meningkatkan kadar proteindan
kadar peptida berukuran kecil serta PENUTUP
menghilangkan penghambat tripsin Pemanfaatan potensi bioteknologi
(Irianto, 2003). Lebih lanjut berbasis mikroorganisme semakin
dinyatakan bahwa fermentasi juga nyata perannya dalam menunjang
berfungsi sebagai salah satu cara keberhasilan budidaya perikanan di
pengolahan dalam rangka kalangan masyarkat luas tekususnya
pengawetan bahan dan cara untuk masyarakat nelayan. Potensi
mengurangi bahkan menghilangkan mikroorganisme mereduksi limbah
zat racun yang dikandung suatu budidaya menjadi senyawa yang
bahan. Berbagai jenis aman bagi ikan yang akan pelihara
mikroorganisme mempunyai dan lingkungan semakin prospektif
kemampuan untuk mengkonversikan untuk dikembangkan seiring
pati menjadi protein dengan kesadaran budidaya ramah
penambahan nitrogen anorganik lingkungan dan berkelanjutan.
melalui fermentasi. Teknologi pemanfaatan limbah
Potensi besar pertanian yang cukup melimpah
mikroorganisme yang kini semakin melalui fermentasi juga membuka
disadari adalah fenomena sistem harapan dalam mengatasi harga
pencernaan pada organisme sumber protein pakan yang mahal
ruminansia yang melibatkan dan masih merupakan bahan impor.
konsorsium mikroorganisme.
Hardiyanto (2001) menyatakan
bahwa isi rumen, dengan kandungan DAFTAR PUSTAKA
mikroorganisme penghasil enzim
pencernaan, berpotensi sebagai feed Avnimelech, Y. 2007. Feeding with
additive. Isi rumen sapi mengandung microbial flocs by tilapia in
8,45% protein kasar; 1,23% lemak minimal discharge bio-flocs
kasar; dan 33,53% serat kasar. technology ponds. Aquaculture,
Dinyatakan oleh Wizna etal. (2008) 264: 140–147.
bahwa nilai nutrisi sagu dapat
Akbar. 2003. Efisiensi nitrifikasi
ditingkatkanmelalui pencampuran isi
dalam sistem biofiltersub-
53

merged bed, trickling filter, dan NasionalUdang I. Temu


fluidized bed. Nasional I. Masyarakat
SkripsiDepartemen Biologi Akuakultur Indo-nesia. Jakarta,
Institut Teknologi Bandung, 11 pp.
Bandung: xiv + 67 pp.
Suprapto, H. 2005. Penelitian
Darsono prapto.1999. Pemanfaatan pendahuluan penggunaan
Sumber Daya Laut Dan Bacillus sp. sebagai probiotik
Implikasinya Bagi Masyarakat untuk mengurangi jumlahbakteri
Nelayan, Oseana, Volume Vibrio sp. pada hepatopankreas
XXIV, Nomor 4, 1999 : 1 – 9. dan air pemeliharaan udang
LIPI. Jakarta. windu (Penaeus monodon).
J.Perikanan, 7(1): 54–59.
Hadadi, A., Herry, Setyorini,
Surahman, A., & Ridwan, E. Titah, H.S. & Slamet, A. 2004. Studi
2007. Pemanfaatan limbah sawit penurunan nitrogen amonia
untuk bahan pakan ikan. J. bekas tambak udang intensif
Budidaya Air Tawar, 4(1): 11– dengan menggunakan roughing
18. biofilter horisontal. J.
Purifikasi, 5(1): 25–30.
Irianto, A. 2005. Patologi ikan
teleostei. Gadjah Mada Untung, K. 1995. Dasar ekonomi
University Press. Yogyakarta, pengelolaan penyakit tanaman
243 hlm. terpadu. Risalah Kongres
Nasional XII dan Seminar
Isnansetyo, A. 2005. Bakteri Ilmiah PFI, 6–8 Septembar
antagonis sebagai probiotik 1993. Yogyakarata, 49–64.
untuk pengendalian hayati pada
akuakultur. J.Perikanan, 7(1): Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi
1–10. Lingkungan. Universitas
Muhammadiyah Malang Press.
Laelasari & Purwadaria, T. 2004. Malang, 381 hlm.
Pengkajian nilai gizi hasil
fermentasi mutan Aspergillus Wizna, Abbas, H., Rizal, Y.,
niger pada subtrat bungkil Kompiang, I.P., & Dharma, A.
kelapa dan bungkil inti sawit. 2005b. The potential of
Biodiversitas, 5(2): 48– 51. cellulolytic bacteria Bacillus sp.
from forest litter in improving
Maeda, 1999. Note: Detailed the quality of cassava waste as
information and references are feed and its applications toward
available in the book of Maeda improving the productivity of
(1999); Microbial Processes in poultry. HB XIII project
Aquaculture. The scientists who research report. Faculty of
would like to read this book can Animal Husbandry, Andalas
obtain it by writing to JIRCAS. University, Padang.
Natl. Res. Inst. Aquaculture, 102
pp. Yusriadi. 1997. Pengaruh
Pemberian
Murdjani, M. 2004. Problem solving MikroorganismeAntagonis
penyakit di pembenihan udang. terhadap Perkembangan
Buku Panduan. Seminar Penyakit Layu Bakteri
54

(Pseudomonas solanacearum)
pada tanaman Kacang tanah.
Tesis. Program Pascasarjana
IPB.
Zonneveld, N.Z.A., Huisman, E.A.,
& Bonn, J.H. 1991. Prinsip-
prinsip Budidaya Ikan. PT
Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 318 hlm.

Anda mungkin juga menyukai