Anda di halaman 1dari 3

KONSEP PENDIDIKAN KI HAJAR DEWANTARA (KHD)

DAN RELEVANSINYA DENGAN KURIKULUM 2013

Oleh: Siti Murniyati, S.Pd, M.Pd


Guru Matematika SMP N 1 Peudawa Aceh Timur

Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal Ki Hajar Dewantara (KHD) merupakan
salah satu tokoh penting Indonesia yang berjasa untuk memajukan pendidikan di tanah air.
Beliau merupakan tokoh pelopor serta pendiri Taman Siswa dan Menjadi menteri Pendidikan
dan Kebudayaan pertama Indonesia. Ada banyak jasa yang telah Ia berikan untuk negeri ini,
makanya tak heran jika Ki Hajar Dewantara menjadi pahlawan nasional yang patut dihormati. Ki
Hajar Dewantara juga dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Untuk
menghormati jasanya di dunia pendidikan, pemerintah pun menetapkan Hari Pendidikan
Nasional atau HARDIKNAS setiap tanggal 2 Mei.
Konsep pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara umumnya mengutamakan
cinta serta kasih sayang. Dimana pendidik sama seperti orang tua kepada anaknya sendiri.
Adapun berikut ini merupakan 3 konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara yang perlu diketahui, di
antaranya yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodho
Ing Ngarsa Sung Tulodho memiliki arti di depan, maksudnya yaitu seorang pendidik harus
dapat memberi teladan atau contoh. Teladan sendiri menjadi kunci keberhasilan dalam
kegiatan belajar, di mana ketika seorang pendidik memiliki sikap yang baik maka siswa pun
akan mengikuti sikap gurunya. Sehingga saat kegiatan belajar mengajar berlangsung ,maka
guru harus membimbing serta memberikan arahan kepada siswa agar tujuan pembelajaran
dapat dipelajari siswa dengan baik..
2. Ing Madyo Mangun Karso
Ing Madyo Mangun Karso artinya di tengah- maksudnya guru mempunyai peran penting
untuk menciptakan ide dalam proses pembelajaran. Guru dapat memfasilitasi beragam
metode serta strategi agar tujuan pembelajaran berhasil dicapai.
3. Tut Wuri Handayani
Tut Wuri Handayani artinya di belakang, maksudnya yaitu seorang pendidik harus berada di
belakang siswa untuk memberi dorongan atau arah. Dalam hal ini, seseorang memiliki
tanggung jawab dalam pekerjaannya untuk mendorong orang lain dalam mencapai tujuan
secara berkelanjutan. Ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung, guru harus memberikan
dorongan kepada siswa agar rajin belajar disiplin. Mengingat, guru memiliki peran penting
untuk memajukan suatu bangsa dan bangsa yang besar merupakan bangsa yang terdiri dik
melalui nilai-nilai luhur.
Ki Hajar Dewantara membedakan antara pengajaran dan pendidikan. Pendidikan adalah
tuntutan bagi seluruh kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia
dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-
tingginya. Sedangkan pengajaran adalah pendidikan dengan cara memberi ilmu atau
pengetahuan agar bermanfaat bagi kehidupan lahir dan batin. Ibarat bibit dan buah. Pendidik
adalah petani yang akan merawat bibit dengan cara merawat bibit dengan baik agar kelak
berbuah bagus dan banyak, namun petani tidak bisa mengubah bibit manga menjadi berbuah
anggur. Itulah kodrat alam atau dasar yang harus diperhatikan dalam pendidikan dan itu diluar
kehendak pendidik.
Pemikiran Ki Hajar Dewantara dapat dikatakan masih cukup relevan dengan dunia
pendidikan di Indonesia saat ini. Dalam praktek kurikulum pendidikan 2013 secara umum
pendidikan memiliki peran penting untuk meningkatkan proses belajar anak didik secara
mandiri, baik secara perorangan atau secara kelompok. Penerapan praktek kurikulum pendidikan
2013 tujuan mendasar untuk meningkatkan mutu belajar anak didik. Adapun kriteria penilaian
dalam praktek kurikulum pendidikan 2013 meliputi, aspek pengetahuan, aspek keterampilan,
aspek sikap, aspek perilaku. Secara tidak langsung penerapan penilaian di atas memiliki
kesamaan dengan upaya penerapan nilai-nilai yang serupa dalam konsep pendidikan yang
memerdekakan yang dicetuskan oleh Ki Hajar Dewantara.
Selanjutnya tujuan kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia
agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif,
kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan masyarakat, berbangsa,
bernegara, dan peradaban dunia. Pengembangan kurikulum 2013 diharapkan akan menghasilkan
insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif; melalui penguatan sikap, keterampilan,
dan pengetahuan yang terintegrasi. Dalam hal ini, pengembangan kurikulum difokuskan pada
pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik, berupa paduan pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang dapat didemonstrasikan peserta didik sebagai wujud pemahaman terhadap konsep
yang dipelajarinya secara kontekstual. Tujuan tersebut, menunjukkan arah, dan proses
penyelenggaraan pendidikan yang sejatinya berkualitas dan berbasis karakter.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidik terdiri dari orang tua, guru atau pemimpin,
termasuk pemimpin spiritual, peran pendidik yaitu sebagai fasilitator dan motivator. Sementara
menurut kurikulum 2013 peran pendidik juga sebagai fasilitator dalam pembelajaran, tetapi
sedikit berbeda dengan Ki Hajar Dewantara, kurikulum 2013 menjadikan pendidik sebagai mitra
belajar bagi peserta didik. Dan jika dilihat dari materi pembelajaran yang ditetapkan kurikulum
2013 relevan dengan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara, yaitu materi pembelajaran
diajarkan sesuai dengan tingkat perkembangan usia peserta didik. Kemudian mata pelajaran yang
terdapat pada kurikulum 2013 juga relevan dengan pemikiran pendidikan Ki Hajar Dewantara,
dengan meletakkan mata pelajaran pendidikan Agama dan Budi Pekerti di setiap jenjang satuan
pendidikan, mulai dari tingkat SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi atau dalam pemikiran Ki
Hajar Dewantara yaitu Taman Indria dan Taman Anak (5-8 Tahun), Taman Muda (9-12 Tahun),
Taman Dewasa (14-16 Tahun), Taman Madya dan Taman Guru (17-20 Tahun).

Jadi konsep pemikiran Ki Hajar Dewantara dengan kurikulum 2013 sekarang sangat
relevan. Merdeka belajar merupakan representasi dari pemikiran Ki Hajar Dewantara yang
dimanifestasikan Kementerian Pendidikan melalui kebijakan yang sangat konstruktif dalam
membangun paradigma masyarakat Indonesia yang mengedepankan azas-azas kemanusiaan dan
juga kerakyatan. Dengan mengintegrasikan konsep pendidikan KHD dalam pembelajaran
disekolah, peserta didik diharapkan memiliki karakter atau budi pekerti yang kuat serta
menguasai berbagai bidang keterampilan hidup abad 21.

“Setiap Orang Menjadi Guru dan Setiap Rumah Menjadi Sekolah” (KHD)

Anda mungkin juga menyukai