Anda di halaman 1dari 17

Dasar Pengembangan Aspek Akhlak dan Aspek Adab Islami Materi Aqidah Akhlak

Madrasah Ibtidaiyah

Makalah Ini di Susun Untuk Memenuhi Mata Kuliah

Materi Aqidah Akhlak di MI

Dosen Pengampu :

Dr. Rianawati,S.Ag.,M.Ag.

Istiqomah, S.Sos.

Di susun oleh :

Harti Wahyuni (11910055)

Jinny Ayuningtiyas (11910162)

Kinanti Dewi Fatika (11910146)

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

PONTIANAK
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warrahmatullahi Wabarrakatuh

Alhamdulillahirrohmanirraohiim. Pertama-tama marilah kita panjatkan puja dan puji


syukur kita kehadirat Allah SWT. Yang mana karena rahmat, taufiq serta hidayahnya
lah kita bisa merasakan nikmatnya hidup hingga saat ini. Sholawat serta salam tidak
lupa kita hanturkan kehadirat Nabi kita Nabi Agung Nabi Muhammad SAW. Yang
kita nantikan kelak syafaatnya di yaumil qiyamah Amiin ya robbal ‘alamin.

Makalah ini disusun berdasarkan tugas dan proses pembelajaran yang di tugaskan
kepada setiap kelompok. Dan dengan ini maka kelompok kami bisa menyelesaikan
tugas kami. Dan kami menyadari banyaknya kekurangan dari makalah kami baik itu
dari segi penulisannya dan juga isinya. Dengan demikian kami mohon saran juga
kritik pada pembaca agar kami bisa memperbaiki untuk lebih lanjutnya.

Wassalamualaikum Warrahmatullahi wabarrakatuh

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................. 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Tujuan ....................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................... 2

A. Pengembangan Materi Pembiasaan Akhlak Karimah (Mahmudah) ......................... 2


B. Pengembangan Materi Menghindari Akhlak Tercela ( Madzmumah) ..................... 3
C. Pengembangan Materi Adab Terhadap Diri Sendiri ................................................. 6
D. Pengembangan Materi Adab Terhadap Allah ........................................................... 8
E. Pengembangan Materi Adab Terhadap Sesama ..................................................... 11

BAB III PENUTUP ..................................................................................................... 13

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 13
B. Saran ....................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan tentang
wujud Allah. Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik dalam zat,
sifat-sifat maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika aqidahnya
sudah baik maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman yang teguh
pasti tidak ada keraguan didalam hatinya dan tidak tercampuri oleh kebimbangan.
Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan perintahnya dan menjauhi
larangannya.
Aqidah memiliki peran penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah
yang dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai
manusia yang mumpuni dalam segala aspek kehidupan. Aqidah bersumber pada al-
qur’an dan hadits dijadikan pengembangan nilai spiritual yang dapat menghasilkan
generasi berkualitas.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja aspek aqidah pengembangan pembiasaan pada materi akhlakul karimah
(mahmudah) ?
2. Bagaimana pengembangan materi menghindari akhlak tercela (madzmumah) ?
3. Apa saja pengembangan adab terhadap diri sendiri ?
4. Bagaimana adab yang baik kepada Allah ?
5. Bagaimana adab sesame manusia ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui aspek akhlakul karimah (mahmudah)
2. Untuk mengetahui akhlak tercela / menghindari akhlak madzmumah
3. Untuk mengetahui adab terhadap diri sendiri
4. Untuk mengetahui adab kepada Allah SWT
5. Untuk mengetahui adab antar sesama manusia

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aspek Akhlak pengembangan pembiasaan Akhlakul karimah( mahmudah)

Akhlak Terpuji (Akhlakul Karimah/ Akhlak Mahmudah) yaitu akhlak yang


senantiasa berada dalam kontrol ilahiyah yang dapat membawa nilai-nilai positif dan
kondusif bagi kemaslahatan umat seperti sabar, ikhlas, bersyukur, tawadhu,
khusnudzan, optimis suka menolong orang lain,suka bekerja keras dan lain-lain.
Dengan akhlak (mulia) islami dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Akhlak terpuji merupakan salah satu tanda bagi kesempurnaan iman seseorang.
Hujjatul Islam, Imam Ghozali dalam kitab Ihya‟ Ulumuddin-Nya bagian rubu‟
menjiyat (seperempat kitab yang menyelamatkan) yang dikutip oleh Zainuddin
menjelaskan bahwa segala gejala hati yang sehat yang merupakan cermin dari akhlak
yang terpuji, yaitu takut terhadap kepada Allah, tauhid, tawakal, sabar syukur , tobat
zuhud, kasih sayang, rindu, ramah, rida, niat yang benar, ikhlas, muraqabah,
muhasabah, tafakur dan ingat akan kematian. Akhlak mulia atau terpuji, adalah sikap
dan tingkah laku yang baik oleh manusia terhadap Allah atau oleh manusia terhadap
sesama manusia, makhluk lain, dan lingkungannya.Secara lebih spesifik, mata
pelajaran Akidah akhlak di Madrasah Ibtidaiyah meliputi empat aspek yaitu aspek
akidah (keimanan), aspek akhlak, aspek adab Islami, dan aspek keteladanan.

Pengembangan pembiasaan Akhlakul karimah( mahmudah) yaitu: disiplin,


hidup bersih, ramah, sopan-santun, syukur nikmat, hidup sederhana, rendah hati,
jujur, rajin, percaya diri, kasih sayang, taat, rukun, tolong-menolong, hormat dan
patuh, siddiq,amanah, tablig, fathonah, tanggung jawab, adil, bijaksana, teguh
pendirian, dermawan, optimistis, qona’ah, tawakal, kesederhanaan, toleransi, dan
cinta.

Adapun sifat-sifat mahmudah sebagaimana yang dikemukakan oleh para ahli akhlak,
antara lain:

2
1. Al-Amanah (Dapat Dipercaya)
2. Al-Alifah (Disenangi)
3. Al-Afwu Disenang
4. Al-Nisatun (Manis Muka)
5. Al-Khoiru (Kebaikan)
6. Al-Khusyu‟ (Tekun, Sambil Menundukkan Diri)
7. Al-Dhiyaafah (Menghormati TamDir
8. Al-Ghufraan (Suka Memberi Maaf)
9. Al-Hayau (Malu Kalau Diri Tercela)
10. Al-Himu (Menahan Diri Dari Berlaku Maksiat)
11. Al-Hukum Bil‟adli (Menghukum Secara Adil)
12. Al-Ikhawan (Mengangap Persaudaraan)
13. Adil- Ihsan (Berbuat Baik)
14. Al-„Ifaafah (Memelihara Kesucian DiriBai
15. Al-Muru‟ah (Berbudi Tinggi)
16. Al-Nadhaafah (Bersih)
17. Al Rahman (Belas Kasih)
18. Al-Sakhauu (Pemurah)
19. Al-Salam (Kesentosaan)
20. Al-Shalikhah (Beramal Sholih)
21. Al-Shabru (Sabar)
22. Al-Hidqafu (Benar, Jujur)
23. Al-Ta‟awun (Tolong Menolong)
24. Al-Tadharru (Merendahkan Diri Kepada Allah SWT)
25. Al-Tawadhu (Rendah Hati)
26. Al-Qana‟ah (Menerima/Merasa Cukup)
27. Al-Izzatun Nafsi (Berjiwa Kuat)

B. Pengembangan Materi Menghindari akhlak (madzmumah)


Akhlak Tercela (Akhlak Madzmumah) yaitu akhlak yang tidak dalam kontrol
ilahiyah, atau berasal dari hawa nafsu yang berda dalam lingkaran syaitaniyah dan
dapat membawa suasana negatif bagi kepentingan umat manusia seperti sombong,
malas, durhaka, iri, dengki, serakah, pesimis, marah, fasik, dan murtad. Akhlak

3
Mazmumah atau akhlak tercela merupakan salah satu tindakan buruk yang harus
dihindari setiap manusia. Hal ini harus dijauhi karena akhlakul mazmumah dapat
mendatangkan mudharat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Berikut adapun faktor-faktor dari akhlak Madzmumah yaitu:
Faktor Penyebab Akhlak Buruk Munculnya akhlak buruk pada diri seseorang tidak
terlepas dari beberapa faktor pemicu baik internal maupun eksternal, antara lain:
1. Tabiat Manusia
Setiap manusia memiliki tabiat akhlak yang berbeda-beda. Di antara mereka
ada yang mempunyai tabiat baik dan mulia. Ada juga yang bertabiat kasar,
keji, dan tabiat buruk lainnya. Seseorang yang tabiat buruknya lebih dominan
niscaya akan memberi pengaruh buruk pada dirinya sehingga menuntunnya
kepada akhlak-akhlak yang buruk dan memalingkannya dari akhlak-akhlak
yang mulia. Terlebih jika dia mengikuti tabiatnya dan tidak memperbaiki
dirinya.
2. Pendidikan Rumah Serrta Lingkungan Kemasyarakatan Yang Buruk
Seorang anak ibarat kertas putih yang siap kapan saja diisi dengan aneka
ragam tulisan dan warna. Pendidikan rumah dan lingkungan kemasyarakatan
merupakan salah satu dari sekian banyak faktor yang akan mengisi hijau
merahnya kertas tersebut, karenanya baik buruknya akhlak seseorang sangat
bergantung pada pendidikan yang didapatnya di dalam rumah dan lingkungan
kemasyarakatan sekitar. Rumah merupakan sekolah yang pertama bagi anak-
anak. Seorang anak akan mendapatkan pendidikan di rumah dan di tengah-
tengah keluarganya terlebih dahulu sebelum beranjak menuju pendidikan
sekolah dan kemasyarakatan, Kedua orang tualah pemegang peran utama
dalam pendidikan rumah. Seorang anak mengikuti ajaran kedua orang tuanya
dalam meniti akhlak yang lurus sebagaimana kedua orang tuanya
bertanggungjawab penuh pada kerusakan dan penyimpangan anak mereka.
Rosululloh bersabda: “Setiap anak yang dilahirkan berada di atas fithroh.
Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya seorang Yahudi atau
seorang Nasroni atau seorang Majusi.” (HR. al- Bukhori dan Muslim) Apabila
seorang anak berada pada pendidikan rumah yang buruk dan pada perkara-
perkara yang jelek, niscaya anak tersebut akan tumbuh dan berkembang
dengan kepribadian dan akhlak yang buruk pula. Bahkan, pendidikan seperti
ini akan mematikan benih-benih tabiat baik dan potensi kepribadian yang
4
mulia yang ada di dalam dirinya. Orang tua yang memiliki ahklak buruk dan
tidak mempunyai keperibadian kuat, maka pada umumnya akan diikuti oleh
anak-anaknya. Terlebih anak-anak akan mewarisi tabiat kedua orang tua
mereka sebagaimana mereka mewarisi bentuk fisik mereka. Begitu juga
dengan lingkungan kemasyarakatan. Ia memberikan andil yang sangat besar
dalam membentuk baik buruknya akhlak seseorang. Jika seseorang tumbuh
besar pada lingkungan yang sholih, dari rumah yang baik dan sekolah yang
memberi perhatian kepada agama dan akhlak murid-muridnya, niscaya anak
tersebut akan tumbuh dengan akhlak yang baik pula, dan terjauhkan dari
akhlak yang rendah dan tidak terpuji. Alloh berfirman: “Dan tanah yang
baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Alloh; dan tanah yang
tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami
mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
(QS. al-‘Arof [7]: 58)
3. Salah Memilih Teman Bergaul
Sahabat mempunyai pengaruh yang kuat bagi pribadi seseorang karena
seorang sahabat akan menuntun tabiat, akhlak dan agama seseorang. Oleh
karena itu, Islam menempatkan seorang sahabat sebagai standar baik buruknya
agama seseorang. Rosululloh bersabda: “Seseorang tergantung pada agama
temannya, maka hendaklah diantara kalian memilih siapa yang dijadikan
teman.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmizdi dan lain-lain) Hal ini karena barang
siapa yang duduk dengan orang-orang yang buruk dan bergaul dengan mereka,
maka pastilah dia akan terpengaruh dan akan mengadopsi akhlak mereka.
Setiap kali dia berkeinginan untuk mengarah kepada perbaikan dengan
menghiasi diri dengan akhlak yang mulia, dan berlepas dari akhlak yang
buruk, maka mereka akan senantiasa mempengaruhinya dan memalingkannya
hingga diapun akan kembali kepada penyimpangannya dan terus berkelanjutan
di atas kebodohan dan kepandirannya.

Adapun juga contoh-contoh dari Akhlak madzmummah ada 10 yaitu:


1. Mengerjakan larangan-larangan dari Allah Ta’ala.
2. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua.
3. Berdusta atau berbohong ketika berbicara.
4. Riya dengan amal ibadah yang telah dikerjakannya.
5
5. Apabila dipercaya atau diberi amanah, maka berkhianat.
6. Ujub dengan amal-amal sholeh yang dilakukannya.
7. Apabila berjanji, tidak ditepati.
8. Sudah sekali tersinggung dan gampang marah.
9. Iri dengan keberhasilan yang diperoleh orang lain.
10. Dengki dengan pencapaian-pencapaian orang lain.

Contoh Akhlak Buruk yang Lainnya


1. Takut terhadap sesuatu yang sebetulnya tak perlu ditakuti.
2. Bakhil alias pelit.
3. MudahMudah sekali marah walaupun dengan hal-hal kecil.
4. Bermuka masam di depan orang lain.
5. Suka mengadu domba yang satu dengan yang lainnya.
6. Suka membeberkan aib orang lain.
7. Suka membuka hal-hal yang seharusnya menjadi rahasia.
8. Terang-terangan dalam melakukan kemaksiatan.
9. Memiliki sifat dendam terhadap orang lain.
10. Ujub dengan kelebihan yang dimilikinya.

C. Pengembangan Materi Adab Terhadap Diri Sendiri


Pengertian akhlak pada diri sendiri menurut etimologi kata akhlak berasal dari
bahasa Arab ‫اخالق‬bentuk jamak dari mufradnya khuluq ‫خلق‬yang berarti “budi pekerti”.
Sedangkan menurut terminologi, kata “budi pekerti”, budi adalah yang ada pada
manusia, berhubungan dengan kesadaran yang didorong oleh pemikiran, ratio. Budi
disebut juga karakter. Pekerti adalah apa yang terlihat pada manusia karena didorong
oleh perasaan hati yang disebut behaviour.Jadi, budi pekerti adalah perpaduan dari
hasil rasio dan rasa yang bermanifestasi pada karsa dan tingkah laku manusia.Manusia
sebagai makhluk Allah mempunyai kewajiban terhadap dirinya sendiri. Namun bukan
berarti kewajiban ini lebih penting daripada kewajiban kepada Allah. Dikarenakan
kewajiban yang pertama dan utama bagi manusia adalah mempercayai dengan
keyakinan yang sesungguhnya bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”. Keyakinan
pokok ini merupakan kewajiban terhadap Allah sekaligus merupakan kewajiban
manusia bagi dirinya untuk keselamatannya. Manusia mempunyai kewajiban kepada
dirinya sendiri.
6
Jadi, yang dimaksud dengan adab terhadap diri sendiri adalah sikap seseorang
terhadap diri pribadinya baik itu jasmani sifatnya atau rohani . Kita harus adil dalam
memperlakukan diri kita , dan jangan pernah memaksa diri kita untuk melakukan
sesuatu yang tidak baik atau bahkan membahayakan jiwa. Sesuatu yang
membahayakan jiwa bisa bersifat fisik atau psikis. Misalkan iri, dengki , munafik dan
lain sebagainya. Hal itu semua dapat membahayakan jiwa kita, semua itu merupakan
penyakit hati yang harus kita hindari.

Ada adab-adab yang perlu dilakukan seorang muslim terhadap diri sendiri agar
dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Berikut ini beberapa adab tersebut:

1. Taubat
Setiap dosa sebesar apapun itu, kecuali syirik pasti akan diterima oleh Allah
SWT, sebesar apapun dosa tersebut.Dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam beliau bersabda: “Sekiranya kalian melakukan kesalahan hingga
kesalahan kalian mencapai langit dan bumi, kemudian kalian bertaubat, niscaya
taubat kalian akan di terima.” (HR Ibnu Majah No 4238)
Taubat di sini ialah taubat nasuha. KIta benar-benar menyesali perbuatan
yang kita lakukan dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut.Lantas
bagaimana dengan dosa orang-orang yang dilakukan sebelum mereka memeluk
Islam? Apakah dosa tersebut masih akan dihitung juga? Dari Abdullah dia
berkata; kami bertanya; “Wahai Rasulullah, apakah kami juga akan di siksa atas
apa yang pernah kami lakukan di masa Jahiliyah?” Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda: “Barangsiapa berbuat kebaikan setelah masuk Islam,
maka ia tidak akan disiksa atas apa yang pernah di perbuatnya di masa Jahiliyah,
namun jika di berbuat kejelekan (setelah masuk Islam), maka ia akan disiksa baik
sebelumnya dan juga sesudahnya.” (HR Ibnu Majah No 4232)
2. Muraqabah
Muraqabah ialah perasaan atau keyakinan bahwa segala macam hal yang
kita lakukan di dunia ini tidak pernah terlepas dari pengawasan Allah. Sikap ini
sangat penting, sebab orang yang merasa selalu diawasi oleh Allah pasti akan
berhati-hati sebelum melakukan sesuatu. Dengan begitu, seseorang dapat
menghindari perbuatan dosa atau perbuatan yang sia-sia lainnya.
AllahAllah berfirman:

7
ْ‫ِي‬
ْ ‫ّللاهْ ِب ِهْ يَّ ْهد‬
ٰ ‫ن‬ ِْ ‫ل ِرض َْوان َْه اتَّ َب َعْ َم‬ ‫ت مِنَْ َوي ْهخ ِر هج هه ْمْ ال س َّٰل ِْم ه‬
َْ ‫سبه‬ ُّ ‫ا ِٰلىْ َو َي ْه ِد ْي ِه ْمْ ِب ِا ْذن ِْه النُّ ْو ِْر اِلَى ال‬
ِْ ٰ‫ظلهم‬
ِ ْ‫ُّم ْستَ ِقيْم‬
ْ‫ص َراط‬
“Dengan Kitab itulah Allah memberi petunjuk kepada orang yang
mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan Kitab itu pula)
Allah mengeluarkan orang itu dari gelap gulita kepada cahaya dengan izin-
Nya dan menunjukkan ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Ma’idah [5]: 16)
3. Muhasabah
Muhasabah atau mengevaluasi diri merupakan salah satu adab seorang
muslim terhadap diri sendiri. Dengan bermuhasabah, seseorang menjadi tau apa
saja kesalahan yang telah dilakukannya di hari itu, sehingga keesokan harinya dia
bisa berusaha agar tidak melakukan kesalahan yang sama.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari
esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui
terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-hasyr 59:18)
4. Mujahadah
Banyak orang mengupayakan yang terbaik bagi kepentingan hidupnya
selama di dunia. Baik itu dalam hal pekerjaan, pendidikan, ataupun dalam hal
yang lain. Terkadang orang terlupa, bahwa untuk kehidupan akhirat yang kekal,
sudah seharusnya kita lebih bersungguh-sungguh lagi.
Bersungguh-sungguh dalam hal ibadah, bersungguh-sungguh dalam
bertaubat, dan bersungguh-sungguh dalam berbagai macam urusan yang dapat
menentukan keselamatan kita tidak hanya di dunia namun juga akhirat. Meskipun
tidak akan ada manusia yang dapat masuk surga karena amalnya. Namun jika
seorang hamba senantiasa menunjukkan kesungguhannya dalam beribadah, in
syaa Allah, Allah akan memberikan rahmat-Nya kepada hamba tersebut.
Dari Abu Hurairah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Bertaqarublah kalian dan bersungguh-sungguhlah (dalam beribadah),
sebab sesungguhnya tidak ada seorangpun dari kalian yang selamat karena
amalnya.” Mereka berkata, “Begitu juga dengan anda wahai Rasulullah! ” Beliau
menjawab: “Begitu juga dengan saya, hanya saja Allah meliputiku dengan rahmat
dan kemuliaan-Nya.” (HR Ibnu Majah No 4191)

8
Itulah beberapa adab atau etika seorang muslim terhadap dirinya sendiri.
Semoga dengan mengamalkan beberapa hal di atas Allah meridhai kita dan
memberikan rahmat-Nya di dunia maupun akhirat.
D. Pengembangan Materi Adab Terhadap Allah

1. Iman Dan Tidak Kufur.


Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan hamba-hamba-Nya
untuk beriman kepada-Nya dan kepada perkara-perkara yang wajib diimani.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫اّلل آمِ نهوا آ َمنهوا الَّذِينَْ أَيُّ َها يَا‬ َِّْ ‫ب َو َرسهو ِل ِْه ِب‬ ِْ ‫ل ا َّلذِي َو ْال ِكتَا‬ ْٰ ‫ع َل‬
َْ ‫ى ن ََّز‬ ِْ ‫ل الَّذِي َو ْال ِكتَا‬
َ ‫ب َرسهو ِل ِْه‬ َْ َ‫مِنْ أَ ْنز‬
ْ ‫ل‬ ْ‫ْۚ قَ ْب ه‬
ْْ ‫اّلل َي ْك هفرْْ َو َم‬
‫ن‬ ‫ل فَقَدْْ ْاْلخِ ِْر َو ْال َي ْو ِْم َو هر ه‬
َِّْ ‫س ِل ِْه َوكهت ه ِب ِْه َو َم َالئِ َكتِ ِْه ِب‬ َّْ ‫ض‬َ ‫ل‬ ْ ً ‫ض َال‬
َ ‫َبعِيدًا‬
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah ,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [an-Nisâ’/4:136]
2. Syukur Dan Tidak Kufur Nikmat.
Nikmat Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hambanya sangat banyak,
oleh karena itu kewajiban seorang hamba untuk mensyukurinya adalah dengan
mengakui bahwa nikmat itu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala , memuji-
Nya dengan lidah, dan mempergunakan nikmat-nikmat tersebut untuk
keridhaan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ل لِي َوا ْشكه هروا أَذْكهرْ كه ْْم فَاذْكه هرونِي‬ ِ ‫تَ ْكفه هر‬
ْ َ ‫ونْ َو‬
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya aku ingat (pula)
kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari
(nikmat)-Ku. [al-Baqarah/2:152]
Sungguh tidak beradab, perbuatan mengingkari kenikmatan dan keutaman dari
Rabb pemberi kebaikan.
3. Mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dan Tidak Melupakan-Nya.
Manusia hendaklah selalu mengingat Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
tidak melupakan-Nya. Karena kewajiban hamba adalah mencintai Allah
Subhanahu wa Ta’ala dengan kecintaan yang paling tinggi. Seseorang yang
9
mencintai sesuatu, dia akan selalu mengingat dan menyebutnya serta tidak
melupakannya. Orang yang melupakan Allah Azza wa Jalla , Allah Subhanahu
wa Ta’ala pun akan melupakannya; Allah Subhanahu wa Ta’ala akan
membiarkannya dalam kesusahan. Allah Azza wa Jalla berfirman:

ََّْ ‫ن هه هْم أهو ٰلَئِكَْ ْۚ أَ ْنفه َس هه ْْم فَأ َ ْن َساهه ْْم‬


ْ‫ّللا نَسهوا كَالَّذِينَْ تَكهونهوا َو َل‬ ْ ‫ْالفَاسِ قهو‬
Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu
Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri. Mereka itulah orang-
orang yang fasik. [al-Hasyr/59:19]
4. Taat Dan Tidak Bermaksiat
Yaitu selalu berusaha mentaati Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-
Nya, dan mengembalikan segala perkara yang diperselisihkan kepada Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.
5. Tidak Mendahului Allah Subhanahu Wa Ta’ala Dan Rasul-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ل آ َمنهوا الَّذِينَْ أَيُّ َها يَا‬


ْ َ ‫ي ِ بَيْنَْ تهقَ ِد هموا‬ َِّْ ‫ّللا َواتَّقهوا ْۚ َو َرسهو ِل ِْه‬
ْ َ‫ّللا يَد‬ ََّْ ْۚ َّْ‫ّللا ِإن‬
ََّْ ْ‫علِيمْ َسمِ يع‬
َ

6. Takut Terhadap Siksa-Nya


Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ْ‫اس ت َْخش هَوا ف ََال‬


َْ َّ‫ن الن‬ ْ ‫ل َو‬
ِْ ‫اخش َْو‬ ًْ ‫قَل‬
ْ َ ‫ِيال ثَ َمنًا بِآيَاتِي تَ ْشت هَروا َو‬
Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku. dan janganlah kamu menukar ayat-ayat-Ku dengan harga yang
sedikit. [al-Mâidah/5: 44]
7. Malu Kepada-Nya
Seorang muslim akan selalu menyadari bahwa ilmu Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan pengawasan-Nya itu meliputi segala sesuatu, termasuk semua
keadaannya. Oleh karena itu hatinya penuh dengan rasa hormat dan
pengagungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala . Dia malu berbuat maksiat
dan menyelisihi keridhaan-Nya. Karena bukanlah merupakan adab, ketika
seorang hamba menampakkan perbuatan maksiatnya kepada tuannya atau
membalas kebaikannya dengan keburukan-keburukan, padahal tuannya selalu
mengawasinya.
10
8. Bertaubat Kepada-Nya
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan bahwa di antara
sifat manusia adalah banyak berbuat dosa dan kesalahan. Beliau Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

ْ‫ْن هك ُّل‬
ِْ ‫طاءْ آد ََْم اب‬ َّ ‫التَّ َّوابهونَْ ْال َخ‬
َّ ‫طائِينَْ َو َخي هْْر َخ‬
Semua anak Adam banyak berbuat kesalahan, dan sebaik-baik orang-
orang yang banyak berbuat kesalahan adalah orang-orang yang banyak
bertaubat. [HR. Tirmidzi, no. 2499; Ibnu Mâjah; Ahmad; ad-Dârimi.
Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni]
Oleh karena itu sepantasnya seorang manusia agar selalu memperbanyak
taubat dan tidak putus asa dari rahmat dan ampunan Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mendorong orang-
orang musyrik yang bergelimang dengan dosa-dosa untuk bertaubat kepada-
Nya dengan firman-Nya:

َْ ‫ى أَس َْرفهوا الَّذِينَْ ِعبَاد‬


ْْ‫ِي يَا قهل‬ َ ‫ل أَ ْنفهسِ ِه ْْم‬
ْٰ َ‫عل‬ ْ َ ‫مِن تَ ْقنَطهوا‬
ْْ ‫ّللا َرحْ َم ِْة‬ َْ ‫ه َْهو ِإنَّ هه ْۚ َجمِ يعًا الذُّن‬
ََّْ ‫هوب يَ ْغف هِْر‬
َّْ ‫ّللا ِإ‬
َِّْ ْۚ ‫ن‬
ْ‫الرحِ ي هْم ْالغَفه ه‬
‫ور‬ َّ

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri


mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah Subhanahu wa
Ta’ala . Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala mengampuni dosa-dosa
semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. [az-Zumar/39:53]
9. Husnuzhan (Berbaik Sangka) Kepada-Nya.
Termasuk adab kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah berbaik
sangka kepada-Nya.
E. Pengembangan Materi Adab Kepada Sesama

Sebagai seorang muslim yang baik kita tentu tahu adab terhadap orang tua,
saudara, guru, teman dan tetangga serta manusia secara umum baik satu agama
ataupun tidak merupakan sesuatu hal yang sangat penting( Karena) orang tua adalah
orang yang mengenalkan kita pada dunia dari kecil hingga dewasa( Dan setiap orang
tua pun pastimempunyai harapan terhadap anaknya agar kelak menjadi anak yang

11
sukses) berbakti kepada orang tua) serta menjadi lebih baik dan sholeh) di samping itu
juga tentunya dalam kehidupan kita sehari- hari tidak terlepas dari interaksi dengan
yang ada disekeliling kita) guru) tetangga) dan sesama makhluk Allah SWT(Maka
dari itu) jika kita memang seorang muslim yang baik hendaknya kita selalu berbakti
kepada orang tua) melakukan apa yang telah diperintahkan oleh orang tua) dan
pantang untuk membangkang kepada orang tua) dan juga harus memperhatikan yang
ada di sekeliling kita agar terciptanya keharmonisan dalam kehidupan. Menurut
bahasa Adab memiliki arti kesopanan, kehalusan dan kebaikan budi pekerti, akhlak.

Sedangkan menurut istilah Adab adalah suatu ibarat tentang pengetahuan yang
dapat menjaga diri dari segala sifat yang salah pengertian adab ialah mencerminkan
baik ruruknya seseorang mulia atau hinanya seseorang terhormat atau tercelanya nilai
seseorang maka jelaslah adab seseorang itu bisa mulia dan terhormat di sisi Allah dan
manusia apabila ia memiliki adab dan budi pekerti yang baik seseorang akan menjadi
orang yang beradap dengan baik apabila ia mampu menempatkan dirinya pada sifat
kehampaan yang hakiki tidak merasa sombong dan tinggi hati dan selalu ingat pada
apa yang ada di dalam dirinya adalah pemberian dari Allah SWT sifat-sifat tersebut
telah dimiliki Rasulullah SAW secara utuh dan sempurna menurut Imam al-ghazali
akhlak mulia adalah sifat- sifat yang dimiliki oleh para utusan Allah SWT yaitu para
Nabi dan Rasul dan merupakan amal para shadiqin.

Akhlak yang baik itu merupakan sebagian dari agama dan hasil dari sikap
sungguh-sungguh dari latihan yang dilakukan oleh para ahli ibadah dan para
mutaqin(Al- gazali berpendapat bahwa pendidikan akhlak hendaknya didasarkan atas
mujahadah ketekunan dan latihan jiwa. Ketekunan dan latihan kejiwaan; menurut al-
gazali ialah membebani jiwa dengan amal-amal perbuatan yang ditujukan kepada
khuluk yang baik sebagaimana kata beliau: barang siapa yang ingin dirinya
mempunyai akhlak pemurah maka ia harus melatih diri untuk melakukan perbuatan-
perbuatan pemurah yakni dermawan.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Akhlak adalah jiwa yang tertanam dalam jiwa yang ditimbulkan perbuatan-
perbuatan dengan gampang dan mudah tanpa memerlukan sebuah pertimbangan dan
pemikiran. Aqidah Islam berpangkal pada keyakinan “Tauhid” yaitu keyakinan
tentang wujud Allah. Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada yang menyekutuinya, baik
dalam zat, sifat-sifat maupun perbuatannya. Akhlak mulia berawal dari aqidah, jika
aqidahnya sudah baik maka dengan sendirinya akhlak mulia akan terbentuk. Iman
yang teguh pasti tidak ada keraguan didalam hatinya dan tidak tercampuri oleh
kebimbangan. Beriman kepada Allah pasti akan melaksanakan perintahnya dan
menjauhi larangannya.
Aqidah memiliki peran penting dalam mendidik siswa, ruang lingkup aqidah
yang dapat membentuk akhlak mulia akan mengantarkan manusia Indonesia sebagai
manusia yang mumpuni dalam segala aspek kehidupan. Aqidah bersumber pada al-
qur’an dan hadits dijadikan pengembangan nilai spiritual yang dapat menghasilkan
generasi berkualitas.
B. Saran

13
Sekiranya masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan atau pun
format pada makalah kami maka kami memohon saran juga kritiknya para
pembaca agar kami bisa memperbaiki makalah kami untuk kedepannya. Baik itu
dari segi format dan penulisannya dan lain sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati,F.E., & Miftah, M.(2021). Pengembangan bahan ajar aqidah akhlak di


madrasah ibtidaiyah. Jurnal Penelitian, 9(2), 367-388

14

Anda mungkin juga menyukai