Kelompok 1
Kelompok 1
KELOMPOK 1
Dosen Pembimbing : dr. Liza Chairani, Sp.A., M. Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul
“Laporan Tutorial Kasus Skenario A Blok XIV” sebagai tugas kompetensi
kelompok. Shalawat beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, Nabi
besar Muhammad SAW beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya
sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
perbaikan di masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasih kepada:
1. dr. Liza Chairani, Sp.A., M. Kes selaku Tutor kelompok 1.
2. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan
tutorial ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita
selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I : Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................ 1
BAB II : Pembahasan
2.1 Data Tutorial .......................................................................... 3
2.2 Skenario Kasus ........................................................................ 3
2.3 Klarifikasi Istilah ..................................................................... 4
2.4 Identifikasi Masalah ................................................................ 5
2.5 Prioritas Masalah ...................................................................... 7
2.6 Analisis & Sintesis Masalah....................................................... 7
2.7 Kesimpulan ............................................................................... 48
2.8 Kerangka Konsep ....................................................................... 49
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………. 50
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK) ini adalah Tutorial. Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode
Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang tutor/dosen
sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada blok XIV yaitu Kedokteran Jiwa dan Fungsi Luhur dilaksanakan
tutorial studi kasus skenario yang memaparkan Ny.Bella, 36 tahun, seorang ibu
rumah tangga, diantar oleh suaminya ke Rumah Sakit dengan keluhan susah
konsentrasi, berdebar-debar dan sering berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas.
Satu tahun yang lalu Ny.Bella mengeluh kepalanya terasa pusing, tegang yang
berkepanjangan, berkeringat, gelisah, mudah tersinggung, merasa mudah lelah,
gemetaran dan nyeri ulu hati. Ny.Bella juga mengkhawatirkan dirinya atau
keluarganya akan menderita sakit atau kecelakaan dalam waktu dekat. Khawatir
tentang masa depannya dan keluarganya akan bernasib buruk, perasaan gelisah
seperti diujung tanduk. Ny.Bella juga mengalami gangguan tidur seperti susah
untuk memulai tidur. Keluhan tersebut terjadi hampir sepanjang hari. Kemudian
Ny.Bella sudah berobat ke beberapa dokter tetapi belum ada perbaikan sama sekali.
Karena kekhawatiran dan perasaan yang kurang menyenangkan tersebut membuat
ia mulai menarik diri dari pergaulan. Pada autoanamnesis pasien kelihatan gelisah,
raut muka tampak tegang, sewaktu bersalaman telapak tangan terasa dingin, dan
sulit untuk menjawab pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua kata saja masih dapat
dimengerti, kadang menolak untuk bicara sama sekali. Tidak ada gejala-gejala
psikopatologi, cukup realistik.Terdapat riwayat perkawinan yang baik, riwayat
gangguan cemas dalam keluarga tidak diketahui, dan premorbid terdapat ciri
kepribadian menghindar. GAF scale sekitar 60-51 saat pemeriksaan.
Peraturan Tutorial:
1. Saling menghormati antar sesama peserta tutorial.
2. Menggunakan komunikasi yang baik dan tepat.
3. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat.
4. Tidak mengaktifkan alat komunikasi selama proses tutorial berlangsung.
5. Tepat waktu.
2.2 Skenario
“Debaran di Dada”
Ny. Bella, 36 tahun, seorang ibu rumah tangga, diantar oleh suaminya ke
Rumah Sakit dengan keluhan susah konsentrasi, berdebar-debar dan sering
berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas. Satu tahun yang lalu Ny. Bella mengeluh
kepalanya terasa pusing, tegang yang berkepanjangan, berkeringat, gelisah, mudah
tersinggung, merasa mudah lelah, gemetaran dan nyeri ulu hati. Ny. Bella juga
mengkhawatirkan dirinya atau keluarganya akan menderita sakit atau kecelakaan
dalam waktu dekat. Khawatir tentang masa depannya dan keluarganya akan
bernasib buruk, perasaan gelisah seperti diujung tanduk. Ny. Bella juga mengalami
gangguan tidur seperti susah untuk memulai tidur. Keluhan tersebut terjadi hampir
sepanjang hari. Kemudian Ny. Bella sudah berobat ke beberapa dokter tetapi belum
ada perbaikan sama sekali. Karena kekhawatiran dan perasaan yang kurang
menyenangkan tersebut membuat ia mulai menarik diri dari pergaulan.
Pada autoanamnesis pasien kelihatan gelisah, raut muka tampak tegang,
sewaktu bersalaman telapak tangan terasa dingin, dan sulit untuk menjawab
pertanyaan. Jawaban hanya sepatah dua kata saja masih dapat dimengerti, kadang
menolak untuk bicara sama sekali. Tidak ada gejala-gejala psikopatologi, cukup
realistik.
Terdapat riwayat perkawinan yang baik, riwayat gangguan cemas dalam
keluarga tidak diketahui, dan premorbid terdapat ciri kepribadian menghindar. GAF
scale sekitar 60-51 saat pemeriksaan.
Pemeriksaan fisik
Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 24x/menit, suhu 36.8oC.
Kepala: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Spesifik:
Jantung dan paru dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang: EKG dalam batas normal
Pemeriksaan Psikiatrik:
- Roman muka: tampak cemas, tegang
- Kontak: ada/kurang adekuat
- Perhatian: mudah beralih
- Persepsi: halusinasi dan ilusi tidak ada
- Pikiran: bentuk Pikiran realistic, jalan Pikiran koheren, isi pikiran waham
tidak ada
- Emosi: hipertimi
- Tingkah laku: gelisah
- Bicara: tegang
- Kemampuan menilai realita (RTA): baik/tidak terganggu
2. Berdebar-debar
Faktor prediposisi (premorbid : cemas menghindar) ® Stress
psikologis ® Tegang psikis ® Respon homonal terhadap stress
® Aktivasi sistem saraf otonom ® Pelepasan hormone dari
medulla adrenal (epinefrin dan norepinefrin) ® Kontraktilitas
jantung ® Aliran darah ® Curah jantung meningkat ®
Tekanan darah ® Jantung berdebar-debar (Price, 2013).
Palpitasi disebabkan oleh peningkatan kerja Sistem Saraf
Otonom (Simpatis). Berdebar-debar menunjukkan respon
kardiovaskular yang diatur oleh Sistem saraf otonom simpatik
(Guyton, 2008)
2. Satu tahun yang lalu Ny.Bella mengeluh kepalanya terasa pusing, tegang
yang berkepanjangan, berkeringat, gelisah, mudah tersinggung, merasa
mudah lelah, gemetaran dan nyeri ulu hati. Ny.Bella juga mengkhawatirkan
dirinya atau keluarganya akan menderita sakit atau kecelakaan dalam waktu
dekat. Khawatir tentang masa depannya dan keluarganya akan bernasib
buruk, perasaan gelisah seperti diujung tanduk. Ny.Bella juga mengalami
gangguan tidur seperti susah untuk memulai tidur. Keluhan tersebut terjadi
hampir sepanjang hari.
a. Apa makna satu tahun yang lalu Ny.Bella mengeluh kepalanya
terasa pusing, tegang yang berkepanjangan, berkeringat, gelisah,
mudah tersinggung, merasa mudah lelah, gemetaran dan nyeri ulu
hati?
Jawab :
Maknanya adalah hal tersebut merupakan manifestasi klinis dari
gangguan kecemasan menyeluruh. Dimana manifestasi dari
gangguan cemas menyeluruh yaitu ansietas, ketegangan motorik,
hiperaktivitas otonom dan kesiagaan kognitif. Ketegangan motorik
paling sering tampak sebagai gemetar, gelisah dan sakit kepala.
Hiperaktivitas otonom sering bermanifestasi sebagai napas pendek,
keringat berlebihan, palpitasi dan berbagai gejala gastrointestinal
(Kaplan, 2010).
b. Apa saja macam- macam gangguan cemas?
Jawab :
1) Gangguan Anxietas Menyeluruh
Kecemasan dan kekhawatiran yang berlebihan terhadap
aktivitas atau peristiwa tertentu, yang berlangsung hampir setiap
hari, selama 6 bulan atau lebih.
Gambaran esensial dan gangguan ini adalah adanya anxietas yang
menyeluruh dan menetap (bertahan lama).
Gejala yang menonjol sangat bervariasi, tetapi keluhan tegang yang
berkepanjangan, gemetaran, ketegangan otot, berkeringat, kepala
terasa ringan, palpitasi, pusing kepala dan keluhan epigastrik.
Pedoman Diagnostik: gejala-gejala ini biasanya mencakup hal-hal
seperti kecemasan tentang masa depan, ketegangan motorik,
overaktivitas otonomik.
2) Gangguan Panik
Dua kriteria gangguan panik: gangguan panik tanpa
agoraphobia dan gangguan panik dengan agoraphobia kedua
gangguan panik ini harus ada serangan panik.
Gambaran Klinis:
• Serangan panik pertama seringkali spontan
• Ketakutan berlebihan
• Tidak mampu menjelaskan sumber ketakutannya
• Bingung, sulit konsentrasi
• Takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat
Pedoman Diagnostik Agoraphobia:
• Kecemasan berada di dalam suatu tempat
• Menghindar (fobia sosial)
3. Berkeringat
Faktor prediposisi (premorbid : cemas menghindar) ®
Stress psikologis ® Tegang psikis ® Respon homonal
terhadap stress ® stimulasi hipotalamus ® pelepasan
CRH ® stimulasi koteks adrenal ® Pelepasan kortisol ®
Kadar kortisol tinggi ® Metabolisme basal ® Suhu tubuh
® Sering berkeringat dingin (Price, 2013).
6. Gemetaran
Faktor prediposisi (premorbid : cemas menghindar) ®
Stress psikologis ® Tegang psikis ® Respon homonal
terhadap stress ® stimulasi hipotalamus ® pelepasan
CRH ® stimulasi koteks adrenal ® Pelepasan kortisol ®
Kadar kortisol tinggi ® umpan balik negatif yang
dihantarkan ke hipotalamus → sinyal diteruskan ke amigdala
→ memperkuat stress → merangsang hipotalamus bagian
anterior melepaskan TRH (Thirotropic Releasing Hormone)
→ stimulasi kelenjar hipofisis anterior untuk melepaskan
TTH (Thirotropic Hormone) → stimulasi kelenjar tiroid
untuk mensekresikan hormon tiroksin → peningkatan
eksitabilitas neuromuskular → Gemetaran (Price, 2013).
b. Apa saja kemungkinan obat yang diberikan oleh dokter kepada Ny.
Bella?
Jawab :
Kemungkinan obat yang diberikan oleh dokter kepada ny. Bella
adalah obat yang hanya mengurangi gejala simptomatisnya saja.
• Gangguan perhatian
• Gangguan sugestibilitas
2. Emosi
• Afek
• Mood
• Gangguan afasik
6. Persepsi
• Gangguan persepsi
• Gangguan yang berkaitan dengan gangguan kognitif dan
penyakit medis
• Gangguan yang berkaitan dengan konversi dan fenomena
disosiatif
7. Memori
• Gangguan memori seperti amnesia, paramnesia, hipermnesia.
• Demensia
• Pseudodemensia
• Pemikiran konkret
• Pemikiran abstrak
9. Tilikan
• Tilikan intelektual
• Tilikan sejati
• Tilikan terganggu
6. Pemeriksaan fisik
Kesadaran: Compos mentis
Tanda vital: TD 120/80 mmHg, Nadi 98x/menit, RR 24x/menit, suhu
36.8oC.
Kepala: Konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-)
Spesifik:
Jantung dan paru dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang: EKG dalam batas normal
Pemeriksaan Psikiatrik:
- Roman muka: tampak cemas, tegang
- Kontak: ada/kurang adekuat
- Perhatian: mudah beralih
- Persepsi: halusinasi dan ilusi tidak ada
- Pikiran: bentuk Pikiran realistic, jalan Pikiran koheren, isi pikiran waham
tidak ada
- Emosi: hipertimi
- Tingkah laku: gelisah
- Bicara: tegang
- Kemampuan menilai realita (RTA): baik/tidak terganggu
a. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan fisik?
Jawab :
Normal, dimana hal ini menandakan bahwa pada diagnosis
multiaksial yaitu ada aksis I, aksis II, aksis III, aksis IV, aksis V.
Untuk aksis III yaitu kondisi medis umum dimana pada kasus itu
untuk aksis III tidak adak diagnosis karena hasil pemeriksaan
fisiknya normal.
2) Non-benzodoazepin (Buspiron)
Buspiron efektif pada 60-80% penderita GAD. Buspiron
lebih efektif dalam memperbaiki gejala kognitif disbanding
gejala somatik. Tidak menyebabkan withdrawal. Dosis
anjuran 2-3x 10 mg/hari. Kekurangannya adalah, efek
klinisnya baru terasa setelah 2-3 minggu. Terdapat bukti
bahwa penderita GAD yang sudah menggunakan
Benzodiazepin tidak akan memberikan respon yang baik
dengan Buspiron. Dapat dilakukan penggunaan bersama
antara Benzodiazepin dengan Buspiron kemudian dilakukan
tapering Benzodiazepin setelah 2-3 minggu, disaat efek
terapi Buspiron sudah mencapai maksimal.
CARA KERJA
Buspiron merupakan contoh dari golongan
azaspirodekanedion yang potensial berguna dalam
pengobatan ansietas. Semula golongan obat ini
dikembangkan sebagai antipsikosis. Buspiron
memperlihatkan farmakodinamik yang berbeda dengan
benzodiazepin, yaitu tidak memperlihatkan aktivitas GABA
ergik dan antikonvulsi, interaksi dengan antidepresi susunan
saraf pusat minimal. Buspiron bersifat agonis parsial
reseptor 5-HT afinitasnya terhadap reseptor dopamin rendah,
sehingga risiko menimbulkan efek samping ekstrapiramidal
pada dosis pengobatan ansietas kecil. Studi klinik
menunjukkan, buspiron merupakan antiansietas efektif yang
efek sedatifnya relatif ringan. Diduga risiko timbulnya
toleransi dan ketergantungan juga kecil. Obat ini tidak
efektif pada gangguan panik. Efek antiansietas baru timbul
setelah 10-15 hari dan bukan antiansietasIA'untuk
penggunaan akut. Tidak ada toleransi silang antara buspiron
dengan benzodiazepin sehingga kedua obat tidak dapat
saling menggantikan (Nafradi, 2016).
EFEK SAMPING
Efek samping yang dapat ditumbulkan oleh obat buspirone
adalah pusing, sakit kepala, gugup, kepala terasa ringan,
eksitasi. Jarang: takikardia, palpitasi, nyeri dada, mengantuk,
bingung, mulut kering, fatig dan berkeringat.
b. Anti depresan
Anti depresan adalah kelompok obat-obat yang heterogen dengan
efek utama dan terpenting adalah untuk mengendalikan gejala
depresi. Hipotesis terjadinya gejala depresi disebabkan oleh
rendahnya kadar neurotransmiter serotonin di neuron pascasinaps.
Selain untuk mengatasi gejala depresi, obat-obat antidepresan juga
sering digunakan untuk beberapa indikasi lainnya sepertigangguan
cemas dan lain-lain (Elvira, 2013). Contoh obat-obat antidepresan
adalah fluoksetin, imipramin, venlafaksin, bupropion, trazodon,
moklobemid, amoksapin, dan tianeptin (Adelina, 2013).
CARA KERJA
Obat-obat antidepresan digunakan untuk mengatasi gejala depresi
yang terjadi karena rendahnya kadar serotonin di neuron pasca
sinap. Secara umum anti depresan bekerja di sistem neurotransmi-
ter serotonin dengan cara meningkatkan jumlah serotonin di neuron
pasca sinaps. Golongan trisiklik dan tetrasiklik bersifat serotonergik
dengan menghambat ambilan kembali neurotransmiter yang
dilepaskan dari neuron prasinaps ke celah sinaps, tetapi ambilan
kembali tersebut tidak bersifat selektif. Dengan demikian
kemungkinan muncul berbagai efek samping yang tidak diharapkan
dapat terjadi. Sementara Selective Serotonin Reuptake Inhibitor
(SSRI) bekerja dengan cara yang sama, tetapi dengan hambatan
yang bersifat selektif hanya pada neurotransmiter serotonin (5HT2).
Kelompok MAOI bekerja di presinap dengan cara menghambat
enzim monoaminase yang memecah atau memetabolisme serotonin
sehingga jumlah serotonin yang dilepaskan ke celah sinap
bertambah dan dengan demikian yang diteruskan ke pasca sinap
juga akan bertambah. Kelompok SNRI selain bekerja dengan
menghambat ambilan kembali serotonin juga menghambat ambilan
kembali neurotransmiter norepineprin, sehingga kadar serotonin dan
norepineprin pasca sinap meningkat (Elvira, 2013)
EFEK SAMPING
Beberapa efek samping yang mungkin
terjadi antara lain :
1. Hipotensi (terutama pada usia lanjut)
2. Gangguan jantung (tampak kelainan
pada EKG)
3. Gejala gangguan saraf otonom
4. Gejala gangguan susunan saraf pusat
5. Alergi
6. Gejala hematologi
7. Gejala psikis lain (maniakal, gelisah &
delirium)
(Elvira, 2013)
2. Non Farmakologi
1. Konseling dan Edukasi pada pasien dan keluarga: Keluarga harus
memotivasi, mendukung dan memantau agar pasien melaksanakan
pengobat dengan benar, termasuk minum obat setiap hari.
2. Meminta pasien untuk selalu berfikiran positif
3. Mendekatkan diri kepada Allah Swt (Katzung, 2012)
3. Psikoterapi
• Terapi Kognitif Perilaku
Teori Cognitive Behavior pada dasarnya meyakini bahwa pola
pemikiran manusia terbentuk melalui proses rangkaian stimulus-
kognisi-respon, dimana proses kognisi akan menjadi faktor penentu
dalam menjelaskan bagaimana manusia berpikir, merasa dan
bertindak. Terapi kognitif perilaku diarahkan kepada modifikasi
fungsi berpikir, merasa dan bertindak, dengan menekankan peran otak
dalam menganalisa, memutuskan, bertanya, berbuat dan memutuskan
kembali. Dengan mengubah arus pikiran dan perasaan, klien
diharapkan dapat mengubah tingkah lakunya, dari negatif menjadi
positif. Tujuan terapi kognitif perilaku ini adalah untuk mengajak
pasien menentang pikiran (dan emosi) yang salah dengan
menampilkan bukti-bukti yang bertentangan dengan keyakinan
mereka tentang masalah yang dihadapi. Pendekatan kognitif
mengajak pasien secara kangsung mengenali distorsi kognitif dan
pendekatan perilaku, mengenali gejala somatik secara langsung.
Teknik utama yang digunakan pada pendekatan behavioral adalah
relaksasi dan biofeedback.
• Terapi suportif
Pasien diberikan re-assurance dan kenyamanan, digali potensi-potensi
yang ada dan belum tampak, didukung egonya, agar lebih bisa
beradaptasi optimal dalam fungsi sosial dan pekerjaannya.
• Psikoterapi Berorientasi Tilikan
Terapi ini mengajak pasien ini untuk mencapai penyingkapan konflik
bawah sadar, menilik egostrength, relasi objek, serta keutuhan self
pasien. Dari pemahaman akan komponen-komponen tersebut, kita
sebagai terapis dapat memperkirakan sejauh mana pasien dapat
diubah untuk menjadi lebih matur, bila tidak tercapai, minimal kita
memfasilitasi agar pasien dapat beradaptasi dalam fungsi sosial dan
pekerjaannya.
Dorong rasa percaya diri, rumatan aktivitas produktif, dan kognisi
yang berdasarkan pada realita. Latihlah pasien dengan teknik relaksasi
(misal biofeedback, meditasi, otohipnotis). Lebih dari 50% pasien
menjadi asimtomatik seiring berjalannya waktu, tetapi sisanya
memberat pada derajat hendaya yang bermakna. Bantulah pasien
untuk memahami akan sifat kronis penyakitnya dan mengerti akan
adanya kemungkinan untuk selamanya hidup dengan beberapa gejala
yang memang tidak akan hilang (Kaplan & Sadock, 2014)
2.7 Kesimpulan
Ny. Bella, 36 tahun seorang Ibu Rumah Tangga mengeluh susah
konsentrasi, palpitasi dan sering berkeringat dingin tanpa sebab yang jelas karena
mengalami gangguan cemas menyeluruh dengan kepribadian menghindar dan GAF
scale moderate.
2.8 Kerangka Konsep
Faktor prediposisi
(Premorbid : Cemas Faktor stressor
menghindar)
Gangguan sistem
saraf dan sistem
limbik
Neurotransmiter
terganggu
Dopamin ,
GABA
GAD
Elvira., Sylvia, D., Gitayanti, H. 2013. Buku Ajar Psikiatri. Badan Penerbit FK UI.
Jakarta. pp. 173-198.
Katzung, Bertram G. 2012. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 10. EGC,
Jakarta.
Nurdin., Akbar, M., dkk. 2018. Kualitas Hidup Penderita Insomnia pada
Mahasiswa. Jurnal MKMI; 14(2): 128-138.
Sadock, Benjamin & Virginia A. Sadock. 2016. Kaplan & Sadock Buku Ajar
Psikiatri Kklinis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Sadock dan Benjamin J. 2010. Buku ajar Psikiatri Klinis Ed.2. Jakarta: EGC.
Sari, A. S., Nugroho, S. 2014. Persepsi Pasien Puteri Physical Therapy Clinic
Terhadap Efektivitas Sport Massage Dalam Mengatasi Penyebab Kesulitan
Tidur. Vol. XIII. No 1. Universitas Negeri Yogyakarta : MEDIKORA.
[Jurnal].
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC.
Sudoyo Aru dkk.2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi V Jilid III. Jakarta:
EGC.