Anda di halaman 1dari 3

8. PT.

Ajinomoto Pada Tahun 2000


• Contoh pelanggaran etika bisnis yang selanjutnya datang dari PT. Ajinomoto.
Perusahaan yang satu ini memang sudah lama terkenal sebagai produsen terbesar
yang memproduksi bumbu penyedap untuk makanan. Akan tetapi, mereka pernah
tersandung sebuah skandal yang cukup membuat nama mereka sedikit buruk di
kalangan masyarakat pada tahun 2000 silam.
• Kasus pelanggaran ini bermula ketika ada laporan bahwa perusahaan ini
menggunakan bahan bactosoyone untuk membuat bumbu penyedap mereka. BPOM
dan LPPOMMUI yang melaporkan kejadian tersebut pun berharap bahwa pemerintah
harus menghentikan peredaran produknya dari pasar sebab sudah melanggar kode etik
keamanan dan konsumsi konsumen.
• Beberapa waktu setelah adanya kejadian tersebut, PT. Ajinomoto pun menyatakan
permohonan maafnya kepada publik dan pihak yang sudah dirugikan. Mereka pun
berjanji untuk tidak mengulangi kejadian tersebut serta membuat bumbu penyedap
sesuai prosedur dan ketentuan yang ada. BPOM sendiri menyarankan agar mereka
menggunakan mameno agar produknya lolos tes kehalalan.
• Buatlah Analisa nya ditinjau dari Etika Bisnis secara Islami !
Jawaban :
PT Ajinomoto Indonesia secara tegas menyatakan produk akhir MSG mereka tidak
mengandung unsur porcine. Dirjen POM sendiri dalam butir keterangan persnya
menyebutkan bahwa hasil akhir produk MSG Ajinomoto tidak mengandung porcine.
Sebelumnya, Dirjen POM dalam siaran persnya mengatakan, dalam proses pembuatan
bumbu masak MSG, Ajinomoto menggunakan bakteri untuk proses fermentasi tetes tebu
(molase). Bakteri itu sebelum digunakan, dibiakkan dalam media yang mengandung  bacto-
soytone, sejenis nutrisi untuk pertumbuhan bakteri yang terbuat dari kedelai.
Bacto-soytone adalah hasil hidrolisis enzymatik kedelai. Enzym ini yang berasal dari
porcine, yang bertugas sebagai biokatalisator. Sebagai biokatalisator enzym itu tidak terikut
dalam proses produksi selanjutnya. Soalnya, dari hasil fermentasi tetes tebu itu diperoleh
asam glutamat murni. Setelah ditambah soda cair, baru diperoleh MSG, yang lalu
mengalami proses kristalisasi akhir menjadi monosodium glutamate murni.
Ajinomoto Indonesia diketahui memakai bacto-soytone ketika perusahaan bermodal
Jepang itu hendak memperpanjang sertifikat dan label halal di Direktorat Jenderal
Pengawasan Obat dan Makanan (POM). PT Ajinomoto Indonesia menggunakan  bacto-
soytone untuk periode produksi Oktober-November 2000. Ajinomoto Indonesia akan
mengganti bacto-soytone itu dengan mameno. Setelah menadapat sertifikat dan label halal
semoga bisa beredar di pasar lagi.
Hal ini bertentangan dengan etika bisnis secara islami. Dimana bahan baku makanan
yang digunakan oleh Ajinomoto ini mengandung babi dan jelas dalam Hukum Islam jika
babi itu haram. Aturan mengenai makanan halal dan haram tersebut bukan berasal dari
ucapan para tokoh, melainkan dijelaskan secara langsung di dalam Alquran dan Hadist yang
shahih. Hal tersebut salah satunya diatur pada QS. Al-Maidah ayat 88 yang berbunyi, “Dan
makanlah yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu.”
Selain QS. Al-Maidah ayat 88, dalil yang mengatur mengenai makanan halal dan haram
tersebut pun masih dijelaskan di berbagai ayat di dalam Kitab Suci Alquran. Beberapa di
antaranya yakni sebagai berikut,

"Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
(hewan) yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah." (An-Nahl: 115)

"Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk,
dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih." (Al-Maidah: 3)

"Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi, dan
(daging) binatang yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah." (Al-Baqarah:
173)

"Katakanlah, tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang
diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati
(bangkai), darah yang mengalir, daging babi karena semau itu kotor atau hewan yang
disembelih bukan atas (nama) Allah." (Al-Anam: 145)
Terdapat beberapa syarat bagi bahan makanan untuk dapat dilabeli dengan istilah halal.
Beberapa hal tersebut secara langsung diatur di dalam Alquran yang berupa:
 Suci dari najis dan hal yang diharamkannya.

 Aman dan jauh dari mudharat.

 Bersifat tidak memabukkan.

 Didapatkan dengan cara disembelih sesuai dengan syariat di dalam Agama Islam
(untuk bahan makanan berupa daging).

Anda mungkin juga menyukai