Riwayat MRS : Riwayat telinga kanan dikorek - korek dengan peniti dan bulu ayam, mulut tidak bisa
membuka, nyeri, kaku bagian leher, sebelumnya di RSI Fatimah selama 5 hari dengan diagnosa
susp. tetanus dan otitis media
Riwayat Pengobatan : Inj metil prednisolon 3 x 62,5 mg, inj. citicolin 2 x 500 mg, inj. Diazepam 2x5
mg, inj. metronidazol 3 x 500 mg, tetagam 2500 IU, inj. Omeprazol 1 x 40 mg
Tanggal
Parameter
8/10 9/10 10/10 11/10
Susah buka mulut + + +
Nyeri telinga + + +
Kaku kuduk + + +
Gigi gatik + + +
badan sakit + +
perut kaku +
aritmia +
Nilai Tanggal
TTV Norma 8/10 9/10 10/10 11/10
l
TD (mmHg) 120/90 140/10 137/77 133/80 135/65
0
HR 60-100 93 67 78 66
(x/menit)
T (C ) 36-37 36,1 - - -
RR 18-22 24 20 20 -
(x/menit)
SpO2 (%) 95-100 94 99 98 97
Pemeriksaan Laboratorium :
Nilai
Parameter Satuan
Normal
Meningka
Leukosit /uL 4400-11300 14200
t
Hb g/dL 11,5 – 13,5
Hct % 34 - 40
Ertitrosit /uL
MCV 75 – 87
MCH 24 - 30
MCHC %
Trombosit /uL
Basofil %
Eosinofil % 1-6 0 menurun
Batang % 3-5 0 menurun
Segmen 40-70 meningka
% 95
t
Limfosit % 30-45 3 menurun
Monosit %
SGOT
SGPT
Total
1000-3700 426 menurut
Limfosit
GDS meningka
mg/dL <140 174
t
klorida meningka
meq/L 98-107 108
t
Keterangan :
Leukosit meningkat mengindikasikan adanya infeksi tetanus
Limfosit dan neutrofil menurun mengindikasikan adanya kemungkinan infeksi
(Laksmi, 2014)
2. Pemberian Tetagam (HTIG) sebagai antitoksin untuk menetralisasi toksin yang tidak terikat
(Laksmi, 2014)
Konversi
Pasien mendapatkan tetagam yang berisi HTIG dengan dosis 3.500 unit
Konversi jika diganti ATS (x)
(3.500-3.000)/7 = (x-100.000)/100
X = (500/7 x 100) + 100.000
X = (50.000/7) + 100.000
X = 7.142,857 + 100.000
X = 107.142,857→ 107.000 unit
Maka Tetagam (HTIG) 3.500 unit setara dengan ATS sebanyak 107.000 unit
3. Pemberian Vitamin C
(Rodrigo et
al., 2014)
Pemberian vitamin C 1 gr/hari secara IV secara signifikan dapat menurunkan tingkat
kematian pada pasien dewasa dan anak yang mengalami tetanus sebagai terapi suportif.
Pasien mendapatkan injeksi vitamin C 1000 mg/hari sehingga hal tersebut sudah sesuai
untuk pasien.
Penggunaan MgSO4 IV untuk mengendalikan spasme dan disfungsi otonom, dosis awal 5
gram/ (75 mg/kgBB) IV, dilanjutkan 1-3 g/jam hingga spasme terkontrol (Jaya et al, 2018).
5. Pemberian Omeprazole
Penurunan pH vakuolar di endosomal lambung dapat menginduksi aktivasi racun bakteri tertentu
seperti kolera dan racun tetanus. Oleh karena itu untuk menghambat aktivasi racun tetanus maka
kondisi vakuolar di endosomal lambung dibuat kondisi yang tidak asam. Pemberian omeprazol dapat
meningkatkan pH vakolar di endosomal lambung sehingga dapat menghambat aktivasi racun tetanus
(Puiac et al., 2009).
6. Pemberian Diazepam
(Jaya&Aditya, 2018)
Benzodiazepin adalah terapi standar untuk mengendalikan kejang otot pada tetanus karena efek
relaksasi otot, antikonvulsan, obat penenang dan ansiolitik pada pasien tetanus. Diazepam lebih
dipilih, diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal. Dosis
diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval 2-4 jam sesuai gejala
klinis (Rodrigo et al. 2014 ; Jaya&Aditya, 2018)
7. Pemberian Neurobion
Pirdoksin (Vit.B6) sebagai terapi adjuvant berperan menurunkan resiko kematian (Handayani
et al, 2017) .
CATATAN KEASUHAN KEFARMASIAN