Anda di halaman 1dari 10

CATATAN PENGOBATAN PASIEN

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER (PKPA) Stase


PENDIDIKAN PROFESI APOTEKER ANGKATAN 9
JURUSAN FARMASI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN ICU
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO

Nama : Mustabsiroh Nomor RM :


Tanggal lahir/ Umur :10-09-1950/71 thn Diagnosis : Susp. Tetanus
Bangsal/ Ruang :ICU RPD :-
BB/TB : DPJP : dr. Jony
Merokok :- Alergi :-
Kopi :- Tanggal/ Jam MRS : 08/10/2021

Riwayat MRS : Riwayat telinga kanan dikorek - korek dengan peniti dan bulu ayam, mulut tidak bisa
membuka, nyeri, kaku bagian leher, sebelumnya di RSI Fatimah selama 5 hari dengan diagnosa
susp. tetanus dan otitis media

Riwayat Pengobatan : Inj metil prednisolon 3 x 62,5 mg, inj. citicolin 2 x 500 mg, inj. Diazepam 2x5
mg, inj. metronidazol 3 x 500 mg, tetagam 2500 IU, inj. Omeprazol 1 x 40 mg

Tanggal
Parameter
8/10 9/10 10/10 11/10
Susah buka mulut + + +
Nyeri telinga + + +
Kaku kuduk + + +
Gigi gatik + + +
badan sakit + +
perut kaku +
aritmia +

Nilai Tanggal
TTV Norma 8/10 9/10 10/10 11/10
l
TD (mmHg) 120/90 140/10 137/77 133/80 135/65
0
HR 60-100 93 67 78 66
(x/menit)
T (C ) 36-37 36,1 - - -
RR 18-22 24 20 20 -
(x/menit)
SpO2 (%) 95-100 94 99 98 97
Pemeriksaan Laboratorium :
Nilai
Parameter Satuan
Normal
Meningka
Leukosit /uL 4400-11300 14200
t
Hb g/dL 11,5 – 13,5
Hct % 34 - 40
Ertitrosit /uL
MCV 75 – 87
MCH 24 - 30
MCHC %
Trombosit /uL
Basofil %
Eosinofil % 1-6 0 menurun
Batang % 3-5 0 menurun
Segmen 40-70 meningka
% 95
t
Limfosit % 30-45 3 menurun
Monosit %
SGOT
SGPT
Total
1000-3700 426 menurut
Limfosit
GDS meningka
mg/dL <140 174
t
klorida meningka
meq/L 98-107 108
t

Pemeriksaan Penunjang Lainnya: -

Keterangan :
Leukosit meningkat mengindikasikan adanya infeksi tetanus
Limfosit dan neutrofil menurun mengindikasikan adanya kemungkinan infeksi

Terapi (Nama Kekuata TERAPI


Tanggal
Aturan
PENGGUNAAN OBAT HARIAN
obat, Bentuk n 8/10 9/10 10/10 11/1
Pakai
Sediaan) Sediaan 0
RL v
Tetagam (HTIG) 1000 IU 1x1 v
Inj.Metronidazo 1000 mg 3 x 500 v v v
le mg
Inj.Omeprazole 40 mg 1 x1 v v v
Inj.Neurobion 1 amp 1x1 v v
(5000
IU. 3mL)
Inj. Ampicillin 1 gr 4 x 1 gr v v v
Inj. Vitamin C 1000 IU 1x1 v v v
Inj. Morphine 10 mg 10 mg/ v
24 jam
MgSO4 4 gr/14
jam
Tatalaksana Terapi Tetanus
1. Pemberian antibiotik untuk mengeradikasi bakteri

(Jaya&Aditya, 2018) (Rodrigo et al. 2014)


Pada penelitian di Indonesia, metronidazole telah menjadi terapi pilihan di beberapa
pelayanan kesehatan. Metronidazole diberikan secara iv dengan dosis inisial 15 mg/kgBB
dilanjutkan dosis 30 mg/kgBB/hari setiap 6 jam selama 7-10 hari. Metronidazole efektif
mengurangi jumlah kuman C. tetani bentuk vegetatif. Sebagai lini kedua dapat diberikan
penicillin procain 50.000-100.000 U/kgBB/hari selama 7-10 hari (Jaya et al., 2018). Pasien
mendapatkan terapi antibiotik metronidazole dengan dosis 500 mg/ 8jam. Penelitian lain
oleh Rodirgo et al. (2018) menyatakan bahwa antibiotik yang dapat digunakan penisilin,
metronidazole dan tetrasiklin. Penisilin maupun metronidazole direkomendasikan untuk
bakteri C. tetani namun pilihan terbaik pada metronidazole.
Dosis Metronidazole:

NB: Belum ada data berat badan pasien.


(Laksmi, 2014)
Dosis Penicillin (Ampicilin)
Convert dosis IU ke gram:
50.000 IU = 0,05 gram; 100.000 IU = 0,1 gram
sehingga, dosis yang diberikan 0,05-0,1 gram/kgBB/hari

(Laksmi, 2014)

2. Pemberian Tetagam (HTIG) sebagai antitoksin untuk menetralisasi toksin yang tidak terikat

(Laksmi, 2014)

Berdasarkan Laksmi (2014), terdapat 3 sasaran penatalaksanaan dari tetanus yakni


membuang sumber tetanospasmin, menetralisasi toksin yang tidak terikat dan perawatan
penunjang (suportif). Tatalaksana netralisasi toksin yang tidak terikat dilakukan dengan
pemberian segera antitoksin yakni human tetanus immunoglobulim (HTIG) sebanyak 3.000-
10.000 unit . Bila HTIG tidak tersedia maka dapat diberikan anti tetanus serum (ATS)
sebanyak 100.000-200.000 unit. Dari keterangan dokumen rujukan, pasien mendapatkan
terapi tetagam yang berisi HTIG dengan dosis 2.500 di RSI Fatimah, kemudian pada tanggal
8/10/21, pasien mendapatkan tambahan terapi tetagam sebanyak 1.000 unit. Sehingga total
tetagam yang didapatkan pasien sebanyak 3.500 unit.
Perhitungan Konversi HTIG ke ATS
Selisih batas atas dan bawah dari HTIG = 10.000 - 3.000 = 7.000 → sederhanakan dibagi
1000 = 7
Selisih batas atas dan bawah dari ATS = 200.000-100.000 =100.000→disederhanakan
dibagi1000 = 100

Konversi
Pasien mendapatkan tetagam yang berisi HTIG dengan dosis 3.500 unit
Konversi jika diganti ATS (x)
(3.500-3.000)/7 = (x-100.000)/100
X = (500/7 x 100) + 100.000
X = (50.000/7) + 100.000
X = 7.142,857 + 100.000
X = 107.142,857→ 107.000 unit

Maka Tetagam (HTIG) 3.500 unit setara dengan ATS sebanyak 107.000 unit

3. Pemberian Vitamin C

(Rodrigo et
al., 2014)
Pemberian vitamin C 1 gr/hari secara IV secara signifikan dapat menurunkan tingkat
kematian pada pasien dewasa dan anak yang mengalami tetanus sebagai terapi suportif.
Pasien mendapatkan injeksi vitamin C 1000 mg/hari sehingga hal tersebut sudah sesuai
untuk pasien.

4. Pemberian Magnesium Sulfat

Penggunaan MgSO4 IV untuk mengendalikan spasme dan disfungsi otonom, dosis awal 5
gram/ (75 mg/kgBB) IV, dilanjutkan 1-3 g/jam hingga spasme terkontrol (Jaya et al, 2018).

5. Pemberian Omeprazole
Penurunan pH vakuolar di endosomal lambung dapat menginduksi aktivasi racun bakteri tertentu
seperti kolera dan racun tetanus. Oleh karena itu untuk menghambat aktivasi racun tetanus maka
kondisi vakuolar di endosomal lambung dibuat kondisi yang tidak asam. Pemberian omeprazol dapat
meningkatkan pH vakolar di endosomal lambung sehingga dapat menghambat aktivasi racun tetanus
(Puiac et al., 2009).

6. Pemberian Diazepam

(Rodrigo et al. 2014) (Jaya&Aditya, 2018)

(Jaya&Aditya, 2018)

Benzodiazepin adalah terapi standar untuk mengendalikan kejang otot pada tetanus karena efek
relaksasi otot, antikonvulsan, obat penenang dan ansiolitik pada pasien tetanus. Diazepam lebih
dipilih, diazepam efektif mengatasi spasme dan hipertonisitas tanpa menekan pusat kortikal. Dosis
diazepam yang direkomendasikan adalah 0,1-0,3 mg/kgBB/ kali dengan interval 2-4 jam sesuai gejala
klinis (Rodrigo et al. 2014 ; Jaya&Aditya, 2018)

7. Pemberian Neurobion
Pirdoksin (Vit.B6) sebagai terapi adjuvant berperan menurunkan resiko kematian (Handayani
et al, 2017) .
CATATAN KEASUHAN KEFARMASIAN

Tanggal Problem Medik Subjektif Objektif Assessment Planning

Anda mungkin juga menyukai