PENGARAMAN
“PENINGKATAN NILAI GIZI DENGAN METODE
Subtitusi”
Oleh :
KELOMPOK: 6
KELAS: D3 GIZI II A
Dosen Pembimbing:
1. Ir.Mulyatni Nizar,M.Kes
2. Heriyenni,SPd,M.Si
3. Zulkifli,SKM,M.Si
4. Irma Eva Yani,SKM.M.Si
Nutrifikasi atau suplementasi adalah penambahan satu atau lebih nutrisi atau zat gizi ke dalam
produk pangan. Macam-macam jenis nutrifikasi adalah restorasi, fortifikasi, pengkayaan, standarisasi,
dan substitusi (Kurniawati 2017). Tetapi, mengapa suatu makanan atau minuman perlu penambahan
nilai gizi? Bukankah penambahan zat gizi membuat produk jadi lebih mahal? Apakah ada
kemungkinan dampak negatif jika seseorang mengonsumsi bahan pangan yang dinutrifikasi?
Permasalahan gizi di Indonesia masih belum teratasi. Berdasarkan data riset kesehatan
dasar (Riskesdas) tahun 2013, prevalensi gizi kurang di Indonesia sebesar 19,6% (6). Nilai
prevalensi gizi kurang cukup tinggi di Indonesia dibandingkan standar yang ditetapkan World
Health Organization (WHO) yaitu sebesar 10% (Elvandari et al. 2017). Ini menandakan
masyarakat Indonesia masih mengalami kekurangan gizi yang cukup tinggi. Jika seseorang
sudah mengalami kekurangan atau defisiensi zat gizi, itu akan berdampak pada berkurangnya
IQ dan imunitas orang tersebut serta akan berkecenderungan stunting (pendek).
Selain penambahan nilai gizi suatu bahan pangan, nutrifikasi memiliki kegunaan dan
tujuan lainnya. Nutrifikasi dilakukan untuk menjadi nilai tambah suatu produk seperti yang
dilakukan oleh industri makanan dan juga bisa digunakan untuk menjaga keutuhan nilai gizi
yang terkandung di dalamnya. Misalnya restorasi yang dilakukan untuk menggantikan zat
gizi yang hilang atau rusak selama proses pengolahan. Bisa juga untuk menurunkan resiko
defisiensi dengan fortifikasi, seperti penambahan asam folat pada susu ibu hamil. Susu
pertumbuhan juga tidak sembarang susu. Susu tersebut sudah melewati standarisasi dengan
penambahan berbagai zat gizi yang sesuai untuk pertumbuhan si kecil (Kurniawati 2017).
Oleh karena itu, nutrifikasi saat ini masih menjadi salah satu strategi global untuk
mengatasi masalah gizi kurang di masyakat tidak hanya di Indonesia, namun di dunia. Tetapi,
nutrifikasi tentunya perlu melewati berbagai perhitungan dan pertimbangan sesuai peraturan
yang berlaku agar tidak berefek negatif bagi masyarakat dan tidak merugikan industri karena
penambahan biaya produksi.
Bahan :
1. Tempe b. 130 gr
2. Terigu 80 gr
3. Gula halus 40 gr
4. Minyak goreng 5 gr
5. Soda kue 2,5 gr
6. Ovalet 1 gr
7. Garam halus 2 gr
Alat :
1. Pisau
2. Ayakan
3. Sendok
4. Kukusan
5. Loyang
6. Oven
Prosedur Praktikum :
a. Formula tempe
Nb : Berat sebelum disangrai : 130 gr
Berat sesudah disangrai : 198 gr
Rendemen : 130 : 198 x 100 %
: 0,65%
b. Bakwan
Nb : Berat kotor : 250 gr
Berat bersih : 23 gr/ 1 buah
Rendemen : 250 : 550 x100% : 27%
c. Analisa harga formula tempe dan bakwan
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil pratikum dengan mencampurkan formula tempe pada
pembuatan bakwan ,dapat kita lihat bahwa pada warna nya agar sedikit
kecoklatan da juga ada aroma tempe dan bau tempe nya.
Daftar Pustaka :
Nizar mulyani,dkk.2020.buku penuntun praktikum ilmu teknologi
panggan.padang.poltekkes kemenkes padang