DISUSUN OLEH :
ERVINA T. N. SENDUK
472014030
PENDAHULUAN
Pelayanan gizi di rumah sakit sebagai salah satu komponen penunjang diselenggarakan oleh
instalasi gizi yang bertujuan untuk menyelenggarakan makanan bagi pasien. Penyelenggaraan
makanan di rumah sakit adalah suatu rangkaian mulai dari perencanaan sampai dengan
pendistribusian makanan kepada pasien. Penyelenggaraan makanan di rumah sakit dilaksanakan
dengan tujuan untuk menyediakan makanan yang kualitasnya baik, jumlah sesuai kebutuhan
serta pelayanan yang baik, dan layak sehingga memadai bagi klien atau konsumen yang
membutuhkan (Depkes RI, 2003).
Penyelenggaraan makanan yang dilakukan di rumah sakit adalah suatu cara untuk membantu dan
mempercepat proses penyembuhan pasien, yang berarti pula memperpendek lama hari rawat
sehingga dapat menghemat biaya pengobatan (Departemen Kesehatan RI, 2003,
2006).Penyelenggaraan makanan di rumah sakit yang meliputi pengadaan bahan makanan,
penyimpanan bahan makanan, pengangkutan makanan masak, penyimpanan makanan masak,
dan penyajian makanan, hendaknya memperhatikan syarat higiene dan sanitasi, mengingat
permasalahan dari suatu makanan ditentukan oleh ada tidaknya kontaminasi terhadap makanan
(Soediono, dkk, 2009)Penyelenggaraan makanan banyak mempunyai prinsip yaitu menyediakan
makanan yang berkualitas baik, cita rasa yang tinggi, yang sesuai dengan selera konsumen,
dengan pelayanan yang wajar dan tingkat sanitasi yang tinggi. (Mukrie, 1993). Salah satu ciri
kegiatan suatu institusi rumah sakit yang termasuk dalam ruang lingkup penunjang medik yaitu
harus memberikan pelayanan makanan kepada pasien dengan mengikuti kaidah ilmu gizi dan
disesuaikan dengan kebutuhan terapi kepada masing-masing pasien (Aditama, 2002).
Kegiatan penyelengaraan makanan merupaka bagian dari instalasi gizi atau unit pelayanan gizi di
rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu; swakelola dan out-sourcing . Instalasi atau unit gizi
bertanggung jawab atas semua kegiatan penyelanggaraan makanan mulai dari
perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi adalah sistem swakelola. Sistem out sourcing pengusaha
jasa boga memanfaatkan sarana dan prasarana di rumah sakit sedangkan full out-sourcing tidak
memanfaatkan sara prasarana rumah sakit melainkan milik perusahaannya sendiri ( kemenkes RI,
2013)
Tahu adalah suatu produk makanan berupa padatan lunak yang dibuat melalui proses pengolahan
kedelai (Glycine sp.) dengan cara pengendapan proteinnya, dengan atau tidak ditambah bahan
lain yang diizinkan (Badan Standarisasi Nasional, 1998). Tahu merupakan bahan pangan yang
bertahan hanya selama 1 hari saja tanpa pengawet (Harti dkk., 2013). Tahu terdiri dari berbagai
jenis, yaitu tahu putih, tahu kuning, tahu sutra, tahu cina, tahu keras, dan tahu kori. Perbedaan
dari berbagai jenis tahu tersebut ialah pada proses pengolahannya dan jenis penggumpal yang
digunakan (Sarwono dan Saragih, 2004). Bahan – bahan dasar pembuatan tahu antara lain
kedelai, bahan penggumpal dan pewarna (jika perlu). Kedelai yang dipakai harus bermutu tinggi
(kandungan gizi memenuhi standar), utuh dan bersih dari segala kotoran. Senyawa penggumpal
yang biasa digunakan adalah kalsium sulfat (CaSO4), asam cuka, dan biang tahu, sedangkan zat
pewarna yang dianjurkan dipakai adalah kunyit. Tahaptahap dalam pembuatan tahu antara lain
merendam kedelai, mengupas, menggiling, menyaring, memasak, menggumpalkan, mencetak
dan memotong (Santoso, 2005).
Buncis merupakan salah satu jenis tanaman sayuran polong yang memiliki banyak
kegunaan. Sebagai bahan sayuran, polong buncis dapat dikonsumsi dalam keadaan muda
atau dikonsumsi bijinya. Buncis bukan tanaman asli Indonesia, tetapi berasal dari meksiko
selatan dan Amerika Tengah. Buncis yang dibudidayakan oleh masyarakat di Indonesia
memiliki banyak jenis. Dari ragam varietas tersebut, tanaman buncis secara garis besar
dibagi dalam dua tipe, yaitu buncis tipe membelit atau merambat dan buncis tipe tegak atau
tidak merambat (Cahyono, 2007).
1.2 Tujuan
Membuat modifikasi dari bahan utama “ tahu “ menjadi tumis buncis tahu kecap untuk pasien
yang penyakitnya tidak memerlukan makanan khusus (diet).
BAB II
RESEP MASAKAN
Merica/Lada
Garam/Masako
Kecap manis
Saus tiram
Porsi 1 x makan
Garam 1 sdt : 5 gr
Porsi 1 x makan
Cara Pembuatan 5. Kentang dikupas dan dipotong, lalu dicuci dan direndam
6. Minyak dipanaskan lalu dimasukan kentang. Ditunggu sampai
agak kecoklatan dan ditiriskan lalu digiling
7. Bawang mera bawang putih, ketumbar, kemiri dihaluskan
8. Bawang goreng, pala, garam, lada dan telur dimasukan ke
dalam kentang yang telah digiling lalu di bungkus
menggunakan daun pisang dan plastik.
9. Setelah dibungkus, dikukus + 30 menit
10. Sajikan
2.1.4 Perhitungan biaya bahan bakar, biaya tenaga, biaya pengolahan, dan biaya resep modifikasi
Bahan bakar Biaya bahan bakar didapat dari 10% biaya bahan bakar adalah 10% x Rp.
3882,5 = Rp. 388,25
Tenaga Biaya tenaga didapat dari konversi gaji berdasarkan UMR sebesar Rp.
1.400.000, sehingga biaya tenaga sebagai berikut jam kerja dalam 1 bulan:
= 45 menit
Pengolahan Biaya pengolahan
UMR
= jam kerja (menit) x lama pengolahan
1.400.000
= 7875
x 45
= Rp 8000
Garam/
Masako
Kecap
Saus tiram
Merica/lada
8. Garam 0 0 0 0 0
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Modifikasi resep ini mengalami penambahan dan pengurangan/ tidak digunakan bahan seperti
penambahan buncis dan pengurangan bahan yaitu saus tiram, masako, merica/lada. Bahan yang
ditambahkan atau di kurangkan/tidak digunakan bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dan daya
terima pasien. Hasil modifikasi resep ini diberikan nama resep Tumis Buncis Tahu Kecap.
Standar porsi adalah rincian macam dan jumlah bahan makanan dalam jumlah bersih setiap
hidangan.Dalam penyelenggaraan makanan orang banyak, diperlukan adanya standar porsi untuk
setiap hidangan, sehingga macam dan jumlah hidangan menjadi jelas.Porsi yang standar harus
ditentukan untuk semua jenis makanan dan penggunaan peralatan seperti sendok sayur, centong,
sendok pembagi harus distandarkan (Mukrie, 1996).
Resep standar dikembangkan dari resep yang ada dengan melipatgandakan atau memperkecil
jumlah penggunaan bahan makanan yang diperlukan.Untuk mencapai standar yang baik sesuai
yang diharapkan diperlukan resep-resep yang standar. Dalam standar resep tercantum nama
makanan, bumbu yang diperlukan, teknik yang diperlukan dan urutan melakukan pemasakan. Suhu
dan waktu pemasakan, macam dan ukuran alat yang dipakai, jumlah porsi yang dihasilkan, cara
memotong, membagi, cara menyajikan dan taksiran harga dalam porsi (Mukrie, 1996).
Standar bumbu adalah ketetapan pemakaian ukuran bumbu-bumbu sesuai dengan ketentuan dalam
standar resep. Tujuan dari standar bumbu adalah untuk menciptakan mutu atau kualitas makanan
yang relatif sama cita rasanya(Almatsier, 2004).
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
- Pengolahan pangan adalah mengolah bahan pangan menjadi produk jadi dengan tujuan untuk
mempertinggi daya cerna, menambah rasa dan rupa makanan, mempertahankan nilai gizi dan
menimbulkan rasa aman bagi manusia / pasien yang akan mengkonsumsi makanan tersebut.
- Modifikasi resep ini berhasil dikembangkan dari resep awal yaitu dari TumisTtahu Kecap
menjadi Tumis Buncis Tahu Kecap.
- Dapat di konsumsi untuk pasien tanpa yang tidak memerlukan makanan khusus (diet). Tumis
Buncis Tahu Kecap meningkatkan nilai gizi khusunya protein karbohidrat sehingga dapat
digunakan sebagai sebagai menu untuk pasien dengan diet TKTP,
4.2 Evaluasi
- Penggunaan Cabe rawit tidak bisa ditambahkan sebagai bumbu.
5.2 Saran
- Penggunaan Minyak goreg diperjelas minyak jenis apa,karean di rumah sakit enggunakan
produk minyak tertrntu.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, S, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Aditama, Tjandra Yoga. 2002. Manajemen Administrasi Rumah Sakit Edisi kedua. Jakarta :
UI Press.
Badan Standardisasi Nasional. 1998. SNI 01-3142-1998.Standar mutu tahu. BSN. Jakarta.
Cahyono, B. 2007. Kacang Buncis:Teknik Budidaya Dan Analis Usaha Tani. Kanisius
Yogyakarta. 129 pp.
Sarwono, B. dan Saragih,Y.P. 2004. Membuat Aneka Tahu. Jakarta: Penebar Swadaya.
Santoso. 2005. Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori Dan Praktek). Malang : Fakultas
Pertanian Universitas Widyagama.