Anda di halaman 1dari 121

STRATEGI FUNDRAISING ZAKAT LAZ AL-AZHAR

MELALUI DIGITAL PLATFORM

(Studi Kasus LAZ Al-Azhar )

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Manajemen Zakat dan Wakaf

Disusun Oleh:

HUMAIDI ISKANDAR

NPM: 2017580008

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1442 H / 2021 M
STRATEGI FUNDRAISING ZAKAT LAZ AL-AZHAR
MELALUI DIGITAL PLATFORM
(Studi Kasus LAZ Al-Azhar )

SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Manajemen Zakat dan Wakaf

Disusun Oleh:

HUMAIDI ISKANDAR

NPM: 2017580008

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


1442 H / 2021 M
LEMBAR PERNYATAAN (ORISININALITAS)

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Humaidi Iskandar
NPM : 2017580008
Program Studi : Manajemen Zakat dan Wakaf
Fakultas : Fakultas Agama Islam
Judul Skripsi : Strategi Fundraising Zakat LAZ Al-Azhar melalui Digital
Platform

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul di atas secara keseluruhan adalah
hasil penelitian saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang menjadi sumber
rujukan. Apabila ternyata di kemudian hari terbukti skripsi saya merupakan hasil
plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia
mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan ketentuan
undang-undang dan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tidak ada
paksaan.
Jakarta, 8 Dzulhijjah 1442 H.
18 Juli 2021 M.

Yang menyatakan

Humaidi Iskandar

i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi yang berjudul “Strategi Fundraising Zakat LAZ Al-Azhar

melalui Digital Platform”, yang disusun oleh Humaidi Iskandar, Nomor

Pokok Mahasiswa 2017580008, Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf

disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi penelitian Fakultas Agama Islam,

Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 18 Juli 2021

Pembimbing

Ali Idrus, S.Ag.,M.Si.

ii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI

Skripsi yang berjudul “Strategi Fundraising Zakat LAZ Al-Azhar melalui


Digital , (Studi Kasus di LAZ Al Azhar)”. Disusun oleh Humaidi Iskandar,
Nomor Pokok Mahasiswa 2017580008. Telah diujikan pada hari/tanggal: Rabu,
14 Agustus 2021 telah diterima dan disahkan dalam sidang skripsi (Munaqasah)
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi
persyaratan mencapai gelar strata satu (S1) Manajemen Zakat dan Wakaf.
FAKULTAS AGAMA ISLAM

Dekan,

Dr. Sopa, M.Ag

Nama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Sopa, M.Ag.


Ketua

Dr. Suharsiwi,M.Pd.
Sekretaris

Ali Idrus, S.Ag, M.Si


Pembimbing

Dr. Risdianto,M.H.
Anggota Penguji I

Dr. Oneng N Bariyah, M.Ag.


Anggota Penguji II

iii
FAKULTAS AGAMA ISLAM
Program Studi Manajemen Zakat dan Wakaf
Skripsi, 18 Juli 2021
Humaidi Iskandar
2017580008
“Strategi Fundraising Zakat LAZ Al-Azhar melalui Digital Platform”
xii- 82 halaman + 5 lampiran

ABSTRAK
Perkembangan teknologi di era digital saat ini, sejalan dengan
perkembangan lembaga filantropi Islam yang salah satunya adalah lembaga
pengelola zakat. Dalam penghimpunan dana, lembaga pengelola zakat mengalami
kemajuan yang mana dahulunya hanya dihimpun melalui media konvensional,
kini sudah meramba ke dunia digital. Penelitian ini akan melihat bagaimana
strategi yang diterapkan oleh LAZ Al-Azhar dalam Fundraising zakat melalui
digital platform.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yakni untuk
menghasilkan data deskriptif dengan teknik wawancara. Analisis data yang akan
digunakan adalah dengan metode deskriptif-komparatif, yaitu dengan membuat
deskripsi atau gambaran tentang variabel atau suatu fenomena atau gejala sosial.
Dengan pendekatan kualitatif, hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada
beberapa strategi yang diterapkan oleh LAZ Al Azhar dalam Fundraising zakat
yaitu dengan perluasan dan penguatan kemitraan dengan lembaga (sekolah,
universitas, perusahaan, dan komunitas), Peningkatan dan penguatan personal
approach, dan terakhir development penghimpunan secara digital. Dan dalam
fundraising melalui digital platform, LAZ Al Azhar menerapkan beberapa strategi
dengan cara membentuk tim smart people, membuat campaign terbaik yang
bersumber dari program-program LAZ Al Azhar, dan membuka seluas-luasnya
channel pembayaran.
Dalam fundraising zakat melalui digital platform LAZ Al Azhar
meluncurkan sebuah aplikasi smartphone yang tersedia di google play store dan
dapat di akses oleh semua kalangan. Aplikasi diharapkan dapat mempermudah
para donatur untuk membayar Zakat, infak, shadaqah ataupun donasi lainnya.
Kontribusi digital platform memberikan dampak yang signifikan terhadap
perkembangan penghimpunan dana walaupun LAZ Al Azhar mengklaim bahwa
metode Fundraising secara langsung masih lebih efektif karena dapat langsung
menyentuh hati donatur. Selanjutnya sangat diperlukan adanya peningkatan
penghimpunan melalui digital platform mengingat perkembangan teknologi
digital yang semakin luas. Terlebih lagi komunikasi yang dulu dilakukan secara
konvensional kini pelan-

iv
v

pelan beralih ke dunia digital sehingga tidak memungkiri bahwa penghimpunan


dana filantropi akan dilakukan full digital.
Kata Kunci: Strategi, Fundraising, Digital Platform.
PEDOMAN TRANSLITERASI

1. Konsonan:
‫ء‬ , ‫ط‬ TH
‫ب‬ B ‫ظ‬ ZH
‫ت‬ T ‫ع‬ ‘
‫ث‬ TS ‫غ‬ GH
‫ج‬ J ‫ف‬ F
‫ح‬ H ‫ق‬ Q
‫خ‬ KH ‫ك‬ K
‫د‬ D ‫ل‬ L
‫ذ‬ DZ ‫م‬ M
‫ر‬ R ‫ن‬ N
‫ز‬ Z ‫و‬ W
‫س‬ S ‫ه‬ H
‫ش‬ SY ‫ي‬ Y
‫ص‬ SH ‫ة‬ H
‫ض‬ DL

2. Vokal Pendek 3. Vokal Panjang


‫َب‬ A ‫َبا‬ Â
‫ب‬
ِ I ‫بِي‬ Î
‫ب‬ ُ U ‫بُو‬ Û

4. Diftong 5. Pembauran
---‫و‬ Au ‫ال‬ al- …
---‫ىي‬ Ai ‫الش‬ al-sy …
‫وال‬ wa al- …

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat dan petunjuk-Nya
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan sebagaimana mestinya. Salawat dan salam
senantiasa tercurahkan kepada revolusioner umat manusia yakni Nabi Muhammad

vi
Saw., keluarganya, sahabat-sahabatnya, serta tabi’in dan tabiut tabi’in yang
senantiasa istiqomah di jalan Allah SWT.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana
ekonomi di Jurusan Manajemen Zakat dan Wakaf Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari yang diharapkan, karena kurang sempurnanya dalam penulisan skripsi
ini dari sistematika penulisan, segi tata bahasa yang digunakan, maupun isi dari
hasil penelitian. Oleh karenanya, sangat diharapkan kritik berikut sarannya untuk
menyempurnakan skripsi ini.
Tidak sedikit kendala yang dialami penulis didalam penyelesainnya, namun
karena bimbingan, arahan, dan bantuan dari berbagai pihak baik moril maupun
materil, sehingga kendala itu menjadi tidak terlalu berarti. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada
pihak-pihak berikut:
1. Dr. Mamun Murod, M.Si., Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Dr. Sopa, M.Ag., Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah
Jakarta.
3. Ali Idrus, S.Ag.,M.Si., Ketua Program Studi Manajemen Zakat Wakaf
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.
4. Ali Idrus, S.Ag.,M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi yang telah mengorbankan
waktu, pikiran dan tenaga untuk memberikan arahan, memberi motivasi,
dukungan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dan mudah-mudahan layak
untuk dibaca.

vii
viii

5. Seluruh Dosen dan Karyawan Fakultas Agama Islam Universitas


Muhammadiyah Jakarta yang telah memberikan pelayanan akademik dan
pelayanan administrasi terbaik.
6. Pimpinan LAZ Al-Azhar Pemberdayaan Umat yang sudah memberikan
kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.
7. Kepada kedua orang tua tercinta, Alm. Zaenal Abidin dan Ibunda tercinta
Muhrami serta saudara kandung saya Zailin Roma yang senantiasa
mendoa’akan, memberikan kasih sayang, dorongan moril dan dukungan
materil sehingga memperlancar keberhasilan studi.
8. BAZNAS RI, dan LAZISMU Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah
memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis selama masa
perkuliahan sampai selesainya skripsi ini.
9. Kepada teman seperjuangan Subhan Ashof dan Indah Linawati dan teman
teman lainnya yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
banyak kekurangan dan kesalahan. Oleh karenanya, penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran agar bisa menjadi bahan evaluasi dalam menyusun kepenulisan
lainnya.

Jakarta, 8 Dzulhijjah 1442 H


18 Juli 2021

Humaidi Iskandar
ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN (ORISINALITAS) ..........................................i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ..............................................ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ...........................iii

ABSTRAK ......................................................................................................iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ...................................................................vi

KATA PENGANTAR ...................................................................................vii

DAFTAR ISI
.................................................................................................................................i
x

DAFTAR GAMBAR .....................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................1


A. Latar Belakang Masalah 1
B. Fokus dan Subfokus Masalah4
C. Perumusan Masalah......................................................................4
D. Manfaat Penelitian 4
E. Sistematika Penulisan...................................................................8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................7


A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian....................7
1. Strategi 7
a. Pengertian Strategi ............................................................7
b. Macam-macam Strategi ...................................................10
c. Fungsi Strategi .................................................................11
x

d. Manfaat Strategi ...............................................................12


2. Fundraising 13
a. Pengertian Fundraising ....................................................13
b. Fundraising Zakat ............................................................15
x

c. Tujuan Fundraising...........................................................16
d. Unsur-unsur Fundraising Zakat........................................18
e. Metode Fundraising .........................................................19
xi

3. Zakat 21
a. Pengertian Zakat ..............................................................21
b. Landasan Hukum Zakat ...................................................22
c. Macam-macam Zakat........................................................24
d. Tujuan dan Hikmah Zakat................................................27
4. Digital Platform 28

a. Pengertian Digital Platform.............................................28


b. Ruang Lingkup Digital Platform......................................31

B. Hasil Penelitian yang Relevan.....................................................37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN........................................................40


A. Tujuan Operasional Penelitian.......................................................
40
B. Tempat dan Waktu Penelitian......................................................40
C. Latar Penelitian 40
D. Metode dan Prosedur Penelitian 41
E. Data dan Sumber Data 42
F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data 42
G. Teknik Analisis Data 44
H. Validitas Data 45
1. Kredibilitas45
2. Transferabilitas........................................................................45
3. Dependabilitas.........................................................................45
4. Konfirmabilitas.......................................................................46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................47


A. Gambaran Umum Tentang Latar Penelitian..................................
47
B. Temuan Penelitian 62
C. Pembahasan Temuan Penelitian..................................................67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN............................................................81


xii

A. Kesimpulan 81
B. Saran 82

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP
xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Data penerima manfaat program Zakat Pride


Gambar 4. 2: Data Penerima Manfaat Program MyHEART for yatim
Gambar 4.3: Data penerima manfaat program Formula Tanggap Bencana
Gambar. 4.4: Data penerima manfaat program INFRALINK
Gambar 4. 5: Data penerima manfaat program Sejuta Berdaya
Gambar 4.6: Data penerima program sejuta berdaya
Gambar 4.7: Output Program Gemilang Indonesia
Gambar 4.8: Capaian LAZ AL-Azhar
Gambar 4.9 : Platform Layanan Digital LAZ Al-Azhar
Gambar 5.1: Tampilan Aplikasi Al-Azhar

BAB 1

PENDAHULUAN

xiii
A. Latar Belakang Masalah

Zakat memiliki kedudukan yang sangat penting dalam Islam

sebagaimana Yusuf Al-Qardhawi menyebutkan ada 30 kata zakat

dirangkaikan dengan kata shalat. Bahkan Ali Yafi` menyebutkan ada

sekitar 72 ayat yang mengaitkan antara Zakat dengan Shalat. 1 Dalam kasus

ini menandakan bahwa Zakat tidak bisa dipandang sebelah mata, sebab

sama pentingnya dengan shalat.

Zakat adalah instrumen solutif yang mampu menyeimbangkan

kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Zakat dapat menjaga

harmonisasi antara golongan lemah atau miskin dengan golongan yang

kaya, sebagai wadah untuk menjalin hubungan dan berinteraksi bagi

individu satu dengan individu lainnya (hablumminannas) dan fungsinya

sebagai ibadah (hablumminallah) bagi umat muslim berdasarkan tuntunan

dari Allah SWT dan Rasulullah SAW.

Sebagai gerakan pranata sosial, zakat dapat meningkatkan keadilan

dan kesejahteraan masyarakat. Untuk meningkatkan daya guna dan hasil

guna yang maksimal, zakat harus dikelola secara melembaga sesuai

dengan syariat Islam sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang

nomor 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat.2 Di Indonesia, potensi

zakat mulai tergali dengan dampak yang semakin signifikan sejak era

1
Safwan Idris, Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat, Pendekatan
Transformatif (Jakarta: Citra Putra Bangsa, 1997), h.33.
2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat

xiv
1990-an. Ditangan masyarakat sipil era ini zakat mengalami kebangkitan.

Era ini kemudian dikenal sebagai era pengelolaan zakat secara

professional, modern serta berbasis prinsip-prinsip manajemen dan tata

kelola organisasi yang baik.

Adanya Undang-Undang No 23 tahun 2011 adalah bukti dukungan

pemerintah terhadap kebangkitan Zakat di Indonesia terlepas dari

perdebatan yang berujung pada gugatan materil maupun formil pada

undang undang ini. UU No 23 tahun 2011 menegaskan bahwa otoritas

pengumpul zakat (fundraiser) adalah pemerintah melalui badan atau

lembaga yang secara resmi dibentuk atau diakui oleh Negara yaitu

BAZNAS dan LAZ. Ketentuan ini sesuai dengan prinsip pengelolaan

zakat berdasarkan syariat dimana Al-Qur`an mengisyaratkan melalui

perintah pengambilan zakat yang harus melalui otoritas kekuasaan agar

dapat dilakukan secara efektif, terjamin dan mempunyai kepastian hukum.

Keterlibatan negara dalam membuat regulasi, koordinasi dan kontrol

sangat diperlukan dalam mewujudkan tata kelola perzakatan nasional yang

baik.

Pengumpulan dan pendistribusian zakat merupakan dua hal yang

saling berkaitan. Pengumpulan atau yang akrab dikenal istilah fundraising

diambil dari kamus bahasa inggris yang artinya pengumpulan uang

diperlukan untuk membiayai program kerja sebuah organisasi atau

lembaga termasuk BAZNAS dan LAZ. Sementara pendistribusian

berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), memiliki arti proses,

xv
cara, dan perbuatan mendistribusikan. untuk mencapai pengumpulan dan

pendistribusian yang maksimal diperlukan yang namanya strategi.

Potensi zakat di Indonesia terhitung mencapai Rp.233.8 Triliun,

yakni; zakat perusahaan sebesar Rp.6,71 Triliun, zakat penghasilan sebesar

Rp.139,07 Triliun, zakat pertanian sebesar Rp.19,79 Triliun, zakat uang

sebesar Rp.58,76 Triliun, dan Rp.9,51 Triliun zakat peternakan.3

Dewasa ini, dengan berkembangnya Robotics Process Automation

(RPA), Artificial Intellegent (AI), dan Internet of Things (IoT), telah

merubah tatanan social masyarakat dan industry secara mendasar dari

berbagai aspek kehidupan manusia. Perkembangan ini memberikan

dampak yang positif terhadap lembaga zakat sehingga dapat membantu

OPZ meningkatkan efisiensi, transparansi dan akuntabilitas. Menyambut

perkembangan di era digital ini BAZNAS dan LAZ mulai melakukan

digitalisasi dalam pengumpulan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu

dengan platform internal dan eksternal. Platform internal dilakukan

melalui website dan aplikasi. Sementara untuk platform eksternal

dilakukan melalui e-commerce, ride-hailing, crowdfunding, dan e-wallet.

Salah satu lembaga Amil Zakat yang ikut eksis dalam dunia

digitalisasi adalah LAZ AL-Azhar. Telah hampir 17 tahun LAZ Al-Azhar

berkiprah untuk negeri dalam rangka memberdayakan masyarakat dhuafa

berbasis pendidikan dan dakwah. Dalam menebar manfaat kepada

mustahik, maka LAZ Al-Azhar terus melakukan perbaikan dan

3
Outlook Zakat Indonesia 2020, Badan Amil Zakat Nasional, (Jakarta : Pusat Puskas
Baznas, 2020), h. 4.

xvi
pengembangan terutama di sektor digital. Salah satu bentuk nyata LAZ

Al-Azhar dalam menjawab perkembangan digital saat ini yaiu dengan

meluncurkan sebuah aplikasi yang dinamakan LAZ AL-Azhar.

Berdasarkan uraian di atas penulis ingin melakukan penelitian dengan

judul Strategi Fundraising Zakat LAZ Al-Azhar melalui Digital Platform

Studi Kasus di LAZ Al-Azhar Peduli Umat.

B. Fokus dan Subfokus Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, agar

masalahnya menjadi terarah dan tidak melebar kemana-mana maka penulis

akan memfokuskan masalah yang diambil pada strategi fundraising zakat

LAZ Al-Azhar melalui digital platform dengan subfokus konsep zakat,

fundraising dan digital platform. Penulis ingin meneliti bagaimana strategi

yang diterapkan oleh LAZ Al-Azhar dalam melakukan fundraising melalui

digital platform.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan fokus dan subfokus di atas, maka penulis

merumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu, bagaimana strategi

fundraising zakat LAZ Al-Azhar melalui digital platform ?

D. Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat manfaat teoritis, manfaat praktis, dan

manfaat akademis, yaitu:

xvii
1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

keilmuan bagi penulis, pembaca sekaligus informasi tentang Strategi

Fundraising Zakat Melalui Digital Platform yang sangat dibutuhkan di

era sekarang ini.

2. Manfaat praktis

Dari penelitian yang dibuat oleh penulis diharapkan berguna dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, mengenai Strategi Fundraising

Zakat Melalui Digital Platform dalam rangka meningkatkan potensi

penghimpunan zakat di Indonesia.

3. Secara akademis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan

pemikiran dalam ilmu strategi fundraising zakat terutama bagi

mahasiswa manajemen zakat dan zakat. Kemudian penelitian ini

diharapkan juga bisa menjadi rujukan penelitian berikutnya terkait

bagaimana strategi dalam fundraising melalui digital platform.

E. Sistematika Penulisan

Dalam rangka memudahkan penulis, maka dalam penelitian ini

dibagi menjadi dalam beberapa bab sesuai dengan sistematika penulisan.

BAB I: Pendahuluan

Dalam bab ini berisi latar belakang, fokus dan subfokus,

perumusan masalah, kegunaan penelitian, dan sistematika

penulisan.

xviii
BAB II: Tinjauan Pustaka

Dalam bab ini berisi deskripsi konseptual dan sub fokus penelitian

dan hasil penelitian yang relevan yang pernah diteliti sebelumnya.

BAB III: Metodologi Penelitian

Dalam bab ini berisi tujuan penelitian, tempat dan waktu

penelitian, latar penelitian, metode dan prosedur penelitian, data

dan sumber data, teknik dan prosedur pengumpulan data, teknik

analisis data, dan validitas data.

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini berisi gambaran umum tentang latar penelitian,

temuan penelitian dan pembahasan temuan penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini berisi kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

xix
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian

1. Strategi

a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu Strategos yang

artinya jendral. Berdasarkan asal katanya, kata strategi berarti seni

para jendral yang mana awalnya berasal dari peristiwa peperangan

sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh dalam suatu

peperangan. Namun sesuai dengan perkembangan zaman, kata

strategi pun ikut berkembang sehingga bisa digunakan untuk

semua kegiatan organisasi, termasuk di aspek sosial, ekonomi,

budaya dan agama. Dalam pengertian umum, strategi adalah cara

untuk mendapat kemenangan atau pencapaian tujuan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi

dari strategi adalah suatu rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran yang tepat. Strategi adalah suatu kesatuan

rencana, komprehensif dan terpadu yang menghubungkan kekuatan

strategi perusahaan dengan lingkungan yang dihadapi guna

menjamin tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran pokok.4

4
Metondang, Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2008), h. 73

20
21

Sederhananya strategi merupakan seni atau ilmu

menggunakan dan mengembangkan kekuatan (ideologi, politik,

ekonomi, sosial budaya) untuk mecapai tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya.5 Hemat penulis, strategi adalah jalan untuk

mencapai hasil yang ditargetkan sesuai dengan visi dan misi

sebuah organisasi.

Dalam manajemen atau suatu organisasi, penggunaan kata

strategi diartikan sebagai kiat cara dan taktik utama yang dirancang

secara sistematik atau secara berurutan dan rapi dalam

melaksanakan fungsi manajemen yang terarah pada tujuan strategi

organisasi.6

Terdapat beberapa tahapan dalam strategi, yang pertama

adalah perumusan strategi. Adapun proses dalam perumusan terdiri

dari :

1) Menetapkan misi

2) Menyusun sasaran

3) Melakukan analisis strategi yang ada untuk menetapkan

hubungannya dengan penilaian internal dan eksternal

4) Menetapkan kapabilitas khusus organisasi

5
Sumarsono, Pendidikan Kewarganegaraan, (Jakarta: PT Gramedia, 2006) h. 139.
6
Hadari Nawawi, Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang Pemerintahan
dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press,
2000), h. 147.
22

5) Menetapkan masalah strategi utama yang timbul dari analisis

sebelumnya

6) Menetapkan strategi korporasi dan fungsional untuk mencapai

sasaran dan keunggulan kompetitif, mempertimbangkan

masalah strategi utama

7) Mempersiapkan rencana strategi terintegrasi untuk menerapkan

strategi

8) Menerapkan strategi7

Yang kedua, adalah pelaksanaan strategi. Adapun proses

dalam pelaksanaan strategi terdiri dari:

1) Menetapkan sasaran

2) Membuat kebijakan

3) Memotivasi karyawan dan

4) Mengalokasikan sumber daya sehingga strategi dapat

dilaksankan dengan baik.

Kemudian tahapan yang terakhir adalah evaluasi strategi.

Evaluasi strategi meliputi:

1) Mereview faktor-faktor internal dan eksternal yang merupakan

dasar bagi setiap strategi yang sedang dijalankan.

2) Mengukur kinerja yang sudah dijalankan

7
Sedermayanti, Manajemen Sumber Daya Manusia : Reformasi Birokrasi dan
Manajemen Pegawai Negeri Sipil, (Bandung: Refika Aditama, 2007), h.22.
23

3) Mengambil sebuah tindakan perbaikan apabila terjadi

ketidaksesuaian.

b. Macam-macam Strategi

Ada beberapa macam strategi, diantaranya:

1) Corporate Level Strategi

Urusan organisasi dapat berupa kumpulan bisnis yang secara

relatif independen dan terkadang disebut sebagai Strategic

Busines Unit. Pelayanan dan area pelayanan yang akan

dilaksanakan pada level nasional atau global ditentukan dalam

strategi ini.

Pada level ini, ada empat strategi yang harus dilaksanakan:

a) Build, menentukan pelayanan dan area bisnis baru untuk

meningkatkan pangsa pasar.

b) Hold, keputusan untuk mempertahankan pangsa pasar.

c) Harvest, keputusan meningkatkan keuntungan jangka

pendek dengan menurunkan biaya pelayanan.

d) Divest, keputusan melepaskan pasar yang tidak

menguntungkan.

2) Competitive Level Strategi

Pada level ini ditentukan bagaimana pelayanan

dilaksanakan sehingga diperoleh keunggulan kompetitif produk

atau jasa.
24

3) Function Level Strategy

Strategi ini dapat diartikan dengan strategi pemasaran

interaktif, strategi finansial, dan strategi sumber daya manusia

(SDM). Level ini berkaitan dengan interpretasi peran dari

fungsi pusat-pusat pelayanan dalam menerapkan strategi

kompetitif. Ciri-ciri pada level ini yaitu:

a) Otonomi pelayanan

b) Mempunyai strategi yang berbeda

c) Mempunyai pesaing sendiri

d) Mempunyai manajer yang bertanggung jawab8

c. Fungsi Strategi

Berikut beberapa fungsi strategi :

1) Strategi sebagai rencana (plan)

Dalam menghadapi tantangan lingkungan tertentu, strategi

dapat menjadi pedoman atau arah tindakan.

2) Strategi sebagai siasat

Dalam hal ini strategi manuver atau latihan untuk menghadapi

pesaing.

3) Strategi sebagai pola

Dalam menghadapi tantangan atau mencari peluang, strategi

dapat digunakan sebagai pola untuk mengambil tindakan.


8
Sandu dan Suprianto, Kebijakan dan Manajemen Kesehatan, (Yokyakarta: Andi, 2015),
h. 137.
25

4) Strategi sebagai kedudukan

Strategi menjadi media yang menjembatani perusahaan dengan

lingkungan.

5) Strategi sebagai Perspektif

Strategi menjadi perwujudan cara melihat dan memahami

lingkungan.

d. Manfaat Strategi

Selain memiliki beberapa fungsi, strategi juga memiliki

manfaat bagi organisasi. Manfaat strategi bagi organisasi adalah

sebagai berikut:

1) Strategi mampu menjunjung fungsi kontrol, sehingga seluruh

proses pencapaian tujuan strategik berlangsung terkendali.

2) Strategi bisa menjadi sarana dalam mengkomunikasikan

gagasan, kreativitas, dan informasi serta cara merespon

perubahan dan perkembangan lingkungan operasional,

nasional dan global kepada semua pihak sesuai dengan

wewenang dan tanggung jawabnya.

3) Strategi yang disepakati dapat memperkecil bahkan

meniadakan perbedaan dan pertentangan pendapat dalam

mewujudkan keunggulan yang terarah pada pencapaian tujuan

strategi.
26

4) Pemersatu sikap bahwa keberhasilan bukan sekedar untuk

manajemen puncak, tetapi juga merupakan keberhasilan

bersama keseluruhan organisasi dan masyarakat.9

2. Fundraising

a. Pengertian Fundraising

Dalam kamus Inggris-Indonesia, fundraising diartikan

sebagai pengumpulan dana. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), yang dimaksud pengumpulan adalah

proses, cara, perbuatan, pengumpulan, penghimpunan, dan

pengarahan. Fundraising dapat diartikan sebagai kegiatan

menghimpun dana ZISWAF dan sumber dana lainnya dari

masyarakat (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan,

maupun pemerintah) yang digunakan untuk membiayai program

dan kegiatan operasional lembaga yang kemudian goals akhirnya

adalah untuk mencapai visi dan misi dari lembaga tersebut.10

Fundraising (penghimpunan dana) dapat pula diartikan

sebagai proses mempengaruhi masyarakat baik perseorangan

sebagai individu atau perwakilan masyarakat maupun lembaga agar

menyalurkan dananya kepada sebuah organisasi.

9
Kusnardi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Brawijaya, 2001), h. 216.
10
Hasanudin, Manajemen Zakat dan Wakaf (Pamulang: Buku Ajar Tahun, 2010), h. 132.
27

Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

strategi penghimpunan dana (fundraising) adalah rencana sebuah

proses mempengaruhi calon donator agar mau melakukan amal

kebajikan dalam bentuk penyerahan dana atau sumber daya lainnya

yang bernilai, untuk disampaikan kepada masyarakat yang

membutuhkan yang dalam hal ini adalah mustahik. Proses

mempengaruhi disini meliputi kegiatan memberitahukan,

mengingatkan, mendorong, mengajak, membujuk, dan merayu.11

Koordinasi antara penghimpunan dan pelayanan donatur

adalah dua hal yang menjadi kunci sekaligus menjadi penentu

keberhasilan dalam proses penghimpunan. Berdasarkan pernyataan

tersebut, pentingnya strategi fundraising dalam aktivitas

fundraising tidak terfokus hanya mengejar kepada penciptaan

sumber-sumber pendanaan saja. Tetapi, dapat menjaga

kepercayaan kepada masyarakat terhadap pelayanan yang

diberikan oleh organisasi pelayanan sosial tersebut. Sehingga,

strategi fundraising yang dilakukan oleh organisasi pelayanan

sosial dilakukan dengan efektif dan penciptaan inovasi baru untuk

meningkatkan sumber pendanaan dan kualitas pelayanan kegiatan

dalam membangun kepercayaan kepada masyarakat.

b. Fundraising Zakat

11
Widi Nopiardo, “Strategi Fundraising Dana Zakat pada Baznas Kabupaten Tanah
Datar”, dalam IMARA, Vol. 1, No. 1, 2017, h. 60.
28

Fundraising yang dilakukan lembaga zakat adalah kegiatan

menghimpun atau menggalang dana zakat, infaq, dan sadaqah serta

sumber daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok,

organisasi dan perusahaan yang akan disalurkan dan

didayagunakan untuk mustahik. Sementara orang atau lembaga

yang melakukan pengumpulan dana tersebut dinamakan fundraiser.

Sejatinya, fundraising tidak hanya soal uang semata lebih

dari itu ruang lingkupnya begitu luas dan mendalam sebab

pengaruhnya akan berdampak terhadap keberadaan atau eksistensi

sebuah lembaga. Sesuai dengan tujuan dari adanya perintah

berzakat untuk mensejahterakan masyarakat sehingga tidak ada

ketimpangan sosial antara si miskin dan si kaya maka peran

fundraising tidak bisa dianggap sebelah mata.

Fundraising pada sebuah organisasi pengelola zakat (OPZ)

dapat diartikan sebagai segala upaya atau proses kegiatan dalam

rangka menghimpun dana zakat, infaq, dan shodaqah serta sumber

daya lainnya dari masyarakat baik individu, kelompok, organisasi

dan perusahaan yang akan disalurkan dan didayagunakan untuk

mustahik. Dalam konteks yang lebih kompleks, aktifitas

fundraising, yaitu penggalangan dana atau daya yang dilakukan

dengan manajemen pemasaran (marketing), motivasi dan relasi.

Dalam hal ini pengalangan dana atau daya tidak hanya bersifat
29

pemberian semata yang sangat dipengaruhi oleh pertimbangan

calon donatur (muzaki).12

Suksesnya fundraising dapat menjadi standar keberhasilan

sebuah organisasi nirlaba karena akan berpengaruh terhadap proses

program yang akan dilaksanakan maka tidak heran jika fundraising

selalu menjadi tema besar bagi lembaga pengelola zakat.

c. Tujuan Fundraising

Terdapat 5 tujuan dari kegiatan fundraising, yaitu:

menghimpun dana, menghimpun donatur, menghimpun simpatisan

atau pendukung, membangun citra lembaga, dan memberikan

kepuasan pada donatur.

1) Menghimpun Dana

Merupakan tujuan pokok Fundraising. Dana yang dihimpun

tidak hanya identik dengan uang semata tetapi juga barang atau

jasa yang memiliki nilai komersil atau value. Dapat dikatakan

bahwa fundraising yang gagal adalah fundraising yang tidak

mampu menghimpun dana. Karena dapat dipastikan program

yang direncanakan tidak berjalan dengan maksimal jika tidak

ada dana.

2) Menghimpun Donatur

Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah donasi

per orang, dan pada saat yang sama memperbanyak


12
Direktorat Pemberdayaan Zakat, Manajemen Pengelolaan Zakat, (Jakarta: Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI , 2009), hlm. 65.
30

penyumbang. Dengan banyaknya donator diharapkan semakin

banyak pula dana yang terhimpun.

3) Menghimpun Simpatisan atau Pendukung

Hal ini dimaksudkan untuk menjadi promotor atau

informan positif tentang lembaga kepada orang lain. Kelompok

seperti ini juga diperlukan oleh lembaga sebagai pemberi kabar

informan kepala setiap orang yang memerlukan. Dengan adanya

kelompok simpatisan dan pendukung ini, maka kita memiliki

jaringan informasi-informasi yang akan sangat menguntungkan.

Tentunya untuk mendapatkan simpatisan dan pendukung kita

perlu membuat program yang menarik dan bermanfaat luas.

4) Membangun Citra Lembaga

Dalam fundraising dapat disematkan motivasi dan

membangun relasi yang baik dalam kemitraan. Dengan citra ini

setiap orang akan menilai lembaga, dan ujungnya adalah

bersikap atau menunjukkan perilaku terhadap lembaga.

Fundraising yang baik akan menebarkan aura positif kepada

calon muzakki atau masyarakat yang ingin berdonasi. Jika

masyarakat sudah menilai lembaga kita positif maka mereka

akan berdonasi begitupun sebaliknya, jika lembaga dinilai

negative maka donator tidak ingin berdonasi.

5) Memuaskan Donatur
31

Memuaskan donator, bisa dikatakan sebagai tujuan

tertinggi dalam fundraising. perlu dirancang sebagai goal in the

long run, meskipun kegiatannya secara teknis dilakukan sehari-

hari. Sebab, jika donatur puas mereka akan mendonasikan

dananya kembali kepada lembaga semula. Bila puas, mereka

akan menceritakan lembaga kepada orang lain secara positif.

Sederhanaya, kegiatan fundraising tidak hanya berfokus kepada

penghimpunan semata tetapi juga menjaga kepercayaan kepada

masyarakat atau donatur terhadap pelayanan yang diberikan oleh

organisasi pelayanan sosial tersebut.

d. Unsur-unsur Fundraising Zakat

Unsur-unsur fundraising dalam hal ini dimaksudkan agar

calon muzaki dapat terpengaruh dan mau memberikan dananya

kepada OPZ, adapun unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1) Identifikasi Calon Donatur/Calon Muzakki

Dalam hal identifikasi calon donatur, diperlukan beberapa

pertanyaan yang mengindikasi calon donator tersebut. Misalnya,

siapa donator atau calon muzaki, calon donator ini tertarik di

program apa, dimana dan kapan biasanya ia menyumbang

beserta berapa jumlah yang biasa ia sumbangkan. Satu hal yang

tidak kalah penting yaitu OPZ harus membuat database dari


32

calon muzaki hal ini dapat mempermudah membuat

perencanaan dalam fundraising sehingga tepat sasaran.

2) Penggunaan Strategi Fundraising

Unsur yang kedua setelah mengidentifikasi calon donatur,

OPZ dapat menentukan metode-metode yang tepat untuk

menghimpun dana ziswaf dari muzaki. Pemilihan metode yang

tepat akan memperoleh hasil yang maksimal.13

e. Metode Fundraising

Setelah mengetahui unsur-unsur dalam fundraising,

selanjutnya adalah menentukan metode. Pengertian metode dalam

hal ini adalah suatu bentuk kegiatan oleh sebuah organisasi atau

lembaga dalam rangka menghimpun dana dari masyarakat.

Terdapat berbagai teknik yang dapat dilakukan dalam melakukan

fundraising. Terdapat dua jenis metode dalam fundraising, yaitu

metode langsung dan tidak langsung.

1) Metode langsung

Metode ini menggunakan cara-cara yang melibatkan

partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk

fundraising dimana proses interaksi dan daya akomodasi

terhadap respon muzaki bisa seketika (langsung) dilakukan.

Dengan metode ini apabila dalam diri muzaki muncul

keinginan untuk melakukan donasi setelah mendapatkan


13
Ahmad Furqon, Manajemen Zakat, (Semarang: CV.Karya Abadi Jaya, 2015), h. 41.
33

promosi dari fundraising lembaga, maka segera dapat

melakukan dengan mudah dan semua kelengkapan informasi

yang diperlukan untuk melakukan donasi sudah tersedia.

Sebagai contoh dari metode ini adalah: Direct Advertising,

telefundraising, dan presentasi langsung.

2) Metode tidak langsung

Metode ini menggunakan cara-cara yang tidak melibatkan

partisipasi muzaki secara langsung. Yaitu bentuk-bentuk

fundraising dimana tidak dilakukan dengan memberikan daya

akomodasi langsung terhadap respon muzaki seketika. Metode

ini misalnya dilakukan dengan metode promosi yang mengarah

kepada pembentukan citra nazhir yang kuat, tanpa cara khusus

diarahkan untuk menjadi transaksi zakat, infak, sedekah atau

zakat pada saat itu. Sebagai contoh: Adventorial, Image

Compaign dan penyelenggaraan Event, pengumuman produk,

melalui perantara, dan lain-lain.

Metode yang dilakukan dalam fundraising sangat

berpengaruh terhadap muzaki. Keduanya memiliki kelebihan

dan kekurangannya masing-masing. Setiap Lembaga

mempunyai ciri khas dalam menggunakan metode

fundraising, mengingat dewasa ini perkembangan digital yang

berkembang semakin pesat mengharuskan lembaga pengelola

zakat untuk ikut eksis mengikuti perkembangan zaman. Oleh


34

karena itu, dibutuhkan inovasi dengan cara memadukan antara

keduanya agar proses fundraising lebih maksimal.14

3. Zakat

a. Pengertian Zakat

Secara etimologi (bahasa), kata zakat memiliki beberapa

arti, yaitu: al-barakatu ‘keberkahan’, al-namaa ‘bertumbuh dan

berkembang’, aththaharatu, ‘kesucian’ dan ash-shalahu

‘keberesan’. Sedangkan secara harfiah, zakat berarti suci, berkah,

rapi, patut, dan damai. Dalam terminologi para ulama syariah,

zakat diartikan sebagai nama bagi sesuatu harta kekayaan yang

dikeluarkan oleh seseorang dari hal Allah untuk disalurkan kepada

kaum fuqara.15

Dalam undang-undang Republik Indonesia No 23 tahun

2011 tentang pengelolaan zakat, zakat diartikan sebagai harta yang

wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk

diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat

islam.16 Adapun orang yang berhak menerima zakat disini adalah

mustahik.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat

disimpulkan bahwa zakat infak dan sedekah yang ketentuan bayar

dan penyalurannya tidak diatur secara detail. Sementara zakat

14
Murtadho Ridwan, "Analisis Model Fundraising Dan Distribusi Dana Zis Di Upz Desa
Wonoketingal Karanganyar Demak", dalam STAIN Kudus, Vol. 10, No. 2, 2016, h. 7.
15
Sabiq, Fiqh Al-Sunnah, diterjemahkan oleh Sayyid dkk, (Bogor: Pustaka Ibnu Katsir,
1973), h. 327.
16
UUD No 23 tahun 2011.
35

memiliki aturan yang jelas tentang harta apa yang wajib

dizakatkan, batasan harta yang terkena zakat atau nisab, waktu

untuk membayarnya, cara penghitungannya, bahkan siapa

penerimanya sudah diatur oleh Allah dan Rasul-Nya melalui

ketentuan-ketentuan syariat yang tercantum juga dalam undang-

undang no 23 tahun 2011.

Zakat merupakan instrumen ekonomi Islam yang sangat

penting yang berpengaruh di bidang sosial dan ekonomi

masyarakat. Tidak hanya itu, kedudukan zakat sejajar dengan

shalat. Inilah yang menunjukkan betapa pentingnya zakat sebagai

salah satu rukun islam. Kata al-zakah yang dalam Al-Qur’an

diulang-ulang sebanyak 32 kali dalam 19 surah dan 32 ayat. Rata-

rata digandingkan dengan kata al-shalah yang dalam Al-Qur’an

kata al-shalah juga diulang-ulang lebih banyak lagi, hingga 67

kali.

b. Landasan Hukum Zakat

Zakat merupakan salah satu rukun Islam atau unsur

pokoknya umat Islam, sehingga tidak bisa dipandang sebelah mata.

Zakat hukumnya wajib bagi muslim yang sudah memenuhi syarat

dan ketentuan untuk berzakat. Zakat diwajibkan di Madinah pada

bulan syawal tahun ke 2 Hijriyah. Kewajiban berzakat dimulai

setelah diwajibkannya berpuasa di bulan Ramadhan dan zakat

fitrah. Hanya saja, zakat tidak diwajibkan untuk para Nabi. Hal ini
36

karena tujuan ditunaikannya zakat adalah untuk penyucian orang-

orang yang berdosa, sementara para nabi bebas dari dosa.17

Zakat wajibkan dalam Al-Qur`an, Hadist dan Ijma`.

Landasan hukum zakat yang tercantum dalam Al-Qur`an

diantaranya:

Surah Al-Baqarah ayat 43 :

َّ ْ‫ٱلص لَ ٰوةَ َوءَاتُ وا‬


‫ٱلز َك ٰوةَ َوٱر َكعُ واْ َم َع‬ َّ ْ‫يم وا‬ِ
ُ ‫َوأَق‬
‫ني‬ِ ِ َّٰ
َ ‫ٱلركع‬
Artinya : “Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah
beserta orang-orang yang ruku’.”18

Ayat di atas menyeru untuk menerima ajakan untuk


beriman, lalu mengerjakan shalat dengan rukun yang benar dan
memberikan zakat kepada orang-orang yang berhak menerimanya.
Dengan shalat jamaah kita mendapatkan dua pahala sekaligus,
yakni pahala shalat dan pahala berjamaahnya. Hal ini adalah
pendorong atau penuntut kita untuk menjadi seorang muslim.19

Surah At-Taubah ayat 103 :

‫هِب‬ ِ‫هِل‬ ِ
‫ك‬ َ ‫ص ِّل َعلَي ِهم إِ َّن‬
َ َ‫ص لَ ٰوت‬ َ ‫ص َدقَة تُطَ ِّه ُرمُه َو ُتَز ِّكي ِهم َ ا َو‬
َ ‫ُخ ذ من أَم َٰو م‬
ُ‫َس َكن هَّلُم َوٱللَّه‬
‫يم‬ ِ ِ‫مَس‬
ٌ ‫يع َعل‬ ٌ

17
Wahbah Al-Zuhayly, Zakat Kajian berbagai Mazhab, (Bandung; PT Remaja
Rosdakarya, 2008), h.89.
18
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Hafidz, (Bandung: Cordoba, 2018), h. 7
19
Motivasee, “Tafsir Al-Mishbah surah al-Baqarah ayat 43”, dalam
https://risalahmuslim.id/en/quran/al-baqarah/2-43/ diakses pada hari Kamis 2 September 2021,
Pukul 07:25 WIB.
37

Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan


zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan
mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi
Maha Mengetahui.”20

Ayat di atas menjelaskan pentingnya melakukan


fundraising Zakat dan memastikan bahwa zakat itu bisa
mensucikan harta dan jiwa. Wahai Rasulullah, ambillah sedekah
dari harta orang-orang yang bertobat itu, yang dapat membersihkan
mereka dari dosa dan kekikiran dan dapat mengangkat derajat
mereka di sisi Allah. Doakanlah mereka dengan kebaikan dan
hidayah, karena sesungguhnya doamu dapat menenangkan jiwa
dan menenteramkan kalbu mereka. Allah Maha Mendengar doa
dan Maha Mengetahui orang-orang yang ikhlas dalam bertobat.21

Selain berasal dari al-Qur`an, landasan hukum zakat juga terdapat


dalam hadis, diantaranya:

‫ث‬ َ ‫َن اَلنَّيِب َّ صلى اهلل عليه وسلم َب َع‬ ٍ َّ‫َع ِن اِبْ ِن َعب‬
َّ ‫ ( أ‬:‫اس َر ِض ي اَللَّهُ َعْن ُه َم ا‬
َ
‫َن اَللَّهَ قَ ِد‬
َّ ‫ ( أ‬:‫ َوفِي ِه‬,‫يث‬ ِ
َ ‫ُم َع اذًا رض ي اهلل عن ه إِىَل اَلْيَ َم ِن ) فَ َذ َكَر َحْلَ د‬
‫ َفُت ر ُّد يِف‬,‫ تُ ْؤ َخ ُذ ِم ْن أَ ْغنِيَ ائِ ِه ْم‬,‫ص َدقَةً يِف أ َْم واهِلِ ْم‬ ِ
َ َ َ ‫ض َعلَْي ِه ْم‬
َ ‫ا ْفَت َر‬
) ‫ُف َقَرائِ ِه ْم‬

ُ ‫ َواللَّ ْف‬,‫ُمَّت َف ٌق َعلَْي ِه‬


‫ظ‬
ِ
ّ ‫ل ْلبُ َخا ِر‬
‫ي‬
Artinya : Dari Ibnu Abbas ra. bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa
Sallam mengutus Mu'adz ke negeri Yaman ia meneruskan hadits
itu dan didalamnya (beliau bersabda): "Sesungguhnya Allah telah
20
Ibid., h. 203.

21
Tafsirq.com, dalam https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-103#tafsir-quraish-shihab
diakses pada hari kamis, tanggal 2 September 2021, pukul 07:39 WIB.
38

mewajibkan mereka zakat dari harta mereka yang diambil dari


orang-orang kaya di antara mereka dan dibagikan kepada orang-
orang fakir di antara mereka." (Muttafaq Alaihi dan lafadznya
menurut Bukhari.)22

c. Macam-macam Zakat

Secara umum zakat terbagi menjadi dua macam yaitu zakat


fitrah (nafsh) dan zakat maal.

1) Zakat Fitrah/jiwa (nafsh)


Menurut bahasa zakat fitrah berasal dari fi’il madhi
yakni fatara yang berarti menjadikan, membuat, mengadakan,
dan bisa berarti berbuka dan makan pagi. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), zakat fitrah adalah zakat yang
wajib diberikan oleh setiap muslim setahun sekali pada awal
ramadhan hingga hari raya Idul Fitri yang berupa makanan
pokok sehari-hari (beras, jagung, dan sebagainya). Zakat ini
dinamakan zakat fitrah karena di kaitkan dengan diri (al-fitrah)
seseorang, berikut sesuai dengan tujuannya yang selain sebagai
bentuk ibadah, juga bertujuan untuk membersihkan diri baik
lisan maupun perilaku maksiat selama berpuasa, dan
memberikan kecukupan kepada orang-orang yang
membutuhkan atau mustahik pada hari raya Idul Fitri.

Zakat fitrah ini dimaksudkan untuk membersihkan


dosa-dosa yang pernah dilakukan selama puasa Ramadan, agar
orang-orang itu benar-benar kembali kepada keadaan fitrah,
dan juga untuk menggembirakan hati fakir miskin pada hari
raya Idul Fitri.23

22
M.Nuruddin, “Transformasi Hadis-Hadis Zakat dalam Mewujudkan Ketangguhan
Ekonomi pada Era Modern”, dalam Jurnal Zakat Wakaf, Vol. 1, No. 2, Desember 2014, h. 297.
23
Abu Malik, Terjemahan Fathur Qarib (Pengantar Fiqih Imam Syafi’i), (Surabaya :
Mutiara Ilmu, 2013), h. 354-355.
39

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa zakat


fitrah adalah zakat yang dikeluarkan oleh setiap muslim yang
mempunyai kelebihan untuk keperluan keluarga yang wajar
berupa uang atau bahan makanan pokok yang biasa dikonsumsi
masyarakat setempat dalam jumlah kadar tertentu pada malam
hari raya Idul Fitri dengan tujuan sebagai ibadah kepada Allah,
dan pembersih jiwa (nafsh) dari perkataan dan perbuatan yang
tidak bermanfaat selama berpuasa.

Terkait waktu dan jumlah/kadar zakat fitrah sudah


diatur oleh Allah SWT. yaitu dilaksanakan dari awal
Ramadhan hingga sebelum dilakukannya shalat Idul Fitri.
Sedangkan banyaknya zakat fitri yang harus di bayarkan
perorang adalah satu sha (2,5 kg/3,5 liter) dari bahan makanan
pokok.

Adapun waktu yang paling utama untuk menunaikan


zakat fitrah yaitu pada akhir bulan Ramadhan mulai dari
terbenamnya matahari hingga akan dimulainya shalat idul fitri.
Jika muzakki menunaikan zakat fitrahnya setelah shalat idul
fitri, maka akan dihitung sebagai sedekah biasa. Dan untuk
tempat menunaikan zakat fitrah yang baik adalah tempat
dimana muzakki tinggal saat itu. Konsekuensi bagi yang telat
menunaikan zakat fitrah adalah dosa karena kelalaiannya.

Terdapat dua hikmah dalam zakat fitrah sebagaimana


yang dikemukakan oleh Yusuf Al-Qardhawi, yaitu:

a) Saat melaksanakan puasa, kita seringkali terjerumus pada


perkataan dan perbuatan yang tidak bermanfaat sehingga
berujung kepada maksiat maka zakat fitrah ini adalah
penawarnya. Karena fungsi zakat fitrah adalah untuk
membersihkan kotoran selama menjalankan ibadah puasa.
40

b) Mengingat hari raya idul fitri adalah hari besar umat Islam
dan merupakan momen yang paling dinanti-nantikan umat
Islam tentunya semuanya ingin menyambutnya dengan
kegembiraan dan penuh sukacita. Zakat fitri berfungsi
sebagai fasilitator untuk menumbuhkan kecintaan kepada
sesama umat Islam terlebih lagi kepada yang tidak mampu.
2) Zakat Maal

Menurut bahasa, kata ‘maal’ berarti kecenderungan,


atau segala sesuatu yang di inginkan sekali oleh manusia untuk
dimiliki dan disimpannya yang secara harfiah disebut harta.
Sedangkan menurut syarat, maal adalah segala sesuatu yang
dapat dimiliki atau dikuasai dan dapat digunakan
(dimanfaatkan) sebagaimana lazimnya.

Zakat mal sebagaimana dimaksud meliputi:

a) emas, perak, dan logam mulia lainnya;


b) uang dan surat berharga lainnya;
c) perniagaan;
d) pertanian, perkebunan, dan kehutanan;
e) peternakan dan perikanan:
f) pertambangan;
g) perindustrian;
h) pendapatan dan jasa; dan
i) rikaz24

Harta kekayaan yang wajib dizakati meliputi: binatang


ternak, emas dan perak, uang, perhiasan, barang temuan, harta
perdagangan, hasil pertanian.25 Dalam zakat maal, dibayarkan
jika sudah mencapai haul dan nishabnya.

d. Tujuan dan Hikmah Zakat


24
UU No 23 tahun 2011
25
Hasbiyallah, Fikih, (Bandung: Grafindo, 2006) h. 43.
41

Dalam Islam segala sesuatunya tidak mungkin terjadi


begitu saja. Tentu ada yang namanya tujuan dan pasti terdapat
hikmah di dalamnya. Zakat, dapat dikatakan sebagai instrumen
untuk meminimalisir kesenjangan antara si kaya dan si miskin
sehingga terwujud pemerataan dan keadilan sosial masyarakat,
sebagai bentuk ibadah kepada Allah zakat juga memiliki tujuan
secara horizontal kepada manusia dan jiwa (nafsh) individu,
adapun tujuan zakat di antaranya :

1) Mengangkat derajat fakir-miskin dan membantunya keluar dari


kesulitan hidup.
2) Membantu pemecahan permasalahan yang dihadapi oleh
gharimin (orang-orang yang berhutang), ibnusabil (orang yang
kehabisan biaya dalam perjalanan), dan mustahiq (orang yang
berhak menerima zakat).
3) Menyambung dan membina tali persaudaraan sesama umat
islam dan manusia pada umumnya.
4) Mensucikan jiwa dari sifat kikir.
5) Menjembatani jurang pemisah antara yang kaya dengan yang
miskin.
6) Membentuk rasa tanggung jawab sosial pada diri seseorang,
pada mereka yang memiliki kecukupan harta.
7) Sarana pemerataan pendapatan (rezeki) untuk mencapai
keberhasilan sosial.26

4. Digital Platform
a. Pengertian Digital Platform

Digital berasal dari kata Digitus, dalam bahasa Yunani


berarti jari jemari. Apabila kita hitung jari jemari orang dewasa,
26
Didin Hanifudin dan Ahmad Juwaeni, Membangun Peradaban Zakat, (Jakarta: Imz,
2006), h.8
42

maka berjumlah sepuluh (10). Nilai sepuluh tersebut terdiri dari 2


radix, yaitu 1 dan 0, oleh karena itu Digital merupakan
penggambaran dari suatu keadaan bilangan yang terdiri dari angka
0 dan 1 atau off dan on (bilangan biner).

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) platform


adalah rencana kerja; program atau mimbar.27 Semua sistem
komputer menggunakan sistem digital sebagai basis datanya. Dapat
disebut juga dengan istilah Bit(BinaryDigit).28 Peralatan canggih,
seperti komputer, pada prosesornya memiliki serangkaian
perhitungan biner contohnya pada proses biner seperti saklar
lampu, yang memiliki 2 keadaan, yaitu Off (0) dan On (1).
Misalnya ada 20 lampu dan saklar, jika saklar itu dinyalakan dalam
posisi A, misalnya, maka ia akan membentuk gambar bunga, dan
jika dinyalakan dalam posisi B, ia akan membentuk gambar hati.
Begitulah kira-kira biner digital tersebut.

Media digital merupakan bentuk media elektronik yang


menyimpan data dalam wujud digital, bukan analog. Pengertian
dari media digital dapat mengacu kepada aspek teknis (misalnya
hard disk sebagai media penyimpan digital) dan aspek transmisi
(misalnya jaringan komputer untuk penyebaran informasi digital),
namun dapat juga mengacu kepada produk akhirnya seperti video
digital, audio digital, tanda tangan digital serta seni digital.

Media digital merupakan perangkat dalam bentuk media


elektronik dimana data disimpan dalam bentuk digital. Perangkat
ini juga sangat pesat berkembang seiring dengan berjalannya
kecanggihan teknologi saat ini. Banyak orang telah menggunakan
perangkat digital untuk mempermudah aktivitas mereka maupun
digunakan untuk hiburan semata.
27
https://kbbi.web.id/platform diakses pada Rabu, 23 juni 2021, pukul 14:00 WIB.
28
Zulfikar Mochamad Rachman. Bikin Telecenter Yuk!. Tim Partnership for e- Prosperty
for the Poor (Pe-PP) Bappenas,(Jakarta: UNDP, 2007). h.25.
43

Platform adalah suatu tempat yang dipergunakan untuk


menjalankan perangkat sistem secara lunak. Dengan arti ini makan
platform memberikan berbagai dapak yang baik, sebagai pelengkap
seseorang dalam menjalankan sistemasiasi perangkatnya.

Asosiasi industri media digital Florida, Digital Media


Alliance Florida mendefinisikan media digital sebagai konvergensi
kreatif seni digital, ilmu pengetahuan, teknologi dan bisnis untuk
ekspresi manusia, komunikasi, interaksi sosial dan pendidikan.
Media digital penggunaanya pun sangatlah mudah tidak terkesan
kuno seperti alat-alat analog yang masih menggunakan sistem
manual.

Pada perangkat digital ini kita dapat mengerjakan sesuatu


secara cepat atau istilahnya instan tanpa banyak menggunakan
tenaga manusia. Teknologi digital terutama digunakan dengan
media komunikasi fisik baru, seperti satelit dan transmisi serat
optik. Modem digunakan untuk mengubah informasi digital di
komputer ke sinyal analog untuk saluran telepon dan untuk
mengkonversikan sinyal telepon analog ke informasi digital untuk
komputer.

Teknologi digital pada dasarnya sistem yang menghitung


secara cepat yang memproses semua bentuk informasi sebagai
nilai-nilai numeris. Teknologi ini juga dapat mengubah sinyal
menjadi kombinasi urutan bilangan 0 dan 1 (bilangan biner) untuk
memproses informasi yang lebih mudah, cepat dan akurat dan
sinyal tersebut disebut bit.

Manfaat digital platform menurut Darmin Nasution


sebagaimana dimuat dalam Liputan6.com, Jakarta diantaranya;
pertama adalah sebagai inovasi munculnya model-model bisnis
baru tidak lepas dari kemampuan para inovator untuk merancang
44

strategi lewat platform digital. Di Indonesia sendiri, inovasi digital


yang terjadi tidak hanya di dunia ritel, tapi juga di bidang
pendidikan, katering, kesehatan, bahkan di dunia hukum. Semakin
banyak orang yang berpartisipasi, maka akan timbul persaingan
sehat yang berdasarkan inovasi, sehingga memberikan nilai tambah
bagi masyarakat. Manfaat kedua adalah Inklusivitas, lewat
platform digital, segala macam layanan dapat dengan mudah
menjangkau orang banyak di berbagai daerah.

Hasilnya, terjadi inklusivitas yang menguntungkan orang-


orang yang bertempat tinggal jauh dari daerah metropolitan,
sehingga mereka turut menikmati layanan digital. Dan terakhir
adalah Efisiensi, tentu dengan berkembangnya inovasi platform
digital, otomatis akan ada efisiensi, baik dari segi manufaktur
maupun pemasaran. Hal ini tentunya memerlukan kecerdasan dari
pebisnis untuk mengoptimalkan strategi mereka di dunia digital.

b. Ruang lingkup media digital


Ruang lingkup media digital untuk mempersempit ruang
berpikir kita dan merupakan fokus dari penelitian ini, maka
pembahasan media digital hanya akan berpusat pada Internet saja.
Tidak mudah untuk mendefinisikan tentang apa itu internet, sebab
tiap orang akan berpendapat lain jika ditanya tentang pengertian
internet.
Istilah internet merupakan akronim dari Interconnection
Networking, dalam dunia globalisasi internet diartikan sebagai
global network of computernetwork.29 Sejak mulai dikenalnya
internet pada tahun 1989, mulai banyak hal kegiatan melalui
internet, Pada tahun 1990 John Romkey menciptakan

29
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang:
Bayumedia, 2005), h.324.
45

'perangkat', pemanggang roti yang bisa dinyalakan dan


dimatikan melalui Internet.30
Internet adalah sumber daya informasi yang menjangkau
seluruh dunia. Sumber daya informasi tersebut sangat luas dan
sangat besar, sehingga tidak ada satu orang, satu organisasi, bahkan
satu negara yang dapat menanganinya sendiri. Internet adalah
“anetwork of computer networks”, kita dapat memikirkannya
sebagai suatu sistem yang mengkombinasikan berbagai komputer
dari seluruh dunia kedalam satu komputer raksasa yang dapat
dioperasikan dari komputer personal di depan kita. Beberapa
pengertian Internet menurut beberapa literatur :
1) Internet dapat didefinisikan sebagai jaringan komputer yang
menghubungkan situs akademik, pemerintahan, komersil,
organisasi, maupun perorangan.
2) US Supreme Court, mendefinisikan internet
sebagai“internasional network of interconnected
computers,” (jaringan internasional dari komputer-komputer
yang saling berhubungan).31
3) Agus Rahardjo mengistilahkan internet sebagai jaringan
komputer antar negara atau antar benua yang berbasis
transmission control protocol/internet protocol (TCP/IP).32
4) Internet adalah sebuah jaringan mengglobal yang terbentuk
dari berbagai jaringan komputer, masing-masing jaringan
tersebut terbentuk secara terdesentralisasi namun saling
terkoneksi melalui protokol yang disebut TCP/IP.
5) Internet adalah produk teknologi, maka pendefinisiannya
pun sebaiknya mengikuti terminologi teknis. Namun, Istilah
internet lalu dianggap mewakili medium tunggal, bukannya
30
Apri Junaidi,” Internet of Things, Sejarah, Teknologi dan Penerapannya” dalam Jurnal
Ilmiah Teknologi Informasi Terapan, Vol. I, No.3, 2015, h. 63.
31
Abdul Wahid dan Moh. Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung:
PT.Refika Aditama, 2005), h.31.
32
Abdul Wahid dan Moh. Labib, Ibid., h.59.
46

jaringan atau infrastruktur bagi pertukaran data digital


atau“informationsuperhighway”. Penyederhanaan tersebut
dilakukan pula oleh sebagian pengamat/ilmuwan dari
disiplin ilmu komunikasi, yang menyebutkan Internet
sebagai new media dalam konteks sebuah medium tunggal,
namun kadang memisahkannya.

Menurut Coordinator and support action for global RFID-


related activities and standadisation menyatakan internet of things
(IoT) sebagai sebuah infrastruktur koneksi jaringan global, yang
mengkoneksikan benda fisik dan virtual melalui eksploitasi data
capture dan teknologi komunikasi. Infrastruktur IoT terdiri dari
jaringan yang telah ada dan internet berikut pengembangannya.
Hal ini menawarkan identifikasi obyek, identifikasi sensor dan
kemampuan koneksi yang menjadi dasar untuk pengembangan
layanan dan aplikasi koperatif yang berdiri secara independen, juga
ditandai dengan tingkat otonomi data capture yang tinggi, event
transfer, konektivitas pada jaringan dan juga interoperabilitas.33

Pada era modern seperti pada zaman sekarang ini, manusia


mampu melakukan berbagai kegiatan di dalam rumah ataupun di
dalam kantor tanpa harus bermobilitas kemana mana. Dengan
adanya teknologi internet, manusia dapat melakukan banyak hal
seperti bersosialisasi, bertegur sapa dengan teman jauh maupun
dekat, membaca buku, memperoleh berbagai informasi, berbelanja
secara online tanpa harus memikirkan seberapa jauh jarak kita.
Perkembangan teknologi telah merubah cara interaksi dalam
komunikasi pemasaran dari face to face (konvensional) menjadi
screen to screen (internet marketing). Hal ini yang menyebabkan
peningkatan pengguna internet serta pengguna media sosial di

33
David Setiadi dan Muhamad Nurdin. A, “Penerapan Internet Of Things (Iot) Pada
Sistem Monitoring Irigasi (Smart Irigasi)” dalam Jurnal Infotronik, Vol. 3, No. 2, Desember
2018, h. 2.
47

Indonesia yang berdampak juga pada sosial dan ekonomi


masyarakat bahkan ke pola kehidupan setiap individu.

Kelebihan Media Internet


1) Efisien dalam hal waktu, melalui jaringan internet dapat
mengefisiensi waktu terutama pada sesuatu yang biasanya
memerlukan mobilitas bias dilakukan secara online.
2) Tanpa batas, penjelajahan melalui internet tidak mengenal
batas baik ruang/tempat maupun waktu (Absence of
boundaries).
3) Terbuka selama 24 jam (24 hours online), internet dapat
diaksesselama 24 jam, jadi sewaktu-waktu penjelajah dunia
virtual dapat melakukan penjelajahannya.
4) Interaktif, terdapat banyak situs-situs yang menyediakan
fasilitas interaktif dapat diakses melalui media internet;
5) Terjalin dalam sekejap (Hyperlink), informasi yang tersedia
tersaji dalam bentuk hyperlink, berarti pengunjung dapat
melompat dari satu informasi ke informasi yang lain baik
yang
6) mempunyai ikatan langsung maupun tidak memiliki ikatan.
7) Efisiensi biaya, hal ini dikarenakan dengan internet kita
tidak perlu melakukan banyak mobilitas yang
menghabiskan biaya operasional.

Disisi lain, internet juga mempunyai kelemahan. Adapun


kelemahan media internet diantaranya:

1) Content Credibilitz. Internet dapat diakses oleh hampir


semua orang pada wilayah yang amat sangat tersebar. Telah
lama dipercaya bahwa konten yang beredar melalui jaringan
internet dapat dibuat oleh siapa saja dengan
48

menyembunyikan identitas diri, sehingga kredibilitas


konten menjadi sangat lemah.34
2) Kesenjangan digital (Digital Divide) Kesenjangan digital
adalah adanya jarak/kesenjangan antara mereka yang
memiliki akses terhadap teknologi digital dengan mereka
yang tidak memiliki akses;

Hari ini, revolusi industri keempat mengubah ekonomi,


pekerjaan bahkan masyarakat itu sendiri. Banyak teknologi fisik
dan digital yang digabungkan melalui analitik, kecerdasan buatan,
teknologi kognitif, dan Internet of Thing (IoT) untuk menciptakan
perusahaan digital yang saling terkait dan mampu menghasilkan
keputusan yang tepat. Oleh karena inilah perusahaan digital dapat
berkomunikasi, menganalisis sampai menggunakan data untuk
mendorong tindakan cerdas di dunia fisik.

Melihat kegigihan para startup yang berkolaborasi dengan

perbankan dan toko online, lembaga amil zakat seakan merasakan

getaran virtual. Hal ini membuat lembaga amil zakat harus ikut

beradaptasi dengan perkembangan digital saat ini. Adanya

pengelolaan zakat pada dasarnya perlu dilengkapi dengan

perencanaan dan strategi yang lebih rigid, segmentasi yang jelas,

serta kontrol melalui evaluasi agar perbaikan dapat terus dilakukan.

Pola fundraising Organisasi Pengelola Zakat dahulu masih secara

konvensional. Berbagai upaya dalam fundraising pun harus terus

mengikuti perkembangan masyarakat yang mana dulu biasanya

dilakukan door to door atau sosialisasi langsung ke lapangan

mengandalkan media-media konvensional dalam rangka


34
Johnny Ibrahim, Op.cit, hlm.326
49

membujuk dan mengajak masyarakat untuk mengikuti ajakan

lembaga pada sosialisasi tersebut atau dengan bayar tunai dan

transfer tunai melalui bank, saat ini bisa dilakukan via online

melalui platform digital berupa website dan media sosial.35

Direktur Informasi dan Komunikasi Politik Hukum dan

Keamanan Kementerian Komunikasi dan Informatika, Bambang

Gunawan mengatakan jumlah pengguna internet di Indonesia

sekarang telah mencapai 202 juta orang.36 Hal ini menunjukan

bahwa internet telah merambah dari berbagai daerah mulai dari

pelosok desa hingga ke kota.

Perlu dipahami bersama, bahwa perkembangan media yang


semakin pesat seperti saat ini, pada hakikatnya menunjukkan
perkembangan zaman yang semakin maju dan berkembang. Secara
kasat mata, seolah perkembangan tersebut hanya dirasakan pada
sisi teknologi. Namun lebih dari itu, perkembangan yang
ditunjukkan dengan kemajuan teknologi, merupakan cerminan dari
perkembangan budaya masyarakat Internet telah merubah di
berbagai aspek kehidupan masyarakat sehingga sering kita dengar
“internet is anything”.

Atas dasar inilah, maka OPZ pun harus mengikuti


perkembangan ini, agar bisa terus maju dan berkembang, dalam
rangka melakukan fundraising dan dakwah di media digital pun
berangkat dari fenomena ini, maka OPZ dalam melakukan

35
Zaimah, N. R. “Analisis Progresif Skema Fundraising Wakaf dengan Pemanfaatan E-
Commerce di Indonesia”, dalam Anil Islam, No. 0. Vol. 2, 2017, h. 285-316.
36
Adam Rizal, “Pengguna Internet Indonesia Terbesar Ke-4 di Dunia, Ini Tantangannya”,
dalam https://www.google.com/amp/s/infokomputer.grid.id/amp/122756150/pengguna-internet-
indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia-ini-tantangannya diakses pada 11 Juli 2021 pukul 21:41 WIB.
50

fundraising zakat harus mampu bertransformasi dari mekanisme


dan metode konvensional, menjadi digital fundraising.

B. Hasil Penelitian yang Relavan


Dalam melakukan penelitian, peneliti mengacu pada beberapa hasil
penelitian sebelumnya. Hal ini sebagai referensi sekaligus bisa menjadi
pembanding antara hasil penelitian sekarang dengan yang terdahulu.
Adapun referensi atau acuan perbandingan penelitian yang relavan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Peneliti : Meike Siti Nurhajizah
Prodi : Strata satu Manajemen Dakwah Konsentrasi
Ziswaf Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta (2017),

Judul penelitian : “Strategi Fundraising Badan Amil Zakat Nasional


(Baznas) Pusat Melalui E-Commerce”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi strategi dalam


melakukan penghimpunan atau fundraising yang dilakukan oleh Badan
Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Pusat dengan menggunakan teknologi
digital yaitu ecommerce, pemaparan hasil penelitian ini berisi mengenai
penerapan strategi fundraising yang dilakukan BAZNAS Pusat dan hasi
penerapan strategi yang digunaka. Penelitian ini menggunakan metode
penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Dimana penelitian
ini didasari dengan pengamatan yang dilakukan oleh penulis kemudian di
paparkan sesuai apa yang penulis amati di lapangan. Adapun pengumpulan
data yang peneliti lakukan yaitu menggunakan metode observasi,
51

wawancara documenter, dan data lainnya. Ketika data-data telah


terkumpul, peneliti melakukan analisis lalu mengambil kesimpulan dari
analisis tersebut. Hasil penelitian yang didapatkan yaitu BAZNAS
menerapkan empat strategi yaitu: 1. Program yang menarik berupa
kemudahan bertransaksi, 2. Menumbuhkan rasa empati pada donator
dengan membuat program pendayagunaan dan periklanan, 3. Bekerjasama
dengan perusahaan ecommerce, dan 4. Memberikan pelayanan berupa
pemberian notifikasi dan laporan zakat melalui e-mail. Penerapan strategi
tersebut tersebut memberikan dampak pada peningkatan dana, namun
penurunan jumlah dana juga terjadi karena kurang maksimalnya penerapan
strategi tersebut.

2. Peneliti : Prafika Phasa,


Prodi : Manajemen Zakat dan Zakat Fakultas Agama
Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta (2018),
Judul Penelitian : “Efektifitas Promosi Melalui Media Sosial Dalam
Menghimpun Zakat Tunai Di Badan Zakat Al-
Quran Tebet Jakarta Selatan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektifitas promosi


melalui media sosial dalam menghimpun zakat tunai di badan zakat al-
quran tebet selatan, keefektifan tersebut dapat di lihat dari beberapa
indicator antara lain kedekatan hubungan, database yang diperoleh,
efisiensi biaya, dan hasil pengjimpunan dana zakat. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode
kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan datanya dengan cara penelitian
lapangan sedangkan alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data
adalah wawancara, study dokumentasi dan observasi. Analisis data yang di
gunakan adalah yang bersifat kualitatif denga menggunakan reduksi data
dan display data untuk mencari kesimpulan atau verifikasi. Hasil dari
penelitian ini menunjukan, pertama promosi pengumpulan dana zakat
melalui media sosial dianggap efektif. Faktanya BWA dapat melakukan
52

promosi online dengan biaya rendah dan waktu yang efisien namun dapat
menjangkau audiens yang luas. BWA memiliki media sosial dengan
ribuan followers dan mendapatkan 200.000 data calon wakif potensial dari
seluruh Indonesia setiap bulannya, kedua, pengumpulan zakat mengalami
peningkatan yang signifikan setelah diilakukan promosi melalui media
social.

3. Peneliti : Ilham Saputra


Prodi : Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh

Judul Penelitian : “Analisis Strategi Penghimpunan Dana Zakat,


Infak dan Sedekah Rumah Zakat Cabang Banda Aceh”

Penelitian ini bertujuan ntuk menganalisis strategi dalam


penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada Rumah Zakat Cabang
Banda Aceh. Dan untuk mendeskripsikan kendala yang dihadapi dalam
penghimpunan dana zakat, infak dan sedekah pada Rumah Zakat Cabang
Banda Aceh.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rumah Zakat memfokuskan


diri dalam sosialisasi dan edukasi tentang zakat kepada masyarakat
mengenai zakat infak dan sedekah. Strategi yang dilakukan oleh Rumah
Zakat dengan melakukan promosi menggunakan media sosial seperti
website, facebook, instagram dan media sosial lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian di atas, penulis akan memaparkan


perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang penulis lakukan
yaitu sebagai berikut:

a. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana


strategi fundraising yang dilakukan LAZ Al-Azhar melalui Digital
Platform
53

b. Penelitian ini menggambarkan bagaimana trend fundraising


melalui digital platform saat ini
Studi kasus dari penelitian ini di LAZ Al-Azhar pada tahun 2021
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan menjelaskan Strategi Fundraising Zakat di

LAZ Al-Azhar melalui Digital Platform studi kasus LAZ Al-Azhar

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat Penelitian : LAZ Al-Azhar

Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan bulan februari sampai bulan

juli 2021.

C. Latar Penelitian

Berdasarkan studi yang bersumber dari bacaan dan trend saat ini

penghimpunan zakat melalui digital platform sedang booming dan banyak

digunakan oleh lembaga nirlaba. LAZ Al-Azhar adalah lembaga yang cukup

eksis di antara lembaga pengelola zakat lainnya saat ini. Menjawab

perkembangan zaman yang semakin canggih dan modern berikut

masyarakatnya yang dominan millenial, LAZ Al-Azhar membuat inovasi

dalam memaksimalkan fundraising zakat. Salah satunya dengan dibuat nya

aplikasi mobile yang dapat diakses dengan mudah oleh pengguna

smartphone.

54
Pemilihan LAZ Al-Azhar sebagai tempat penelitian karena lembaga

ini merupakan LAZ skala Nasional yang eksis dan terus inovatif dalam

memaksimalkan penggunaan digital platform.

D. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yaitu penelitian

yang menghasilkan data deskriptif, tidak menggunakan angka-angka statistik,

melainkan dalam bentuk kata-kata. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk

memahami suatu fenomena atau gejala sosial dengan lebih benar dan lebih

objektif. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus

yaitu penelitian di mana penulis menyelidiki secara cermat suatu program,

peristiwa, aktivitas, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh

waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap

dengan menggunakan berbagi prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu

yang telah ditentukan.37

Adapun prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Penelitian kepustakaan (library research), yaitu dengan membaca

literatur yang ada di perpustakaan, yang berkaitan dengan masalah

fundraising zakat melalui digital platform, untuk merumuskan teori,

pendapat, definisi dan lain-lain;

2. Penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian yang dilakukan

penulis dengan terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang


John W. Creswell, Reseach Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode
37

Campuran, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016), Cetakan ke-5, h. 20.

55
berhubungan dengan permasalahan penelitian. Penelitian ini dilakukan

dengan teknik sebagai berikut:

a. Observasi, yaitu dengan mengamati aktivitas-aktivitas yang

berlangsung, di LAZ Al-Azhar dalam melakukan fundraising zakat

melalui digital platform.

b. Dokumentasi, yaitu dengan mengkaji dokumen-dokumen tertulis, di

antaranya arsip, internet, majalah, dan lain-lain;

c. Wawancara, yaitu dengan teknik pengambilan data dengan

menggunakan metode tanya jawab yang dilakukan dengan pihak LAZ

Al-Azhar.

E. Data dan Sumber Data

Data dari hasil penelitian ini berdasarkan hasil wawancara dan

perolehan data yang bersumber dari LAZ Al-Azhar. Berikut sumber data:

1. Data Primer

Data Primer yaitu di peroleh dari hasil pengumpulan observasi,

wawancara dan dokumentasi di LAZ Al-Azhar.

2. Data Sekunder

Data sekunder berguna untuk melengkapi kekurangan yanga ada

pada data primer, yaitu dengan studi pustaka mengenai fundraising zakat

melalui digital platform dari buku, jurnal, majalah, dan lain sebagainya.

F. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data

56
1. Observasi

Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya

peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengamati perilaku dan

aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini,

peneliti merekam atau mencatat baik dengan cara terstruktur maupun

semistuktur aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian.38 Dalam hal ini

yang akan diamati adalah mengenai fundraising zakat melalui digital

platform.

2. Wawancara

Yaitu suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau lebih

yang duduk berhadapan fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu.

Wawancara merupakan metode pengumpulan data yang menghendaki

komunikasi langsung antara penyelidik dengan subyek, atau responden.

Peneliti dapat melakukan face-to-face interview (wawancara

berhadap-hadapan) dengan partisipan, mewawancarai mereka dengan

telepon, atau terlibat dalam focus group interview (wawancara dalam

kelompok) yang terdiri dari enam sampai delapan partisipan per

kelompok. Wawancara seperti ini tentu saja memerlukan pertanyaan-

pertanyaan yang secara umum tidak terstruktur (unstructured) dan bersifat

(open minded) yang dirancang untuk memunculkan pandangan dan opini

dari partisipan.39

38
John Cress Well, Op. Cit., h. 267.
39
John Cress Well, Ibid., h. 267.

57
3. Studi Dokumentasi

Dokumentasi ini bisa berupa dokumen publik (seperti, koran,

majalah, laporan kantor) ataupun dokumen privat (seperti, buku harian,

diary, surat, e-mail).40 Data dokumentasi ini menyajikan data yeng

berbobot. Data ini biasanya sudah tertulis secara mendalam oleh

partisipan.41

G. Teknik Analisis Data

Analisis data yang akan digunakan adalah dengan metode deskriptif-

komparatif, yaitu dengan membuat deskripsi atau gambaran tentang variabel

atau suatu fenomena atau gejala sosial seperti yang dilakukan dalam

penelitian deskriptif, juga mencari atau menganalisis bagaimana saling

hubungannya antara berbagai variabel atau berbagai fenomena atau berbagai

gejala sosial tersebut.42

Prosedurnya adalah sebagai berikut:

1. Pengumpulan data;

2. Pemeriksaan kejelasan dan kelengkapan instrument (editing);

3. Proses identifikasi dan klasifikasi dari setiap pertanyaan;

4. Entri data ke dalam tabel induk (tabulating);

5. Pengujian validitas dan reabilitas instrumen dari pengumpulan data; dan

40
John Cress Well, Ibid., h. 270.
41
John Cress Well, Ibid., h. 269.
42
Jusuf Soewadji, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012),
h. 34.

58
6. Mendeskripsikan data dengan menyajikan ke dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan sejenisnya.

H. Validitas Data

Penulis dalam memeriksa keabsahan data menggunakan teknik

kredibilitas, transferbilitas, defendabilitas, dan konfirmalitas dalam

memeriksa keabsahan data.

1. Kredibilitas

Kredibilitas dimana partisipan adalah satu-satunya orang yang dapat

menilai secara sah kredibilitas hasil penelitian tersebut. Strategi untuk

meningkatkan kreadibilitas data meliputi perpanjangan pengamatan,

ketekunan penelitian, triangulasi, dan diskusi teman sejawat.43

2. Transferbilitas

Transferbilitas merujuk pada tingkat kemapuan hasil penelitian yang

dapat digeneralisasikan atau transfer pada konteks atau setting yang lain.

Peneliti dapat meningkatkan transferbilitas dengan melakukan suatu

pekerjaan mendeskripiskan konteks penelitian dan asumsi-asumsi yang

menjadi sentral pada penelitian tersebut.44

3. Defenbilitas

43
Suharsiwi, dkk., Op. Cit., h. 32.
44
Suharsiwi, dkk., Ibid., h. 33.

59
Defenbilitas menekankan perlunya peneliti untuk memperhitungkan

konteks yang berubah-ubah dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti

bertanggungjawab menjelaskan perubahan-perubahan yang tejadi dalam

seting dan bagaiman perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi

cara pendekatan penelitian dalam studi tersebut.45

4. Konfirmabilitas

Konfirmabilitas atau objektivitas merujuk pada tingkat kemampuan

hasil penelitian yang dikonfirmasikan oleh orang lain. Terdapat sejumlah

strategi untuk meningkatkan konfrimabilitas. Peneliti dapat

mendokumentasikan prosedur untuk mengecek dan mengecek kembali

seluruh data penelitian.46

45
Suharsiwi, dkk., Ibid.
46
Suharsiwi, dkk., Ibid.

60
61
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian

1. Profil LAZ Al-Azhar47

Pada tanggal 24 juni 2004, Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar

secara resmi memberikan mandat kepada tim pembentukan Lembaga

Amil Zakat untuk mempersiapkan pembentukan sebuah Lembaga Amil

Zakat di lingkungan Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar hal ini dilakukan

sesuai dengan berlakunya keputusan Menteri Agama RI No. 372 tahun

2003 tentang pelaksanaan Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang

pengelolaan zakat (UUPZ).

LAZ Al Azhar adalah lembaga nirlaba yang dibentuk oleh Badan

Pengurus Yayasan Pesantren Al Azhar pada 1 desember 2004 melalui SK

No 1 079/XII/KEP/BP-YPIA/1425.2004 yang ditandatangani oleh Ketua

Badan Pengurus Yayasan Pesantren Al- Azhar yaitu H. Rusydi Hamka dan

Sekretaris H. Nasroul Hamzah. Adapun tujuan dari pembentukan LAZ Al-

Azhar adalah untuk memberdayakan masyarakat dhuafa, berbasis

pendidikan dan dakwah dengan mendayagunakan sumberdaya dan

partisipasi publik dan bukan berorientasi pada pengumpulan profit bagi

pengurus organisasi.

47
Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar, Proposal Pembentukan LAZ Al-Azhar,
(Jakarta: YPI AL-Azhar, 2004), h.3

62
Sejauh ini, LAZ AL-Azhar sudah berkiprah dan berkontribusi

banyak dalam program kemanusiaan, pemberdayaan komunitas, tanggap

bencana dan CSR selama 17 tahun di seantero Indonesia dengan support

dari puluhan donator-donatur, baik perindividu, korporat, BUMN dan

perusahaan lainnya serta sudah banyak terdapat cabang-cabang Laz- Azhar

yang tersebar di berbagai wilayah yang turut andil dalam pemberdayaan

komunitas mandiri dan penguatasan kesejahteraan masyarakat.

Mengentaskan kemiskinan dan menjadikan para mustahik dan

kaum dhuafa ini menuju sejahtera adalah tugas berat kita semua, LAZ Al-

Azhar membuat berbagai program yang beragam dan komprehensif untuk

meningkatkan kesejahteraan, memperkuat ketahanan pangan, dan

menjadikan solusi dari beragam masalah sosial dan kemiskinan.

LAZ Al-Azhar merupakan Lembaga Amil Zakat berskala

Nasional yang dikukuhkan oleh Kasubdit Kelembagaan dan Informasi

Zakat dan Wakaf Direktorat Pemberdayaan Zakat dan Wakaf Kementerian

Agama Andi Yasri di Aula Buya Hamka, pada hari senin 21 Juni 2021 di

Masjid Agung Al Azhar, Jakarta.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Lembaga filantropi Islam global yang professional

dan terpercaya dalam pengelolaan dana sosial Islam untuk

mewujudkan keberdayaan masyarakat dan kesejahteraan sosial.

b. Misi

63
1) Mengembangkan edukasi zakat, infaq, sedekah dan wakaf

dengan pelayanan berkarakter yang berbasis teknologi.

2) Mengembangkan progam yang komprehensif, terukur dan

berkelanjutan untuk mendorong keberdayaan masyarakat

berbasis kearifan local menuju kesejahteraan umat.

3) Meningkatkan akuntabilitas kinerja lembaga melalui penguatan

sistem dan manajemen yang didukung oleh sumber daya insani

yang professional.

4) Membangun kemitraan secara nasional dan global secara

berkelanjutan (Sustainable partnership) dengan kalangan

ABCGM (Academic, Business, Civil Society, Government, dan

Media).

3. Jati Diri

a. Lembaga nirlaba yang mengelola zakat, infak dan sedekah berbasis

masjid.

b. Bergerak dalam dunia dakwah, pendidikan, kemanusiaan dan

pengembangan masyarakat dengan sumber dana ZIS, dan dana sosial,

CSR yang tidak mengikat.

c. Nilai-nilai yang dijadikan panduan lembaga dalam menjalankan

programnya adalah nilai-nilai Islam.

d. Badan hukum lembaga Yayasan Pesantren Islam Al-Azhar.

4. Karakter Lembaga

64
LAZ Al Azhar sebagai lembaga yang menyediakan layanan

keagamaan yang mengelola dana ummat, juga bergerak diberbagai bidang

lainnya guna mendukung pemberdayaan ekonomi ummat diantaranya

bidang pendidikan, kesehatan, dakwah, sekaligus memperbaiki akhlaq

masyarakat dalam hal hubungan makhluk dengan penciptaNya (hablu

minallah). Disamping hal itu, LAZ Al Azhar juga memiliki budaya spirit

kerja yang diterapkan, spirit kerja tersebut disingkat dengan UMMAT :

U : Universal

Melayani sepenuh hati pada seluruh aspek kehidupan umat

manusia yang berlaku di mana saja dan kapan saja, sebagai wujud

implementasi dari nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.

M : Manfaat

Selalu berupaya menghadirkan kebermanfaatan bagi orang lain.

M : Martabat

Menjunjung tinggi harga diri amil, muzakki, dan mustahik sebagai

penerima manfaat.

A : Amanah

Sebagai lembaga yang mengelola dana umat, tentu harus

ditanamkan rasa tanggungjawab kepada setiap sumber daya insani dalam

melaksanakan tugas dan melayani umat.

T : Tabligh

65
LAZ Al Azhar juga mempunyai misi untuk mendidik,

mencerahkan, mencerdaskan, membina, dan memotivasi diri serta

masyarakat untuk menjadi lebih baik.

5. Tujuan

a. Menjadi lembaga yang menginspirasi masyarakat dan Indonesia

dalam bidang pengelolaan zakat berbasis masjid.

b. Menjadi lembaga yang komitmen dalam dunia kepeduliaan, dakwah

dan pengembangan umat.

c. Mengembangkan kepeduliaan masyarakat melalui volunteerism.

d. Menjadikan masjid sebagai rumah perubahan kemandirian masyarakat

yang dapat memerankan fungsi sosial selain sebagai rumah ibadah.

e. Mengembangkan pesantren mandiri yang dapat mendukung akses

dakwah lebih luas.

f. Membangun komunitas mandiri melalui pengembangan masyarakat

berbasis pendidikan dan dakwah.

6. Grand Strategi

Mendukung pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan,

ekonomi) dan akhlak dengan memberdayakan dan mensinergikan potensi-

potensi masyarakat, memberikan produk dan pelayanan berkarakter,

peningkatan pendapatan dan sumber-sumber pendanaan.

66
7. Sustainable Prosperity Plan

Klaster pendayagunaan dana sosial islam ZISWAF (zakat, infaq,

sedekah, wakaf) untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan

sesuai dengan kaidah Sustainable Dovelopment Goals (SDGs).

a. Klaster penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga pra

sejahtera. Dalam hal ini LAZ Al-Azhar membuat program Zakat

Pride dan My Heart for Yatim.

b. Klaster penanganan kegawatdaruratan, pengadaan infrastruktur,

penunjang keberdayaan masyarakat serta konservasi lingkungan.

Dalam hal ini LAZ AL-Azhar membuat program Formula Tanggap

Bencana Nasional dan Infralink.

c. Klaster Pengentasan kemiskinan, pemberdayaan dan pengembangan

ekonomi masyarakat desa serta pengentasan pengangguran pemuda

usia produktif. Dalam hal ini LAZ Al-Azhar membuat program Sejuta

Berdaya, Indonesia Gemilang dan Rumah Gemilang Indonesia.

8. Layanan LAZ Al-Azhar

Dalam pendayagunaan dana sosial islam ZISWAF (zakat, infaq,

sedekah, wakaf) untuk mewujudkan kesejahteraan yang berkelanjutan

sesuai dengan kaidah Sustainable Dovelopment Goals (SDGs) LAZ Al

-Azhar membagi menjadi beberapa Klaster. Pertama, Klaster

penyelamatan dan pemenuhan kebutuhan dasar keluarga pra sejahtera.

Adapun program dalam klaster ini yaitu :

67
a. Layanan Kegawatdaruratan Sosial ( Zakat Pride )

Layanan Zakat Pride adalah program terintegrasi untuk

memperluas pendistribusian. Program Zakat Pride meliputi:

1) Layanan Mustahik Menuju Mandiri

2) Keluarga Berdaya

3) Beasiswa 3G

4) Ambulans Kesehatan & Layanan Jenazah Gratis

5) Pendidikan Muballigh Al Azhar

6) Bimbingan Rohani Islam

7) Benah Rumah Mustahik untuk Pasien & Narapidana

Gambar 4.1 Data penerima manfaat program Zakat Pride

b. Layanan My Heart for Yatim

My Heart for Yatim adalah program komprehensif dalam

upaya memperbaiki dan memuliakan kehidupan anak-anak yatim

dhuafa dengan layanan lengkap “HEART” Kesehatan (Health),

Pendidikan (Education), Keagamaan (Religion), Aneka penghargaan

(Appreciation) dan Pengembangan Bakat potensi yatim (Talent

68
Support) yang dikemas dalam my HEART for Yatim. Program My

Heart for Yatim meliputi:

1) Health (Kesehatan), yaitu layanan kesehatan (layanan pemeriksaan

kesehatan dan akses pengobatan) Edukasi prilaku hidup bersih,

sehat dan Islami.

2) Education (Pendidikan), yaitu bantuan pendidikan (pendidikan

formal , Pendampingan bimbingan belajar & keterampilan),

seragam dan perlengkapan sekolah dan Study Tour.

3) Apreciation (Apresiasi/penghargaan), yaitu hadiah dan

penghargaan untuk prestasi akademik dan non akademik, hadiah

atau kado pada event/momen tertentu.

4) Religion (Keagamaan), yaitu pendampingan spiritual dan motivasi

Yatim, baca tulis hafalan Al-Qur’an, Character Building, bantuan

perlengkapan sholat dan parenting bagi orang tua/wali yatim.

5) Talent Support (Minat dan Bakat), yaitu Pembinaan Bakat dan

potensi yatim, kursus keterampilan seni, olahraga dan lain-lain

sesuai dengan bakat yatim.

Gambar 4. 2 Data Penerima Manfaat Program MyHEART for yatim

69
Klaster kedua yaitu Klaster penanganan kegawatdaruratan,

pengadaan infrastruktur, penunjang keberdayaan masyarakat serta

konservasi lingkungan. Dalam hal ini LAZ AL-Azhar membuat

program Formula Tanggap Bencana Nasional dan Infralink.

a. Program Formula Tanggap Bencana

Bencana bukan sekedar tragedi tetapi juga merupakan pemicu

kemiskinan tercepat. FORMULA (Food, Religion, Medic, Livelihood

Aid), program khusus penanggulangan bencana yang meliputi

formulasi penting mulai dari tahap tanggap darurat, penanganan

pengungsi, upaya penyelamatan korban bencana dilanjutkan dengan

pemenuhan kebutuhan dasar mereka hingga upaya mengembalikan

kondisi mereka pasca bencana bisa lebih baik.

Didukung dengan pembangunan infrastruktur (jalan, Rumah

sehat layak Huni (RUSLI) sarana pendidikan dan tempat

peribadahaan) dan upaya konservasi lingkungan, merupakan target

antara dalam mewujudkan peningkatan produktivitas masyarakat serta

upaya menjaga planet bumi ini tetap terkendali.

Gambar 4.3 Data penerima manfaat


70program Formula Tanggap Bencana
b. Program INFRALINK

Konservasi lingkungan yang dilaksanakan menekankan pada

terciptanya lingkungan yang hijau dengan menumbuhkan kesadaran

tentang pentingnya menjaga lingkungan yang kemudian diwujudkan

oleh masyarakat secara bersama-sama dengan kuatnya partisipasi

seluruh komponen masyarakat. Kini kelompok dan komunitas binaan

LAZ Al Azhar menjadi KAMPUNG BERPRESTASI (Bersih

lingkungannya, Produktif warganya, Rapi penataannya, Sehat

masyarakatnya, Tertib kehidupannya dan Inspiratif bagi yang

melihatnya).

Gambar. 4.4 Data penerima manfaat program INFRALINK

Terakhir adalah Klaster Pengentasan kemiskinan,

pemberdayaan dan pengembangan ekonomi masyarakat desa serta

pengentasan pengangguran pemuda usia produktif. Dalam hal ini LAZ

71
Al-Azhar membuat program Sejuta Berdaya, Indonesia Gemilang dan

Rumah Gemilang Indonesia. Program terintegrasi yang berfokus

kepada masyarakat desa & dhuafa dengan mensinergikan semangat

sosial unsur Academic, Business, Civil Society, Government & Media

(ABCGM), melalui formulasi dana zakat, infaq dan dana sosial

kemasyarakatan lainnya. Pemberdayaan masyarakat pedesaan secara

komprehensif di 4 (empat) sektor; kesehatan, pendidikan, ekonomi

dan keagamaan berbasis kearifan lokal dan pendampingan yang

berkesinambungan oleh Da’i Sahabat Masyarakat (Dasamas).

Program ini telah mewujudkan kemandirian pangan,

kemandirian pupuk organik, pelestari hutan dan lingkungan,

mengurangi kematian bayi dan ibu melahirkan, memberikan akses

pengetahuan masyarakat desa dan mengembalikan desa sebagai

sumber mata pencaharian sehingga dapat menekan arus urbanisasi.

a. Program Sejuta Berdaya

Sebagaimana Tagline nya “Berdaya tanpa riba bagi pelaku

usaha mikro keluarga berbasis dana Qordhul Hasan”, Sejuta berdaya

merupakan solusi dalam pemberdayaan ekonomi non ribawi, berkah

dan berkelanjutan. Ribuan kepala keluarga di seluruh Indonesia telah

berdaya melalui stimulan peningkatan pelatihan melalui Saung Ilmu

sebagai Edukasi masyarakat, melalui pendampingan yang


Gambar 4. 5 Data penerima manfaat program Sejuta Berdaya
berkesinambungan oleh Da’i Sahabat Masyarakat (Dasamas),

pembekalan pengetahuan dan keterampilan yang memadai serta

72
memberikan informasi akses permodalan dan pasar secara bijak dalam

mewujudkan kesejahteraan ummat.

Gambar 4.6 Data penerima program sejuta berdaya

b. Program Indonesia Gemilang

Program ini telah mewujudkan kemandirian pangan,

kemandirian pupuk organik, pelestari hutan dan lingkungan,

mengurangi kematian bayi dan ibu melahirkan, memberikan akses

pengetahuan masyarakat desa dan mengembalikan desa sebagai

sumber mata pencaharian sehingga dapat menekan arus urbanisasi.

Program Indonesia Gemilang yaitu Desa Gemilang yang mana

program ini membangun Indonesia dari desa. Desa Gemilang adalah

Program pemberdayaan masyarakat desa melalui pendampingan

dalam membuka ruang inisiatif masyarakat untuk mengoptimalkan

sumber daya yang dimiliki guna meningkatkan kesejahteraan.

73
Penerima manfaat dari program Indonesia Gemilang tercatat sebanyak

4.351 jiwa.

Berbagai pencapaian berikut penghargaan telah dicapai dalam

program ini. Di antaranya:

1) Rumah Pembiayaan Pertanian, menjadi Model Skema Pembiayaan

Pertanian Berbasis Wakaf, 2018.

2) Desa Gemilang Plakat Muara Enim, meraih nilai tertinggi Desa

ProKIim Lestari 2020 yang awal mulanya merupakan desa

terpencil.

3) Desa Gemilang menjadi Model Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan

Berbasis Dana Sosial Islami oleh Bank Indonesia, di replikasi

dengan nama: Desa Berdikari.

4) Menjadi model kolaborasi bersama Pemberdayaan Ekonomi

Pedesaan Berbasis Dana Sosial Islam, Direplikasi oleh YBM PLN

dengan nama: Desa Cahaya.

5) Menjadi model kolaborasi Pengentasan Kemiskinan &

Pemberdayaan Ekonomi Pedesaan Berbasis Dana Sosial Islam,

Direplikasi oleh MAI Foundation dengan nama: Desa Mandiri.

6) Menjadi Model Skema Pembiayaan Syariah untuk Pengembangan

Pertanian Organik – Otoritas Jasa Keuangan (OJK), 2016.

Salah satu indikator keberhasilan program pemberdayaan ialah

semakin mandirinya masyarakat Desa Gemilang (sebutan untuk desa

binaan LAZ Al Azhar) dalam menyediakan kebutuhan hidup mereka

74
atau sudah memiliki sistem ketahanan pangan sendiri. Misalnya saja

yang terjadi di Desa Pelakat, Kec. Semende Darat Ulu Kab. Muara

Enim, Sumatera Selatan. Di desa ini setiap keluarga memiliki

setidaknya satu hektar sawah dan satu lumbung padi, atau disana

terkenal denga sebutan Tengkiang. Tengkiang ini akan dipenuhi padi

yang masih bertangkai dengan kadar air sesuai dan akan disimpan

hingga menjelang panen padi berikutnya.

Adapun output dari program Indonesia Gemilang yaitu sebagai berikut

75
Gambar 4.7 Output Program Gemilang Indonesia

c. Program Rumah Gemilang Indonesia

Rumah Gemilang Indonesia (RGI) menjadi pusat

pemberdayaan pemuda usia produktif sebagai upaya menanggulangi

pengangguran di Indonesia dengan meningkatkan pengetahuan

(Knowledge), Keahlian dan keterampilan (skill) dan akhlak (Attitude).

76
Rumah Gemilang Indonesia telah berhasil meluluskan dan

mengentaskan 2.812 Santri hampir dari seluruh wilayah Indonesia.

kini telah berpenghasilan dari kerja dan usaha yang mereka dapatkan

berbekal ilmu, keterampilan dan semangat kuat dari RGI.

Rumah Gemilang Indonesia yang biasa disingkat RGI sudah

berproses lebih dari sepuluh tahun terdapat 9 jurusan keahlian.

Lulusan RGI dapat dipastikan bisa bersaing dan ahli di dunia kerja.

Tercatat sebanyak 70% alumni telah berkontribusi terhadap

pendapatan keluarga (Sumber: CIBEST, IPB 2017). Sebanyak 65%

bekerja sabagai karyawan. Sebanyak 20% melanjutkan pendidikan,

10% nya menjadi pengusaha dan 5% nya belum berpenghasilan

mandiri. Rumah Gemilang Indonesia menjadi model Diklat

Pengembangan Kewirausahaan Syariah oleh Kementerian

Ketenagakerjaan (Kemnaker) Republik Indonesia pada tahun 2018.

9. Pencapaian LAZ AL-Azhar

10. Manajemen LAZWAF BMT AL-AZHAR

Gambar 4.8 Capaian LAZ AL-Azhar


Kepala Direktorat Dakwah dan Sosial : Drs. H. Ali Mashar, M.Pd

Kepala Bidang Pemberdayaan Umat : Damarahmad Setiobudi

Direktur LAZWAF BMT Al Azhar : H. Daram, S.Pd Wakil


Gambar 4.7 Pencapaian LAZ AL-Azhar
Direktur LAZWAF BMT Al Azhar : Rahmatullah Siddik

77
Kepala Divisi Kelembagaan : Iwan Rahmat Kepala

Divisi Keuangan : Lusianah

Kepala Divisi Fundraising : M. Akbar Satrio Kepala

Divisi Program dan Pendayagunaan : Deden Nurdin Salim, S.sos

Kepala Divisi Wakaf dan BMT Al Azhar : Rayan Luminariesa

B. Temuan Penelitian

Masalah perzakatan di Indonesia yang sampai saat ini masih menjadi

boomerang para penggiat zakat adalah tentang pemahaman masyarakat

mengenai kewajiban berzakat itu sendiri. Masyarakat masih belum sadar akan

pentingnya berzakat, terlebih lagi masih banyak masyarakat yang

menganggap bahwa zakat hanya dilakukan ketika hendak idul fitri saja.

Fenomena seperti ini menjadi tugas kita bersama, khususnya para amil dan

lembaga zakat untuk terus bersosialisasi tentang zakat.

Saat sosial media melantai ke Indonesia yang merambat dari kalangan

bawah, menengah sampai ke kalangan atas memberikan dampak yang sangat

signifikan. Berbagai bahan bacaan sekarang sudah beralih dari konvensional

menjadi daring.

Beberapa langkah konvensional yang telah dilakukan OPZ, cukup

variatif dan kreatif misalnya dengan membuat kencleng atau celengan umat

yang biasa dititipkan di berbagai tempat. Jika di era digital ini OPZ tidak

mengikuti perkembangan teknologi maka dapat dipastikan akan sulit

mengharapkan penghimpunan zakat yang optimal bahkan penghimpunan

78
zakat akan tertinggal jauh ke belakang. Oleh karena itu, OPZ dituntut untuk

terus eksis dan berinovasi kreatif serta membuat terobosan-terobosan baru

terkait langkah mengkampanyekan dan mensosialisasikan zakat kepada

masyarakat sesuai dengan era saat ini.

Digitalisasi meliputi nyaris seluruh aspek kehidupan kita, baik di

ranah pendidikan, enterpreneurship, politik, media hingga pola asuh

(parenting). Era digital merupakan salah satu kemajuan terbesar dalam

milenium ini. Dimana dunia hanya di ujung jari artinya kita bisa mengakses

dunia hanya dengan gerakan jempol lewat handphone.

Kemajuan era digital ini adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa

dipungkiri mengingat perkembangan pola pikir dan kebutuhan manusia. Buya

Hamka menegaskan bahwa Islam bukanlah musuh kemajuan, justru Islam

adalah penuntun untuk menuju kemajuan. Karena Islam adalah agama yang

mengajak umatnya tidak hanya cakap di akhirat namun juga di dunia.

berangkat dari ini Indonesia memiliki potensi yang besar untuk maju karena

merupakan penduduk muslim terbesar di dunia sekaligus sebagai pengguna

internet terbesar ke empat di dunia.

Sementara untuk jumlah pengguna media sosial di Indonesia sampai

januari 2021 mencapai 170 juta orang. Angka ini mengalami kenaikan

sebesar 6,3 persen dari tahun lalu. Fakta ini memberikan peluang yang besar

untuk kemajuan Indonesia, aktivitas dakwah Islam di ranah digital sudah

mulai marak dilakukan baik oleh individu ataupun lembaga Islam.

79
Tugas pokok lembaga Zakat di Indonesia adalah mengedukasi

masyarakat agar sadar zakat dan mau menunaikan Zakat, kemudian

menghimpun dana ummat dan menyalurkan kepada yang berhak agar lebih

tersebar luas dan terkoodinir dengan baik dan profesional. Mengingat

banyaknya lembaga zakat yang beroperasi di Indonesia, maka setiap lembaga

harus membuat program yang kreatif dan inovatif dan bersinergi satu sama

lain sehingga terus eksis dan mampu menebar manfaat yang lebih luas. LAZ

Al-Azhar melakukan dua metode yaitu metode langsung dan tidak langsung

atau akrab disebut metode konvensional dan digital.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak M. Satrio selaku Kepala

Devisi Fundraising LAZ Al-Azhar dan Bapak. Fakhri Hamdi selaku Devisi

Digital Fundraising pada hari Rabu, 14 Juli 2021. Peneliti mendapatkan

temuan sebagai berikut:48

1. Strategi yang diterapkan oleh LAZ Al-Azhar dalam meningkatkan

penghimpunan dana

Terdapat beberapa strategi yang dilakukan oleh LAZ AL-Azhar

dalam meningkatkan penghimpunan dana, yaitu; Perluasan dan penguatan

kemitraan dengan lembaga (sekolah, universitas, perusahaan, dan

komunitas), Peningkatan dan penguatan personal approach, dan terakhir

development penghimpunan secara digital.

2. Upaya yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam rangka memaksimalkan

pengumpulan dana melalui digital platform


48
Hasil wawancara dengan bapak M. Bapak M. Satrio selaku Kepala Devisi Fundraising
LAZ Al-Azhar dan Bapak. Fakhri Hamdi selaku Devisi Digital Fundraising pada hari Rabu, 14
Juli 2021.

80
Dalam memaksimalkan pengumpulan dana melalui digital

platform, LAZ Al-Azhar membentuk tim Digital Fundraising yang smart

people, membuat campaign terbaik yang bersumber dari program-program

LAZ Al Azhar, membuka seluas-luasnya chanel pembayaran.

3. Kontribusi digital platform dalam meningkatkan Fundraising

Sejauh ini kontribusi Digital Platform dalam penghimpunan sangat

besar, terutama di masa pandemi saat ini, dimana setiap orang sangat

mengandalkan gadget dalam aktifitas mereka. Tercatat dari periode

januari-juni 2021 dana yang terhimpun sudah mencapai 1 milyar.

4. Prosedur penerimaan dan pendistribusian zakat di LAZ Al-Azhar

Penerimaan dapat dilakukan secara langsung (cash/edc) dan tidak

langsung (transfer, crowdfunding. Namun SOP yang dilakukan sama,

mulai dari input sistem, input data muzakki atau donatur, cetak kwitansi

(atau pdf), sampai dengan mendoakan muzakki/donatur. Untuk

pendistribusian LAZ Al Azhar memilki berbagai cluster program

pendistribusian. mulai dari pemberdayaan masyarakat desa, pengentasan

pengangguran dan pemberdayaan pemuda usia produktif, peningkatan

kehidupan yatim dhuafa, infrastruktur dan konservasi lingkungan, serta

tanggap bencana dan jaringan relawan.

5. Mitra kerjasama LAZ Al-Azhar dalam melakukan penghimpunan melalui

digital platform

81
Menunaikan Zakat di LAZ AL-Azhar akan lebih mudah karena

LAZ Al-Azhar telah bekerja sama atau bermitra dengan berbagai layanan

digital, sebagai berikut:

Gambar 4.9 Platform Layanan Digital LAZ Al-Azhar

Selain yang disebutkan di atas, mitra layanan digital terbaru yaitu


Shopee yang mana kita bisa berkurban di LAZ Al-Azhar melalui aplikasi
Shoope.
6. Kendala dalam melakukan fundraising dana zakat

Beberapa kendala dalam Fundraising zakat yakni publikasi


program yang harus lebih massif serta pengelolaan databased untuk
publikasi program.

7. Kendala dalam melakukan fundraising dana zakat melalui digital platform


Pertama, menghadirkan ide-ide kreatif yang sesuai kondisi terkini
dan kedua senantiasa update penghimpunan dan penyaluran ke penerima
manfaat.

C. Pembahasan Hasil Temuan

1. Strategi Fundraising Zakat LAZ AL-Azhar

82
a. Perluasan dan penguatan kemitraan dengan lembaga (Sekolah,

Universitas, Perusahaan, dan Komunitas

Strategi pertama yang diterapkan oleh LAZ Al-Azhar

dalam Fundraising adalah dengan melakukan perluasan dan

penguatan kemitraan dengan lembaga. Hingga saat ini LAZ Al-

Azhar bekerja sama dengan banyak lembaga. Dalam meraih

community engagement banyak hal yang sudah dilakukan oleh

LAZ AL AZHAR baik dengan komunitas internal dan

eksternalnya. Hubungan dengan komunitasnya dilakukan melalui

tatap muka dan juga website serta social media (Youtube,

Facebook, Twitter, Instagram, Path, dsb). Selain itu LAZ Al-Azhar

juga membuat program terintegrasi yang berfokus kepada

masyarakat desa & dhuafa dengan mensinergikan semangat sosial

unsur Academic, Business, Civil Society, Government & Media

(ABCGM), melalui formulasi dana zakat, infaq dan dana sosial

kemasyarakatan lainnya. Adapun usaha untuk meraih hubungan

dan keterlibatan komunitas dilakukan dengan diadakannya event

bersama serta menyebarluaskan informasi di berbagai media yang

dimiliki dan dikonsumsi oleh komunitas.

Berikut lembaga yang telah bekerja sama dengan LAZ Al-

Azhar sesuai dengan unsur atau bidangnya.

1) Academic

83
Kerjasama ini merupakan bentuk pengabdian Tri Dharma

perguruan tinggi yang nantinya akan dipergunakan untuk

penelitian, pengabdian masyarakat dan kajian seputar dunia

perzakatan. LAZ Al-Azhar juga menyadari bahwa dalam

pengelolaan zakat sangat dibutuhkan pengetahuan yang

berkemajuan yang dapat mengikuti perkembangan zaman

sehingga dapat memberikan terobosan baru terhadap dunia

perzakatan. Selain itu, dengan penelitian yang dilakukan oleh

para akademisi dapat dijadikan acuan agar program dapat

terukur dan terarah. Dalam unsur academic, LAZ Al-Azhar

membangun kerjasama atau kemitraan dengan berbagai

perguruan tinggi di Indonesia, di antaranya:

a) Universitas Indonesia (UI)

b) Institut Pertanian Bogor (IPB)

c) Universitas Airlangga (UNAIR)

d) Universitas Sebelas Maret (UNS)

e) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

f) Universitas Al Azhar Indonesia (UAI)

g) Universitas Internasional Semen Indonesia (UISI)

h) Universitas Bung Hatta (UBH)

i) Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Mercubaktijaya

j) PTIQ

k) Perbanas Institute

84
l) Universitas Pancasila

m)Universitas Gunadarma

n) Univeritas Nasional

o) Univeritas Pembangunan Nasional “Veteran” jakarta

p) SEBI (Sekolah Ekonomi Bisnis Islam)

2) Business

Dari kalangan bisnis, perusahaan dapat menyalurkan

dana CSR dan lainnya untuk berbagai kegiatan yang tentunya

sesuai dengan syarat dan ketentuan yang ada. Kemitraan LAZ

Al-Azhar dengan perusahaan bukan sekadar untuk melakukan

penghimpunan dana, tapi juga sosial impact. Dalam hal ini

LAZ Al-Azhar dapat menjadi partnership perusahaan yang

mana akan berdampak pada branding pada LAZ Al-Azhar itu

sendiri sehingga LAZ Al-Azhar dikenal masyarakat. Dalam

unsur Business LAZ Al-Azhar bermitra dengan berbagai

perusahaan di Indonesia, diantaranya:

a) Asuransi Astra Syariah

b) CIMB Niaga Syariah

c) Bank Mega Syariah

d) BNI 46 Syariah

e) Bank Danamon Syariah

f) BTN Syariah

g) BRI Syariah

85
h) Maybank Syariah

i) Bank Bukopin Syariah

j) Permata Bank Syariah

k) BII Syariah

l) Askrindo Syariah

m) Bank Muamalat Indonesia

n) Bank Syariah Mandiri

o) PT. Paragon Technology & Innovation

p) Unilever

q) PT PAM Lyonnaise Jaya

r) PT. Goodhope

s) PT. Bukit Asam

t) Ramayana Lestari Sentosa

u) PT. Adhimix Precast Indonesia

v) PT. Meccanism Karya Indonesia

w) PT. Nozomi Otomotif Indonesia

x) PT. Xerography Indonesia (X Grapichs)

y) PT. Kelola Sukses Pradani

z) PT. Cipta Mitra Green, dan lain-lain.

3) Civil Society

Civil Society adalah kalangan yang menjadi kunci

berbagai kegiatan LAZ AL-AZHAR. Masyarakat dengan

berbagai latar belakang, melalui komunitas – komunitas yang

86
ada dapat saling bersinergi. Menyadari sosialiasi zakat kepada

masyarakat itu bukan hal yang mudah maka LAZ Al-Azhar

bekerja sama dengan beberapa lembaga penggiat sosial dan tim

untuk memahamkan zakat kepada masyarakat. Dalam unsur

Civil Society LAZ Al-Azhar bermitra dengan berbagai lembaga

sosial, diantaranya:

a) Forum Zakat

b) Yayasan Klaten Peduli Ummat

c) Yayasan Dana Kemanusiaan Dhuafa

d) LAZ Masjid Raya Batam

e) Sahabat Peduli Makasar

f) Sahabat Peduli Lombok

g) Serasi Alam Indonesia

h) Baitulmaal TAZKIA

i) Pusat Komunikasi Ekonomi Syariah

j) Insan Tani dan Nelayan (INTANI)

k) Masyarakat Petani Organik

l) Forum Zakat

m) Wakaf Al Azhar

n) Sekolah Relawan

o) Yayasan Dana Sosial Al Falah

p) LAZNAS Nurul Hayat

q) Lembaga Manajemen Infaq, dan lain-lain.

87
4) Goverment

Pemerintah memiliki pengaruh yang sangat besar

terhadap kemajuan perzakatan di Indonesia terutama untuk

kegiatan pengembangan infrastruktur dan wilayah binaan. LAZ

Al-Azhar menyadari perlu adanya kerjasama dengan

pemerintahan untuk memaksimalkan penghimpunan dan

keberlangsungan program. Pemerintah juga harus mampu

mewujudkan lembaga pengelola zakat yang amanah,

terintegrasi, adil dan akuntabilitas sehingga dapat

meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan

masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dalam unsur

Goverment, LAZ AL-Azhar bermitra dengan berbagai lembaga

pemerintah, diantaranya:

a) Bank Indonesia

b) Otoritas Jasa Keuangan

c) Kementerian Tenaga Kerja

d) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

e) Perum Bulog

f) Jakarta Smart City

5) Media

Media merupakan cara baru komunikasi yang

berpengaruh besar dalam Fundraising ataupun melaksanakan

program. LAZ Al-Azhar menyadari pentingnya media untuk

88
komunikasi ke publik terutama ke muzakki dan berguna juga

untuk menyampaikan program berikut laporannya. Dalam hal

ini LAZ Al-Azhar bermitra dengan berbagai media,

diantaranya:

a. PT. Lativi Mediakarya (tvOne)

b. ANTV

c. Indosiar

d. Metro TV

e. SCTV

f. JakTV

g. MNCTV

h. Radar TV

i. DAQU TV

j. Reka Indah Media ( RIM TV)

k. Share Channel TV

l. Tahfidz TV

m. Muhammadiyah TV

n. Putihitam

o. Indovision

p. Harian Umum Republika

q. PT. Jawa Pos

r. Majalah KA

s. Majalah Hai

89
t. Channel Muslim

u. Ummat TV

v. UMMA

w. DAAI TV

b. Peningkatan dan penguatan personal approach

Strategi kedua yang dilakukan oleh LAZ Al-Azhar adalah

dengan peningkatan dan penguatan personal approach baik kepada

muzakki maupun masyarakat atau kampung binaan. Dalam hal

meningkatkan dan menguatkan personal approach kepada

muzakki dan masyarakat luas LAZ Al-Azhar sudah melakukan

beberapa hal, yaitu; Pertama, melalui website dan social media

(Facebook, Twitter, Youtube, Instagram, dan Path) LAZ AL

AZHAR memberitahukan keberadaannya mencakup program dan

capaian LAZ Al-Azhar. Selain dari website dan media sosial kini

LAZ Al-Azhar sudah mempunyai aplikasi yang dapat dengan

mudah diakses di smartphone yaitu aplikasi LAZ Al-Azhar.

Kedua, bekerja sama dengan komunitas. Hal menarik dari LAZ Al-

Azhar yakni adanya komunitas dari YPI Al-Azhar, baik yang

bersifat internal maupun eksternal. Program yang dibuat oleh LAZ

AL AZHAR dimaksudkan untuk menjaga silaturahmi dengan

stakeholder-nya bernama Visit Donatur yang mana pihak LAZ AL

AZHAR mengunjungi para donatur sebulan atau seminggu sekali

90
untuk melakukan pelaporan dan mensosialisasi program terbaru

LAZ AL AZHAR.

Untuk meningkatkan personal approach LAZ AL-Azhar

melibatkan komunitas dalam kegiatannya bertemu tatap muka

dengan mempresentasikan siapa dan apa saja yang dimiliki oleh

LAZ AL AZHAR, membuat acara atau event secara bersama,

berdiskusi bersama, hearing program, public exposure, edutaiment

dan kegiatan lainnya. Dengan cara ini diharapkan kedekatan

dengan para donatur dan muzakki akan terus terjaga dan

masyarakat luas akan lebih mengenal LAZ AL-Azhar sehingga

tertarik untuk menunaikan zakatnya di LAZ Al-Azhar. Karena

dengan metode ini program dan segala sesuatu tentang LAZ Al-

Azhar dapat tersampaikan langsung dari mulut ke mulut atau dari

website dan sosial media kepada muzakki dan masyarakat luas

melalui komunitas yang sudah bekerja sama dengan LAZ Al-

Azhar.

c. Development penghimpunan secara digital

Perkembangan teknologi di era sekarang ini memberikan

dampak yang sangat signifikan dalam berbagai aspek kehidupan.

Hal ini juga dirasakan oleh para aktivis sosial termasuk lembaga

filantropi Islam salah satunya lembaga pengelola zakat. LAZ Al-

Azhar menyadari bahwa perkembangan digital dapat

91
mempengaruhi pola komunikasi kepada muzakki terutama pada

saat melakukan penghimpunan. Penghimpunan yang dahulu hanya

dilakukan secara konvensioanal, kini harus bertransformasi ke

digital. Memang ini bukanlah sebuah kewajiban, namun dapat

dikatakan ini adalah kebutuhan. Jika lembaga pengelola zakat tidak

mau mengikuti perubahan, maka dapat dipastikan akan

ketinggalan. Entah ketinggalan dalam hal brand dan trend atau

bahkan eksistensi lembaga maupun jumlah penghimpunan.

Menanggapi hal ini, LAZ Al-Azhar melakukan

pengembangan dalam ranah digital dengan membuat platform

digital. Beberapa digital platform yang digunakan LAZ Al-Azhar

untuk penghimpunan mulai dari website, media sosial dan aplikasi

smartphone serta media digital lainnya yang sudah bekerja sama.

Digital platform dibuat guna memudahkan muzakki dalam

menunaikan zakatnya tanpa harus melakukan mobilitas ke gerai

zakat yang dipastikan menghabiskan lebih banyak waktu.

2. Fundraising Dana Zakat LAZ Al-Azhar melalui Digital Platform

Perkembangan digital tidak bisa dipungkiri adanya ditambah lagi

adanya pandemi Covid-19 menjadi salah satu alasan melejitnya

perkembangan digital platform di berbagai belahan dunia termasuk

Indonesia. Covid-19 menyebabkan perubahan sosial, ekonomi bahkan

92
budaya masyarakat. Semenjak diumumkan sebagai pandemi yang

kemudian berujung ke lockdown, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala

Besar), hingga ke PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan

Masyarakat) menyebabkan banyak kegiatan tidak bisa dilakukan secara

konvensional atau secara langsung sehingga harus melalui online. Keadaan

ini memungkinkan kegiatan yang memerlukan mobilitas termasuk bertatap

muka secara langsung sulit dilakukan. Menjawab tantangan ini, LAZ Al

Azhar memberikan kemudahan masyarakat dalam beribadah terutama

dalam berderma dengan menggunakan teknologi digital.

Sejatinya pengembangan digital platform di LAZ Al-Azhar

sebelum adanya Covid-19 memang sudah dilakukan misalnya melalui

website dan media sosial. Namun semenjak adanya pandemi Covid-19 ini

tentunya diperlukan pengembangan yang lebih baik agar calon muzakki

atau donatur mudah dalam menunaikan zakat. Semakin bervariasinya

platform yang disediakan akan semakin banyak pula kemudahan dalam

menunaikan. Berikut adalah berbagai mitra Fundraising melalui digital

platform yang digunakan LAZ Al-Azhar :

a) Go Bills

b) Kitabisa.com

c) OVO

d) Amalsholeh.com

e) CIMB NIAGA ATM

f) Tokopedia

93
g) Shoope

h) Dana, dan aplikasi lain yang mendukung kode QRIS

Berkenaan dengan adanya pandemi Covid-19 LAZ Al-Azhar

meluncurkan sebuah aplikasi smartphone yang dapat diunduh di play store

untuk kemudahan menunaikan zakat, infak dan sedekah. Berikut tampilan

aplikasi LAZ Al-Azhar di Smarphone:

Gambar 5.1 Tampilan Aplikasi Al-Azhar

Metode Fundraising melalui digital platform adalah metode yang

eksis di era sekarang ini mengingat metode ini memberikan kemudahan

untuk berdonasi hanya dengan menggunakan handphone. Terutama

dengan digital platform dapat diakses kapanpun dan dimanapun membuat

94
muzakki tidak perlu repot untuk menunaikan zakatnya. Penghimpunan

LAZ Al-Azhar setiap tahunnya mengalami peningkatan, hal ini

menunjukkan meningkatkan kepercayaan dan kesadaran masyarakat dalam

menunaikan kewajiban zakat. Namun di periode 2020 penghimpunan

mengalami penurunan dikarenakan adanya pandemi Covid-19. Jumlah

penghimpunan dana zakat periode 2015-2020 LAZ AL-Azhar :

25,000,000,000

20,914,524,172
20,000,000,000
17,161,172,083 16,632,661,380
14,993,910,271
14,886,014,473
15,000,000,00013,367,000,344
Milyar

10,000,000,000

5,000,000,000

0
2015 2016 2017 2018 2019 2020

Jumlah Penghimpunan Zakat LAZ Al-Azhar

Milyar

95
Kontribusi digital platform dalam fundraising zakat sangat terasa
efeknya. Hal ini dapat dilihat dari penghimpunan dana zakat melalui
digital platform pada periode januari-juni 2021 tercatat sebanyak 1 milyar.

Di samping mudahnya berdonasi melalui digital platform, namun


sejauh ini terdapat beberapa kendala dalam fundraising dana zakat
diantaranya publikasi program yang harus lebih massif, pengelolaan
databased untuk publikasi program, menghadirkan ide-ide kreatif yang
sesuai kondisi terkini dan senantiasa update penghimpunan dan penyaluran
ke penerima manfaat. Menanggapi kendala tersebut LAZ A-Azhar
berupaya meminimalisirnya dengan membentuk tim digital fundraising
yang SMART PEOPLE, membuat campaign terbaik yang bersumber dari
program-program LAZ Al Azhar, dan membuka seluas-luasnya chanel
pembayaran.

96
97
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis peneliti dari observasi di lapangan dan

wawancara dengan pihak LAZ AL-Azhar dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa strategi yang diterapkan oleh LAZ AL-Azhar dalam Fundraising

zakat yaitu dengan perluasan dan penguatan kemitraan dengan lembaga

(sekolah, universitas, perusahaan, dan komunitas), Peningkatan dan

penguatan personal approach, dan terakhir development penghimpunan

secara digital. Dan dalam fundraising melalui digital platform, LAZ AL-

Azhar menerapkan beberapa strategi dengan cara membentuk tim smart

people, membuat campaign terbaik yang bersumber dari program-program

LAZ Al Azhar, dan membuka seluas-luasnya chanel pembayaran.

Strategi fundraising dana zakat LAZ Al-Azhar melalui digital

platform berjalan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari semakin

berkembangnya digital platform dalam fundraising dana zakat sehingga calon

donatur dapat dengan mudah berdonasi di LAZ Al-Azhar hanya melalui

smartphone mulai dari platform di website sampai yang terbaru ini yaitu

aplikasi LAZ Al-Azhar yang tersedia di play store.

Terbukti pada tahun 2019 penghimpunan dana zakat di LAZ Al-Azhar

mencapai Rp.20.914.524.172. Namun penghimpunan dana zakat di Indonesia

masih jauh dari target yang menandakan perlu adanya inovasi atau cara baru

98
yang dapat menarik para muzakki untuk berzakat. Walaupun pihak LAZ Al-

Azhar mengklaim bahwa fundraising secara langsung masih dinilai lebih

efektif karena langsung menyentuh hati muzakki dan terjalin kedekatan

dengan LAZ Al-Azhar, namun metode fundraising melalui digital platform

juga harus terus dimaksimalkan dan dikembangkan karena dengan digital

platform dapat menjangkau masyarakat lebih banyak sehingga manfaatnya

juga lebih luas.

99
100

B. Saran

Ada beberapa saran yang penulis rasa perlu untuk pengembangan

Fundraising LAZ Al-Azhar, yaitu sebagai berikut:

1. Memperbanyak seminar dan pelatihan tentang zakat di Kampus,

Masjid atau Komunitas. Misal, “Zakat Goes to Campus”

“Millenial berzakat” Zakat Goes to Mosque” dan lain sebagainya.

Hal ini karena masih banyaknya masyarakat yang tidak paham

atau bahkan tidak tahu tentang zakat maal sehingga hanya terbetot

di kubangan zakat fitrah saja.

2. Mensosialisasikan layanan kemudahan berzakat melalui digital

platform terutama aplikasi LAZ AL-Azhar agar masyarakat tahu

kemudahan dalam membayar zakat.

3. Pengembangan aplikasi LAZ AL-Azhar dengan fitur-fitur

tambahan yang dapat menarik orang mendownloadnya. Misalnya;

menambahkan fitur isi saldo pulsa, jadwal azan, doa-doa, kata-

kata motivasi tentang kebaikan zakat dan lain-lain.

4. Memperkuat tim khusus untuk pengembangan digital platform dan

meningkatkan eksistensi LAZ Al-Azhar baik di dunia nyata

ataupun maya.

5. Peningkatan SDM dan Infrastuktur LAZ AL-Azhar. SDM dan

Infrastruktur adalah satu kesatuan yang sangat dibutuhkan untuk

menumbuhkan ide-ide kreatif yang bisa menyesuaikan dan

mengikuti perkembangan zaman.


101

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdul Wahid dan Moh. Labib. Kejahatan Mayantara (Cyber Crime).

Bandung: PT.Refika Aditama. 2005.

Ahmad Furqon. Manajemen Zakat. Semarang: CV.Karya Abadi Jaya. 2015.

Al-Zuhayly, Wahbah. Zakat Kajian berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya. 2008.

Departemen Agama Republik Indonesia. Al-Hafidz. Bandung: Cordoba. 2018.

Didin Hanifudin dan Ahmad Juwaeni. Membangun Peradaban Zakat. Jakarta:

Imz. 2006.

Direktorat Pemberdayaan Zakat. Manajemen Pengelolaan Zakat. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama

RI. 2009.

Direktorat Pemberdayaan Zakat. Manajemen Pengelolaan Zakat. Jakarta:

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama

RI. 2009.

Furqon, Ahmad . Manajemen Zakat. Semarang: CV. Karya Abadi Jaya. 2015.

Hasanudin. Manajemen Zakat dan Zakat. Pamulang: Buku Ajar Tahun. 2010.

Hasbiyallah. Fikih. Bandung: Grafindo. 2006.


102

Ibrahim, Johnny. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang:

Bayumedia. 2005.

Idris, Safwan. Gerakan Zakat dalam Pemberdayaan Ekonomi Umat,

Pendekatan Transformatif. Jakarta: Citra Putra Bangsa. 1997.

Kusnardi. Pengantar Manajemen Strategi. Malang: Brawijaya. 2001.

Malik, Abu. Terjemahan Fathur Qarib (Pengantar Fiqih Imam Syafi’i).

Surabaya: Mutiara Ilmu. 2013.

Metondang. Kepemimpinan Budaya Organisasi dan Manajemen Strategik.

Yogyakarta: Graha Ilmu. 2008.

Nawawi, Hadari. Manajemen Strategi Organisasi Non Profit Bidang

Pemerintahan dengan Ilustrasi dibidang Pendidikan. Cet. Ke-1.

Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press. 2000.

Outlook Zakat Indonesia 2020. Badan Amil Zakat Nasional. Jakarta : Pusat

Puskas Baznas. 2020.

Rachman, Mochamad Zulfikar. Bikin Telecenter Yuk!. Tim Partnership for e-

Prosperty for the Poor (Pe-PP) Bappenas. Jakarta: UNDP. 2007.

Sabiq, diterjemahkan oleh Sayyid, dkk. Fiqh Al-Sunnah. Bogor: Pustaka Ibnu

Katsir. 1973.

Sandu dan Suprianto. Kebijakan dan Manajemen Kesehatan. Yokyakarta:

Andi. 2015.
103

Sedermayanti. Manajemen Sumber Daya Manusia: Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung: Refika Aditama. 2007.

Soewadji, Jusuf. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta: Mitra Wacana

Media. 2012.

Sumarsono. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia. 2006.

W. Creswell, John. Reseach Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan

Metode Campuran. Jogyakarta: Pustaka Pelajar. Cetatakan ke-5. 2016.

Yayasan Pesantren Islam (YPI) Al-Azhar. Proposal Pembentukan LAZ Al-

Azhar. Jakarta: YPI AL-Azhar. 2004.

B. Jurnal dan Artikel

Junaidi, Apri. ” Internet of Things, Sejarah, Teknologi dan Penerapannya”

dalam Jurnal Ilmiah Teknologi Informasi Terapan. Vol. I. No.3. 2015.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online dalam

https://kbbi.web.id/platform diakses pada Rabu, 23 juni 2021, pukul

14:00 WIB.

Motivasee. “Tafsir Al-Mishbah surah al-Baqarah ayat 43”. dalam

https://risalahmuslim.id/en/quran/al-baqarah/2-43/ diakses pada hari

Kamis 2 September 2021, Pukul 07:25 WIB.

N. R, Zaimah. “Analisis Progresif Skema Fundraising Wakaf dengan

Pemanfaatan E-Commerce di Indonesia”. dalam Anil Islam, No. 0. Vol.

2, 2017.
104

Nopiardo, Widi. “Strategi Fundraising Dana Zakat pada Baznas Kabupaten

Tanah Datar”. dalam IMARA, Vol. 1. No. 1. 2017.

Nuruddin, M. “Transformasi Hadis-Hadis Zakat dalam Mewujudkan

Ketangguhan Ekonomi pada Era Modern”. dalam Jurnal Zakat Wakaf.

Vol. 1, No. 2. Desember 2014.

Ridwan, Murtadho. "Analisis Model Fundraising Dan Distribusi Dana Zis Di

Upz Desa Wonoketingal Karanganyar Demak". dalam STAIN Kudus.

Vol. 10. No. 2. 2016.

Rizal, Adam. “Pengguna Internet Indonesia Terbesar Ke-4 di Dunia, ini

Tantangannya”https://www.google.com/amp/s/infokomputer.grid.id/amp

/122756150/pengguna-internet-indonesia-terbesar-ke-4-di-dunia-ini-

tantangannya diakses pada 11 Juli 2021 pukul 21:41 WIB.

Setiadi, David dan Muhamad Nurdin. A. “Penerapan Internet Of Things (Iot)

Pada Sistem Monitoring Irigasi (Smart Irigasi)” dalam Jurnal Infotronik.

Vol. 3. No. 2. 2018.

Tafsirq.com, dalam https://tafsirq.com/9-at-taubah/ayat-103#tafsir-quraish-

shihab diakses pada hari kamis, tanggal 2 September 2021, pukul 07:39

WIB.

C. Undang-Undang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang

Pengelolaan Zakat
105

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiram 1 : Surat keterangan permohonan penelitian


106
107

Lampiran 2 : Lembar kartu bimbingan skripsi


108

Lampiran 3: Pedoman wawancara

PEDOMAN WAWANCARA

Nama : Humaidi Iskandar NIM : 2017580008

Pertanyaan:

1. Strategi apa yang diterapkan pada LAZ Al-Azhar dalam penghimpunan

dana?

2. Terdapat dua metode fundraising yaitu langsung dan tidak langsung.

Dalam metode ini mana yang lebih efektif?

3. Bagaimana prosedur penerimaan dan pendistribusian zakat di LAZ Al-

Azhar?

4. Berapa jumlah penghimpunan dana Zakat periode 2015-2020 ?

5. Apa saja kendala dalam melakukan fundraising zakat?

6. Bagaimana evaluasi dari strategi fundraising yang diterapkan pada LAZ

Al—Azhar?

7. Apa yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam rangka memaksimalkan

pengumpulan dana melalui digital platform?

8. Sejauh mana kontribusi digital platform dalam memaksimalkan proses

fundraising?

9. Berapa banyak dana yang terhimpun melalui digital platform?

10. Apa saja kendala dalam fundraising melalui digital platform?


109

Lampiran 4 : Manuskrip wawancara

HASIL WAWANCARA DI LAZ AL-AZHAR

Nama Narasumber : M. Akbar Satrio

Jabatan : Kepala Devisi Fundraising LAZ Al-Azhar

Tempat/Tanggal pelaksanaan : Via Google Forms

Pertanyaan:

1. Strategi apa yang diterapkan pada LAZ Al-Azhar dalam penghimpunan

dana?

Terdapat beberapa strategi yang kami lakukan, pertama adalah dengan

perluasan dan penguatan kemitraan dengan lembaga (sekolah, universitas,

perusahaan, dan komunitas), kedua peningkatan dan penguatan personal

approach, ketiga development penghimpunan secara digital.

2. Terdapat dua metode fundraising yaitu langsung dan tidak langsung. Dalam

metode ini mana yang lebih efektif?

Sejauh ini di LAZ Al Azhar metode langsung masih lebih efektif karena

muzakki atau donatur merasa memiliki kedekatan dengan LAZ Al Azhar

3. Bagaimana prosedur penerimaan dan pendistribusian zakat di LAZ Al-

Azhar?

penerimaan dapat dilakukan secara langsung (cash/edc) dan tidak langsung

(transfer, crowdfunding. Namun SOP yang dilakukan sama, mulai dari

input sistem, input data muzakki atau donatur, cetak kwitansi (atau pdf),

sampai dengan mendoakan muzakki/donatur. Untuk pendistribusian LAZ


110

Al Azhar memilki berbagai cluster program pendistribusian. mulai dari

pemberdayaan masyarakat desa, pengentasan pengangguran dan

pemberdayaan pemuda usia produktif, peningkatan kehidupan yatim

dhuafa, infrastruktur dan konservasi lingkungan, serta tanggap bencana dan

jaringan relawan.

4. Berapa jumlah penghimpunan dana Zakat periode 2015-2020 ?

2015 : 13.367.000.344

2016 : 14.993.910.271

2017 : 14.886.014.473

2018 : 17.161.172.083

2019 : 20.914.524.172

2020 : 16.632.661.380

5. Apa saja kendala dalam melakukan fundraising zakat?

Beberapa kendala antara lain, publikasi program yang harus lebih massif serta

pengelolaan databased untuk publikasi program.

6. Bagaimana evaluasi dari strategi fundraising yang diterapkan pada LAZ Al

—Azhar?

Perlu penguatan dalam hal SDM dan infrastruktur.


111

HASIL WAWANCARA DI LAZ AL-AZHAR

Nama Narasumber : Bapak Fakhri Hamdi

Jabatan : Div. Digital Fundraising LAZ Al-Azhar

Tempat/Tanggal pelaksanaan : Via Google Forms

1. Apa yang dilakukan LAZ Al-Azhar dalam rangka memaksimalkan

pengumpulan dana melalui digital platform?

a. Membentuk Tim Digital Fundraising yang SMART PEOPLE.

b. Membuat Campaign terbaik yang bersumber dari Program-program LAZ Al

Azhar.

c. Membuka seluas-luasnya chanel pembayaran.

2. Sejauh mana kontribusi digital platform dalam memaksimalkan proses

fundraising?

Kontribusi Digital platform dalam penghimpunan sangat besar, terutama di

masa pandemi saat ini, dimana setiap orang sangat mengandalkan gadget

dalam aktifitas mereka.

3. Berapa banyak dana yang terhimpun melalui digital platform?

Periode Januari - Juni 2021 sudah terhimpun 1 Milyar

4. Apa saja kendala dalam fundraising melalui digital platform?

a. Menghadirkan ide-ide kreatif yang sesuai kondisi terkini.

b. Senantiasa update penghimpunan dan penyaluran ke penerima manfaat.


112

Lampiran 5 : Dokumentasi wawancara


113
114

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap : Humaidi Iskandar

Jenis kelamin : Laki-laki


Tempat, tanggal : Palembang, 03 Februari 1999
lahir
Alamat asal : Jl. Gunung Raya No 1C, Cireundeu Ciputat Timur
Universitas : Universitas Muhammadiyah Jakarta
Fakultas : Agama Islam
Prodi/Jurusan : Manajemen Zakat dan Wakaf
Motto Hidup : Jika tidak bisa jadi yang terbaik jangan menyulitkan.
No. Hp : 0857-1730-6163
E-mail : humaidiiskandar21@gmail.com

Riwayat Pendidikan Formal:

Pendidikan
Tahun Lulus
Jenjang Instansi
SD/MI SDN 19 Pendopo 2011
SMP/MTS SMPN 01 Pendopo Barat 2014
SMA/K/MA MAS Khazanah Kebajikan Tangsel 2017
PT Universitas Muhammadiyah Jakarta 2021

Riwayat Organisasi / Lembaga:

Organisasi / Lembaga Jabatan Periode


OSIS MA Khazanah Kebajikan Ketua OSIS 2016-2017
OPS YKK Jurnalistik 2016-2017
PRAMUKA MA KHAZANAH
Pemangku Adat 2016-2017
KEBAJIKAN
Ketua Bidang Media dan
IMM FAI UMJ 2019-2020
Komunikasi
HMP MAZAWA Ketua Bidang Informasi dan 2019-2020
Komunikasi
PERMEL (Perhimpunan Media dan Komunikasi 2019-2020
Mahasiswa Kab. Empat Lawang)
Relawan Pendidikan BAZNAS Anggota 2019-2020
115

Pengalaman Pelatihan
Kegiatan Penyelenggara Tahuan
Workshop Fundraising BAZNAS Lembaga Beasiswa 2020
BAZNAS RI
Pelatihan Petugas PMB PMB UMJ 2020 & 2021
Universitas Muhammadiyah
Jakarta
Pelatihan Menghitung Harta Fakultas Agama Islam 2018
Waris
Pelatihan kesadaran berpatisipasi Youth Leader forum 2019
politik generasi muda
Pelatihan Menulis Nabawi Majalah Nabawi Darus 2014
Sunnah International
Institute For Hadith
Sciences
Baitul Arqom Mahasiswa AIK UMJ 2017
Darul Arqom Mahasiswa PK. IMM FAI UMJ 2017
Latihan Instruktur Dasar PC. IMM BOGOR 2019
Sosial Politic Training PK. IMM FAI UMJ 2018
Pelatihan Hafal Tanpa Menghafal Fast Track Learning 2019
International Public Lecture Fakultas Agama Islam UMJ 2018
“Germany and the Moslem;
Interesting Fact”
Workshop Kebhinekaan dan Lembaga Hubungan dan 2018
Keadilan Sosial Kerjasama Internasional
Pembinaan kelompok Masyarakat Pemerintah Kota Tangerang 2019
Pembangunan Desa/keluarahan Selatan
Pelatihan Memandikan Jenazah
Seminar on PISA: Assesing 21st Kementerian Pendidikan 2019
Century Life Skills dan Kebudayaan
Musyawarah Nasional HMP MAZAWA Bengkulu 2019

Prestasi
Intansi Perlombaan yang diikuti Tahun
116

Bupati Empat Lawang Juara II Syarhil Al- Qur`an 2014


pada MTQ VII Tingkat
Kabupaten Empat Lawang
Kementerian Agama Juara 1 Ajang Kompetisi 2015
Kota Tangerang Seni dan Olahraga cabang
Selatan Tenis Meja Putra
Universitas Finalis Pemilihan 2018
Muhamamdiyah Mahasiswa Berprestasi
Jakarta (Pilmapres) UMJ 2018
Qur`an Learning Juara 1 Lomba Poster 2019
Community Dakwah
BEM Universitas Juara 1 Lomba Essay 2019
Muhammadiyah
Jakarta
IMM FAI UMJ Juara 1 Lomba Poster 2019
Dakwah
PGMI UMJ Juara 1 Lomba Essay 2020
HMPS IAIN PARE- Juara 2 Lomba Essay 2020
PARE Nasional Ziswaf

Anda mungkin juga menyukai