Anda di halaman 1dari 2

PERANCANGAN BEACH RESORT GUNA MENARIK WISATAWAN DI

KALIMANTAN SELATAN
Tema : cross dicipline analysis and global issue awerness
Nurul Ulfa – 1823201110012

A. PENDAHULUAN
Kalsel perlu banyak destinasi baru yang terintegrasi
Di Kota Banjarmasin masih sedikit sekali ruang wisata. Kepala Perwakilan Bank Indonesia
(BI) Wilayah Kalsel Herawanto berharap Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalsel bersama
pemerintah kabupaten/kota di Kalsel bisa lebih aktif membangun banyak destinasi wisata
tematik yang terintegrasi. Menurutnya penting, jika Provinsi Kalsel kedepan ingin serius
membangun ekonomi melalui sektor pariwisata dan meninggalkan sektor pertambangan
sebagai tulang punggung utama perekonomian di Kalsel. Herawanto menambahkan, “Walau
bagus tapi kalau cuma satu tempat saja turis pasti berpikir dua tiga kali untuk ke sana. Karena
kecenderungan turis hari ini adalah mereka bisa menikmati banyak wisata di satu tempat
karena dari sisi biaya jauh lebih ekonomis” (kanalkalimantan.com).

ASITA sesalkan minim rest area di Kalimantan Selatan


Dari kelompok Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) di Kalimantan
Selatan mengatakan kalau pemerintah daerah mesti peka ketika mempromosikan potensi
wisata, termasuk hal-hal kecil. “Misalnya, sudah adakah rest area di wilayah tujuan objek
wisata yang akan dijual. Karena jarak tempuh ke objek wisata rata-rata tiga-empat jam (dari
Banjarmasin), untuk itu harus disiapkan rest area yang nyaman dan representatif,” kata Siti
Aisyah, Sekretaris ASITA (2018). “Hal kecil seperti ini belum diperhatikan, bagimana objek
wisata bisa laku dan dikunjungi. Ujung-ujungnya orang akan jera ke Kalsel,” kata Siti
Aisyah. Menurut dia, mengoptimalkan pariwisata wajib melibatkan semua pihak, baik
swasta dan pemerintah. (kumparan.com)

Dari isu tersebut bisa disimpulkan kalau Provinsi Kalimantan Selatan masih membutuhkan
pembangunan ekonomi yang lebih efisien, tidak hanya dalam sector pertambangan tapi
wisata yang ditampilkan juga harus seimbang. Dan juga sistem wisata yang dapat menarik
kepekaan wisatawan dari segi objek yang dijual, seperti halnya penambahan rest area pada
suatu objek wisata, agar wisatawan dapat menikmati objek dengan bermalam, beristirahat
sambil menikmati keindahan objek yang ditampilkan.

Dalam menggapi permasalahan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan khususnya dalam
bidang pariwisata, maka perlu adanya penambahan objek pada suatu objek yang telah ada.
Seperti halnya pantai, Kalimantan Selatan mempunyai banyak destinasi wisata pantai, tetapi
dalam menanggapi pernyataan dari Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) di
Kalimantan Selatan yang menyatakan butuhnya penambahan objek dalam bentuk rest area
di suatu wisata seperti halnya resort. Dari adanya resort yang terletak di pantai, maka
wisatawan dapat beristirahat dan bermalam sambil menikmati keindahan pantai, hal ini juga
akan memberikan respon positif dalam sektor ekonomi di Kalimantan Selatan.
B. TEMA
Tema yang digunakan pada rancangan Beach Resort ini yaitu cross dicipline analysis and
global issue awerness dengan maksud dan tujuan sebagai berikut :
1. Perancangan objek Resort untuk dijadikan objek rest area guna memenuhi dari
pernyataan kelompok Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) di Kalimantan
Selatan.
2. Perancangan objek Resort sebagai wadah pembangunan sektor ekonomi di Kalimantan
Selatan guna memenuhi pernyataan dari Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah
Kalsel.
3. Perancangan objek Resort dirancang di pantai dikarenakan pantai merupakan salah satu
destinasi wisata yang banyak di provinsi Kalimantan Selatan dan memiliki jarak yang
cukup jauh dari ibukota yaitu Kota Banjarmasin, oleh karena itu perlu adanya objek rest
area di area pantai.

C. DAFTAR REFERENSI
Indra. Y, dkk. (2019). “Beach Resort Hotel di Sanur, Bali”. Jurnal Pengilon. Vol. 3, no.2,
pp. 77.
Kamilia, B.N. dkk (2020). “Pengaruh musik terhadap arsitektur berbasis isu Kesehatan
mental”. Sains dan Seni ITS. Vol. 9 No. 2, pp. 98-99.
Seran A.E.T. dkk (2018). “Perancangan Kantor Bupati Malaka. Di Kab. Malaka”. Eprints.
Vol. 8, no.2, pp. 87
Rahmatika R, dkk (2018). “Isu-Isu Penting Arsitektur Regionalisme Pada Bangunan
Singkawang Cultural Center”. Nasional Cendekiawan. Vol. 3, no.2, pp. 76.
Hermawan D, dkk (2020). “Perpustakaan Umum”. Jurnal Pengilon. Vol. 4, no.1, pp. 51.
Rifdah K. (2021). “Senduro Resort”. Repository. Vol. 3, no. 2, pp. 74.
PHL Architects, 2018, SCC + Insight SKW 2.0 The Provocation of The City, PHL Architect,
Jakarta.
A. W. Putri, B. Wibhawa, and A. S. Gutama, “(2014), “Kesehatan mental masyarakat
indonesia (pengetahuan dan keterbukaan masyarakat terhadap gangguan kesehatan
mental),” Pros. KS Ris. PKM, vol. 2, no. 2, pp. 252–258, 2014.
N. Tandali and P. P. Egam, “Arsitektur berwawasan perilaku (behaviorisme),” Media
Matrasain, vol. 8, no. 1, pp. 53–67, 2011.
Subiyakto, B., Abbas, E. W., Arisanty, D., Mutiani, M., & Akmal, H. (2020). Sungai dan
Kehidupan Masyarakat Banjar: Penguatan Lokalitas dalam Wacana Pendidikan
IPS yang Responsif.

Anda mungkin juga menyukai