LP Dan SP
LP Dan SP
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS KESEHATAN
2021
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
kecemasan Stuart dan Laria (2005) dalam (BMP) yang menyatakan bahwa
kecemasan memiliki nilai yang positif, karena dengan ansietas maka aspek positif
individu berkembang karena adanya sifat konfrontasi (pertentangan), Antisipasi yang
tinggi, Penggunaan pengetahuan serta sikap terhadap pengalaman untuk dapat mengatasi
kecemasa. Tetapi apabila kondisi kecemasan tidak ditangani dengan segera, maka akan
dapat mengganggu kehidupan seseorang. Kecemasan dapat pula didefinisikan sebagai
suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau rasa takut
yang disertai suatu respon. Seringkali sumber perasaan tidak santai tersebut tidak spesifik
atau tidak diketahui.(Nurhalimah, 2019)
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan mental,
keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau
tidak sadar.(Yanti, 2017)
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas
merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan
keadaan khawatir, Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan
tersebut dapaterjadi atau menyertai kondisi situasikehidupan dan berbagai gangguan
kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual
terhadap stimulus yang mengancam dan objeknya jelas. (Yanti, 2017)
C. Penyebab
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini.
Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan
tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain. Adapun factor-faktor yang mempengaruhi ansietas adalah:
1. Faktor predisposisi Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab
ansietas adalah:
a. Teori psikionalitik Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting
atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego digambarkan
sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk
memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami
ansietas berat
c. Teori perilaku Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan
d. Kajian biologis Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.
Reseptor ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan seharihari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Perilaku Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya
mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
a. Respons adaptif
Hasil yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan
mengatur kecemasan. Kecemasan dapat menjadi suatu tantangan, motivasi yang
kuat untuk menyelesaikan masalah dan merupakan sarana untuk mendapatkan
penghargaan yang tinggi. Strategi adaptif biasanya digunakan seseorang untuk
mengatur kecemasan antara lain dengan berbicara kepada orang lain, menangis,
tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi
b. Respons maladaptif
Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu menggunakan mekanisme
koping yang disfungsi dan tidak berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping
maladaptif mempunyai banyak jenis termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas
isolasi diri, banyakmakan, konsumsi alkohol, berjudi, dan penyalahgunaan obat
terlarang.
(Nurhalimah, 2019)
2. Tingkat Kecemasan
Kecemasan dalam beberapa tingkatan, yaitu :
a. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan seringkali berhubungan dengan ketegangan dalam
kehidupan sehari-hari. Kecemasan tingkatan ini harus selalu dibuat atau
diciptakan karena pada tingkatan ini orang yang mengalami kecemaan akan
menjadi waspada sehingga memperluas pandangan persepsi terhadap suatu
masalah karena individu akan mengantisipasi kemungkinan dampak dari
kecemasan yang dialami.Kecemasan ringan memiliki aspek positif, yaitu
memotivasi individu untuk belajar dan menghasilkan serta meningkatkan
pertumbuhan dan kreativitas.Berikut ini adalah respon/dampak kecemasan ringan:
d. Kecemasan Panik
Yang paling membahayakan adalah bila individu mengalami tingkatan
yang paling tinggi yaitu PANIK. Perilaku yang tampak adalah individu tampak
ketakutan dan mengatakan mengalami teror, tidak mampu melakukan sesuatu,
walaupun dengan pengarahan serta mengalami gangguan kepribadian. Gejala lain
yang muncul adalah terjadi peningkatan aktivitas motorik, menurunnya
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, kehilangan
pemikiran rasional,. Manifestasi yang muncul terdiri dari ;
1) Respon fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, dan koordinasi motorik rendah
2) Respon kognitif:lapang persepsi sangat sempit, dan tidak dapat berfikir logis
3) Respon perilaku dan emosi: mengamuk dan marah-marah, ketakutan,
berteriak-teriak, menarik diri dari hubungan interpersonal, kehilangan kendali
atau kontrol diri dan depresi kacau.
(Supinganto, 2014)
(Nurhalimah, 2019)
E. Patofisiologi
Neurotransmilter seperti srotin, GABA, Dopsmin, dan banyak lainnya dikaitkan
dengan gangguan kecemasan. Masing-amsing neurotransmitter memainkan peran yang
sagat berbeda, tetapi samapenting berperan dalam regulasi kecemasan ( buku ss hp). Tiga
norepinefrin dan asam gamma-aminobutyric, Serotinin berperan dalam regulasi mood,
agresi, impuls, tidur, nafsu makan. Suhu tubuh dan nyeri.
Pengobatan yang digunakan untuk mengobati gangguan kecemasan meningkatkan
ladar serotonin yang terlibat dalam respon melawan atau lari dan dalam regulasi tidur,
mood, dan tekanan darah. Stress akut meningkatkan pelepasan norepinefrin.
Pada orang dengan gangguan kecemasan terutama mereka dengan gangguan
panic,sistem yang mengontrol pelepasan norepineprin tampaknya tidak diatur dengan
baik. GABA berperan dalam membantu menginduksi relaksasi dan tidur, dan dalam
mencegah eksitensi berlebihan. Obat yang dikenal sebagai benzodiazepine meningkatkan
aktivitas GABA, menghasilkan efek menennagkan.
Disfungsi berbagai neurotransmitter dan reseptor diotak telah terlihat gangguan
kecemasan. Tigas neurotrasnmiter yang terutama terlihat dalam kecemasan adalah
GABA, serotonin (5-HT) dan noradrenalin menurut Somers, et al, 2006 dalam (buku ss
hp). Disregulasi dalam sistem noragenik dihipotesiskan terjadi gangguan kecemasan.
Noradrenalin memodulasi mekanisme arousal otonom, termasuk peningkatan detak
jantung dan pernafasan. Ini mengarah pada kaskadefisiologis gejala panic seperti
paresthesia, mati rasa dan sesak didada. GAD dikaitkan dengan overaktivitas
noradrenegik, disregulasi reseptor serotonin(5-HTIA, 5-HT2C) dan penurunan jumah
situs benzodiazepia pada reseptor GABA-benzodiazepin kompleks.
Meskipun neurotransmitter lain juga telah terlihat dalam patofisiologis gangguan
kecemasan.gangguan serotonin dan asam gamma-aminobutirat (GABA) tampaknya
paling signifikan. Badan sel yang berasal dari jalur serotonin terletak didalam raphe
Nuclei yang terletak dibatang otak. Serotonin diperkirakan menurun dalam gangguan
kecemasan. Badan seluntuk norepineprin berasal dari lobus cerules. Nerepineprin
dianggap meningkat dalam gangguan kecemasan. GABA adala neurotransmitter
penghambat utama di otak. Ini terlihat diantara pengurangan dan perlambatan aktivitas
seluler. Disintesis dari asam glutamate, dengan vitamin B6 sebagai kofutor. Ditemukan
dihampir setiap wilayah otak. GABA dianggap menurun padagangguan kecemasan
menungkinkan pningkatan rangsaan seluler.
Area Otak yang terpengaruh :
1. Amigdala : Ketakutan, sangat penting dalam gangguan panic dan fobia
2. Hipokampus : Terkait dengan memori yang berhubungan dnegan respon ketakutan
3. Lokus Ceruleus : Gairah
4. Batang otak : Aktivitas pernafasan, detak jantung
5. Hipotalamus : Aktivitas respon stress
6. Korteks depan : Interprestasi Kognitif
7. Talamus : Integrasi rangsangan sensorik
8. Ganglia basalis : Gemetar
(Supinganto, 2014)
F. Mekanisme Koping
Pada individu yang mengalami kecemasan yang sedang dan berat, mekanisme
koping yang digunakan terbagi atas dua jenis mekanisme koping, yaitu
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas
Yaitu upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan realistik yang bertujuan
untuk menurunkan situasi stres, misalnya :
a. Perilaku menyerang ( agresif ).Digunakan individu untuk mengatasi rintangan
agar terpenuhinya kebutuhan
b. Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik
secara fisik maupun secara psikologis
c. Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan
2. Mekanisme Pertahan Ego
Bertujuan untuk membantu mengatasi kecemasan ringan dan sedang. Mekanisme
ini berlangsung secara tidak sadar, melibatkan penipuan diri, distorsi realitas dan
bersifat maladaptif.Mekanisme pertahanan ego yang digunakan adalah:
a. Kompensasi: dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan secara
tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya
b. Penyangkalan (Denial): Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut.Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitive
c. Pemindahan (Displacement): penggalihan emosi yang semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam terhadap
dirinya
d. Disosiasi: pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya
e. Identifikasi (Identification): proses dimana seseorang mencoba menjadi orang
yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran,perilaku dan selera orang
tersebut
f. Intelektualisasi (Intelectualization): penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya
g. Intrijeksi (Intrijection): mengikuti norma-norma dari luar, sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
h. Fiksasi: berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi atau
tingkah laku atau pikiran),sehingga perkembangan selanjutnya terhalang
i. Proyeksi: pengalihan buah fikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat ditoleransi
j. Rasionalisasi: memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri
k. Reaksi formasi: bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan,perasaan yng sebenarnya
l. Regresi: kembali ketingkat perkembanagan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh: bila keinginan terlambat menjadi marah, merusak,melempar
barang, meraung, dan sebagainya
m. Represi: secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impils, atau ingatan yang
menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer yang
cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya
n. ActingOut: langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang
o. Sublimasi: penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia, artinya dimana
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal
p. Supresi: suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan, tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang, kadangkadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
q. Undoing: tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari
tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan
primitive
(Supinganto, 2014)
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada
uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang
b. Istirahat yang cukup
c. Cukup.olahraga
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhankeluhan
somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar pasien
yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta percaya diri
a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan
b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor
c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat
d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan
e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung
(Yanti, 2017)
STRATEGI PELAKSANAAN
A. PROSES KEPERAWTAAN
1. DIAGNOSA
Ansietas Sedang
2. TUJUAN KHUSUS
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Pasien mampu mengenal ansietas
Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan social
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Bantu pasien mengenal ansietas
Ajarkan pasien teknik napas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
Motivasi pasien melakukan teknik napas dalam setiap kali ansietas muncul
B. PROSES PELAKSANAAN TINDAKAN
1. Fase Orientasi
Perawat : ”Assalamualaikum Mbak, selamat pagi”
Pasien : “Waalaikumsalam, selamat pagi juga, sus”
Perawat : “Perkenalkan, nama Saya Tri Utami, Mbak bisa memanggil saya
Tami. Saya mahasiswa profesi ners UNW yang dinas pagi hari ini
dari pukul 09.00 sampai 16.00 dan yang akan merawat
Mbak. Mbak sebelumnya boleh saya tau Nama Mbak siapa ?
Pasien : “Nama saya An.A
Perawat : “Mbak senangnya dipanggil dengan sebutan apa?”
Pasien : “An.A aja, sus”
Perawat : “Oke baik Mbak, bagaimana keadaan Mbak hari ini?”
Pasien : “Alhamdulillah baik, sus”
Perawat : “bagaimana perasaan yang Mbak rasakan saat ini?”
Pasien : “Saya merasa cemas sus akan Penyakit saya yaitu Asma ditambah
kondisi alam seperti ini,
Perawat : "Baiklah Mbak, bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang
Tentang kecemasan yang Mbak rasakan saat ini lebih lanjut?”
Pasien : “Iya, sus”
Perawat : “Berapa lama Mbak punya waktu untuk berbincang-bincang
dengan saya? Bagaimana kalau 15 menit saja?”
Pasien : “Boleh kok, sus”
Perawat : “Dimana Mbak mau berbincang-bincang dengan saya yang
sekiraya tempatya bisa buat nyaman Mbak?”
Pasien : “Terserah suster saja, saya bingung sus
Perawat : “baik jika begitu apakah disini Mbak merasa nyaman ?
Pasien : “Nyaman sus”
2. Tahap Kerja
Perawat : “Apa yang Mbak rasakan saat ini ?” Bagaimana jika Mbak
Mengungkapkan Perasaan dan keluhan Mbak saat ini, saya akan
membantu untuk mengurangi Beban fikiran yang Mbak hadapi
Pasien :” Cemas mbak, sangat Kwatir soal penyakit saya ASma dan
Ditambah Dengan kondisi virus Covid-19 terus betambah
kasusnya dan saya binggung yang mau saya lakukan, karna saya
sebelumnya belum pernah didalam situasi yang seperti ini dan ini
pertama kalinya sus. Dan banyak sekali yang saya khawatirkan
sus”
Perawat : ” baik Mbak, kalua saya boleh tau perasaan itu muncul ketika
dalam situasi seperti apa ? misalnya ketika Mbak sedang sendiri,
atau ketika mau tidur pada malam hari atau seperti apa ?
Pasien : “ tidak menentu sih mbak tapi yang paling sering ketika saya
Sedang sendirian pasti rasa cemas itu muncul teringat dengan
kondisi kesehatansaya”
Perawat : “ jadi Mbak ini cemas karena kwatir terkait kondisi kesehatan
Mbak, Ditambah dengan situasi kondisi Covid-19 terus bertambah
semakin membuat Mbak merasa kwatir seperti itu njeh ? baik
Mbak, kalua saya boleh tau ketika rasa cemas itu muncul tanda
Tandanya apa saja bu ?
Pasien : “ ngga tau kenapa tiapsaya seperti ini itu jantung saja berdebar
Cepat mbak, pusing kepalanya”
Perawat :” bagus ya Mbak dapat menjelaskan dengan baik tentang
penyebab,tanda gejala dan juga akibat yang munculketika merasa
cemas, tadi yang Mbak sebutkan memang merupakan tanda gejala
cemas,yang dipicu karena suatu stressor atau stress atau pikiran
yang sedang membebani pikiran Mbak, Jika boleh saya tahu,
apakah sebelumnya mbak pernah mengalami perasaan
cemas seperti sekarang yang mbak rasakan dan bagaimana cara
mbak mengatasinya dengan begitu bagaimana ?
Pasien :” baru kali ini sus, yang saya lakukan yaa palingan langsung tak
buat tiduran sus, karena saya binggung harus gimana”
Perawat :” Saya mengerti bagaimana perasaan mbak. Setiap orang akan
memiliki perasaan yang sama jika diposisi mbak. Jadi saat
ini mbak pada tingkat kecemasan yang sedang. Kalau masalah
ini tidak diatasi, dapat mengganggu kondisi mbak nantinya.
Untuk itu, mbak perlu melakukan terapi disaat mbak merasakan
perasaan cemas. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat
kecemasan mbak. Bagaimana kalau sekarang kita coba
mengatasi kecemasan mbak dengan latihan relaksasi dengan
cara teknik distraksi/situasi pengalihan , ini merupakan salah
satu cara untuk mengurangi kecemasan yang mbak rasakan”
apakah Mbak bersedia ?
Pasien : “ boleh sus”
Perawat : “ baik mbak sebelumnya saya jelaskan terlebih dahulu apa itu
teknik distrasi/situasi pengalihan. Teknik pengalihan ini adalah
teknik yang digunakan untuk mengalihkan perhatian mbak
pada
hal lain sehingga mbak dapat menerunkan kecemasan mbak.
Dalam teknik ini mbak harus melakukan hal-hal yang dapat
membuat Mbak nyaman dan santai misalnya dengan melakukan
kegiatan ynag mbak sukai. Sebelumnya kalua saya boleh tahu
mbak senang melakukan kegiatan apa ?
Pasien : “ banyak kegiatan yang saya sukai sus, berkebun, masak, tapi
saya paling suka menonton drakor atau drama korea.
Perawat :” bagus ya mbak, jadi mbak suka berkebun, masak, akan
tetapilebih suka mennton drama korea begitu ya ?
Pasien : “iya sus hehehe”
Perawat :”baiklah kalua begitu mbak dapat menonton drama korea untuk
mengalihkan rasa cemas yang mbak rasakan. Dengan melakukan
hal-hal yang mbak sukai, rasa cemas yang mbak rasakan bisa
berkurang.” Halini mbak lakukan ketika rasa cemas itu timbul
mbak bisa langsung mengalihkan rasa cemas ini dengan menonton
drakor.
Pasien :” baik sus, akan saya coba praktikan”
Perawat : “Bagus ya mbak “
3. Terminasi
Perawat : “ baik Mbak sesuai dengan kesepakatan diawal tadi waktu kita
sudah berjalan 30 menit dan pas waktu habis kegiatan kita hari ini
juga sudah selesai, setelah saya jelaskan tadi terkait rasa cemas dan
cara menguranginya bagaimana perasaan Mbak saat ini ?
Pasien : “ Allhamdulilah, sedkit tenang sus”
Perawat : “ Allhamdulialh ya mbak jika begitu, baik coba mbak bisa ulangi
kembali apa yang harus dilakukan ketika rasa cemasnya muncul
kembali ?
Pasien : “ ketika rasa cemas muncul saya melakukan teknik pengalihan
Atau distraksi dengan melakukan hal-hal yang saya sukai seperti
Mennton drakor”
Perawat : “ Bagus Sekali, jadi begini ketika Mbak merasa cemas kembali
Mbak coba melakkan teknik yang sudah saya ajarkan tadi secara
mandiri, tadi Mbak menyebutkan suka menonton drakor nah Mbak
bisa langsung menonton drakor.
Pasien : “ Baik sus”
Perawat : “ nah mbak kira-kira besokkita bisa bertemu lagi untuk saya
Ajarkan terkait teknik mengontrol cemas dengan teknik relaksasi
nafas dalam ?
Pasien : “ bisa sus”
Perawat : “ kira-kira kita bertemu dimana ya ? dan jam berapa ?
Pasien : “ siang aja gmna sus jam 14.00? diteras rumah saya seperti ini ?
Perawat : “ baik mbak, jadi kita masukan dijadwal yahhari ini sudah
Melakukan tekik distraksi jam 09.00-09.30 WIB, dan besok kita
bertemu lagi jam 14.00 WIB didepan teras Mbak.
Pasien : “ baik sus sudah saya masukan dMbakku jadwal harin saya”
Perawat : “ bagus ya mbak, jika sudah berhubungan waktunya juga sudah
30 menit dan kita sudah selesai saya akan pamit
untukkembalikepuskesmas dan kita akan bertemu kembali besok
siang ya mbak , jaga kesehatan, asslamualaikum wr wb
A. PROSES KEPERAWTAAN
1. DIAGNOSA
Ansietas Sedang
2. TUJUAN KHUSUS
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Pasien mampu mengenal ansietas
Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan social
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik napas dalam untuk
mengatasi ansietas
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tenik relaksasi otot progesif
untuk mengatasi ansietas
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Bantu pasien mengenal ansietas
Ajarkan pasien teknik napas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi otot progesif dalam setiap kali
ansietas muncul
3. Fase Terminasi
Perawat : “ baik mbak berhubung waktu sudah berjalan 15 menit sesuai
kontrak kita diawal, tadi sudah saya ajarkan bagaimana cara
mengontrol cemas dengan menggunakan teknik relaksasi otot
progesif , bagaimana perasaannya ?
Pasien : “allhamduliah, capek tapi enak sus tenang”
Perawat : “ Allhamduliah , sebelumnya apakah ada yang ingin ditanyakan
mbak ?
Pasien :” tidak ada sus”
Perawat :” baik jika begitu saya mau tanya bagaimna cara melkakan teknik
relaksasiotot progesif ? dalam mbak bisa praktikan
kembali ?”
Pasien : (Mempraktika teknik otot progesif)
Perawat : “bagus sekali ya mbak, mbak dapat melakukan dengan baik dan
benar, jadi ketika mbak merasa cemas mbak bisa melakukan
teknik teknik relaksasi oto progesif sesuai yang kita
praktikan tadi secara mandiri dirmah ya mbak “
Pasien : “ Baik sus,siap”
Perawat : “ sebelum saya akhiri sebelumnya apak besok mbak berkenan
untuk kita ketemu kembali ? saya akan mempraktikan bagaimana
cara mengpntrol cemas dengan teknik lain
Pasien :” Boleeh sus, untuk jamnya sama aja ya sus,dan dirumah saya aja
Perawat : “ baik mbak siap, sebelum saya kembali kepuskesmas mari mbak
kita masukan kegiatan besok di buku jadwal kegiatan mbak.
Pasien :” baik sus”
Perawat : “ bagus ya mbak, jika begitu saya akan kembali kepuskesmas dan
jangan lupa besok kita bertemu kembali jam 14.00 dirumah mbak
An.A yaa, Selamat siang,
Pasien :” siang sus”
A. PROSES KEPERAWTAAN
1. DIAGNOSA
Ansietas Sedang
2. TUJUAN KHUSUS
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Pasien mampu mengenal ansietas
Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik pengalihan social
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik napas dalam untuk
mengatasi ansietas
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan tenik relaksasi otot progesif
untuk mengatasi ansietas
Pasien mampu memperagakan dan menggunakan hipnotis 5 jari untuk
mengatasi ansietas/ kecemasan
3. TINDAKAN KEPERAWATAN
Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat.
Bantu pasien mengenal ansietas
Ajarkan pasien melakukan teknik distraksi/situasi pengalihan untuk
mengontrol kecemasan
Ajarkan pasien teknik napas dalam untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri
Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi otot progesif dalam setiap kali
ansietas muncul
Motivasi pasien melakukan teknik hipnotis 5 jari untukmengontrol kecemasan
yang dirasakan
2. FASE KERJA
Perawat : “ Mbak sebelumnya kita sudah belajar tentang mengatasi cemas
dengan cara teknik relaksasi otot progesif, apakah mbak
masih inget ? dan bisa dijelaskan kembali mbak ?
Pasien :”iya sus sudah, ketika saya cemas saya bissa melakukan teknik
Relaksasi otot progesif (Mempraktikan cara melakukan teknik
relaksasi otot progesif)
Perawat :” bagus sekali, jadi hari ini saya akan mengajarkan cara mengontol
atau menurangi rasa cemas yang mbak rasakan dengan
teknik lain, yaitu teknik hipnotis 5 jari, hipnotis 5 jarini sesuai
tadi yyang sudah saya bilang merupakan salah satu teknik yang
digunakan untuk mengurangi kecemasan, nanti saya praktikan
bagaimana cara melakukannya, sebelumnya apakah mbak
bersedia ?
Pasien : “ Boleh sus”
Perawat : “sebelumnya apakah denga posisi ini mbak nyaman ?
Pasien : “ Sudahnyama sus”
Perawat : “ baik jikasudah nyaman, bisa kita muai ya mbak“
Pasien :” baik sus”
Perawat :” mbak pejamkan mata ya, nah sekarang sentuh jari telunjuk mbak
dengan jempol. Bayangkan pada saat Mbak sedang bahagia,
misalnya jalan-jalan di taman yang indah tanpa
merasakan sakit, Sekarang sentuh jari tengah Mbak,
bayangkan saat Mbak bersama orang yang Mbak sayangi
atau cintai, misalnya pacar Mbak, Selanjutnya, sentuh
jari manis Mbak, bayangkan ketika Mbak di puji oleh seseorang,
Yang terakhir sentuh jari kelingking Mbak, bayangkan tempat
yang paling indah yang pernah Mbak kunjungi, nikmati terus
rileks,
3. FASE TERMINASI
Perawat :” baik mbak berhubung waktu sudah berjalan 15 menit sesuai
kontrak kita diawal, tadi sudah saya ajarkan bagaimana cara
mengontrol cemas dengan menggunakan teknik hipnotis 5 jari,
bagaimana perasaannya?
Pasien : “allhamduliah enak sus tenang”
Perawat : “ Allhamduliah , sebelumnya apakah ada yang ingin ditanyakan
mbak ?
Pasien :” tidak ada sus”
Perawat :” baik jika begitu saya mau tanya bagaimna cara melkakan hipnotis
5 jari ? dalam mbak bisa praktikan kembali ?”
Pasien : (Mempraktika teknik hipnotis 5 jari)
Perawat :” bagus ya mbak, Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada
mbak, mbak dapat mempraktekkan kembali dan jangan lupa
untuk memasukannya dalam jadwal kegiatan harian yaitu sekitar 2
kali dalam sehari ya mbak
Pasien :” iya sus
Perawat :” Mbak sudah mampu memahami teknik- teknik yang bisa
dilakukan saat Mbak merasakan cemas, apabila Mbak
kembali merasakan keadaan cemas Mbak bias memilih salah
satu cara seperti melakukan teknik relaksasi napas dalam dan
juga bisa melakukan hal-hal yang Mbak sukai untuk
mengurangi rasa cemas yang Mbak rasakan.” ”Mbak, hari ini
adalah hari terakhir saya praktik disini. Saya mengucapkan
terimakasih karena Mbak telah mau meluangkan waktu untuk
berbincangbincang dan mau mengikuti teknik-teknik yang
saya anjurkan. Saya permisi dulu. Selamat sore.”
DAFTAR PUSTAKA
Nurhalimah, N. (2019). Buku Materi Pembelajaran Keperawatan Jiwa. 202. Retrieved from
http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/08/Keperawatan-Jiwa-
Komprehensif.pdf
PPNI, T. P. (2017). standarDiagnosis Keperawatan Indonesia (Edisi 1; DPP PPNI, ed.). Jakarta:
DPP PPNI.
Yanti, L. (2017). Asuhan Keperawatan pada Ny . E dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Aman
dan Nyaman : Ansietas di Kelurahan Sari Rejo Kecamatan Medan Polonia. Repositori
Universitas Sumatra Utara.