Anda di halaman 1dari 53

RESUME ARTIKEL HUBUNGAN KARBOHIDRAT DAN DIABETES

MELITUS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Dasar Ilmu Gizi Kesehatan

Masyarakat

Disusun Oleh :

1. Afifatul Maulida Maufidah 202110101075

2. Auliya Muharromah 202110101114

3. Chika Aulia Pramesti Putri 202110101057

4. Dida Putri Awal Mardika 202110101078

5. Febri Adhandi 202110101002

6. Fina Ari Winata 202110101012

7. Hikmatul Laili Risqi 202110101023

8. Khurmita Fatiha Sari 202110101177

9. Niken Pramesti 202110101145

10. Qaimima Ayuni Indriana 202110101178

Dosen Pengampu :

Dhuha Itsnanisa Adi, S.Gz., M.Kes.

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER
2021
A. Tabel Ringkasan Artikel Penelitian
No. Judul Nama Tahun Lokasi Populasi dan Metode Hasil Penelitian
Penulis Penelitian Penelitian Sampel Penelitian
1 HUBUNGAN 1.Meliana 2019 RS Seluruh pasien Penelitian ini Pengendalian dalam
KEPATUHAN DIET Nursihhah Karyamedika diabetes menggunakan pengonsumsian karbohidrat
TERHADAP 2.Dwi Septian Bantargebang mellitus tipe 2 penelitian yang tinggi dan diimbangi oleh
PENGENDALIAN Wijaya Bekasi dan 143 kuantitatif yang aktivitas fisik menunjukkan
KADAR GULA DARAH pasien bersifat analitik bahwa kadar gula darah pada
PADA PASIEN diabetes dengan desain seseorang yang mengidap
DIABETES MELITUS mellitus di RS crossectional penyakit diabetes militus type 2
TIPE 2 Karyamedika Penelitian dan terkendali sedangkan yang tidak
Bantargebang didukung patuh (melakukan diet) gula
Bekasi dengan data darah menjadi tidak terkendali.
kualitatif
2 ASUPAN 1.Def Primal 2020 Puskesmas Ibu hamil yang Menggunakan Hasil penelitian menunjukkan
KARBOHIDRAT 2.Tetra Mandiangin diperkirakan penelitian bahwa asupan karbohidrat
HARIAN TERHADAP Anestasia pada bulan cross sectional (gram) harian ibu hamil trimester
Puskesmas
RISIKO KEJADIAN Putri Maret 2020 menggunakan ketiga memiliki hubungan yang
Rasimah
DIABETES MELITUS 3. Wira berada pada pendekatan bermakna terhadap kejadian
Ahmad Kota
GESTASI (GDM) Meiriza kehamilan eksperimental GDM di wilayah kerja dinas
Bukittinggi.
MELALUI GLYCO- trimester dengan desain kesehatan Kota Bukittinggi
HEMOGLOBIN IBU ketiga dengan deskriptif berdasarkan 34 orang ibu hamil
HAMIL jumlah sampel analitik. yang telah diperiksa. Hal
menggunakan tersebut bisa dilihat bahwa
total sampling semakin tinggi asupan
sebanyak 34 karbohidrat harian ibu hamil,
orang maka akan terjadi peningkatan
berdasarkan nilai presentase HbA1c yang
teknik mengacu kepada terjadinya
penentuan status pre-diabetes dan diabetes
purposive gestasi pada ibu hamil trimester
sampling. ketiga.
3 GAYA HIDUP 1. Made K. 2020 Fakultas Pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian mendapatkan
SEBAGAI FAKTOR Murtiningsing Kedokteran gaya hidup dilakukan bahwa gaya hidup seperti pola
RISIKO DIABETES Universitas pada pola melalui media makan yang tidak sehat dan
2. Karel
MELITUS TIPE 2 Sam makan tidak daring dan pola aktivitas fisik kurang secara
Pandelaki
Ratulangi, sehat dan luring dengan bermakna berpengaruh terhadap
3. Bisuk P. Manado aktivitas fisik menggunakan terjadinya faktor risiko DMT2.
Sedli kurang pada jenis penelitian Gaya hidup dengan
kejadian suatu literatur mengonsumsi makanan tidak
DMT2 yang riview. sehat seperti makanan siap saji,
dilakukan Penelusuran makanan yang mengandung
penelusuran literatur karbohidrat tinggi, dan minuman
literatur dilakukan yang manis serta kurangnya
riview melalui aktivitas fisik dapat
melalui database meningkatkan risiko terjadinya
database Pubmed dan DMT2. Orang yang kurang
Pubmed dan Google melakukan aktivitas fisik memiliki
google Scholar. risiko mengalami DMT2 2,68 kali
scholar. dibandingkan dengan orang
yang memiliki aktivitas fisik
sedang dan berat.
4 HUBUNGAN POLA 1. Puji Hastuti 2019 Kedawung, 40 orang cross sectional Hasil penelitian menunjukkan
KONSUMSI 2. Yovita Puri Sragen penderita terdapat hubungan yang
KARBOHIDRAT Subardjo Diabetes signifikan antara pola konsumsi
Mellitus Tipe 2 karbohidrat
SEDERHANA DAN 3. Hiya Alfi
yang masuk
KOMPLEKS DENGAN rahmah kompleks dengan kadar HbA1c
dalam anggota
KADAR HbA1c pada penderita Diabetes Mellitus
Prolanis di Tipe 2 di Prolanis Puskesmas
PADA PENDERITA Puskesmas
Kedawung 1 dengan
DIABETES MELLITUS Kedawung 1
TIPE 2 p-value = 0,001 (p< 0,05).
5 HUBUNGAN ASUPAN 1. Anastasya 2019 Puskesmas Populasi target Penelitian ini Analisis menunjukkan adanya
GULA SEDERHANA Maria Denpasar dari penelitian menggunakan hubungan antara asupan gula
TERHADAP KADAR Kosasih Barat I dan ini adalah desain sederhana, karbohidrat, dan
GLUKOSA DARAH 2. I Wayan Puskesmas pasien DM tipe observasional kalori dengan kadar glukosa
PADA PASIEN Gede Denpasar II. Jumlah analitik dengan darah (p=0,000; p=0,001;
DIABETES MELLITUS Sutadarma, Barat II sampel pendekatan p=0,024) dan kekuatan korelasi
TIPE II 3. Ni Nyoman sebesar 100 cross- (r=0,44; r=0,32; r=0,23)
Ayu Dewi orang dengan sectional,
teknik simple teknik simple
random random
sampling. sampling,
pengisian data
food recall 2 ×
24 jam, dan
pengecekan
glukosa darah
sewaktu
dengan
glukometer.
Analisis data
adalah uji
univariat
dengan Uji
Kolmogorov
Smirnov dan
uji bivariat
dengan Uji
Spearman.
B. Pembahasan

Diabetes melitus (DM) merupakan gangguan sistem metabolisme akibat


pankreas tidak dapat memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksi secara optimal sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan
kadar glukosa dalam darah. Penyakit Diabetes Melitus sendiri memberikan beban besar
sebagai masalah kesehatan yang cukup serius. Umumnya penderita Diabetes Melitus
dapat ditemui pada usia 40 ke atas atau pada lansia. Akan tetapi, penyakit ini juga dapat
dijumpai pada usia produktif. Kurangnya kepekaan penderita karena tidak merasa sakit
menyebabkan jumlah penderita Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis lebih banyak
dibandingkan dengan penderita yang terdiagnosis. Akibatnya, komplikasi Diabetes
Melitus masih kurang diperhatikan dan disadari oleh penderita sendiri. Penyakit
Diabetes Melitus seringkali dihubungkan dengan gaya hidup dari penderita Diabetes
Melitus itu sendiri, terutama gaya hidup yang dirasa kurang sehat. Gaya hidup yang
kurang sehat ini tentunya berhubungan dengan asupan pola makan terutama asupan
karbohidrat yang tidak terkontrol. Hal ini perlu diperhatikan sebab sebagian besar
masyarakat Indonesia konsumsi umum mereka sepenuhnya berasal dari karbohidrat.
Tingginya asupan karbohidrat yang kurang diperhatikan dapat meningkatkan jumlah
kadar gula darah. Pola konsumsi yang tidak seimbang, seperti mengkonsumsi asupan
karbohidrat yang tinggi gula sederhana dan rendah serat menjadi faktor resiko penyebab
Diabetes Melitus. Contoh asupan karbohidrat yang mengandung gula sederhana seperti
minuman bersoda, madu, roti, makanan yang mengandung tepung, dan susu.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada kerkaitan antara asupan


mengonsumsi asupan karbohidrat dengan kejadian penyakit Diabetes Melitus. Hal ini
berkaitan dengan total karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat mempengaruhi kadar
glukosa dalam darah yaitu semakin tinggi karbohidrat yang dikonsumsi maka kadar
glukosa darah juga semakin tinggi. Karbohidrat merupakan sumber energi pokok yang
dibutuhkan tubuh setiap harinya. Karbohidrat sendiri terdiri dari glukosa. Glukosa atau
biasa disebut gula darah ini dibutuhkan untuk mengalirkan hasil metabolisme
karbohidrat untuk selanjutnya disebar ke seluruh sel sel tubuh sebagai energi utama
dalam hal ini dikontrol oleh hormon insulin. Pada proses penyerapan, kadar glukosa
darah yang dibutuhkan akan dimetabolisme dengan baik dan disimpan, namun di kondisi
lain kadar glukosa tersebut dapat meningkat melebih batas normal. Dengan
mengkonsumsi gula sederhana yang tinggi tentu akan berkontribusi terhadap
peningkatan indeks glikemik yang tinggi. Peningkatan dari indeks glikemik inilah yang
menyebabkan intoleransi glukosa dan resistensi insulin terutama pada orang yang
berlebih berat badan (obesitas). Berat badan yang meningkat ini berhubungan dapat
menganggu kerja dari hormon insulin. Jika hormon insulin ini terganggu maka tubuh
tidak dapat bekerja untuk mengatur kadar glukosa dalam darah yang berakibat
terjadinya penumpukan gula darah sehingga berisiko terjadinya penyakit Diabetes
Melitus yaitu pada Tipe 2.

Mekanisme hubungan asupan karbohidrat dengan kadar gula darah, yaitu


karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk monosakarida, terutama glukosa,
penyerapan glukosa menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah dan merangsang
sekresi insulin. Insulin adalah hormon yang diproduksi sel beta di pankreas, yang
berfungsi mengatur metabolisme glukosa menjadi energi serta mengubah kelebihan
glukosa menjadi glikogen yang disimpan di dalam hati dan otot sedangkan, glukagon
adalah hormon yang juga diproduksi di pankreas akan tetapi bedanya dihasilkan oleh
sel alfa yang berfungsi untuk meningkatkan kadar glukosa ketika terjadi penurunan
kadar glukosa dalam darah. Di Samping itu, pada penderita penyakit Diabetes Melitus
terjadi umunya disebabkan adanya gangguan yang terjadi pada hormon insulin. Sekresi
insulin yang tidak mencukupi karena kekurangan insulin disebut diabetes tipe 1. Sekresi
insulin yang tidak mencukupi yang disebabkan oleh ketidakmampuan pankreas untuk
memproduksi insulin pada penderita diabetes tipe 1 dapat disebabkan oleh reaksi
autoimun berupa serangan antibodi sedangkan, resistensi insulin yang tidak berfungsi
dengan optimal disebut Diabetes Melitus Tipe 2. Pada penderita diabetes tipe 2, insulin
tidak bekerja dengan baik karena reseptor insulin pada sel berkurang atau strukturnya
berubah, dan hanya sedikit glukosa yang dapat masuk ke dalam sel. Akibatnya, sel-sel
mengalami kekurangan glukosa atau sebaliknya glukosa menumpuk di dalam darah.
Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat merusak pembuluh darah dan menimbulkan
berbagai komplikasi, sehingga menghambat proses jaringan menggunakan glukosa,
yang berujung pada peningkatan glukosa dalam darah (hiperglikemia).

C. Kesimpulan

Penyakit Diabetes Melitus sendiri memberikan beban besar sebagai masalah


kesehatan yang cukup serius. Umumnya penderita Diabetes Melitus dapat ditemui pada
usia 40 ke atas atau pada lansia. Akan tetapi, penyakit ini juga dapat dijumpai pada usia
produktif. Kurangnya kepekaan penderita karena tidak merasa sakit menyebabkan
jumlah penderita Diabetes Melitus yang tidak terdiagnosis lebih banyak dibandingkan
dengan penderita yang terdiagnosis. Akibatnya, komplikasi Diabetes Melitus masih
kurang diperhatikan dan disadari oleh penderita sendiri. Penyakit Diabetes Melitus
seringkali dihubungkan dengan gaya hidup dari penderita Diabetes Melitus itu sendiri,
terutama gaya hidup yang dirasa kurang sehat. Gaya hidup yang kurang sehat ini
tentunya berhubungan dengan asupan pola makan terutama asupan karbohidrat yang
tidak terkontrol. Hal ini perlu diperhatikan sebab sebagian besar masyarakat Indonesia
konsumsi umum mereka sepenuhnya berasal dari karbohidrat. Tingginya asupan
karbohidrat yang kurang diperhatikan dapat meningkatkan jumlah kadar gula darah.
Batas normal konsumsi karbohidrat per hari pada umumnya yaitu . Pola konsumsi yang
tidak seimbang, seperti mengkonsumsi asupan karbohidrat yang tinggi gula sederhana
dan rendah serat menjadi faktor resiko penyebab Diabetes Melitus. Contoh asupan
karbohidrat yang mengandung gula sederhana seperti minuman bersoda, madu, roti,
makanan yang mengandung tepung, dan susu.

Hal ini berkaitan dengan total karbohidrat yang dikonsumsi juga dapat
mempengaruhi kadar glukosa dalam darah yaitu semakin tinggi karbohidrat yang
dikonsumsi maka kadar glukosa darah juga semakin tinggi. Karbohidrat merupakan
sumber energi pokok yang dibutuhkan tubuh setiap harinya. Karbohidrat sendiri terdiri
dari glukosa. Glukosa atau biasa disebut gula darah ini dibutuhkan untuk mengalirkan
hasil metabolisme karbohidrat untuk selanjutnya disebar ke seluruh sel sel tubuh
sebagai energi utama dalam hal ini dikontrol oleh hormon insulin. Pada proses
penyerapan, kadar glukosa darah yang dibutuhkan akan dimetabolisme dengan baik
dan disimpan, namun di kondisi lain kadar glukosa tersebut dapat meningkat melebih
batas normal. Dengan mengkonsumsi gula sederhana yang tinggi tentu akan
berkontribusi terhadap peningkatan indeks glikemik yang tinggi. Peningkatan dari indeks
glikemik inilah yang menyebabkan intoleransi glukosa dan resistensi insulin terutama
pada orang yang berlebih berat badan (obesitas).

D. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah dipaparkan, kami


berharap dengan adanya makalah ini pembaca lebih memahami lagi terkait tentang
karbohidrat yang dikaitkan dengan masalah gizi dan kesehatan. Kami berharap kualitas
kesehatan masyarakat menjadi lebih baik lagi, supaya dapat mengubah pola kebiasaan
selama ini terkait asupan karbohidrat yang berlebih dan dapat mengontrol berapa
banyak gula yang dibutuhkan dalam tubuh setiap harinya.
E. Refrensi

Hastuti, P., Subardjo, Y. P., & Rahmah, H. A. (2020). Hubungan Pola Konsumsi
Karbohidrat Sederhana dan Kompleks dengan Kadar HbA1c pada Penderita
Diabetes Mellitus Tipe 2. J.Gipas, 4(1), 40–54.

Kosasih, A. M., Sutadarma, I. W. G., Nyoman, N., & Dewi, A. (2020). Hubungan
asupan gula sederhana terhadap kadar glukosa darah pada pasien diabetes
mellitus tipe II. 11(3), 973–977. https://doi.org/10.15562/ism.v11i3.676

Mayssara A. Abo Hassanin Supervised, A. (2014). ASUPAN KARBOHIDRAT HARIAN


TERHADAP RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS GESTASI (GDM)
MELALUI GLYCO-HEMOGLOBIN IBU HAMIL. Paper Knowledge . Toward a
Media History of Documents, 4, 510–518.

Murtiningsih, M. K., Pandelaki, K., & Sedli, B. P. (2021). Gaya Hidup sebagai Faktor
Risiko Diabetes Melitus Tipe 2. E-CliniC, 9(2), 328–333.
https://doi.org/10.35790/ecl.9.2.2021.32852

Nursihhah, M., & Wijaya septian, D. (2021). Hubungan Kepatuhan Diet Terhadap
Pengendalian Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2. Jurnal
Medika Hutama, Vol 02, No(Dm), 9.
http://jurnalmedikahutama.com/index.php/JMH/article/view/203

F. Lampiran

1. Artikel Penelitian
HUBUNGAN KEPATUHAN DIET TERHADAP PENGENDALIAN KADAR GULA
DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
Meliana Nursihhah1, Dwi Septian Wijaya2
1
Program Studi Gizi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Khas Kempek
2
Program Studi Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Prof DR. HAMKA

Corresponding Author: Meliana Nursihhah, Program Studi Gizi, Sekolah Tinggi Ilmu Kesahatan Khas Kempek.
E-Mail: meli.nursihhah@gmail.com

Received Maret 02, 2021; Accepted April 10, 2021; Online Published April 20, 2021

Abstrak

Kepatuhan adalah perubahan sikap dan perilaku individu yang dilakukan dan diberikan dalam bentuk terapi baik
diet, aktifitas fisik maupun minum obat. Pasien DM memiliki masalah kepatuhan terhadap pengobatan,
diketahui bahwa tingkat kepatuhan pasien DM untuk melaksanakan diet sebesar 65% namun hanya 19% pasien
yang mematuhi untuk melaksanakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet,
aktifitas fisik, dan minum obat terhadap pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus di RS
Karyamedika Bantargebang Bekasi. Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif yang didukung oleh
penelitian kualitatif dengan desain crossectional. Penelitian dilakukan pada Juni – Agustus 2019. Sampel
berjumlah 143 responden menggunakan proportionate stratified random sampling. Analisis univariat dan
bivariate menggunakan uji statistic chisquare. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepatuhan diet dengan
nilai (p=0,000). Oleh karena itu, dukungan keluarga dan petugas kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan
pasien diabetes mellitus dalam mengendalikan kadar gula darah dengan memberikan informasi mengenai
tatalaksana diabetes mellitus sehingga dapat mengubah sikap dan perilaku .

Kata Kunci : Kepatuhan Diet Diabetes Melitus, Pengendalian Kadar Gula Darah

PENDAHULUAN pertemuan dengan dokter (Bragista


Kepatuhan adalah sikap patuh, Guntur, 2016).
ketaatan, sedangkan patuh adalah suka Menurut Hartono dalam Esti
menurut perintah, taat kepada Windusari (2013) kepatuhan diet DM
aturan/perintah (Depdikbud, 1990). adalah ketaatan terhadap makanan dan
Sedangkan menurut Niven (2002) minuman yang dikonsumsi pasien DM
Kepatuhan klien adalah sejauh mana setiap hari untuk menjaga kesehatan dan
perilaku klien sesuai dengan ketentuan mempercepat proses penyembuhan, diet
yang diberikan oleh professional ini berupa 3J yaitu tepat jadwal, tepat jenis
kesehatan. Kepatuhan merupakan dan tepat jumlah.
manifestasi dari suatu sikap dan perilaku Diabetes merupakan penyakit
berkaitan erat dengan motivasi. Motivasi tidak menular yang menjadi masalah
ini daya yang menggerakkan manusia kesehatan di beberapa negara di dunia
untuk berperilaku (Ninda Fauzi, 2015). termasuk Indonesia.
Kepatuhan adalah tingkat perilaku Menurut American Diabetes
pasien yang tertuju terhadap instruksi atau Association (ADA) 2005, Diabetes
petunjuk yang diberikan dalam bentuk Melitus (DM) merupakan suatu kelompok
terapi apapun yang ditemukan, baik diet, metabolik dengan karakteristik
latihan, pengobatan, atau menepati janji hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

1002
sekresi insulin, kerja insulin atau kedua- berhubungan dengan komplikasi diabetes
duanya (Soegondo, 2009). melitus mencapai 30 persen dari seluruh
Badan Kesehatan Dunia (WHO) klaim, atau diperkirakan dari Rp 20 Triliun
memprediksi adanya peningkatan jumlah pada 2016.
penyandang DM yang menjadi salah satu Dua kategori utama DM yaitu DM
ancaman kesehatan global. WHO tipe 1 dan DM tipe 2. Diabetes tipe 1
memprediksi kenaikan jumlah penyandang ditandai dengan kurangnya produksi
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun insulin sedangkan diabetes tipe 2
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun disebabkan penggunaan insulin yang
2030. Laporan ini menunjukkan adanya kurang efektif oleh tubuh. DM tipe 2
peningkatan jumlah penyandang DM merupakan tipe diabetes yang sering
sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2015 didapatkan dan biasanya timbul pada usia
Data Federasi Diabetes Internasional (IDF) di atas 40 tahun, 90-95% dari penderita
menunjukkan terdapat 415 juta orang di diabetes adalah DM tipe 2. (Hans Tandra,
dunia yang menderita diabetes melitus 2009).
pada 2015, dan diperkirakan akan Prevalensi penyakit diabetes di
mencapai 642 juta orang pada 2040. Provinsi Jawa Barat pada umur ≥ 15 tahun
Sementara data Riset Kesehatan yaitu 1,6% melebihi prevalensi rata-rata di
Dasar (Riskesdas) menunjukkan bahwa Indonesia (1,5%). Kota Bekasi merupakan
pada 2018 menunjukkan prevalensi kotamadya yang berada pada jalur pantura
penyakit tidak menular khususnya diabetes di bagian Provinsi Jawa Barat pada tahun
mellitus mengalami kenaikan jika 2012 berada di peringkat ke 18 terbanyak
dibandingkan dengan Riskesdas 2013 penyakit DM dari 35 Kotamadya di Jawa
yaitu naik dari 6,9 persen menjadi 8,5 Barat (Profil Kesehatan Provinsi Jawa
persen. Barat, 2018). Penyakit DM di RS
Akibat tingginya jumlah penderita Karyamedika Bantargebang di kota Bekasi
diabetes, Indonesia dalam kurun 2006 termasuk 10 penyakit terbanyak.
sampai 2015 harus menderita kerugian Berdasarkan data menunjukkan adanya
sekitar Rp800 triliun. Pusat Kajian peningkatan pasien diabetes mellitus yang
Ekonomi dan Kebijakan Kesehatan melakukan pengobatan baik pengobatan
Universitas Indonesia (PKEK-UI) dalam rawat jalan maupun pengobatan rawat
rilisnya, menyebutkan kerugian tersebut inap. Jumlah pasien diabetes mellitus di
mencakup biaya pengobatan, kerugian RS Karyamedika Bantargebang di Tahun
ekonomi karena penderita kehilangan 2017 sebanyak 67,4% dan di Tahun 2018
penghasilan. selama sakit atau karena sebanyak 78,4%, sehingga mengalami
meninggal dunia pada usia sebelum rata- peningkatan dari tahun 2017 ke Tahun
rata usia harapan hidup "Tanpa upaya 2018 sebanyak 11%.
pencegahan dan pengendalian penyakit Diet Diabetes Melitus merupakan
diabetes melitus agar penderita tidak bagian penting dari penatalaksanaan
mengalami komplikasi berat, kerugian DMT2 secara komprehensif. Kunci
ekonomi akan semakin tinggi," demikian keberhasilannya adalah keterlibatan secara
Antara melaporkan (detik.com). menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli
Data Jaminan Kesehatan Nasional gizi, petugas kesehatan yang lain serta
(JKN) menunjukkan bahwa klaim berobat pasien dan keluarganya). Guna mencapai
untuk penyakit-penyakit yang sasaran terapi sebaiknya diberikan sesuai

1003
dengan kebutuhan setiap penyandang DM. Medika Bantaragebang Bekasi Tahun
Prinsip pengaturan makan pada 2019.
penyandang DM hampir sama dengan
anjuran makan untuk masyarakat umum, METODOLOGI PENELITIAN
yaitu makanan yang seimbang dan sesuai Penelitian ini bersifat analitik
dengan kebutuhan kalori dan zat gizi dengan pendekatan secara kuantitatif yang
masing-masing individu. Penyandang DM didukung dengan data kualitatif. Desain
perlu diberikan penekanan mengenai penelitian yang digunakan adalah cross
pentingnya keteraturan jadwal makan, sectional (potong lintang) yaitu subjek
jenis dan jumlah kandungan kalori, hanya diobservasi sekali saja dan
terutama pada mereka yang menggunakan pengukuran dilakukan terhadap karakter
obat yang meningkatkan sekresi insulin atau variabel subjek pada saat
atau terapi insulin itu sendiri (Perkeni, pemeriksaan. Sampel dalam penelitian ini
2015). berjumlah 130 dan untuk mengantisipasi
Tujuan penelitian untuk meneliti dalam pengamatan terjadi drop out pada
Hubungan kepatuhan diet Terhadap responden, maka ditambah 10 %. Jadi
Pengendalian Kadar Gula Darah pada jumlah responden yang akan diteliti adalah
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli 143 responden.
Penyakit Dalam Rumah Sakit Karya

HASIL
Hubungan kepatuhan diet terhadap kadar gula darah pasien diabetes mellitus

Kepatuhan Pengendalian Gula Darah Total P OR


diet Value (95%
Terkendali Tidak Cl)
Terkendali
n % n % n %
Patuh 34 77,3 10 22,7 44 100 0.000 44,686
Tidak Patuh 7 7,1 92 92,9 99 100 (15.748-
Total 41 28,7 102 71,3 143 100 126,794)

Berdasarkan tabel diatas dibandingkan dengan responden yang


menunjukkan bahwa responden yang patuh diet.
patuh diet dan gula darah terkendali
(77,3%), sedangkan responden yang tidak DISKUSI
patuh diet dan gula darah tidak terkendali Berdasarkan hasil penelitian
(92,9%) , hasil uji statistik dengan uji menunjukkan bahwa distribusi responden
Chisquare diperoleh nilai p sebesar berdasarkan kepatuhan diet sebagian besar
(0,000) < α (0,05), artinya ada hubungan responden tidak patuh (69,2%) dan
yang bermakna antara kepatuhan diet sebagian kecil responden patuh (30,8%).
dengan pengendalian kadar gula darah. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa
Selain itu juga nilai OR sebesar 44,686 responden yang patuh diet dan gula darah
menunjukkan bahwa responden yang tidak terkendali (77,3%), sedangkan responden
patuh diet memiliki resiko 44,686 kali yang tidak patuh diet dan gula darah tidak
lebih besar gula darah tidak terkendali terkendali (92,9%) , hasil uji statistik

1004
dengan uji Chisquare diperoleh nilai p asupan karbohidrat sebagian besar yaitu
sebesar (0,000) < α (0,05), artinya ada 78,3% masih kurang dari kebutuhan dan
hubungan yang bermakna antara ersebar pada kadar gula darah tidak
kepatuhan diet dengan pengendalian kadar terkontrol sebesar 88,9% dan 11,1% pada
gula darah. Selain itu juga nilai OR kadar guladarah terkontrol.Hasil analisis
sebesar 44,686 menunjukkan bahwa uji pearson chi square menunjukkan
responden yang tidak patuh diet memiliki bahwa asupan karbohidratmemiliki
resiko 44,686 kali lebih besar gula darah hubungan yang bermakna dengan kontrol
tidak terkendali dibandingkan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes
responden yang patuh diet. melitus (p<0,05).
Hal ini sesuai dengan penelitian Sedangkan penelitian yang
yang dilakukan oleh Sri, dkk (2012) dilakukan oleh Harianti, dkk ( 2017)
menunjukkan bahwa terdapat hubungan menunjukkan bahwa Asupan Karbohidrat
antara kebiasaan makan (p=0,001) dengan Pasien Diabetes Mellitus Tipe-2 yang
kondisi gula darah. Sedangkan menurut memiliki kadar gula darah tidak terkendali
Achmad Yoga Setyo Utomo (2011) baik lebih banyak memiliki asupan
menunjukkan bahwa pengaturan pola karbohidrat yang baik ( ≤ 100% asupan
makan mempunyai hubungan yang karbohidrat yang dianjurkan)
signifikan dengan keberhasilan dibandingkan pada pasien yang memiliki
pengelolaan DM tipe 2 (p=0,008). kadar guladarah terkendali baik. Pada
Menurut Price dan Wilson (2006) pasien yang memiliki kadar gula darah
penatalaksanaan diet pada penderita tidak terkendalibaik pada asupan
diabetes melitus bertujuan untuk mengatur karbohidrattergolong baik sebesar 50.0%
jumlah kalori dan karbohidrat yang lebih besar dari pada yang memiliki kadar
dikonsumsi setiap hari dengan prinsip diet gula darah yang terkendali baik 30,0%.
tepat jumlah, jadwal dan jenis. Diet tepat Prinsip diet pada penyandang DM
jumlah, jadwal dan jenis merupakan hampir sama dengan anjuran makan untuk
prinsip pada diet DM yang harus masyarakat umum, yaitu makanan yang
memperhatikan jumlah kalori yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan
diberikan harus habis, jangan dikurangi kalori dan zat gizi masing-masing
atau ditambah sesuai dengan kebutuhan, individu. Penyandang DM perlu diberikan
jadwal diet harus sesuai dengan penekanan mengenai pentingnya
intervalnya, yang dibagi menjadi 6 waktu keteraturan jadwal makan, jenis dan
makan, yaitu 3 kali makanan utama dan 3 jumlah kandungan kalori, terutama pada
kali makanan selingan (Tjokroprawiro, mereka yang menggunakan obat yang
2012). meningkatkan sekresi insulin atau terapi
Penelitian yang dilakukan oleh insulin itu sendiri(Perkeni, 2015).
Andi,dkk (2014) menunjukkan bahwa
Sebagian besar pasien berada pada asupan KESIMPULAN
energi baik (76,1%) yang tersebar Adanya hubungan yang bermakna
padakategori kadar gula darah tidak antara kepatuhan diet dengan pengendalian
terkontrol sebesar 85,7%. Hasil analisis uji kadar gula darah dengan nilai p sebesar
pearson chi squaremenunjukkan bahwa (0,000) < α (0,05), Selain itu juga nilai OR
ada hubungan asupan energi dengan sebesar 44,686 menunjukkan bahwa
kontrol kadar gula darah (p<0,05).Untuk responden yang tidak patuh diet memiliki

1005
resiko 44,686 kali lebih besar gula darah Arsana, M.P. (2009). Pengaruh
tidak terkendali dibandingkan dengan penyuluhan gizi terhadap kepatuhan
responden yang patuh diet. diet pasien diabetes mellitus di poli
gizi RSU Dr. Saiful Anwar Malang.
Skripsi: Tidak dipublikasikan.
REFERENSI
ADA. (2012). American Diabetes Astuti. (2013). Faktor-faktor yang
Association: Standart of medical care in berhubungan dengan Pengendalian
diabetes 2012, Kadar Gula Darah pada pasien
diabetes care. Diabetes Melitus tipe 2 Rawat Jalan
di Poliklinik penyakit dalam RSJ.
American Diabetes Association. (2009). Dr. Soerojo Magelang. FKM.
Diagnosis and Classification of Universitas Indonesia.
Diabetes Mellitus.Diabetes Care.
Azwar, Saifuddin (2009). Sikap Manusia
Amir SMJ, Wungouw H, Pangemanan D. Teori Dan Pengukuranya.
Kadar Glukosa Darah Sewaktu Pada Yogyakarta: Pustaka Pelajar.Badan
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di POM RI. InfoPOM Kepatuhan
Puskesmas Bahu Kota Manado. Pasien : Faktor Penting Dalam
keberhasilan Terapi. POM RI.
Amtiria R. Hubungan Pola Makan Dengan 7(5):1–12.
Kadar Gula Darah Pasien Diabetes
Melitus Tipe II Di Poli Penyakit Bilous & Donelly. (2014). Buku Pegangan
Dalam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Diabetes Edisi ke-4. Jakarta: Bumi
Provinsi Lampung Tahun 2015. Medika.
Universitas Lampung; 2016.
Bilous. (2002). Seri Kesehatan Bimbingan
Anani, dkk. (2012). Hubungan antara Dokter pada Diabetes. Jakarta: Dian
Perilaku Pengendalian Diabetes dan Rakyat.
Kadar Gula Darah Pasien Rawat
Jalan Diabetes Melitus, 1, 2, 466- Chusmeywati V. Hubungan Dukungan
478. Keluarga Terhadap Kualitas Hidup
Penderita Diabetes Melitus Di RS
Arif, D. (2016). Pengaruh Pendampingan PKU Muhammadiyah Yogyakarta
terhadap Kepatuhan Diet pada Unit II. Universitas Muhammadiyah
penderita Diabetes Melitus tipe-2 di Yogyakarta; 2016.
Wilayah Puskesmas Banyuanyar
Surakarta: Stikes Kusuma Husada. Cornelia, dkk. (2014). Konseling Gizi:
Proses komunikasi, tata laksana,
Arikunto, S. (2016). Prosedur Penelitian: serta aplikasi konseling gizi pada
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: berbagai Diet. Jakarta: Katalog
Rineka Cipta. dalam Terbitan (KDT).

Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur Delima, dkk. (2011). Pengaruh Model


Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Pendampingan terhadap
Edisi Revisi VI. Jakarta: PT Rineka Terkontrolnya Diabetes Melitus pada
Cipta. penderita DM tipe II di wilayah
Puskesmas Gamping II Sleman.
Arisman. Buku Ajar Ilmu Gizi Obesitas, Jurnal TRIK : Tunas-Tunas Riset
Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. Keperawatan, I, 1, ISSN : 20894686.
Jakarta: EGC; 2010

1006
Departemen Kesehatan RI. Pedoman Diet Kemenkes. Riset Kesehatan Dasar
Diabetes Melitus. Jakarta: Balai (RISKESDAS) 2013. Kemenkes RI.
Penerbit FK UI; 2009. Jakarta; 2013.

Eka dan Ratna. (2012). Prevalensi Kurniawan, I. (2010). Diabetes Melitus


Komplikasi Akut dan Kronis Pasien tipe 2 pada Lanjut Usia. Jurnal Maj
Diabetes Melitus Tipe-2 di Kedokt Ind,
Poliklinik Penyakit Dalam RSUP
Sanglah Denpasar: FK Udayana. FK Lina, (2013). Pengaruh Senam Diabetes
UI. Penatalaksanaan Diabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah
Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Pasien DM Tipe 2 di RSU Unit
Penerbit FK UI; 2009. Swadana Daerah Kabupaten
Sumedang. Bandung : Politeknik
Gustaviani R.2007.Diagnosis dan Kesehatan Bandung
Klasifikasi Diabetes Melitus dalam
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Maulana, ( 2015). Mengenal diabetes
Edisi ke-4.Jakarta: Pusat penerbitan mellitus: Panduan praktis menangani
FKUI. Hlm. 1857-1858 Irawan, penyakit kencing manis. Jogjakarta:
Katahati.
Dedi.2010. Prevalensi dan Faktor Risiko
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 di Maulana, M. (2009). Mengenal Diabetes
Daerah Urban Indonesia (Analisa Mellitus : Panduan Praktis
Data Sekunder Riskesdas 2007). Menangani Penyakit Kencing Manis.
Thesis Universitas Indonesia. Jogjakarta: Penerbit Kata Hati.

Kementerian Kesehatan. 2010. Petunjuk Mona, dkk. (2012). Hubungan Frekuensi


teknis pengukuran faktor risiko Pemberian Konsultasi Gizi dengan
diabetes mellitus. Jakarta: Kepatuhan Diit Serta Kadar Gula
Departemen Kesehatan RI. Darah Penderita Diabetes Mellitus
Tipe II Rawat Jalan di RS Tugurejo
Irnal Marninda. Hubungan Jumlah Asupan Semarang. Jurnal Gizi Universitas
Karbohidrat Dan Status Gizi Dengan Muhammadiyah Semarang.
Kadar Glukosa Darah Pada Pasien November 2012
Diabetes Mellitus Di Poliklinik
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Mulyani, N. (2015). Pengaruh Konsultasi
Djamil Padang Tahun 2016. Gizi Terhadap Asupan Karbohidrat
Universitas Andalas; 2016. dan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II di
Ivan Hoesada. (2005). Penyembuhan Poliklinik Endokrin Rumah Sakit
Diabetes Mellitus. University Press. Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
Surabaya. Banda Aceh. Jurnal Kesehatan
Ilmiah Nasuwakes Vol. 8 No. 2,
Kemenkes RI. (2011). Diet Diabetes Nopember 2015
Melitus. Direktorat Bina Gizi Subdit
Bina Gizi Klinik: Jakarta. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta;
Kemenkes RI. Situasi dan Analisis 2012.
Diabetes. Pusat Data dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Notoatmodjo, Soekidjo. (2002).
Metodologi Penelitian Kesehatan,
Cetakan II, Edisi Revisi,

1007
Rineka Cipta, Jakarta. Nurhasan. (2000).
Kiat Melawan Penyakit. Pustaka Rachmawati. (2015). Gambaran kontrol
Pelajar. Jogjakarta. dan kadar gula darah pada pasien
Diabetes Melitus di Poliklinik
Nurlaili dan Isfandiari. (2013). Hubungan Penyakit dalam RSJ Prof. Dr.
Empat Pilar Pengendalian DM tipe 2 Soerojo Magelang. Universitas
dengan rerata Kadar Gula Darah. Diponogoro. Semarang.
Jurnal Berkala Epidemiologi
Risnasari N. Hubungan tingkat kepatuhan
PERKENI 2011. Konsensus Pengendalian diet pasien diabetes mellitus dengan
dan Pencegahan DM Tipe 2 di munculnya komplikasi di puskesmas
Indonesia. Jakarta pesantren iikota kediri. Efektor. 2014

Perkeni, (2006). Konsensus Pengelolaan Rusmina, D. (2010). Hubungan kepatuhan


dan Pencegahan Diabetes Melitus dalam memjalani diet dengan Gula
Tipe 2 di Indonesia Tahun 2006. Darah terkontrol pada pasien
Jakarta: Perkeni Diabetes Melitus di Poliklinik
Penyakit Dalam RSAL
PERKENI. (2002). Konsensus dr.Mintohardjo. Jakarta.
Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Sabri, Luknis & Hastono. (2010). Statistik
Indonesia, Jakarta: Kongres kesehatan, Edisi 1., Jakarta : Raja
Persadia. Grafindo Persada.

Purwanto N. Hubungan Pengetahuan Saftri IN. Kepatuhan Penderita Diabetes


Tentang Diet Diabetes Melittus Mellitus Tipe II Ditinjau Dari Locus
dengan Kepatuhan Of Control. Dalam Junral Ilmiah
Pelaksanaan Diet Pada Penderita Psikologi Terapan, Agustus 2013.
Diabetes Melittus. J Keperawatan.
2011 Sambeka J, Wantouw B PM. Hubungan
Riwayat Diabetes Melitus Pada
Puspita. (2015). Hubungan antara Keluarga Dengan
dukungan pasangan terhadap Kejadian DiabetesMellitus
kepatuhan diet pada penderita Gestasional Pada Ibu hamil di PKM
Diabetes Melitus tipe-2 di wilayah Bahu Kec. Malalayang Kota
kerja puskesmas Munjul. UIN Syarif Manado. ejournal keperawatan .
Hidayatullah: Jakarta. 2013

Putri A, Larasati TA. Hubungan Obesitas Senuk A, Supit W, Onibala F. Hubungan


dengan Kadar HbA1c Pasien Pengetahuan dan Dukungan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Keluarga dengan Kepatuhan
Laboratorium Patologi Klinik Rumah Menjalani Diet Diabetes Melitus di
Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek Poliklinik RSUD Kota Tidore
Provinsi Lampung. Med J Lampung Kepulauan Provinsi Maluku Utara.
Univ. 2013 Ejournal Keperawatan. 2013

Putri H, Yeni F, Handayani T. Hubungan Setyani. (2007). Hubungan Antara


Peran Keluarga Dengan Pengetahuan Dan Sikap Tentang
Pengendalian Kadar Gula Darah Diabetes Mellitus Dengan
Pada Pasien Diabetes Melitus di Kepatuhan Dalam Melaksanakan
Wilayah Kerja Puskesmas Pauh Diet Pada Pasien Diabetes Mellitus
Padang. 2013

1008
Di BRSD RSU RAA Soewondo Supariasa, (2015). Pendidikan dan
Kabupaten Pati. Konsultasi Gizi. Jakarta: EGC.

Sholichah DR. Hubungan Antara Sustrani . (2006). Diabetes. Jakarta:


Dukungan Sosial Dengan Derajat Gramedia.
Depresi Pada Penderita Diabetes
Melitus Dengan Komplikasi. 2009 Suwondo P. Hidup Sehat dengan Diabetes.
Jakarta: FKUI; 2007
Soegondo S. (2007). Penatalaksanaan
Diabetes Terpadu. Jakarta: FKUI. Suyono, dkk. (2013). Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu: Pedoman
Soegondo. (2002). Penatalaksanaan penatalaksanaan Diabetes Melitus
Diabetes Mellitus Terpadu, Jakarta: bagi Dokter dan Edukator. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Balai Penerbit FKUI.
Indonesia .
Suyono. (2004). Penatalaksanaan Diabetes
Soelistijo, dkk. ( 2015). Konsensus: Mellitus Terpadu, Jakarta: Fakultas
Pengelolaan dan Pencegahan Kedokteran Universitas Indonesia.
Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia.
PB PERKENI. Syauqy A. Perbedaan kadar glukosa darah
puasa pasien diabetes melitus
Sopiyudin. (2009). Besar Sampel dan cara berdasarkan pengetahuan, sikap dan
Pengambilan Sampel dalam tindakan di poli penyakit dalam
Penelitian Kedokteran dan rumah sakit islam jakarta. J Gizi
Kesehatan. Jakarta: Salemba Indonesia 2015
Medika.
Tandra, H. (2008). Segala sesuatu yang
Supariasa, I. (2013). Pendidikan dan harus anda ketahui tentang Diabetes
Konsultasi Gizi. Jakarta : KTD : Panduang Lengkap Mengenal dan
(Katalog Dalam Terbitan). Mengatai Diabetes dengan Cepat dan
Mudah. Jakarta : Penerbit PT
Subekti (2007). Penatalaksanaan Diabetes Gramedia Pustaka Utama.
Terpadu. Jakarta: FKUI.
Vinti D. Hubungan Pengetahuan, Sikap
Sugandha & Lestari. (2014). Gambaran dan Kepatuhan Diet dengan Kadar
Pengendalian Kadar Gula Darah dan Gula Darah pada Pasien Diabates
HbA1c pada pasien Diabetes Melitus Melitus di Poliklinik Khusus
tipe-2 yang dirawat di RSUP Penyakit dalam RSUP DR Djamil
Sanglah Denpasar: FK Udayana. Padang Tahun 2015.
Waspadji, (2007). Komplikasi Kronik
Sukraniti D. Pengaruh Konseling Gizi Diabetes: Mekanisme Terjadinya,
Terhadap Perubahan Kadar Gula Diagnosis, dan Strategi
Darah Berdasarkan Pengetahuan dan Pengelolaan. Jakarta: Fakultas
Kepatuhan Diet Penderita Diabetes Kedokteran Universitas Indonesia
Melitus di Poliklinik Gizi RSUD
Kabupaten Karangasem. J Ilmu Gizi. WHO. Pencegahan Diabetes Melitus.
2011 Jakarta: WHO; 2000

Sumapradja MG D. Proses Asuhan Gizi Widya, dkk. (2015). Konseling gizi


Terstandar (PAGT). Jakarta: mempengaruhi kualitas diet pasien
PERSAGI dan ASDI; 2013. diabetes mellitus tipe 2 di RSUP
Dr.Sardjito Yogyakarta. Jurnal Gizi

1009
Dan Dietetik Indonesia Vol. 3, No.
1, Januari 2015
World Health Organization (WHO).
Department of Noncommunicable
Disease Surveillance Geneva.
Definition, Diagnosis, and
Classification of Diabetes Mellitus
and its Complications. Report of a
WHO Consultation Part 1 :
Diagnosis and Classification of
Diabetes MellitusDefinition,
Diagnosis, and Classification of
Diabetes Mellitus and its
Complication. In Geneva: WHO;
1999.

1010
Jurnal Keperawatan Silampari
Volume 4, Nomor 2, Juni 2021
e-ISSN: 2581-1975
p-ISSN: 2597-7482
DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v4i2.1876

ASUPAN KARBOHIDRAT HARIAN TERHADAP


RISIKO KEJADIAN DIABETES MELITUS GESTASI (GDM)
MELALUI GLYCO-HEMOGLOBIN IBU HAMIL

Def Primal1, Tetra Anestasia Putri2, Wira Meiriza3


Universitas Perintis Indonesia1,3
Akademi Bakti Kemanusiaan Palang Merah Indonesia2
def.primal.anatomy@gmail.com1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan jumlah asupan karbohidrat


pada ibu hamil trimester ketiga dengan kejadian diabetes mellitus gestasional (GDM) di
wilayah dinas kesehatan Kota Bukittinggi. Metode penelitian ini adalah penelitian cross
sectional menggunakan pendekatan eksperimental. Hasil penelitian menunjukan asupan
karbohidrat (gram) harian ibu hamil trimester ketiga memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kejadian GDM di wilayah kerja dinas kesehatan Kota Bukittinggi berdasarkan
34 orang ibu hamil yang telah diperiksa. Hal ini dapat dilihat dari semakin tinggi asupan
karbohidrat harian ibu hamil, akan peningkatkan nilai persentase HbA1c. Simpulan,
adanya keterkaitan asupan konsisten harian karbohidrat dengan nilai HbA1c yang
mengacu kepada terjadinya status pre-diabetes dan diabetes gestasi pada ibu hamil
trimester ketiga.

Kata Kunci: Asupan Karbohidrat, Gestational Diabetes Mellitus HbA1c

ABSTRACT

This study aims to identify the relationship between the amount of carbohydrate intake
in pregnant women in the third trimester with the incidence of gestational diabetes
mellitus (GDM) in the health office area of the City of Bukittinggi. This research
method is a cross-sectional study using an experimental approach. The results showed
that the daily intake of carbohydrates (grams) of pregnant women in the third trimester
had a significant relationship with the incidence of GDM in the working area of the
Bukittinggi City Health Office based on 34 pregnant women who had been examined.
This can be seen from the higher the daily intake of carbohydrates for pregnant women,
the increase in the percentage value of HbA1c. In conclusion, there is a correlation
between the consistent daily intake of carbohydrates and the HbA1c weight, which
refers to pre-diabetes status and gestational diabetes in the third trimester of pregnant
women.

Keywords: Carbohydrate Intake, Gestational Diabetes Mellitus, HbA1c

510
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

PENDAHULUAN
Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau diabetes mellitus kehamilan merupakan
satu dari beberapa komplikasi medis yang paling sering terjadi pada masa kehamilan.
Gangguan ini berpengaruh penting terhadap status kesehatan bagi ibu dan anak. Kondisi
ini didefinisikan sebagai fenomena intoleransi glukosa (hiperglikemia) dengan onset
atau terdeteksi selama proses kehamilan trimester akhir dan tidak kembali normal
setelah melahirkan (Dong et al., 2021). Hasbullah menyatakan bahwa GDM berisiko
meningkat dimulai sejak trimester ke-2 kehamilan. Gestational diabetes mellitus (GDM)
mengalami paling banyak komplikasi umum kehamilan di Amerika Serikat (135.000
kasus/ tahun), mewakili rata-rata 3-8% total kehamilan (Hasbullah et al., 2020). Dalam
dua studi, kejadian GDM meningkat terus-menerus dari 4% menjadi 6% lebih. Data
terbaru menunjukkan peningkatan kejadian GDM yang substansial pada wanita dari
etnis Asia, Afro-amerika dan Hispanik. Laporan dari Kaiser Permanente Southern
California Health System tahun 2011 menunjukkan bahwa kenaikan tingkat GDM terus
berlanjut setiap tahunnya. Sedangkan di China, prevalensi GDM telah melebihi 10%
pada beberapa tahun terakhir ini (Dong et al., 2021).
Wanita dengan GDM memiliki peningkatan risiko morbiditas kehamilan, risiko
sindroma hipertensi kehamilan, persalinan premature, persalinan dengan sesaria, trauma
obstetric, peningkatan risiko IGT/Impaired Glucose Tollerant (gangguan toleransi
glukosa), dan diabetes tipe-2 beberapa tahun setelah kehamilan. Anak dari wanita
dengan GDM lebih cenderung mengalami peningkatan signifikan berat badan dan
panjang badan fetus, gangguan metabolisme, hypoglycemia neonatal, obesitas dan
berisiko IGT, serta diabetes pada usia dewasa awal nantinya (Rasmussen et al., 2020;
Silva et al., 2021). Gestational diabetes mellitus (GDM) berpengaruh penting selama
kehamilan (perinatal) karena memicu obesitas dan intoleransi glukosa kongenital
(turunan). Ibu juga berisiko mengalami hipertensi kehamilan dan risiko tinggi diabetes
mellitus sesudahnya. Mendiagnosis GDM secara tepat dapat menurunkan komplikasi
perinatal, tetapi hanya sedikit faktor risiko dapat dihindari. Tes glukosa segera dapat
menstratifikasi risiko diabetes jangka pendek dan selanjutnya uji glukosahemoglobin
HbA1c dapat mendeteksi kontrol glikemia dari asupan karbohidrat yang memburuk
sebagai penanda diabetes mellitus lanjutan (diabetes tipe-2) maupun diabetes kehamilan
(Silva et al., 2021).
Pada kondisi sekarang, asupan makronutrien dimana karbohidrat yang berkorelasi
dengan respon glukosa darah dan pola western diet dengan asupan tinggi daging merah,
daging olahan, permen dan biji-bijian halus berkaitan dengan peningkatan risiko
kejadian diabetes tipe-2 berdasarkan studi kohort prospektif sebagian besar sampel.
Beberapa hasil penelitian juga menyebutkan bahwa pola asupan harian rendah
karbohidrat total (LCD) dikarenakan asupan makanan tinggi lemak dan protein hewani
selama kehamilan trimester pertama berhubungan erat dengan risiko terjadinya GDM
(Dong et al., 2021; Rasmussen et al., 2020). Hasil studi (Stevanović-Silva et al., 2021)
juga menyatakan bahwa nutrisi tinggi kalori karbohidrat (high-fat-high-sucrose/ HFHS)
selama kehamilan akan mengacu kepada GDM dan berisiko tinggi berkembangnya
komplikasi metabolic sepanjang hidupnya, terutama memicu peningkatan berat badan
yang signifikan, intoleransi glukosa, berkembangnya karakteristik GDM, dan NAFLD
(non-alcoholic fatty liver disease).
Selain itu, studi pola konservatif mendapatkan terjadinya peningkatan risiko IGT
dan/atau diabetes tipe-2. Dalam studi kohort prospektif pada 1.698 wanita hamil di AS,
wanita dengan GDM mengkonsumsi persentase energi yang lebih rendah dari

511
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

karbohidrat dan persentase energi lebih tinggi dari lemak pada trimester kedua, namun
persentase energi tinggi dari karbohidrat di trimester ketiga. Selain itu, studi (Hasbullah
et al., 2020) menyatakan adanya keterkaitan yang erat antara glicemic index (GI) dan
glicemic load (GL) ibu hamil dari karakteristik usia ibu, proporsi asupan karbihidrat
tinggi, rendahnya asupan serat, dan ekonomi keluarga rendah. Hal tersebut sangat
tergantung dengan pola makan, seperti kebiasaan, kesenangan, budaya, agama, taraf
ekonomi dan alam. Sehingga faktor-faktor tersebut berpengaruh pada status gizi ibu
(Mariana et al., 2018).
Hasil survey ibu hamil dari dua Puskesmas di Kota Bukittinggi, yaitu; Puskesmas
Puskesmas Mandiangin, dan Puskesmas Rasimah Ahmad belum bisa menunjukan angka
kejadian pasti GDM, sedangkan informasi kejadian GDM di wilayah kerja puskesmas
tersebut dikatakan cukup banyak. Karena jarak yang berdekatan antara kedua
puskesmas tersebut dan tingginya kepadatan penduduk di kedua lingkup wilayah kerja
puskesmas tersebut, beberapa tenaga kesehatan sama-sama mengakui masih banyak ibu
hamil yang tidak memeriksakan glukosa darah selama masa kehamilan secara periodik
dikarenakan kondisi ekonomi, pengetahuan, kesibukan aktivitas pekerjaan, kesadaran
dan akses menuju puskesmas. Ibu hamil terdiagnosis GDM juga menyatakan belum
mengetahui faktor pencetus dan risiko yang akan ditimbul jika glukosa darah normal
tidak dipertahankan. Ibu mengakui jika tenaga kesehatan dan kader selalu menyarankan
untuk menjaga gizi seimbang selama kehamilan (menyeimbangkan asupan karbohidrat),
tetapi ibu tetap makan sesuai asupan biasa keluarga sehari-hari.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan experimental study dengan desain deskriptif analitik
menggunakan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah seluruh ibu hamil
yang diperkirakan pada bulan Maret 2020 berada pada kehamilan trimester ketiga
dengan jumlah sampel menggunakan total sampling sebanyak 34 orang berdasarkan
teknik penentuan purposive sampling. Untuk memenuhi teknik purposive sampling
yang digunakan. Pengambilan sampel harus merujuk kepada kriteria inklusi penelitian,
yaitu; a) sampel yang bersedia menjadi responden melalui persetujuan mengisi inform
concent, dan b) ibu hamil di trimester ketiga. Populasi yang tidak dijadikan sampel jika
memenuhi kriteria eksklusi; a) ibu hamil yang tidak koperatif, b) ibu hamil diusia
kehamilan trimester pertama atau kedua, dan 3) ibu hamil dengan indikasi patologis dan
berisiko (penyakit cardiovaskuler, diabetes type-2 atau terdiagnosa GDM).
Penelitian dilakukan di wilayah kerja dua puskesmas di Dinas Kesehatan Kota
Bukittinggi, yaitu; Puskesmas Mandiangin dan Puskesmas Rasimah Ahmad Kota
Bukittinggi. Waktu penelitian terhadap sampel dilakukan selama 10 minggu dari Juli
sampai September 2020. Izin penelitian didapatkan dari LPPM STIKES Perintis Padang
melalui surat lolos kaji etik penelitian melibatkan manusia sebagai subjek yang
dikeluarkan KEPK STIKES Perintis Padang. Selanjutnya izin pengambilan data dan
penelitian dari KESBANGPOL dan Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi.
Pemeriksaan jumlah asupan karbohidrat merupakan teknik pengukuran jumlah
asupan karbohidrat gram/ hari (diperiksa dalam 1 minggu terakhir dengan flashback
asupan/ food recall 7x24 jam) ibu hamil trimester ketiga. Pengukuran bertujuan untuk
mendapatkan rerata asupan gr/hari dengan menggunakan aplikasi nutrisurvey.
Penghitungan jumlah asupan karbohidrat (gram karbohidrat) dilakukan oleh anggota
peneliti yang dianggap cakap dalam proses analisis survey nilai gizi.

512
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

Pemeriksaan glukosa darah merupakan pengukuran kadar glukosa glikohemoglobin


(HbA1c) pada ibu hamil trimester ketiga menggunakan metode HAPO karena hasil
pemeriksaan ini menunjukan gambaran ikatan glikohaemoglobin ibu dalam 3 bulan
terakhir. Pemeriksaan dilakukan pada usia kehamilan ibu antara 7–9 bulan (28-34
minggu) untuk menentukan kondisi normal (nilai <5,7%), prediabetes (5,7-6,4%), atau
GDM (nilai >6,4%) yang akurat sebagai konfirmasi kepastian diagnosis yang belum
pernah lakukan yang biasanya hanya menggunakan pemeriksaan OGT. Pengukuran
glukosa dilakukan langsung oleh peneliti dan didampingi tenaga kesehatan (bidan) atau
kader agar memiliki pengetahuan baru tentang pemeriksaan glukosa darah ibu hamil
dengan HbA1c. Metoda ini dapat menjadi intervensi baru tenaga kesehatan puskesmas
(terutama kader) dalam mengidentifikasi akurasi risiko dan pasti GDM. Pemeriksaan
metoda HAPO dilakukan dengan menggunakan gluco-test Biohermes HbA1c tets
device. Hasil pencatatan asupan karbohidrat tersebut dianalisis untuk ditentukan rerata
asupan karbohidrat gram/hari, beseerta nilai persentasi kadar glukosa HbA1c.
Data dikumpulkan untuk dianalisa menggunakan program SPSS menggunakan
analisa univariat tentang data persentase distribusi atau proporsi dari variabel usia ibu,
jumlah asupan karbohidrat (gram harian), dan glukosa darah metoda HAPO HbA1c.
Analisa Bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji one-way ANOVA test dan
korelasi. Variabel numerik penelitian adalah jumlah asupan gram karbohidrat,
sedangkan variabel kategorik adalah nilai glukosa metoda HAPO HbA1c.

HASIL PENELITIAN

Tabel. 1
Karakteristik Sampel Berdasarkan Status Kehamilan
dan Nilai HbA1c

Karakteristik Indikator f % Mean Std. Deviation


Pertama 14 41.2 27.29 3.931
Kedua 13 38.2 27.54 2.470
Gravida Ketiga 6 17.6 31.17 3.189
Keempat 1 2.9 35.00 .
Total 34 100.0 28.29 3.656
Normal 10 29.4 5.51 0.07
Prediabetes 23 67.6 5.95 0.19
HbA1c (%)
GDM 1 2.9 6.50 .
Total 34 100.0 5.84 0.28

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa 67% sampel berada dalam kondisi


prediabetes dan terkonfirmasi GDM (satu sampel) dimana sebelumnya kriteria sampel
adalah ibu hamil tanpa riwayat DM dan dengan riwayat keluarga tanpa diabetes
mellitus. Pemeriksaan pada ibu hamil juga mengidentifikasi riwayat kehamilan sampel
yang pada umumnya ibu dalam kondisi kehamilan pertamanya (41.2%) dan pada
kehamilan keduanya (38.2%).

513
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

Tabel. 2
Signifansi Kejadian GDM Berdasarkan
Jumlah Asupan Karbohidrat Harian (Gram)

Std.
Nilai HbA1c N % Mean Minimum Maximum p-value
Deviation
Normal 10 29.4 139.9 27.3 102.0 196.9
Prediabetic 23 67.6 192.5 24.1 119.5 229.6 0.000
GDM 1 2.9 245.0 . 245.0 245.0
Total 34 100.0 178.6 36.3 102.0 245.0

Berdasarkan tabel 2 menunjukan adanya pengaruh yang signifikan antara risiko


kejadian GDM pada ibu hamil trimester 3 berdasarkan jumlah asupan karbohidrat
harian (gram) dengan nilai perbedaan mean yang signifikan pada 0.000 (nilai p<0.001).
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa rerata jumlah asupan karbohidrat harian ibu hamil yang
memiliki kondisi pre-diabetes adalah 192.5±24.1 gram. Sedangkan sampel yang
terkonfirmasi GDM menunjukan jumlah asupan karbohidratnya sekitar 245 gram/hari.

PEMBAHASAN
Pemeriksaan HbA1c digunakan karena memiliki nilai sensitivitas 95.6% dengan
spesifisitas 51.6% dalam mendiagnosis GDM dibandingkan pengukuran menggunakan
OGTT (oral glucose tolerant test). Pemeriksaan ini dapat secara akurat menskrining ibu
hamil dengan risiko GDM pada trimester akhir kehamilannya (CS & TC, 2020).
Selanjutnya, penelitian (Dong et al., 2021) juga mengindikasikan meningkatnya risiko
GDM ibu hamil dari jumlah makronutrien yang dikonsumsi ibu dalam 3 hari terakhir.
Pemeriksaan tersebut menyatakan bahwa lemak total, protein total hewani, atau lemak
hewani yang terutama berupa lemak jenuh (saturated fat) secara signifikan berkaitan
langsung dengan terpicunya risiko abnormalitas regulasi glukosa darah selama
kehamilan.
Hasil studi ini secara keseluruhan hanya mengidentifikasi jumlah gram asupan
karbohidrat rerata harian ibu hamil tanpa membedakan sumber hewani dan nabatinya.
Karakteristik lain sampel yang diteliti adalah usia ibu hamil saat diteliti berada pada
rentang usia 22–35 tahun, kondisi overweight (50%), dan status kehamilan ibu yang
pada umumnya di kehamilan pertamanya (41.2%). Hasil penelitian Stevanović-Silva
juga menunjukan bahwa pemberian asupan dengan HFHS (high-fat-high-sucrose)
selama 18 minggu secara berurutan pada percobaannya menunjukan peningkatan berat
badan (overweight) sebagai karakteristik pencetus GDM (Stevanović-Silva et al., 2021).
Sampel penelitian mengalami kondisi pre-diabetes dimana nilai mean hasil
pemeriksaan HbA1c menunjukan 5.84±0.28%. Hal ini berbeda dengan penelitian
(Sánchez-González et al., 2018) yang menunjukkan nilai rentang persentase HbA1c
yang mereka temukan berada pada rentang 4.4% sampai 5.6% dibandingkan dari hasil
penelitan ini yang berada pada 5.4% sampai 6.5%. Selanjutnya, penelitian yang pernah
peneliti lakukan dan juga merujuk dari beberapa hasil penelitian sebelumnya juga
menunjukan adanya peranan pengetahuan, input informasi, asupan harina terutama
karbohidrat dan lemak, dan ketahanan selama menderita diabetes melitus pasien
terkonfirmasi akan memiliki signifikansi dengan gangguan-gangguan organ dan
sistemik (Naeem et al., 2019; Sánchez-González et al., 2018; Suryati et al., 2019).

514
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

Berdasarkan review CS & TC (2020) menunjukkan bahwa cut-point dalam


menentukan diagnosis diabetes adalah nilai HbA1c ≥ 6.5%. Nilai HbA1c pada ibu
hamil trimester pertama mengalami penurunan yg cukup rendah dikarenakan adanya
peningkatan sintesis eritrosit, selanjutnya, pada postpandial hyperglicemia dan
peningkatan intoleransi karbohidrat pada trimester selanjutnya yang pada akhirnya
menyebabkan meningkatnya nilai persentase HbA1c ibu hamil dimulai di trimester 2
dan lebih tinggi lagi di trimester ke-3. Ibu dengan indikasi memiliki nilai HbA1c yang
tinggi selama kehamilan trimester akhir akan meningkatkan terjadinya macrosomia dan
neonatal hypoglicemia. Kami memercayai bahwa meningkatnya asupan glukosa dan
karbohidrat ibu selama kehamilan akan mengacu peningkatan risiko kejadian GDM
yang ditandai tingginya sampel dengan prediabetes dari HbA1c, terutama screening
yang tepat dilakukan pada usia kehamilan 24-28 minggu (awal trimester 3) (CS & TC,
2020). Namun, hasil temuan Hasbullah et al., (2020) tidak menunjukan hubungan yang
signifikan terhadap risiko GDM, tetapi semakin tingginya GI dan GL ibu hamil akan
memicu berkembangnya faktor risiko GDM pada ibu hamil, terutama perawakan fisik
rendah, asupan karbohidrat dan energi tinggi, dan diit rendah serat.
Dengan tingginya angka kejadian ibu hamil dengan prediabetes dari penelitian ini,
kondisi ini dapat mencegah sedini mungkin comorbiditas kelahiran yang bermasalah.
Jika ibu dengan nilai persentase glikohemoglobin tinggi (HbA1c > 6.4%) menetap
selama kehamilan, perkembangan kehamilan akan terbentuk komplikasi seperti; IUGR,
microsomia, oligohydramnion, dan polyhydramnion. Selain itu, penelitian (Silva et al.,
2021) dari 42 ibu hamil yang dilakukan pengukuran jumlah karbohidrat yang dikonsumsi
dari produk ultra-procesed food (proses produksi bervariasi/ proses industrialisasi),
didapatkan keterkaitan dengan terjadinya pre-gestational DM berdasarkan nilai energy
(energy value-EV) dan total energy konsumsi harian.
Merujuk signifikansi dari yang kami temukan dengan hasil penelitian Rasmussen
et al, terdapat adanya intervensi asupan tinggi karbohidrat tinggi di sarapan pagi sampel
mamicu terbentuknya variabilitas glukosa darah yang tinggi dibandingkan pada sampel
dengan asupan karbohidrat rendah di pagi hari. Namun, pemeriksaan sensitivitas insulin
dari pemeriksaan glukosa plasma sesaat dan puasa sample menunjukan nilai yang
mengacu kepada penurunan risiko GDM. Dibandingkan dari hasil penelitian yang
dilakukan, pemeriksaan glikohemoglobin yang dilakukan memiliki sensitivitas yang
sangat tinggi dalam mendiagnosis risiko GDM ibu hamil dibandingkan melalui
pemeriksaan glukosa plasma. Kami meyakini, tingginya efektivitas dan sensitivitas
pemeriksaan HbA1c dibandingkan pemeriksaan glukosa plasma akan sangat memengaruhi
risiko terjadinya gangguan regulasi glukosa dalam darah dan sensitivitas insulin
(Rasmussen et al., 2020). Hal ini sejalan dengan penelitian Naeem et al., (2019) bahwa
pada pasien dengan diabetes mellitus tipe-2 yang diberikan OHA dan insulin, dimana
terjadi perubahan nilai HbA1c karena intake karbohidrat dan jumlah kalori sehingga
dapat menjadi predictor dalam peningkatan berat badan. Asupan karbohidrat harian
dengan peningkatan nilai HbA1c juga (Ebe et al., 2017).
Wanita hamil memiliki kecendrungan yang signifikan terjadinya penurunan
sensitivitas insulin seiring bertambahnya usia kehamilan. Adanya adaptasi sensitivitas
insulin ini memacu gangguan regulasi glukosa darah ibu hamil dan memengaruhi
sufisiensi sebaran nutrisi ibu hamil baik untuk dirinya maupun untuk perkembangan
janinnya. Gestational diabetes mellitus (GDM) disebabkan oleh berkurangnya fungsi
(disfungsi) sel-β pankreas wanita hamil (umumnya berusia muda). GDM dikaitkan
dengan adanya sedikit gangguan perinatal yang akan bermanifestasi pada peningkatan

515
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

kejadian obesitas turunan dan risiko tinggi berkembangnya diabetes mellitus pada ibu
dan anaknya. GDM diindikasikan ketika derajat intoleransi glukosa diakui untuk
pertama kali selama kehamilan, terlepas dari apakah kondisinya telah mendahului
kehamilan atau bertahan setelah kehamilan. Sekitar 1-14% total kehamilan juga
terdeteksi GDM (200.000 kasus lebih/ tahunnya). Modifikasi gaya hidup selama
kehamilan dipercaya menurunkan risiko GDM (18%) dimana karbohidrat harian secara
signifikan berhubungan dengan nilai glukosa postprandial dan respon insulin selama
kehamilan (Hasbullah et al., 2020; Rasmussen et al., 2020).
Hiperglikemia spontan merupakan komplikasi umum kehamilan dengan GDM.
Perkiraan Diabetes Internasional Federation (2017), GDM mempengaruhi sekitar 14%
kehamilan di seluruh dunia, mewakili sekitar 18 juta kelahiran per tahun. Faktor risiko
berupa obesitas, western diet dan defisiensi mikronutrien, usia ibu lanjut, dan riwayat
keluarga resistensi insulin/ diabetes, aktivitas fisik yang inaktif, variasi genetic, polusi
lingkungan, perawakan fisik rendah, etnis Asia, multiparitas, peningkatan berat badan
selama kehamilan, pendapatan keluarga, dan status sosioekonomi. Walaupun GDM
biasanya sembuh setelah persalinan, tetapi memiliki konsekuensi kesehatan jangka
panjang yaitu risiko diabetes tipe-2 (T2DM) dan penyakit kardiovaskular (CVD) pada
ibu, dan obesitas di masa depan, juga pada anak (Dong et al., 2021; Hasbullah et al.,
2020).
Patogenesis utama oleh Plows et al., (2018) Pertama, Disfungsi β-Cell, kondisi
disfungsi sel beta (β-Cell) diperburuk karena adanya resistensi insulin. Pengurangan
pengambilan glukosa yang distimulasi insulin lebih lanjut berkontribusi pada
hiperglikemia, membebani sel-sel yang harus menghasilkan insulin tambahan sebagai
respons. Kontribusi langsung glukosa terhadap kegagalan sel digambarkan sebagai
glukotoksisitas. Dengan demikian, sekali disfungsi sel-sel dimulai, siklus setan dari
hiperglikemia, resistensi insulin, dan disfungsi sel-sel selanjutnya mulai terjadi. Kedua,
resistensi insulin kronis terjadi ketika sel-sel tidak lagi mampu berespon terhadap
insulin. Pada tingkat molekuler, resistensi insulin biasanya merupakan kegagalan
pensinyalan insulin, yang mengakibatkan translokasi membran plasma yang tidak
adekuat dari transporter glukosa-4 (GLUT4) sebagai transporter primer yang
bertanggung jawab untuk membawa glukosa ke dalam sel untuk digunakan sebagai
energi.

SIMPULAN
Dua pertiga sampel penelitian berada pada posisi prediabetes, dan satu sampel
dengan GDM. Hal ini membuktikan adanya keterkaitan asupan konsisten harian
karbohidrat dengan nilai HbA1c yang mengacu kepada terjadinya status pre-diabetes
dan diabetes gestasi pada ibu hamil trimester ketiga.

SARAN
Penelitian berikutnya dapat menganalisa status body mass index (BMI) ibu hamil
di trimester 2 dan trimester 3 terhadap risiko terjadinya GDM. Selain itu pemeriksaan
tidak hanya terbatas pemeriksaan berdasarkan ikatan glukosa di hemoglobin (gliko-
hemoglobin) saja, melainkan pemeriksaan untuk melihat struktur eritrosit untuk melihat
seberapa kuat ikatan glukosa dengan hemoglobin tersebut, sehingga dapat dilakukan
penelitian lanjutan untuk melepaskan ikatan gliko-hemoglobin tersebut pada ibu hamil
yang terindikasi prediabetes dan GDM positif.

516
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

DAFTAR PUSTAKA
CS, L., & TC, A. (2020). HbA1c in the Diagnosis and Management of Diabetes
Mellitus: An Update. Diabetes Updates, 6(1).
https://doi.org/10.15761/du.1000137
Dong, H., Sun, H., Cai, C., Pang, X., Bai, D., Lan, X., Zhang, Y., Zhang, J., & Zeng, G.
(2021). A Low-Carbohydrate Dietary Pattern Characterised by High Animal Fat
and Protein during the First Trimester is Associated With an Increased Risk of
Gestational Diabetes Mellitus in Chinese Women: A Prospective Cohort Study.
British Journal of Nutrition, 18, 1–22.
https://doi.org/10.1017/S0007114521000611
Ebe, K., Bando, H., Yamamoto, K., Bando, M., & Yonei, Y. (2017). Daily
Carbohydrate Intake Correlates with HbA1c in Low Carbohydrate Diet (LCD). J
Diabetol, 1(1), 4. http://www.alliedacademies.org/journal-diabetology/
Hasbullah, F. Y., Mohd Yusof, B. N., Shariff, Z. M., Rejali, Z., Yong, H. Y., & Mitri, J.
(2020). Factors Associated with Dietary Glycemic Index and Glycemic Load in
Pregnant Women and Risk for Gestational Diabetes Mellitus. International
Journal of Food Sciences and Nutrition, 71(4), 516–524.
https://doi.org/10.1080/09637486.2019.1686752
Mariana, D., Wulandari, D., & Padila, P. (2018). Hubungan Pola Makan dengan
Kejadian Anemia pada Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas. Jurnal
Keperawatan Silampari, 1(2), 108–122. https://doi.org/10.31539/jks.v1i2.83
Naeem, N., Basit, A., Shiraz, A., Bin Zafar, A., Mustafa, N., Ali Siddique, S., &
Fawwad, A. (2019). Insulin-associated Weight Gain in Type 2 Diabetes and Its
Relation with Caloric Intake. Cureus. https://doi.org/10.7759/cureus.5275
Plows, J. F., Stanley, J. L., Baker, P. N., Reynolds, C. M., & Vickers, M. H. (2018). The
Pathophysiology of Gestational Diabetes Mellitus. In International Journal of
Molecular Sciences, 19(11). https://doi.org/10.3390/ijms19113342
Rasmussen, L., Christensen, M. L., Poulsen, C. W., Rud, C., Christensen, A. S.,
Andersen, J. R., Kampmann, U., & Ovesen, P. G. (2020). Effect of High Versus
Low Carbohydrate Intake in the Morning on Glycemic Variability and Glycemic
Control Measured by Continuous Blood Glucose Monitoring in Women with
Gestational Diabetes Mellitus—A Randomized Crossover Study. Nutrients, 12(2),
475. https://doi.org/10.3390/nu12020475
Sánchez-González, C. M., Castillo-Mora, A., Alvarado-Maldonado, I. N., Ortega-
González, C., Martínez-Cruz, N., Arce-Sánchez, L., Ramos-Valencia, M., Molina-
Hernández, A., Estrada-Gutierrez, G., Sosa, S. E. Y., Recio-López, Y.,
Hernández-Sánchez, R., & Reyes-Muñoz, E. (2018). Reference Intervals for
Hemoglobin A1c (HbA1c) in Healthy Mexican Pregnant Women: A Cross-
Sectional Study. BMC Pregnancy and Childbirth, 18(1).
https://doi.org/10.1186/s12884-018-2057-x
Silva, C. F. M., Saunders, C., Peres, W., Folino, B., Kamel, T., Dos Santos, M. S., &
Padilha, P. (2021). Effect of Ultra-Processed Foods Consumption on Glycemic
Control and Gestational Weight Gain in Pregnant with Pregestational Diabetes
Mellitus Using Carbohydrate Counting. PeerJ, 9(1), e10514.
https://doi.org/10.7717/peerj.10514

517
2021. Jurnal Keperawatan Silampari 4 (2) 510-518

Stevanović-Silva, J., Beleza, J., Coxito, P., Pereira, S., Rocha, H., Gaspar, T. B.,
Gärtner, F., Correia, R., Martins, M. J., Guimarães, T., Martins, S., Oliveira, P. J.,
Ascensão, A., & Magalhães, J. (2021). Maternal High-Fat High-Sucrose Diet and
Gestational Exercise Modulate Hepatic Fat Accumulation and Liver
Mitochondrial Respiratory Capacity in Mothers and Male Offspring. Metabolism:
Clinical and Experimental, 116, 154704.
https://doi.org/10.1016/j.metabol.2021.154704
Suryati, I., Primal, D., & Pordiati, D. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Lama
Menderita Diabetes Mellitus (DM) dengan Kejadian Ulkus Diabetikum pada
Pasien DM Tipe 2. Jurnal Kesehatan Perintis (Perintis’s Health Journal), 6(1), 1–
8. https://doi.org/10.33653/jkp.v6i1.214

518
eISSN 2337-5949 e-CliniC. 2021;9(2):328-333
Terakreditasi Nasional: SK Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan DOI: https://doi.org/10.35790/ecl.9.2.2021.32852
KemenRistekdikti RI No. 28/E/KPT/2019 Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/eclinic

Gaya Hidup sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2

Made K. Murtiningsih.1 Karel Pandelaki.2 Bisuk P. Sedli2

1
Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Indonesia
2
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado,
Indonesia
Email: madekheren11@gmail.com

Abstract: Type 2 diabetes mellitus (T2DM) is a metabolic disease caused by insulin resistance
and beta cell dysfunction. It is ranked as the seventh of top 10 causes of death worldwide, and
the highest prevalence of cases is T2DM. The dominant lifestyle that triggers T2DM is diet and
physical inactivity. This study was aimed to determine whether lifestyle was a risk factor of
T2DM. This was a literature review study using two databases, namely Pubmed and Google
Scholar. The keywords used were "lifestyle risk factors and type 2 diabetes mellitus". There
were 10 literatures obtained based on inclusion and exclusion criteria. The results showed that
lifestyle such as unhealthy eating pattern and less physical activity significantly influence the
risk factors of T2DM. In conclusion, lifestyles such as unhealthy foods and less physical activity
are at high risk of suffering from T2DM.
Keywords: risk factors, lifestyle, type 2 diabetes mellitus (T2DM)

Abstrak: Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit metabolisme yang disebabkan
karena resistensi insulin dan disfungsi sel beta pankreas. DM berada diperingkat ke tujuh
sebagai 10 penyakit penyebab kematian di dunia, denganDMT2 sebagai prevalensi kasus
tertinggi. Pola hidup yang dominan menjadi pencetus DMT2 ialah pola makan dan aktivitas
fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gaya hidup sebagai faktor risiko DMT2. Jenis
penelitian ialah literature review. Pencarian data menggunakan dua database yaitu Pubmed dan
Google Scholar. Dengan kata kunci yaitu “faktor risiko gaya hidup dan diabetes melitus tipe 2”.
Setelah diseleksi, didapatkan 10 literatur berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil
penelitian mendapatkan bahwa gaya hidup seperti pola makan yang tidak sehat dan pola
aktivitas fisik kurang secara bermakna berpengaruh terhadap terjadinya faktor risiko DMT2.
Simpulan penelitian ini ialah gaya hidup dengan mengonsumsi makanan tidak sehat dan
aktivitas fisik yang kurang memiliki risiko tinggi mengalami DMT2.
Kata kunci: faktor risiko, gaya hidup, diabetes melitus tipe 2 (DMT2)

PENDAHULUAN khususnya saraf dan pembuluh darah. 1


Diabetes melitus (DM) adalah penyakit Diabetes melitus berada diperingkat ke-
kronis yang terjadi ketika pankreas tidak 7 sebagai 10 penyakit penyebab kematian di
dapat memroduksi insulin yang cukup atau dunia; 90%-95% kasus merupakan DM tipe
ketika tubuh tidak dapat menggunakan insu- 2 (DMT2). Internasional Diabetes Feder-
lin yang dihasilkan secara efektif. Insulin ation (IDF) memperkirakan bahwa Indone-
adalah hormon yang mengatur gula darah. sia berada di peringkat ke-6 dengan jumlah
Hiperglikemia atau gula darah yang me- penyandang diabetes yang berusia 20-79
ningkat, merupakan efek umum dari diabe- tahun sekitar 10,2 juta orang pada tahun
tes tidak terkontrol yang menyebabkan 2017 dan diperkirakan meningkat menjadi
kerusakan serius pada banyak sistem tubuh, 16,7 juta orang pada tahun 2045.2

328
Murtiningsih, Pandelaki, Sedli: Gaya hidup sebagai faktor … 329

Penyakit DMT2 merupakan penyakit kejadian DMT2. Kriteria eksklusi yakni


metabolisme yang disebabkan karena gaya hidup sehat seperti vegetarian, kon-
resistensi insulin dan disfungsi sel beta sumsi makanan bergizi, olahraga teratur dan
pankreas. Pola hidup yang dominan menjadi literatur yang tidak tersedia fulltext.
pencetus DMT2 ialah pola makan dan
aktivitas fisik. Tingginya jumlah penyan- HASIL PENELITIAN
dang DMT2 antara lain disebabkan oleh Berdasarkan hasil penelusuran di
perubahan gaya hidup masyarakat serta Pubmed dan Google Scholar dengan kata
kesadaran untuk melakukan deteksi dini kunci faktor resiko gaya hidup dan diabetes
penyakit DM, kurangnya aktivitas fisik, dan mellitus tipe 2 dan kata kunci dalam Bahasa
pengaturan pola makan yang salah.3 Inggris (risk factors life style and type 2
Pengetahuan yang kurang tentang gaya diabetes mellitus) didapatkan sebanyak
hidup mengakibatkan masyarakat baru sadar 9850 artikel Google Scholar dan 2.500
terkena penyakit DM setelah mengakibat- artikel Pubmed (n = 12.350) yang sesuai
kan sakit parah.3 Berdasarkan latar belakang dengan kata kunci tersebut. Metode
yang telah dikemukakan maka penulis penelitian yang didapatkan ialah cross
tertarik untuk menelusuri mengenai gaya sectional, retrospektif, dan case control.
hidup sebagai faktor risiko DMT2. Tahun publikasi literatur ialah 2014-2020
serta berbahasa Inggris dan Indonesia.
METODE PENELITIAN Berdasarkan hasil pencarian literatur
Penelitian ini dilakukan pada periode diperoleh sebanyak 9.850 artikel Google
September hingga Desember 2020 melalui Scholar dan 2.500 artikel Pubmed (n =
media daring dan luring Jenis penelitian 12.350) yang sesuai kata kunci tersebut.
ialah suatu literature review. Penelusuran Hasil skrining berdasarkan judul sesuai
literatur dilakukan melalui database Pubmed dengan topik literature review mendapatkan
dan Google Scholar dengan kata kunci 20 artikel (n=20). Selanjutnya 20 jurnal
faktor risiko gaya hidup dan diabetes dilakukan asesmen kelayakan full text
mellitus tipe 2 dan kata kunci dalam Bahasa berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi dan
Inggris (risk factors life style and type 2 didapatkan 10 artikel (n=10). Artikel yang
diabetes mellitus). didapat kemudian diseleksi kembali dan
Kriteria inklusi penelitian ini ialah diuraikan pada diagram prisma yang
pengaruh gaya hidup pada pola makan tidak dianalisis secara mendalam
sehat dan aktivitas fisik kurang pada

Tabel 1. Hasil studi seleksi literatur


No Penulis jurnal Populasi dan Jenis Hasil
(Tahun) tempat penelitian penelitian
penelitian
1. Hariawan H et al, Seluruh pasien rawat Retro- Hasil ini membenarkan bahwa pola makan
2019.4 jalan yang terdiagnosis spective tidak sehat merupakan bagian dari gaya
DM lebih dari 10 tahun study hidup yang menjadi faktor predisposisi
di RS Provinsi NTB terjadinya diabetes melitus
2. Masi GNM dan Semua pasien DMT2 di Cross Hasil penelitian ini dapat menunjukkan
Mulyadi, 2017.5 Poli penyakit dalam RS Sectional terdapat hubungan pola aktivitas fisik dan
Pancaran Kasih Manado pola makan dengan dengan kadar gula
darah, sehingga membenarkan adanya
hubungan pola aktivitas fisik dan pola
makan dengan kadar gula darah
berpengaruh terhadap kejadian DMT2
3. Nuraini HY, Sebanyak 1299 pasien Cross Hasil penelitian dapat menunjukkan bahwa
Supriatna, 2016.6 yang kontrol pada Sectional persepsi dari tiga variabel yaitu pola makan,
poliklinik penyakit aktivitas terhadap DMT2, dan riwayat
330 e-CliniC, Volume 9, Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 328-333

dalam di RS Bunda penyakit keluarga. Hasil yang mempunyai


Margonda Depok hubungan terhadap kejadian DMT2 ialah
variabel pola makan yang buruk
4. Subiyanto I, 2018.7 Populasi kasus seluruh Case control Hasil analisis menunjukkan variabel yang
pasien penderita DMT2 didapatkan berhubungan dengan hasil
dan kontrol ialah seluruh penelitian pada kasus dan kontrol. Terdapat
pasien yang tidak mende- pengaruh aktivitas fisik terhadap kejadian
rita DM di poliklinik RS DMT2 dan terdapat pengaruh pada pola
Gatot Subroto. makan terhadap kejadian DMT2.
5. Amanina A et al, Populasi kasus penderita Case control Hasil uji statistik menunjukan hubungan
2015.8 DMT2 sedangkan asupan karbohidrat dengan kejadian DMT2
populasi kontrolnya di wilayah kerja Puskesmas Purwosari dan
bukan penderita DMT2 adanya hubungan asupan serat tidak baik
di Puskesmas dengan kejadian DMT2 di wilayah kerja
Surakarta Puskesmas Purwosari.
6. Cahill LE et al, Pada 70.842 wanita dari Cross Hasil pada kelompok responden mendapat-
2014.9 Nurses 'Health Study Sectional kan adanya hubungan dengan risiko terjadi
dan 40.789 pria dari DMT2 umumnya lebih kuat pada respoden
Health Professionals yang makan gorengan di luar rumah dengan
Follow-Up Study di frekuensi 4 kali/minggu daripada makan
Amerika Serikat gorengan di rumah dengan frekuensi yang
di dapatkan 1 kali/minggu.
7. Maimunah S et al, Semua penderita DM Case control Didapatkan hasil bahwa pada pola makan
2020.10 menjadi sampel pada yang tidak baik di dalamnya terdapat
kasus dan kontrol, hubungan dan risiko terkena DM tipe 2.
responden 120 (60 kasus
dan 60 kontrol)
di RSUD DR.H.Moc
Ansari Sale
8. Yunanto KW, Jumlah populasi (22.236) Cross Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
2017.11 sampel yang dipilih sectional terdapat pola makan yang masih salah pada
minimal sebanyak 96 remaja, seperti tingginya konsumsi fast
responden remaja di food, konsumsi gorengan, dan minuman
Kecamatan Kraton bermanis atau cemilan. Jadi tingginya
respoden yang mengonsumsi makanan dan
minuman manis secara berlebihan dapat
berpengaruh terhadap peningkatan risiko
terkena DMT2.
9. Leiva AM et al, Sampel yang dipilih Cross Hasil penelitian dapat membandingkan
2017.12 sesuai dengan 4.700 sectional penderita DM dengan non-DM. Dilaporkan
orang (4.162 normal, 538 bahwa aktivitas fisik total lebih rendah,
diabetes) di universitas dengan prevalensi tidak aktif fisik lebih
besar, Santiago Chili tinggi dan waktu lebih lama dihabiskan un-
tuk aktivitas santai dan banyak duduk dapat
memiliki faktor resiko DMT2 dan terdapat
jauh lebih tinggi pada penderita DM.
10. Sami W et al, Data dikumpul dari Cross Hasil uji satu sampel sikap diet keseluruhan
2020.13 pasien yang mengun- sectional pasien dengan DM 2 sudah cukup baik, tapi
jungi Pusat Kesehatan terjadi sikap positif dan sikap negatif bila
Primer sebanyak 350 dibandingkan dalam subkelompok, yang.
sampel di Kerajaan Arab menunjukkan bahwa pasien DM juga
Saudi memiliki pengaruh sikap diet tidak tepat
terhadap pilihan makanan yang tidak baik.

BAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bah- makan tidak teratur memiliki kadar gula
wa terdapat pengaruh gaya hidup pada pola darah lebih buruk dibandingkan dengan
makan dan aktivitas fisik sabagai faktor yang memiliki pola makan tidak teratur.
risiko DMT2. Individu yang memiliki pola Individu yang beraktivitas fisik sehari-
Murtiningsih, Pandelaki, Sedli: Gaya hidup sebagai faktor … 331

harinya ringan memiliki risiko 2,68 kali pertama, minyak memburuk selama meng-
untuk menyandang DMT2 dibandingkan goreng, terutama bila minyak digunakan
dengan yang melakukan aktivitas fisik kembali yang merupakan praktik yang
sehari-harinya sedang dan berat. mungkin lebih umum dilakukan di luar
Penelitian Hariawan et al4 menyatakan rumah daripada di rumah; kedua, frekuensi
bahwa pola makan tidak sehat menye- ukuran porsi seringkali lebih besar dan
babkan ketidakseimbangan antara karbo- memiliki kandungan natrium lebih tinggi.
hidrat dan kandungan lain yang dibutuhkan Selain itu respoden yang mengosumsi
oleh tubuh. Akibatnya kandungan gula di gorengan di luar rumah atau restoran juga
dalam tubuh menjadi tinggi melebihi kapa- mengonsumsi minuman yang dimaniskan
sitas kerja pankreas dan berakibat terjadi- dengan gula sehingga asupan makanan dan
nya diabetes melitus. minuman yang dikonsumsi meliputi tinggi
Menurut Nuraini dan Supriatna,6 mere- asupan kalori, asupan natrium, dan gula.
ka yang megonsumsi setidaknya satu jenis Hasil penelitian ini juga didukung oleh
minuman manis bersoda setiap hari akan penelitian Amanina et al.8 Mekanisme hu-
memiliki risiko terkena DMT2 dua kali bungan asupan karbohidrat dengan kejadian
lebih besar dibandingkan dengan yang DMT2 ialah karbohidrat akan dipecah dan
jarang mengonsumsinya. Tidak diragukan diserap dalam bentuk monosakarida, teruta-
bahwa nutrisi merupakan faktor penting ma gula. Penyerapan gula dapat menyebab-
dalam timbulnya DMT2. Gaya hidup kan peningkatan kadar gula darah dan
Westernized dan hidup santai merupakan meningkatkan sekresi insulin. Konsumsi
faktor yang meningkatkan prevalensi DM. karbohidrat berlebihan menyebabkan lebih
Pola makan sehari-hari yang sehat dan banyak gula di dalam tubuh. Pada penyan-
seimbang perlu diperhatikan, sehingga dang DMT2, jaringan tubuh tidak mampu
dapat mempertahankan berat badan ideal.6 menyimpan dan menggunakan gula,
Karunia11 juga menyatakan bahwa sehingga kadar gula darah dipengaruhi oleh
makanan cepat saji dengan frekuensi ma- tingginya asupan karbohidrat yang dima-
kanan kurang dari 3 kali dalam seminggu kan. Pada penyandang DMT2 dengan
memiliki persentase tertinggi (61,5%) di- asupan karbohidrat melebihi kebutuhan,
bandingkan responden yang mengonsumsi berisiko 12 kali lebih besar untuk tidak
kurang dari 1 kali seminggu. Konsumsi dapat mengendalikan kadar glukosa darah
makanan siap saji sedikitnya seminggu dibandingkan dengan penyandang yang
sekali memiliki hubungan positif terhadap memiliki asupan karbohidrat sesuai dengan
diet tinggi lemak dan peningkatan risiko kebutuhan.8
timbulnya DMT2. Selain makanan cepat Maimunah dan Rahman10 mendapat-
saji, konsumsi makanan yang digoreng kan adanya hubungan bermakna antara pola
dengan frekuensi makan 1 kali dalam sehari makan dengan kejadian DMT2. Individu
merupakan persentase tertinggi (39,6%) yang mempunyai pola makan buruk
dan konsumsi lebih dari 1 kali dalam sehari berisiko 3,8 lebih besar terkena DM
memiliki persentase yang cukup tinggi dibandingkan yang mempunyai pola makan
(21,9%), Tingginya persentase konsumsi baik. Bila seseorang menjaga pola makan
makanan cepat saji dapat dipengaruhi oleh dengan baik seperti konsumsi rendah gula
lingkungan area perkotaan yang lebih maju dan tinggi serat (lebih banyak makan buah
dibandingkan area pedesaan sehingga dan sayuran), hal ini dapat memperkecil
memiliki gaya hidup modern dengan risiko menyandang DMT2. Kementerian
banyak menu makanan dan cara hidup yang Kesehatan RI juga menyebutkan bahwa
kurang/tidak sehat.11 konsumsi makanan yang tidak seimbang,
Cahill et al9 menunjukkan bahwa tinggi gula, dan rendah serat juga merupa-
makan gorengan di luar rumah lebih kuat kan faktor risiko DM.10
terjadi risiko DMT2 daripada makan go- Penelitian oleh Sami et al13 di Saudi
rengan di rumah. Hal ini disebabkan oleh: Arabia menyatakan bahwa peran sikap
332 e-CliniC, Volume 9, Nomor 2, Juli-Desember 2021, hlm. 328-333

budaya dan perilaku terhadap makanan melakukan aktivitas fisik sehari-hari karena
dalam pengelolaan diabetes tidak dapat kesibukan pekerjaan yang hanya duduk di
diabaikan, karena sikap penyandang DM kantor dan hanya menggerakkan otot tangan
terhadap makanan dipengaruhi oleh budaya serta kurang melakukan aktivitas fisik
yang kuat. Kebanyakan penyandang me- (“malas bergerak”).
nyatakan bahwa pemilihan makanan, dam- Putra14 menyatakan bahwa aktivitas
pak kesehatannya, pilihan sehat, pembatas- fisik seperti kegiatan sehari-hari dan latihan
an makanan, dan kategorisasi makanan jasmani secara teratur yang dilakukan 3-4
tidak penting bagi mereka. Faktor peng- kali seminggu selama kurang lebih 30 menit
halang pada budaya di Saudi Arabia terha- merupakan salah satu langkah dalam penge-
dap pemilihan makanan dan konsumsi serta lolaan DMT2. Dikatakan bahwa aktivitas
dampak kesehatannya juga telah didukung fisik ringan antara lain hanya berjalan
oleh penelitian lokal. Mayoritas pasien me- santai, bermain golf, berjalan kaki ke pasar
nyatakan tidak suka makan makanan diet, (tidak mengunakan mobil), banyak duduk
juga tidak suka menjauhi makanan mengan- di depan komputer, dan menonton televisi
dung gula, serta masih mengonsumsi da- dengan waktu yang lama. Sebagai aktivitas
ging merah, nasi, produk susu, dan junk fisik sedang yaitu termasuk berkebun,
food. Sebagian besar pasien dalam peneli- berjalan kaki cepat, bersepeda santai, dan
tian tersebut tidak menyadari kandungan berenang biasa. Pada aktivitas fisik berat
kalori dalam makanan yang dikonsumsi.13 yang sering dilakukan yaitu olahraga sepak
Sehubungan dengan pengaruh pola bola, menggunakan tangga, jogging, bere-
aktivitas fisik terhadap DMT2, Masi dan nang berat (dalam perlombaan), serta
Mulyadi5 melaporkan bahwa aktivitas fisik bersepeda dengan lintasan menanjak.
yang kurang menyebabkan resistensi Intensitas aktivitas fisik sedang dan berat
insulin pada DMT2. Menurut Indonesian perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadi-
Diabetes Association, selain faktor genetik, nya faktor risiko DMT2 dan untuk aktivitas
DMT2 juga dapat dipicu oleh lingkungan fisik ringan sebisanya dapat dihindari.14
yang menyebabkan perubahan gaya hidup Sejalan dengan penelitian Sinaga15
tidak sehat, seperti makan berlebihan (ber- dikatakan bahwa denyut nadi maksimal
lemak dan kurang serat), kurang aktivitas yang harus dicapai selama aktivitas fisik
fisik dan stres. DMT2 sebenarnya dapat dengan menggunakan rumus denyut nadi
dikendalikan atau dicegah melalui gaya maksimal ialah 220 dikurangi umur. Target
hidup sehat, seperti makanan sehat dan denyut nadi maksimal pada aktivitas fisik
aktivitas fisik teratur.5 Hal ini didukung yang harus dicapai antara 60%-79% dari
oleh penelitian Leiva et al12 yang menyata- nilai maksimal. Denyut nadi melebihi 79%
kan bahwa aktivitas fisik dan gaya hidup dapat membahayakan kesehatan.
menetap (waktu duduk yang lama) berkon-
tribusi terhadap risiko DMT2 baik pada SIMPULAN
individu yang tidak aktif secara fisik dan Gaya hidup mengonsumsi makanan
mereka dengan gaya hidup yang tidak seperti fast food, junk food, karbohidrat
banyak bergerak (≥ 4 jam sehari). tinggi, dan minuman manis serta gaya hidup
Menurut Subiyanto,7 aktivitas fisik dengan aktivitas fisik kurang dan duduk
sangat erat berhubungan dengan penyakit berjam-jam memiliki risiko tinggi menga-
metabolik karena bila seseorang tidak mela- lami DMT2.
kukan aktivitas fisik 30 menit perhari atau 3
kali dalam seminggu, maka akan terjadi Konflik Kepentingan
penumpukan lemak dalam tubuh dan insu- Penulis menyatakan tidak terdapat
lin tidak mencukupi untuk mengubah gluko- konflik kepentingan dalam studi ini.
sa menjadi energi yang berakibat terjadinya
DMT2 dengan peningkatan glukosa darah. DAFTAR PUSTAKA
Sebagian besar responden mengakui kurang 1. Meuraxa CZ. Gambaran pengetahuan pasien
Murtiningsih, Pandelaki, Sedli: Gaya hidup sebagai faktor … 333

diabetes melitus tipe II tentang resiko Penelitian]. Surakarta: Universitas Mu-


terjadinya ulkus diabetikum di RSUP. H. hammadiyah Surakarta; 2015.
Adam Malik [Skripsi]. Medan: Univer- 9. Cahill LE, Pan A, Chiuve SE, Sun Q, Fried-food
sitas Sumatera Utara; 2017. consumption and risk of type 2 diabetes
2. International Diabetes Federation (IDF). 2014. and coronary artery disease: a prospective
IDF Diabetes Atlas. Available from: study in 2 cohorts of US women and men.
https://idf.org/e-library/epidemiology- Am J Clin Nutr. 2014;100(2):667-75.
research/diabetes-atlas.html 10. Maimunah S, Asrinawaty, Rahman E. Pengaruh
3. Azriful, Nildawati, Habibi, Juddin DR. Hubung- faktor aktifitas fisik, genetik, dan pola
an tingkat pengetahuan faktor risiko DM makan terhadap kejadian diabetes melitus
dengan status DM pada pegawai Negeri tipe 2 di RSUD DR. H. Moch Ansari
Sipil UIN Alauddin Makassar. Al-Sihah. Saleh Banjarmasin tahun 2020, 2020.
2018;10(1):63-71. Available from: http://eprints.uniska-bjm.
4. Hariawan H, Fathoni A, Purnamawati D. Hu- ac.id/3130/1/ARTIKEL%20SITI%20
bungan gaya hidup (pola makan dan MAIMUNAH%2016070405%5B49%5
aktivitas fisik) dengan kejadian diabetes D.pdf
melitus di Rumah Sakit Umum Provinsi 11. Yunanto KW. Pengetahuan, sikap dan tindakan
NTB. Jurnal Keperawatan terpadu. 2019; terhadap pola hidup terkait faktor risiko
1(1):1-6. diabetes melitus tipe 2 pada remaja di
5. Masi GNM, Mulyadi. Hubungan pola aktivitas Kecamatan Kraton Yogyakarta [Skripsi].
fisik dan pola makan dengan kadar gula Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma;
darah Pada Pasien Diabetes Melitus tipe II 2017.
di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit 12. Leiva AM, Martinez MA, Petermann F, Garrido-
Pancaran Kasih GMIM Manado. e- Méndez A, Poblete-Valderrama F, Díaz-
Journal Keperawatan. 2017;5(1). Martínez X, Risk factors associated with
6. Nuraini HY, Supriatna R. Hubungan pola makan, type 2 diabetes in Chile. 2017. Available
aktivitas fisik dan riwayat penyakit from:http://dx.doi.org/10.4067/s0034-
keluarga terhadap diabetes melitus tipe 2. 98872018001201415
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 2019; 13. Sami W, Alabdulwahhab KM, Ab Hamid MR,
5(1):5-13. Alasbali TA, Al Alwadani F, Ahmad MS.
7. Subiyanto I. Pengaruh gaya hidup terhadap keja- Dietary attitude of adults with type 2
dian DM tipe 2 di Poliklinik Penyakit diabetes mellitus in the Kingdom of Saudi
Dalam RSPAD Gatot Subroto Jakarta Arabia: A cross-sectional study. Medicina
Pusat Tahun 2017. JIKO (Jurnal Ilm (Kaunas). 2020;56(2):91.
Keperawatan Orthop). 2018:2(2). 14. Putra IWA, Berawi K. Empat pilar penata-
8. Amanina A, Raharjo B, Sewtyo FN. Hubungan laksanaan pasien diabetes mellitus tipe 2.
asupan karbohidrat dan serat dengan Majority. 2015;4(9):8-12.
kejadian dm Tipe II di wilayah kerja 15. Sinaga RN. Diabetes mellitus dan olahraga. J
Puskesmas Purwosari Surakarta [Artikel Ilmu Keolahragaan. 2016;15(2):21-9.
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

HUBUNGAN POLA KONSUMSI KARBOHIDRAT


SEDERHANA DAN KOMPLEKS DENGAN KADAR HbA1c
PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
Relationship Of Consumption Patterns Of Simple Carbohydrate And Complex
Carbohydrate With Hba1c Levels In Type 2 Diabetes Mellitus

Puji Hastuti ¹, Yovita Puri Subardjo ², Hiya Alfi rahmah ³


¹Program Studi Ilmu Gizi Universitas Jenderal Soedirman
Puji.hastuti6384@gmail.com

ABSTRACT
Prevalence of Type 2 Diabetes Mellitus (DM) is epidemiologically increasing worldwide. Simple carbohidrate
consumption patterns and complex carbohydrates consumption patterns are the risk factors of Type 2 DM, which
can increase blood glucose levels so that it will affect DM Type 2 control through HbA1c examination. This study
aimed to determine the relationship between simple carbohydrate consumptionpatternand
complexcarbohydrateswithHbA1c levels .This was an observational research usingcross sectional design with 40
subject, sample was selected by total sampling which conduct in April until June 2019 at Puskesmas Kedawung
1 area.This research used FFQ questionnaire as research instrument. HbA1c levels examined using
spectrophotometer. Chi square was used as statistic analysis.The statistical test results suggested that there was
correlation between simple carbohydrate consumption patterns and HbA1c levels (p<0,000) and also there was
correlation between complex carbohydrate consumption patterns and HbA1c levels (p<0,001) .There was
correlation betweenpattern simple carbohydrate consumption and complex carbohydrateconsumption with
HbA1c levels.
Keywords :Diabetes Mellitus, carbohydrates , food patterns, HbA1c levels

ABSTRAK

Prevalensi Diabetes Mellitus (DM) Tipe 2 meningkat secara epidemiologis di seluruh dunia. Pola konsumsi
karbohidrat sederhana dan pola konsumsi karbohidrat kompleks yang berlebih merupakan faktor resiko DM Tipe
2, yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah, sehingga akan mempengaruhi pengendalian DM Tipe 2 melalui
pemeriksaan HbA1c. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola konsumsi karbohidrat sederhana
dan karbohidrat kompleks dengan kadar HbA1c. Penelitian ini merupakan penelitian Obsevasional dengan desain
cross sectional melibatkan 40 responden, diambil secara total sampling, dilakukan pada bulan April sampai Juni
2019 di Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten Sragen. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner FFQ, kadar
HbA1c dengan pemeriksaan spektrofotometer. Uji statistik yang digunakan adalah Uji Chi square. Sebagian besar
responden jenis kelamin perempuan, berusia 45-75 tahun, pola konsumsi karbohidrat sederhana (>1x/hari) berupa
gula pasir, pola konsumsi karbohidrat kompleks (>1x/hari) berupa beras putih (nasi), kadar HbA1c 70% kaegori
buruk. Hasil uji chi square terdapat hubungan antara pola konsumsi karbohidrat sederhana dengan kadar HbA1c
(p<0,001) dan terdapat hubungan antara pola konsumsi karbohidrat kompleks dengan kadar HbA1c (p<0,001).
Terdapat hubungan antara pola konsumsi karbohidrat sederhana dengan kadar HbA1c dan terdapat hubungan pola
konsumsi karbohidrat kompleks dengan kadar HbA1c.

Kata Kunci :Diabetes Mellitus,Karbohidrat, Kadar HbA1c, Pola Konsumsi

40
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

PENDAHULUAN tahun 2018 (Kemenkes, 2018). Dinas


Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Kesehatan Kabupaten Sragen terdiri
Tipe 2) merupakan sekelompok dari 25 Puskesmas yang salah satunya
penyakit yang ditandai dengan adalah Puskesmas Kedawung 1.
tingginya konsentrasi glukosa darah Prevalensi DM Tipe 2 semua
yang timbul pada seseorang disertai puskesmas di Kabupaten Sragen
dengan berbagai kelainan metabolik mencapai 22,06% dari jumlah pasien
akibat gangguan hormonal seperti yang diperiksa sebesar 66.413 orang
kegagalan sekresi insulin, kerja insulin, pada tahun 2018 (Dinas Kesehatan
ataupun keduanya. DM Tipe 2 Kabupaten Sragen, 2018). Prevalensi
memberikan kontribusi untuk kejadian DM Tipe 2 di Puskesmas
peningkatan morbiditas dan mortalitas Kedawung 1 adalah yang tertinggi di
yang cukup besar. Penyakit ini dapat kabupaten Sragen yaitu sebesar 8,04%
dikendalikan dengan menjaga kadar dari jumlah kejadian diabetes mellitus
glukosa darah dalam nilai normal agar semua Puskesmas pada tahun 2018.
tidak menimbulkan berbagai Berdasarkan hasil pemeriksaan kadar
komplikasi kronik pada mata, ginjal, HbA1c pada penderita DM Tipe 2
saraf, dan pembuluh darah (Rendy dan sebanyak 40 orang di Prolanis pada
Margareth, 2012). bulan Oktober 2018 diperoleh sebesar
International Diabetes 70% dengan kontrol DM Tipe 2 buruk,
Federation (IDF) pada tahun 2013 10% dengan kontrol DM Tipe 2 sedang
melaporkan bahwa 382 juta jiwa di dan sebesar 20% dengan kontrol DM
dunia menderita DM Tipe 2, jumlah Tipe 2 baik.
tersebut diperkirakan terus meningkat Menurut Perkumpulan
hingga mencapai 592 juta jiwa tahun Endokrinologi Indonesia (PERKENI)
2035. Prevalensi DM Tipe 2 di tahun 2015, ada empat pilar
Indonesia pada umur ≥ 15 tahun penanganan DM Tipe 2 di Indonesia,
mengalami peningkatan dari 6,9% pada yaitu edukasi, perencanaan makan,
tahun 2013 menjadi 8,5% pada tahun aktivitas fisik, dan intervensi
2018 (Kemenkes, 2018). Prevalensi farmakologis. Perencanaan makan
DM Tipe 2 di propinsi Jawa Tengah merupakan komponen utama
juga mengalami peningkatan dari 1,6% keberhasilan penatalaksanan DM Tipe
pada tahun 2013 menjadi 2,1% pada 2. Perencanaan makan bertujuan

41
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

membantu penderita DM Tipe 2 terbentuk dalam tubuh akan


memperbaiki kebiasaan makan, terakumulasi dalam sel-sel darah merah
sehingga dapat mengendalikan kadar dan akan terurai perlahan bersamaan
glukosa, lemak dan tekanan darah dengan berakhirnya masa hidup sel
(Soegondo, 2009). darah merah (± 120 hari atau 3 bulan),
Diagnosis Diabetes Mellitus dengan demikian pemeriksaan HbA1c
didasarkan pada pemeriksaan gula dapat menggambarkan konsentrasi
darah. Nilai gula darah dapat fluktuatif glukosa darah rata-rata selama 2-3 bulan
selama 24 jam dari hari ke hari pada (Ya’kub R. et al, 2014).
penderita Diabetes Mellitus. Kadar gula Penyebab peningkatan jumlah
darah tersebut alhasil tidak bisa penderita DM Tipe2 dikarenakan
menggambarkan keadaan gula darah perubahan gaya hidup, tingkat
sesungguhnya pada saat itu dan terlalu pendidikan yang rendah, dan kesadaran
sulit untuk mengetahui pengontrolan untuk melakukan deteksi dini penyakit
kadar gula darah secara objektif. DM, aktivitas fisik yang kurang, dan
Pengontrolan gula darah sangat penting pengaturan pola konsumsi yang
untuk mencegah komplikasi mengandung tinggi karbohidrat
mikrovaskuler dan neuropati pada (Sudoyo AW., 2009). Pola konsumsi
penderita Diabetes Mellitus. yang tidak seimbang, konsumsi tinggi
Pemeriksaan lain yang dipercaya untuk gula sederhana dan rendah serat
memonitor pengontrolan gula darah merupakan faktor resiko penyebab DM.
secara objektif adalah melalui Perencanaan makan yang dianjurkan
pemeriksaan HbA1c (Ya’kub R. et al. seimbang dengan komposisi energi
2014). yang dihasilkan dari jenis karbohidrat
HbA1c merupakan hemoglobin (Dirjen PP dan PL, 2008).
terglikosilasi yang berikatan langsung Hasil penelitian menyatakan
dengan glukosa. HbA1c terbentuk dari bahwa terdapat hubungan antara asupan
glukosa yang terikat pada ujung rantai karbohidrat dengan kadar glukosa
beta molekul hemoglobin pada kadar darah, yaitu peningkatan asupan
glukosa darah yang tinggi, sehingga karbohidrat akan diikuti dengan
jumlah HbA1c yang terbentuk dalam peningkatan kadar glukosa darah
tubuh sangat dipengaruhi oleh rata-rata Werdani dan Triyani (2014).
konsentrasi glukosa darah. HbA1c yang Pemantauan kadar glukosa darah

42
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

jangka panjang penderita DM Tipe 2 masyarakat mengenai hubungan pola


dapat dilakukan dengan suatu konsumsi jenis karbohidrat dengan
pengukuran protein terglikasi dalam kadar HbA1c pada penderita DM Tipe
bentuk HbA1c (Hemoglobin terglikasi), 2. Penelitian ini juga diharapkan dapat
dimana akan diketahui kualitas menjadi tambahan kepustakaan dan
pengendalian glukosa darah jangka dapat digunakan sebagai acuan untuk
panjang antara 2-3 bulan (Suprihartini, mengembangkan penelitian-penelitian
2017). Hasil penelitian yang dilakukan selanjutnya.
pada pasien DM Tipe 2 di Jepang Penelitian yang berhubungan
diperoleh hubungan antara asupan dengan penelitian ini adalah penelitian
karbohidrat yang berlebih dengan studi intervensi yang dilakukan oleh
peningkatan kadar HbA1c (Yamakawa Haimoto et al. (2018) yang
et al., 2018). menyatakan bahwa diet rendah
Kadar HbA1c dapat tetap karbohidrat dapat menurunkan kadar
dipantau meskipun hasil pemeriksaan HbA1c pada pasien Diabetes Mellitus
glukosa darah terlalu tinggi atau Tipe 2. Penelitian ini berbeda dengan
normal. Kadar HbA1c bebas dari penelitian sebelumnya yaitu untuk
fluktuasi harian glukosa dan tidak mengetahui hubungan pola konsumsi
dipengaruhi oleh olah raga maupun jenis karbohidrat sederhana dan pola
konsumsi makanan sesaat. Pemeriksaan konsumsi jenis karbohidrat kompleks
HbA1c efektif untuk memonitoring dengan kadar HbA1c pada Penderita
glukosa darah jangka panjang bagi Diabetes Mellitus Tipe 2 di Prolanis
penderita DM Tipe 2 (Indrayanti, wilayah kerja Puskesmas Kedawung 1
2008). Kabupaten Sragen. Pelaksanaan
Penelitian ini bertujuan untuk penelitian ini telah mendapatkan
mengetahui hubungan pola konsumsi persetujuan etik oleh Komisi Etik
karbohidrat sederhana dan karbohidrat Penelitian Fakultas Kedokteran
kompleks dengan kadar HbA1c pada Universitas Jenderal Soedirman
penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 di dengan nomor Ref:
Prolanis wilayah kerja Puskesmas 2276/KEPK/V/2019
Kedawung 1 Kabupaten Sragen.
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi kepada

43
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

METODE pengambilan darah untuk pemeriksaan


Desain, tempat , dan waktu kadar HbA1c. Variabel bebas dalam
Penelitian ini menggunakan penelitian ini adalah pola konsumsi
jenis desain penelitian observasional karbohidrat sederhana dan pola
dengan pendekatan cross sectional. konsumsi karbohidrat kompleks,
Lokasi penelitian di Prolanis sedangkan variabel terikatnya dalah
Puskesmas Kedawung 1 Kabupaten kadar HbA1c.
Sragen pada bulan April sampai Juni
tahun 2019. Pengolahan dan analisis data
Jumlah dan cara pengambilan Analisis data diawali dengan
subjek pengujian statistik deskriptif yang
Populasi dalam penelitian ini bertujuan menggambarkan
yaitu semua penderita Diabetes karakteristik subjek penelitian.
Mellitus Tipe 2 yang masuk dalam Statistik deskriptif disajikan dalam
anggota Prolanis di Puskesmas bentuk frekuensi setiap kategori dari
Kedawung 1 yaitu sebanyak 40 orang. karakteristik subjek. Selanjutnya
Sampel dalam penelitian ini diambil dilakukan pengujian statistik analitik
dengan teknik total sampling dimana yang diawali dengan pengujian
jumlah sampel sama dengan populasi normalitas dengan menggunakan uji
(Sugiyono, 2011). Sehingga seluruh Saphiro Wilk. Hasil uji normalitas
populasi dijadikan sampel penelitian digunakan untuk menentukan kategori
yaitu sebanyak 40 orang. pada dua variabel pola konsumsi
karbohidrat sederhana dan pola
Jenis dan cara pengumpulan data/ konsumsi karbohidrat kompleks. Hasil
langkah- langkah penelitian uji menunjukkan data tidak
Alur penelitian dimulai tahap berdistribusi normal (p<0,05),
persiapan yaitu studi pendahuluan, sehingga kategori pola konsumsi
perijinan dan persiapan instrumen karbohidrat sederhana dan pola
berupa kuesioner Food Frequency konsumsi karbohidrat kompleks
Quesionaire (FFQ). Tahap pelaksanaan menggunakan nilai median.
yaitu pengambilan data primer dengan Tahap akhir yaitu pengolahan
wawancara langsung dengan responden data dengan analisis bivariat untuk
dengan kuesioner FFQ dan mengetahui hubungan antara variabel

44
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

bebas dan variabel terikat dengan uji kepercayaan 95% (α = 0,05) (Yusuf
statistik menggunakan uji chi-square 2016). Data diolah menggunakan
(Dahlan Sopiyudin, 2011). Penarikan program SPSS 17 (Bryman and Craner
kesimpulan terhadap setiap hasil 2012).
analisis statistik menggunakan tingkat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kedawung 1 yang memenuhi


Karakteristik Responden kriteria inklusi yaitu 40 responden.
Responden pada penelitian Karakteristik responden meliputi
ini adalah penderita DMTipe 2 di jenis kelamin, usia, pekerjaan,
Prolanis Wilayah kerja Puskesmas pendidikan (Tabel 1.1)

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden ( Jenis kelamin, Usia Pekerjaan
dan Pendidikan,) (n=40)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)
Jenis kelamin
Laki-laki 9 22.5
Perempuan 31 77.5
Usia
< 50 tahun 7 17,5
50 – 60 tahun 13 32,5
>60 tahun 20 50
Pekerjaan
Bekerja 19 47,5
Tidak bekerja 21 52,5
Pendidikan
Tidak sekolah 7 17,5
SD 15 37,5
SMP 7 17,5
SMA 4 10
D3 2 5
S1 4 10
S2 1 2,5
Sumber : Data primer diolah, 2019
Karakteristik responden prevalensinya lebih banyak
meliputi jenis kelamin, usia, dibandingkan pria karena wanita
pekerjaan, dan pendidikan terakhir. memiliki toleransi glukosa yang
Jenis kelamin dalam penelitian ini lebih buruk dibanding pria
sebagian besar responden adalah (Pradhan, 2014). Usia responden
perempuan (77,5%). Beberapa studi dalam penelitian ini rata-rata
melaporkan bahwa terjadinya berusia 45 s/d 75 tahun dengan
Diabetes Mellitus pada wanita diagnosa DM. Menurut Trisnawati

45
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

(2013) usia lebih dari 40 tahun erat kaitanya dengan kejadian DM.
adalah usia yang beresiko terkena Pendidikan terakhir responden rata-
Diabetes Mellitus Tipe 2 rata adalah lulusan SD dan tidak
dikarenakan adanya intoleransi sekolah. Orang yang tingkat
glukosa dan proses penuaan yang pendidikannya tinggi biasanya akan
menyebabkan berkurangnya sel memiliki banyak pengetahuan
beta pankreas dalam memproduksi tentang kesehatan. Pengetahuan
insulin. dapat menimbulkan kesadaran
Jenis pekerjaan responden dalam menjaga kesehatannya
pada penelitian ini sebagian besar (Irawan , 2010).
adalah tidak bekerja (52,5%) yang Gambaran Pola Konsumsi
rata-rata jenis pekerjaannya adalah Karbohidrat Sederhana, Pola
sebagai ibu rumah tangga dan Konsumsi Karbohidrat
pensiunan. Jenis pekerjaan Kompleks dan Kadar HbA1c
mempengaruhi aktifitas fisik yang
Tabel 2.1 Distribusi Frekuensi Pola Konsumsi Karbohidrat Sederhana, Pola Konsumsi
Karbohidrat Kompleks dan Kadar HbA1c (n=40)
Variabel Jumlah (n) Persentase (%)

Pola konsumsi karbohidrat sederhana 20 50


Tinggi 20 50
Rendah
Pola konsumsi karbohidrat kompleks
Tinggi 20 50
Rendah 20 50
Kadar HbA1c
Baik dan sedang 12 30
Buruk 28 70
Sumber : Data primer diolah, 2019
Hasil penelitian pola konsumsi jenis karbohidrat
konsumsi berdasarkan FFQ sederhana pada Tabel 2.1
menunjukkan bahwa responden menunjukkan bahwa responden
sebagian besar sering sekali penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
konsumsi jenis karbohidrat memiliki pola konsumsi
sederhana berupa gula pasir yang karbohidrat sederhana kategori
dijadikan campuran dalam tinggi 50% dan kategori rendah
minuman yang dikonsumsi setiap 50%. Berdasarkan hasil penelitian
hari. Berdasarkan kategori pola pola konsumsi berdasarkan FFQ

46
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

menunjukkan bahwa responden mencerminkan responden memiliki


sebagian besar sering sekali pengendalian terhadap metabolisme
konsumsi jenis karbohidrat glukosa selama 2-3 bulan yang
kompleks berupa beras putih (nasi) buruk.
97,5%. Tabel 2.1 menunjukkan Hubungan Pola Konsumsi
bahwa responden penderita Karbohidrat Sederhana dengan
Diabetes Mellitus Tipe 2 memiliki Kadar HbA1c pada penderita
pola konsumsi karbohidrat DM Tipe 2
kompleks kategori tinggi 50% dan Hubungan Pola Konsumsi
kategori rendah 50%. Berdasarkan Karbohidrat Sederhana dengan
tabel 2.1 menunjukkan bahwa Kadar HbA1c pada penderita DM
sebagian besar responden memiliki Tipe 2 di Prolanis Puskesmas
kontrol glukosa yang buruk yaitu Kedawung 1 (n=40) dapat dilihat
memiliki kadar HbA1c >80% pada Tabel 3.1 dibawah ini :
sebanyak 28 responden (70%).
Kadar HbA1c yang tinggi
Tabel 3.1 Hubungan Pola Konsumsi Karbohidrat Sederhana dengan Kadar HbA1c Pada
Penderita DM Tipe 2 di Prolanis Puskesmas Kedawung 1
Total Nilai
Variabel Kadar HbA1c
p-value
Buruk Baik
(n) % (n) % n %
Pola Konsumsi
Karbohidrat sederhana
Tinggi 20 50 0 0 20 50 <0,001
Rendah 8 20 12 30 20 50
Total 28 70 12 30 40 100
Sumber data primer diolah, 2019
Berdasarkan hasil analisis 0,000 (p< 0,05). Hal ini sejalan
statistik menggunakan uji Chi dengan penelitian yang dilakukan
Square terdapat hubungan yang oleh Haimoto et al, (2018) yang
signifikan antara pola konsumsi menyatakan secara statistik
karbohidrat sederhana dengan terdapat hubungan antara asupan
kadar HbA1c pada penderita DM sumber karbohidrat sederhana
Tipe 2 di Prolanis Puskesmas berupa minuman ringan termasuk
Kedawung 1 dengan p-value = minuman yang mengandung gula,

47
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

glukosa, fruktosa dan susu dengan oleh Malik VS. et al, (2010)
kadar HbA1c yang lebih tinggi menyatakan bahwa jumlah asupan
dengan nilai (p<0,001). tertinggi minuman manis (paling
Penelitian ini sejalan dengan sering 1-2 porsi/ hari) memiliki
penelitian studi intervensi yang resiko 26% lebih besar terkena
dilakukan oleh Choo et al, (2018) DM Tipe 2 daripada yang jarang
yang menyatakan bahwa sumber mengkonsumsi minuman manis.
makanan karbohidrat sederhana Hasil penelitian yang sejalan
berpengaruh terhadap peningkatan dengan penelitian ini yaitu survei
kadar HbA1c terutama sumber diet pada pasien DM Tipe 2 di
makanan yang mengandung gula Jepang yang dilakukan oleh
dan minuman manis. Pengaruh Yamakawa et al, (2018)
dari jenis makanan tersebut akan menyatakan bahwa kadar HbA1c
berdampak pada kelebihan energi yang tinggi mempunyai hubungan
dan peningkatan glukosa darah, yang positif dengan faktor
dimana untuk pasien diabetes metabolik dan asupan makanan
memiliki efek yang berbahaya. sumber karbohidrat sederhana
Penelitian yang dilakukan oleh yang berlebih dengan nilai
Godwood et al. (2014) (p<0,0001).
menyimpulkan bahwa asupan dari Hubungan Pola Konsumsi
sumber karbohidrat sederhana Karbohidrat Kompleks dengan
terutama minuman ringan bergula Kadar HbA1c
memiliki hubungan yang positif Hubungan Pola Konsumsi
terhadap risiko kejadian Diabetes Karbohidrat Kompleks dengan
Mellitus Tipe 2, dimana semakin Kadar HbA1c pada penderita DM
tinggi konsumsi minuman ringan Tipe 2 di Prolanis Puskesmas
bergula akan meningkatkan resiko Kedawung 1 (n=40) dapat dilihat
terjadinya DM Tipe 2.Menurut pada Tabel 4.1 berikut ini :
studi meta-analisis yang dilakukan

48
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

Tabel 4.1 Hubungan Pola Konsumsi Karbohidrat Kompleks dengan Kadar HbA1c pada
penderita DM Tipe 2 di Prolanis Puskesmas Kedawung 1
Total Nilai
Variabel Kadar HbA1c
p-value
Buruk Baik
(n) % (n) % n %
Pola Konsumsi
Karbohidrat kompleks
Tinggi 19 47,5 1 2,5 20 50 < 0,001
Rendah 9 22,5 11 27,5 20 50
Total 28 70 12 30 40 100
Sumber data primer diolah, 2019
Berdasarkan hasi uji Chi karbohidrat kompleks berupa
Square pada tabel 4.1 beras merah dan jenis karbohidrat
menunjukkan hasilt erdapat nonpati (serat) yaitu sering sekali
hubungan yang signifikan antara (>1x/hari) berupa olahan kacang
pola konsumsi karbohidrat kedelai (tempe) dan sayuran.
kompleks dengan kadar HbA1c Penelitian ini sejalan dengan
pada penderita Diabetes Mellitus penelitian yang dilakukan Isnaini
Tipe 2 di Prolanis Puskesmas dan Isna (2018) menyimpulkan
Kedawung 1 dengan p-value = bahwa tingginya angka kejadian
0,001 (p< 0,05). Berdasarkan Diabetes Mellitus di Puskesmas I
hasil penelitian ini diperoleh Cilongok salah satunya adalah
bahwa sebagian besar responden dipengaruhi oleh faktor pola
memiliki kadar HbA1c yang buruk konsumsi sumber karbohidrat
dengan pola konsumsi karbohidrat kompleks yang dibuktikan dengan
kompleks yang tinggi (47,5%), hasil penelitian terhadap 40
dengan pola konsumsi jenis responden dengan positif Diabetes
karbohidrat kompleks sering Mellitus Tipe 2 dengan pola
sekali (>1x/hari) berupa nasi putih. konsumsi karbohidrat yaitu nasi
Responden yang memiliki kadar putih dikonsumsi > 1x/hari sebesar
HbA1c yang baik dengan pola 85%. Nasi putih merupakan
konsumsi karbohidrat kompleks karbohidrat kompleks polisakarida
yang tinggi (2,5%) yaitu pati yang dirubah menjadi
ditemukan pada responden sering disakarida yang konsumsinya
sekali (>1x/hari) konsumsi jenis harus dibatasi dan penderita

49
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

diabetes mellitus lebih dianjurkan hemoglobin yaitu 120 hari.


dalam konsumsi karbohidrat Semakin tinggi glukosa darah
kompleks berupa polisakarida semakin banyak molekul
nonpati (serat) dalam konsumsi hemoglobin yang berikatan
sehari-hari. dengan gula (Tandra H., 2014).
Penelitian ini sejalan dengan Indeks glikemik makanan
penelitian yang dilakukan Isnaini dipengarui oleh proses pengolahan
dan Isna (2018) menyimpulkan yang berbeda-beda. Berbagai
bahwa tingginya angka kejadian proses pemasakan dapat
Diabetes Mellitus di Puskesmas I mengubah struktur, dan komposisi
Cilongok salah satunya adalah kimia pangan yang selanjutnya
dipengaruhi oleh faktor pola mengubah daya serap dan indeks
konsumsi sumber karbohidrat glikemik pangan. Teknik
kompleks yang dibuktikan dengan pemasakan basah seperti
hasil penelitian terhadap 40 mengukus dan merebus akan
responden dengan positif Diabetes menyebabkan peningkatan indeks
Mellitus Tipe 2 dengan pola glikemik lebih besar disbanding
konsumsi karbohidrat yaitu nasi dengan makanan yang diolah
putih dikonsumsi > 1x/hari sebesar dengan cara dipanggang.
85%. Penelitian ini sejalan dengan Pemanasan basah menyebabkan
penelitian yang dilakukan kontak dengan air menjadi lebih
Ratnawati (2012) yang besar sehingga proses gelatinisasi
menyatakan bahwa beras (nasi akan berlangsung lebih intensif
putih) merupakan makanan seperti dalam pengolahan nasi
sumber energi yang memiliki (Enhas, 2014).
kandungan karbohidrat dan
Penelitain yang dilakukan
memiliki indeks glikemik tinggi,
Haimoto et al. (2018) yang
sehingga mengakibatkan dapat
menyatakan bahwa terdapat
meningkatkan kadar glukosa
hubungan positif antara asupan
dalam darah. Menurut teori
makanan sumber karbohidrat
glukosa darah yang tinggi akan
kompleks berupa mie dengan
diikat oleh molekul hemoglobin
kadar HbA1c pada penderita
(Hb) dalam darah selama usia
Diabetes Mellitus Tipe 2 pada pria

50
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

dan terdapat hubungan yang sebagai sumber karbohidrat


positif antara asupan karbohidrat kompleks yang terlalu tinggi
kompleks berupa beras atau nasi dikaitkan dengan gula darah puasa
dengan peningkatan kadar HbA1c dan kadar HbA1c yang tinggi,
pada penderita Diabetes Mellitus dimana konsumsi tinggi biji-bijian
Tipe 2 pada wanita. olahan dapat menyebabkan
Penelitian yang hiperglikemia yang lebih besar
dikemukakan oleh Zuriga et al. yang dikaitkan dengan resiko yang
(2014) menyatakan bahwa lebih besar terkena DM Tipe 2.
konsumsi beras putih dan mie

KESIMPULAN diberikan adalah bagi Puskesmas


Berdasarkan analisis diketahui hendaknya memberikan edukasi,
bahwa Pola konsumsi karbohidrat penyuluhan dan konseling gizi tentang
sederhana memiliki hubungan makanan yang boleh dan perlu
terhadap kadar HbA1c, dimana dibatasi. Pemilihan makanan dengan
sebagian besar responden sering sekali indeks glikemik rendah yang biasanya
mengkonsumsi jenis karbohidrat terdapat pada sayuran dan aktivitas
sederhana (>1x/hari) berupa gula pasir. fisik yang baik untuk pasien Diabetes
Pola konsumsi karbohidrat kompleks Mellitus Tipe Hasil penelitian ini juga
juga berhubungan dengan kadar diharapkan dapat meningkatkan
HbA1c, dimana sebagian besar pelaksanaan program terutama
responden sering sekali mengkonsumsi program gizi untuk memberikan
jenis karbohidrat kompleks (>1x/hari) edukasi terkait pola konsumsi jenis
berupa beras putih (nasi). Hal tersebut karbohidrat dalam pengaturan diet
yang menyebabkan kontrol gula darah pada penderita DM Tipe 2 di Prolanis
yang buruk. Saran yang dapat Puskesmas Kedawung 1.

DAFTAR PUSTAKA Mellitus Diabetes Care, USA.


27 : 55

American Diabetes Association Bryman, Alan, and Duncan Cramer,


(ADA), 2010, Diagnosis and 2012. Quantitative Data
Classification of Diabetes Analysis with IBM SPSS 17,18

51
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

& 19 : A Guide For Social Fitri R.I. dan Yekti W, 2014,


Scientists, Routledge Hubungan Konsumsi
Karbohidrat, Konsumsi Total
Choo Vivian L., Effie Viguiliouk,
Energi, Konsumsi Serat, Beban
Sonia BM., Adrian IC., Tauseef
glikemik dan Latihan Jasmani
AK., Vanessa Ha, Thomas
Dengan Kadar Glukosa Darah
MSW., Lawrence AL.,
Pada Pesien Diabetes Mellitus
Vladimir V., Cril WCK.,
tipe 2, JNH, Vol.2, No.3.
Russel J de S., David JA
Jenkins., John LS., 2018, Food Greenwood DC, D.E Threapleton,
sources of fructose-containing C.E.L Evans, C.L Cleghorn,
sugars and glycaemic control : 2014, Association between
systemic review and meta- sugar-sweetened and
analysis of controlled artificially sweetened soft drink
intervention studies, BMJ; 363; and type 2 diabetes; systematic
k4644. review and dose-response
meta-analysis of propective
Dahlan Sopiyudin M, 2011. Statistik
studies, Br J Nurt; 112 (5): 725-
Untuk Kedokteran Dan
734
Kesehatan : Deskriptif
Bivariate, Dan Multivariate. Haimoto H.,Shiho W., Masashi K.,
Edisi 5, Salemba Medika, Kenji W., 2018. The Impact of
Jakarta Carbohydrate Intake and its
Sources on Hemoglobin A1c
Dahlan M.S, 2012, Statistik Untuk
Levels in Japanese Patients
Kedokteran dan Kesehatan
With type 2 diabetes not talking
Deskriptif, Bivariat, dan
Anti-diabetic Medication.
Multivariat, Dilengkapi
Diabetes, Metabolic Syndrome
Aplikasi Menggunakan SPSS
and Obesity : Targets and
Edisi 6, Epidemiologi
Terapy, 11 (53-64).
Kesehatan, Jakarta.
Indrayanti Laily dan Harjo, 2008,
Dinas Kesehatan, 2018. Laporan
Profil Asam Laktat Penderita
Diabetes Mellitus Bulan
Diabetes Mellitus Terkendali
Januari- Desember 2018,
(Kontrol) Dan Tidak
Dinas Kesehatan Kabupaten
Terkendali (Kontrol).
Sragen.
Indonesian Journal of Clinical
Enhas A.R., 2014, Perbedaan Indeks Pathology and Medical
Glikemik Beberapa Menu Laboratory, Vol.14,No.3 : 97-
Makanan Berbahan Dasar Nasi, 101.
Skripsi, Fakultas Kedokteran
Irawan Dedy, 2010, Prevalensi Dan
Dan ILmu Kesehatan
Faktor Risiko Kejadian
Universitas Islam Negeri Syarif
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Hidayatullah, Jakarta.
Daerah Urban Indonesia

52
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

(Analisa Data Sekunder Kementerian Kesehatan R.I., 2018,


Riskesdas 2007), Thesis Hasil UtamaRiskesdas Tahun
Universitas Indonesia, Jakarta. 2018, Kementerian Kesehatan
Badan Penelitian dan
Irnawati A., Endo D.,Saryono, 2017,
Pengembangan Kesehatan,
Hubungan Aktivitas Fisik
Jakarta.
Mingguan, Tingkat Konsumsi
Karbohidrat Dan Serat Dengan Malik VS., Popkin BM., Bray GA.,
Kadar Gula Darah Lanjut Usia Jean-Pierre D., Willett WC., Hu
Awal Dan Akhir Di Posbindu FB., 2010, Sugar-Sweetened
Sehati, JGipas, Vol.1, No. 1. Beverages and Risk of
Metabolic Syndrome and Type
Isnaini Nur dan Isna Hikmawati, 2018,
2 Diabetes; A meta- analysis,
Screening Pola Makan Pada
Pubmed , Diabetes Care,
Pasien Diabetes Mellitus
33(11) : 2477-2483
Dengan Food Frequency
Questioner, Jurnal Notoatmodjo S., 2010, Metode
Keperawatan Silampari (JKS), Penelitian Kesehatan, Rhineka
Volume 2, No.1 : 270- 284. Cipta, Jakarta.

Juwita L. dan Wiwit F., 2018, Model Paputungan dan Sanusi, 2014, Peranan
Pengendalian Kadar Gula Pemeriksaan Hemoglobin A1c
Darah Penderita Diabetes Pada Pengelolaan Diabetes
Mellitus. Jurnal Endurance 3 Mellitus, CDK. 220/ Vol.41,
(1), 102-111. No.9.
Karimah HN., I Gusti Agung DS., dan PERKENI, 2006, Konsensus
Nur Habibah, 2018, Gambaran Pengelolaan dan Pencegahan
Kadar HbA1c Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Indonesia, PB PERKENI,
RSUD Wangaya, Jurnal Jakarta.
Meditory, Vol.6, No.2 : 88-89 .
PERKENI, 2011, Konsensus
Kementerian Kesehatan R.I., 2008, Pengelolaan dan Pencegahan
Pedoman Teknis Penemuan Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
dan Tatalaksana Penyakit Indonesia, PB PERKENI,
Diabetes Mellitus : Direktorat Jakarta.
Jenderal Pengendalian
PERKENI, 2015, Konsensus
Penyakit (PP) dan Penyehatan
Pengelolaan dan Pencegahan
Lingkungan (PL), Jakarta.
Diabetes Mellitus Tipe 2 Di
Kementerian Kesehatan R.I., 2018. Indonesia, PB PERKENI,
Penyajian Pokok-pokok Hasil Jakarta.
Riset Kesehatan Dasar : Badan
Permatasari S.M., Toto S., Luthfan
Penelitian dan Pengembangan
BP., 2015, Estimasi Asupan
Kesehatan. Jakarta.

53
J.Gipas, Mei 2020, Volume 4 Nomor 1
ISSN 2599-0152 eISSN 2599-2465
http://jos.unsoed.ac.id/index.php/jgps

Indeks Glikemik Dan Beban Wilayah Kecamatan Denpasar


Glikemik Dengan Kontrol Gula Selatan, Publik Health and
Darah Pasien Diabetes Mellitus Preventive Medicine Archive,
Tipe 2, Jurnal Gizi Klinik Vol. 1, Nomor 1
Indonesia, Vol. 12, No. 02 :
Yamakawa T., Rika S., Kenichiro T.,
(45-53).
Jun S., Minori M.S., Mayumi
Pradhan AD.,2014, Sex Differences in T., Erina S., Shunichi T.,
the Metabolic Syndrome ; Mizuki K., Taro A., Takehiro
Implications for cardiovascular K., Yoshihiko Y., Uru No.,
Health in Women, Clien Chem, Tetsuo I., Atsushi T., Kazuaki
60(1) : 44-52. K., Yasuo T., 2018, Dietary
survey in Japanese Patients
Ratnawati, 2012, Pengaruh
with type 2 diabetes and the
Penambahan Agar-agar
influence of dietary
Terhadap Tingkat Kesukaan,
carbohydrate hemoglobin: The
Kadar serat, dan Indeks
Sleep and Food Registry in
Glikemik Nasi Putih, Media
Kanagawa study, JDI ublished
Gizi Masyarakat Indonesia,
by AASD and John Wiley &
2(1) : 38-44.
Sons Australia, Ltd.
Rendy dan Margareth, 2012, Asuhan
Ya’kub R, Radiyati UP., Moh. Habib,
Keperawatan Medikal Bedah
2014, Korelasi Antara Gula
dan Penyakit Dalam, Nuha
Darah 2 Jam Postprandial Dan
Medika, Yogyakarta.
HbA1c di Laboratorium Klinik
Soegondo S., 2009, Buku Ajar Graha Spesialis RSMH
Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi Palembang, MKS, Th.46, No.1
4, FKUI PP. 1884, Jakarta.
Yusuf, A Muri, 2016. Metode
Sugiyono, 2011, Metode Penelitian Penelitian Kuantitatif,
Kuantitatif, Kualitatif dan Kualitatif & Penelitian
R&D, Alfabeta, Bandung. Gabungan, Prenada Media,
Jakarta
Tandra H., 2014, Segala Sesuatu Yang
Harus Anda Ketahui Tentang Zuriga YL., Salome A.R., Puay L.O.,
Diabetes, Gramedia Pustaka Huili Z., 2014, Rice and noodle
Utama, Jakarta. consumption is associated with
insulin resistance and
Trisnawati, 2013, Faktor Risiko
hyperglycaemia in an Asian
Diabetes Mellitus Tipe 2 Pasien
population, Br J Nurt; 111 (6) :
Rawat Jalan di Puskesmas
1118- 1128.

54
ORIGINAL ARTICLE
Intisari Sains Medis 2020, Volume 11, Number 3: 973-977
P-ISSN: 2503-3638, E-ISSN: 2089-9084

Hubungan asupan gula sederhana terhadap kadar


Published by DiscoverSys glukosa darah pada pasien diabetes mellitus tipe II
CrossMark
Anastasya Maria Kosasih,1* I Wayan Gede Sutadarma,2 Ni Nyoman Ayu Dewi3

ABSTRACT

Background: Type II DM is associated with lifestyle that cause obesity. started by giving informed consent, checking BMI, filling of 2 × 24 hour
Obesity is caused by excessive intake of simple sugars that cause insulin food recall, and checking blood glucose using glucometer.
resistance. Results: Calorie for men was 1059.61 kcal and women was
Aim: The study aims to determine the relationship between intake of 1081.65 kcal. Carbohydrate intake in men was 149.15 grams and in
simple sugars, carbohydrates, and calories with blood glucose levels in women was 157.26 grams. Simple sugar intake in men is 24.98 grams
type II DM patients. and in women is 28.41 grams. There is a relationship between intake
Methods: This study was an observational analytic design, at the of simple sugars, carbohydrate, and calories with blood glucose levels
Western Denpasar Health Center I and II in August to September 2019. (p = 0,000; p = 0.001; p = 0.024) and correlation strength (r = 0.44;
The inclusion criteria were type II DM patients without using insulin, r = 0.32; r = 0.23).
normal BMI, and willing to participate. Exclusion criteria were type II Conclusion: There is a moderate correlation between simple sugar
DM patients who on diet (no carbohydrate). The number of samples was intake and carbohydrate intake with blood glucose levels and a weak
100 people with simple random sampling technique. The procedure was correlation between calorie intake and blood glucose levels.

Keywords: DM type II, intake, glucose


Cite This Article: Kosasih, A.M., Sutadarma, I.W.G., Dewi, N.N.A. 2020. Hubungan asupan gula sederhana terhadap kadar glukosa darah pada
pasien diabetes mellitus tipe II. Intisari Sains Medis 11(3): 973-977. DOI: 10.15562/ism.v11i3.676

ABSTRAK

Latar Belakang: DM tipe II berhubungan dengan gaya hidup, salah tubuh, pengisian data food recall 2 × 24 jam, dan pengecekan
satunya adalah obesitas. Obesitas ini disebabkan oleh asupan gula glukosa darah sewaktu dengan glukometer. Analisis data adalah uji
sederhana yang berlebih yang menyebabkan resistensi insulin. univariat dengan Uji Kolmogorov Smirnov dan uji bivariat dengan Uji
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara asupan gula sederhana, Spearman.
karbohidrat, dan kalori dengan kadar glukosa dalam darah pada Hasil: Asupan kalori per hari pada laki-laki sebesar 1059,61 kkal
pasien DM tipe II. dan perempuan sebesar 1081,65 kkal. Asupan karbohidrat padalaki-
Metode: Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik laki sebesar 149,15 gram dan pada perempuan sebesar 157,26
1
Program Studi Sarjana yang dilakukan di Puskesmas Denpasar Barat I dan Puskesmas gram. Asupan gula sederhana pada laki-laki sebesar 24,98 gram dan
Kedokteran dan Profesi Dokter, Denpasar Barat II pada Agustus hingga September 2019. Kriteria pada perempuan sebesar 28,41 gram. Analisis menunjukkan adanya
Fakultas Kedokteran, Universitas inklusi adalah pasien DM tipe II tanpa menggunakan insulin, indeks hubungan antara asupan gula sederhana, karbohidrat, dan kalori
Udayana, Denpasar, Bali massa tubuh normal, dan bersedia untuk mengikuti penelitian. dengan kadar glukosa darah (p=0,000; p=0,001; p=0,024) dan
2
Departemen Biokimia, Fakultas Kriteria eksklusi adalah pasien DM tipe II yang melakukan diet kekuatan korelasi (r=0,44; r=0,32; r=0,23).
Kedokteran, Universitas Udayana,
Denpasar, Bali
tanpa mengonsumsi karbohidrat. Jumlah sampel sebesar 100 orang Simpulan: Terdapat korelasi sedang antara asupan gula sederhana
3
Departemen Biokimia, Fakultas dengan teknik simple random sampling. Prosedur penelitian diawali dan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah dan korelasi
Kedokteran, Universitas Udayana, dengan pemberian informed consent, pengecekan indeks massa lemah antara asupan kalori dengan kadar glukosa darah.
Denpasar, Bali

*
Correspondence to: Kata kunci: DM tipe II, asupan, glukosa
Anastasya Maria Kosasih, Program Cite Pasal Ini: Kosasih, A.M., Sutadarma, I.W.G., Dewi, N.N.A. 2020. Hubungan asupan gula sederhana terhadap kadar glukosa darah pada pasien
Studi Sarjana Kedokteran dan
Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran,
diabetes mellitus tipe II. Intisari Sains Medis 11(3): 973-977. DOI: 10.15562/ism.v11i3.676
Universitas Udayana, Denpasar, Bali
anastasyakosasih@gmail.com
PENDAHULUAN
Diterima: 17-12-2019
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu ditemukan pada lansia, tapi dapat ditemukan juga
Disetujui: 03-10-2020 penyakit kronis dan sampai saat ini banyak dider- pada usia produktif. Prevalensi DM di dunia selalu
Diterbitkan: 01-12-2020 ita oleh masyarakat. Penderita DM tidak hanya meningkat, dari 108 juta jiwa pada tahun 1980

Open access: http://isainsmedis.id/ 973


ORIGINAL ARTICLE

menjadi 422 juta jiwa pada tahun 2014.1 Menurut yaitu pasien DM tipe II tanpa menggunakan insu-
International Diabetes Federation (IDF), perkiraan lin, pasien DM tipe II dengan indeks massa tubuh
jumlah penderita DM pada tahun 2017 sebanyak normal, dan pasien DM tipe II yang bersedia
425 juta penduduk di dunia, dan diperkirakan akan mengikuti penelitian. Kriteria eksklusi penelitian
meningkat menjadi 629 juta penduduk pada tahun ini adalah pasien DM tipe II yang melakukan diet
2045. Prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2017 tanpa mengonsumsi karbohidrat.
sebanyak 6,7% atau setara dengan sepuluh juta Variabel terikat pada penelitian ini adalah
dua ratus tujuh puluh enam ribu kasus.2 Prevalensi kadar glukosa darah sewaktu pada pasien DM tipe
penderita DM di Bali sebesar 5,9% dan semakin II sedangkan variabel bebas pada penelitian ini
meningkat usia maka prevalensi DM semakin adalah asupan gula sederhana, asupan karbohidrat,
tinggi yaitu pada umur lebih dari 70 tahun prev- dan asupan kalori yang dikonsumsi oleh pasien DM
alensi DM sebanyak 12,1%.3 Penyakit DM tipe II tipe II. Pengambilan data ini dimulai dari meminta
berhubungan dengan gaya hidup dari pasien DM persetujuan kepada responden dengan menan-
itu sendiri, terutama gaya hidup tidak sehat dan datangani informed consent. Setelah responden
menyebabkan obesitas. Gaya hidup tidak sehat setuju, maka dilakukan pengisian data umum,
ini berhubungan dengan asupan gula sederhana pengukuran berat badan, tinggi badan, dan mengisi
seperti minuman bersoda, konsumsi madu, roti, data food recall 2 × 24 jam. Setelah itu, dilakukan
makanan yang mengandung tepung, dan susu pengecekana kadar glukosa darah sewaktu dengan
yang dapat meningkatkan risiko DM tipe II.4 Selain menggunakan glukometer. Analisis data dengan
menyebabkan obesitas, tingginya asupan gula juga menggunakan SPSS 23, analisis data univariat
dapat menyebabkan resistensi insulin, disfungsi dengan mendeskripsikan rerata, nilai tengah,
dari sel b pankreas, inflamasi, hipertensi, dan standar deviasi, interquartile range, dan frekuensi
akumulasi dari lemak viseral. Selain itu, tingginya ditribusi dari data karakteristik. Uji normalitas
indeks glikemik dapat menyebabkan intoleransi data menggunaka Kolmogorov smirnov. Analsis uji
glukosa, resistensi insulin, dan dapat meningkatkan bivariat dengan menggunakan uji korelasi Pearson
mediator inflamasi seperti C reactive protein yang dengan nilai signifikansi p<0,05.
erat hubungannya dengan DM tipe II.5 Menurut Penelitian ini telah mendapatkan persetu-
Scientific Advisory Committee on Nutrition (SACN), juan dari Komisi Etik Penelitian (KEP) Fakultas
hubungan antara asupan gula sederhana akan Kedokteran Universitas Udayana/ Rumah Sakit
meningkatkan kadar glukosa darah yang berujung Umum Pusat Sanglah Denpasar dengan ethical
pada obesitas yang merupakan salah satu faktor clearance No. 465/UN14.2.2.VII.14/LP/2019.
dari DM tipe II.6 Tujuan dari penelitian ini adalah Semua informasi dari responden dijamin kerha-
dapat mengetahui rata-rata asupan gula sederhana, siannya dan hanya digunakan untuk keperluan
asupan karbohidrat, dan asupan kalori pada pasien penelitian.
DM tipe II, Dapat mengetahui rata-rata kadar
glukosa dalam darah pada pasien DM tipe II, dan
Dapat mengetahui hubungan antara asupan gula HASIL
sederhana, asupan kabohidrat, dan asupan kalori Subjek yang diperoleh pada penelitian ini sebe-
dengan kadar glukosa dalam darah pada pasien sar 100 orang dengan 50 orang pasien DM tipe
DM tipe II. Manfaat dari penelitian ini adalah II di Puskesmas Denpasar Barat I dan 50 orang
memberikan pengetahuan kepada masyarakat pasien DM tipe II di Puskemas Denpasar Barat II.
terutama penderita DM tipe II mengenai hubun- Karateristik subjek usia responden dengan nilai
gan asupan gula sederhana pada peningkatan kadar tengah 66 tahun dengan usia minimum sebesar
glukosa dalam darah, memberikan saran kepada 37 tahun dan usia maksimum sebesar 86 tahun.
para penderita DM tipe II terhadap makanan yang Sedangkan pada jenis kelamin, dari 100 respon-
harus dihindari, dan menambah wawasan hubun- den terdapat 70 responden diabetes mellitus tipe
gan asupan gula sederhana dengan kadar glukosa II berjenis kelamin perempuan dan 30 responden
darah pada pasien DM tipe II. lainnya berjenis kelamin laki-laki. Rata-rata dari
berat badan pada penelitian ini adalah 58,37 kg.
Selain itu, nilai tengah tinggi badan pada penelitian
METODE ini adalah 158 cm. Nilai tengah dari indeks massa
Penelitian ini menggunakan metode survei anal- tubuh sebesar 23,3 kg/m2. Selain itu, riwayat pengo-
itik dengan pendekatan cross-sectional. Populasi batan pada penelitian ini dibagi menjadi 8 kategori
target dari penelitian ini adalah pasien DM tipe II yaitu responden yang mengonsumsi metformin
dan populasi terjangkau adalah semua pasien DM sebesar 56 responden atau jumlah responden
tipe II di Puskesmas Denpasar Barat pada tahun yang mengonsumsi metformin lebih dari seten-
2019 sebanayak 100 subjek, dengan kriteria inklusi gah responden pada penelitian, sedangkan obat

974 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 973-977 | doi: 10.15562/ism.v11i3.676
ORIGINAL ARTICLE

terbanyak yang dikonsumsi oleh responden pada pada responden laki-laki sebesar 1059,61 kkal dan
penelitian ini selain metformin adalah kombi- pada responden perempuan sebesar 1081,65 kkal.
nasi antara metformin dan glibenclamide yaitu Perbandingan rata-rata asupan kalori dengan kebu-
sebesar 17 orang. Responden yang menggunakan tuhan kalori total pada responden laki-laki sebesar
glibenclamide sebesar 6 orang, glimpiride sebesar 0,63 dan pada responden perempuan sebesar 0,77
5 orang, gliquidone sebesar 1 orang, glucovance yang menunjukkan bahwa kalori yang dikonsumsi
sebesar 6 orang, kombinasi metformin dan glime- oleh 100 responden pada penelitian ini lebih kecil
piride sebesar 8 orang, dan kombinasi metformin daripada rata-rata kalori yang dibutuhkan atau
dan glikuidon sebesar 1 orang. Nilai tengah tidak melebihi rata-rata kalori yang dibutuhkan.
kadar glukosa darah pada penelitian ini sebesar Pada Tabel 2, rata-rata asupan kalori per hari
165,5 mg/dl dengan nilai minimum sebesar 92 mg/dl pada responden laki-laki sebesar 1059,61 kkal dan
dan nilai maksimum sebesar 495 mg/dl. Selain pada responden perempuan sebesar 1081,65 kkal.
itu, nilai tengah kebutuhan kalori total per hari Rata-rata asupan karbohidrat per hari pada respon-
pada responden sebesar 1448,47 kkal dan rata- den laki-laki yaitu 149,15 gram dan pada respon-
rata asupan kalori per hari sebesar 1075,045 kkal. den perempuan yaitu 157,26 gram. Sedangkan,
Sedangkan, nilai tengah dari asupan karbohidrat rata-rata asupan gula sederhana yang dikonsumsi
per hari sebesar 142,865 gram dengan total karbohi- pada per hari pada responden laki-laki sebesar
drat minimum yang dikonsumsi sebesar 76,7 gram 24,98 gram sedangkan pada responden perempuan
dan maksimum sebesar 284,04 gram. Pada asupan sebesar 28,41 gram. Hal ini menunjukkan bahwa
gula sederhana mempunyai nilai tengah sebesar pada penelitian ini responden perempuan mengon-
24,34 gram. sumsi asupan gula sederhana, asupan kalori, dan
Selain itu, pada Tabel 1, rata-rata kalori yang asupan karbohidrat per hari lebih banyak daripada
dibutuhkan berdasarkan rumus Harris-Benedict responden laki-laki pada responden DM tipe II.
dengan aktivitas ringan atau tidak beraktivitas Pada Tabel 3, hasil uji korelasi antara jumlah
(BMR dikali dengan 1,2) per hari pada responden asupan gula sederhana dan kadar glukosa darah
laki-laki sebesar 1657,06 kkal dan pada respon- dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman.
den perempuan sebesar 1398,10 kkal. Sedangkan, Hasil analisis ini menunjukkan adanya hubungan
rata-rata kalori yang dikonsumsi selama per hari antara konsumsi asupan gula dengan kadar glukosa
darah dengan hasil p= 0,000 yang menunjukkan
Tabel 1 Perbandingan Rata-Rata Asupan Kalori dengan Kebutuhan sangat signifikan dan r= 0,44 yang menunjukkan
Kalori Total kekuatan korelasi moderat. Selain itu, hasil uji
korelasi antara total karbohidrat yang telah dikon-
Rata-Rata Rata-Rata Perbandingan
Asupan Kalori Kebutuhan Kalori Asupan Kalori sumsi per hari dan kadar glukosa dalam darah
Per Hari Total Per Hari dengan Kebutuhan dengan menggunakan uji korelasi Rank-Spearman
(kkal) (kkal) Kalori menunjukkan bahwa adanya hubungan antara total
Laki-laki 1059,61 1657,06 0,63 karbohirat yang dikonsumsi dan kadar glukosa
darah dengan hasil p= 0,001 yang menunjukkan
Perempuan 1081,65 1398,10 0,77
hasil signifikan dan r=0,32 yang menunjukkan
kekuatan korelasi moderat. Hasil uji koreasi antara
Tabel 2 Rata-Rata Asupan Gula Sederhana, Asupan Kalori, dan total kalori yang dikonsumsi per hari dan kadar
Asupan Karbohidrat glukosa darah dengan menggunakan uji korelasi
Asupan Kalori Asupan Karbohidrat Asupan Gula Rank-Spearman menunjukkan bahwa adanya
Per Hari Per Hari Sederhana Per hubungan antara total kalori yang dikonsumsi
(kkal) (g) Hari (g) dengan kadar glukosa darah dengan hasil p= 0,024
Laki-Laki 1059,61 149,15 24,98 yang menunjukkan hasil signifikan dan r= 0,23
yang menunjukkan kekuatan korelasi lemah.
Perempuan 1081,65 157,26 28,41

Tabel 3 Korelasi Asupan Gula Sederhana, Karbohidrat, dan Kalori DISKUSI


Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada penelitian ini hasil yang didapat adalah total
Glukosa Darah karbohidrat yang dikonsumsi juga mempengaruhi
Variabel r p-value kadar glukosa dalam darah yaitu semakin tinggi
Asupan Gula Sederhana 0,44 0,000 karbohidrat yang dikonsumsi maka kadar glukosa
darah juga semakin tinggi (p=0,001), dan total
Asupan Karbohidrat 0,32 0,001
kalori yang dikonsumsi memiliki hubungan yang
Asupan Kalori 0,23 0.024 signifikan dengan peningkatan kadar glukosa
* Uji Korelasi Rank Spearman dalam darah (p=0,024). Selain itu, pada penelitian

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 973-977 | doi: 10.15562/ism.v11i3.676 975
ORIGINAL ARTICLE

ini rata-rata responden mengonsumsi karbohidrat karbohidrat dan kolesterol terhadap kadar glukosa
diatas batas normal sebesar 20 gram sehingga darah pada penderita diabetes mellitus tipe II rawat
asupan gula sederhana pada pasien DM tipe II jalan di RSUD Dr. Moewardi didapatkan bahwa
pada penelitian ini adalah tinggi dan rekomendasi tidak ada hubungan antara konsumsi karbohidrat
asupan karbohidrat yang dikonsumsi dalam sehari dengan kadar glukosa darah puasa dan kadar
adalah 45% hingga 65% dari total kalori. Pada glukosa darah 2 jam setelah makan. Hal ini dise-
penelitian ini rata-rata kebutuhan karbohidrat total babkan oleh hubungan konsumsi karbohidrat
dalama sehari adalah 120 gram hingga 175 gram. dengan kadar glukosa darah dapat dipengaruhi
Sehingga rata-rata asupan karbohidrat pada pene- oleh beberapa faktor seperti melakukan aktivitas
litian ini adalah normal.7 atau olahraga secara teratur dan mengonsumsi obat
Penelitian serupa juga dilakukan oleh Schulze antidiabetes secara teratur sehingga kadar glukosa
(2004) tentang hubungan asupan gula sederhana darah tetap terkontrol walaupun banyak mengon-
terhadap berat badan dan insiden diabetes mellitus sumsi karbohidrat.10-12
tipe II pada wanita usia muda di Amerika Serikat.
Penelitian ini menggunakan kuisioner mengenai
konsumsi minuman bersoda dan jus buah untuk SIMPULAN
asupan gula sederhana dan didapatkan hasil bahwa Simpulan dari hasil penelitian ini adalah rata-rata
konsumsi minuman bersoda dan jus buah juga asupan gula sederhana tinggi, rata-rata asupan
akan meningkatkan kalori sehingga dapat mening- karbohidrat normal, sedangkan asupan kalori
katkan berat badan dan sedikit meningkatkan yang dikonsumsi lebih rendah daripada kebutu-
risiko terjadi diabetes mellitus tipe II. Selain itu, han kalori total. Selain itu, rata-rata kadar glukosa
pada penelitian ini menggunakan sampel sebesar darah pada pasien diabetes mellitus tipe II melebihi
88.000 orang wanita dan mengonsumsi lebih dari batas kadar glukosa normal sewaktu dan terdapat
2 jenis makanan yang mengandung gula sederhana korelasi sedang antara asupan gula sederhana dan
dan didapatkan adanya peningkatan risiko sebesar asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah
35% terhadap penyakit jantung koroner. Hal ini dan terdapat korelasi lemah antara asupan kalori
disebabkan mengonsumsi gula sederhana dapat dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes
meningkatkan kadar glukosa darah dan konsen- mellitus tipe II. Pemberian penyuluhan mengenai
trasi insulin secara cepat. Selain itu, konsumsi dari jenis makanan, jumlah kalori, karbohidrat, dan
gula sederhana yang tinggi juga akan berkontribusi glukosa yang dikonsumsi terutama pada pasien
terhadap peningkatan indeks glikemik yang tinggi. DM tipe II sangat diperlukan. Pemberian penyu-
Peningkatan dari indeks glikemik juga menyebab- luhan ini dapat dilakukan di Puskesmas sehingga
kan intoleransi glukosa dan resistensi insulin teru- pasien DM tipe II menjadi paham mengenai gula
tama pada orang yang obesitas.4 sederhana yang baik untuk dikonsumsi.
Hasil dari penelitian ini juga sesuai dengan yang
dilakukan oleh Vasanti (2010) mengenai resiko
mengonsumsi gula sederhana dengan obseitas, DAFTAR PUSTAKA
diabetes mellitus tipe II, dan penyakit kardio- 1. WHO. Diabetes. [Online]. 2017. Available from: http://
vaskular. Pada penelitian ini lebih dari 50.000 www.who.int/mediacentre/factsheets/fs312/en/ [Accessed
Juni 2017].
wanita sebagai sampel penelitian dengan di follow 2. International Diabetes Federation (IDF). Diabetes Atlas.
up selama 8 tahun dan didapatkan hasil bahwa Edisi ke-8. Belgium: IDF; 2017. h. 21-28.
wanita dengan mengonsumsi lebih dari 1 jenis tipe 3. Suastika K, Saraswati M R, Gotera W, dan Budhiarta A A.
Obesity, Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes in Bali,
makanan yang mengandung gula sederhana memi- Indonesia. J AFES. 2011; 26:159-162. DOI: https://doi.
liki risiko sebesar 83% terhadap diabetes mellitus org/10.15605/jafes.026.02.14
tipe II. Hal ini disebabkan oleh gula sederhana 4. Schulze M B, Manson J E, Ludwig D S. Sugar Sweetend
Beverages, Weight Gain, and Incidence of Type 2 Diabetes
sangat mudah diserap oleh tubuh sehingga dapat in Young and Middle-Aged Woman. Jama. 2004; 292(8):
meningkatkan kadar glukosa dan konsentrasi insu- 927-934. DOI: 10.1001/jama.292.8.927
lin dengan cepat.8 5. Malik V S, Popkin B M, Bray G A, Despres J E, Willett,
W C, Hu F B.Sugar Sweetened Beverages and Risk of
Pada penelitian yang dilakukan oleh Janket Metabolic Syndrome and Type 2 Diabetes: A Meta
(2003) mengenai hubungan asupa gula sederhana Analysis. Diabetes Care. 2010; 33(11):2477-2483. DOI:
dengan risiko diabetes mellitus tipe II pada tidak https://doi.org/10.2337/dc10-1079
6. Scientific Advisory Committee on Nutrition (SACN).
memiliki hubungan antara asupan gula sederhana Draft Carbohydrate and Health Report. 2014. h. 89-96.
dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes 7. Unites States Department of Agriculture. DGAC report -
mellitus tipe II.9 Part D. Science Base, Sect.5. Carbohydrates. [Online].
2015. Available at: https://health.gov/DietaryGuidelines/
Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh dga2005/report/HTML/D5_Carbs.html [diakses: Oktober
Apritasari (2015) mengenai hubungan konsumsi 2019].

976 Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 973-977 | doi: 10.15562/ism.v11i3.676
ORIGINAL ARTICLE

8. Vasanti S M, Barry M P, Bray G A, Despres J P, et al. 12. Mulyani WRW, Sanjiwani MID, Sandra, Prabawa IPY,
Sugar Sweetened Beverages, Obesity, Type 2 Diabetes Lestari AAW, Wihandani DM, et al. Chaperone-Based
Mellitus, and Cardiovascular Disease Risk. Circulation. Therapeutic Target Innovation: Heat Shock Protein 70
2010; 121(11):1356-1364. DOI: https://doi.org/10.1161/ (HSP70) for Type 2 Diabetes Mellitus. Diabetes Metab
CIRCULATIONAHA.109.876185 Syndr Obes. 2020;13:559–568.
9. Janket S J, Manson J E, Sesso H, et al. A Prospective Study
of Sugar Intake and Risk of Type 2 Diabetes in Women.
Diabetes Care. 2003; 26(4): 1008-1015. DOI: https://doi.
org/10.2337/diacare.26.4.1008
10. Apritasari D A. Hubungan Asupan Konsumsi Karbohidrat
dan Kolesterol Terhadap Kadar Glukosa Darah pada This work is licensed under a Creative Commons Attribution
Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Rawat Jalan di RSUD
Dr. Moewardi (skripsi). 2015 Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
11. Wulandari PDA, Wirata G, Putri CWS. Hubungan Antara
Asupan Energi, Asupan Protein Dan Aktivitas Fisik
Terhadap Status Gizi Penduduk Lanjut Usia Di Wilayah
Kerja Upt Kesmas Blahbatuh II, Kecamatan Blahbatuh,
Kabupaten Gianyar. E-Jurnal Medika Udayana, 2015; 4(7).

Published by DiscoverSys | Intisari Sains Medis 2020; 11(3): 973-977 | doi: 10.15562/ism.v11i3.676 977
2. Jobdesk Kelompok

NAMA NIM JOB DESCRIPTION

Fina Ari Winata 202110101012 Pembuatan table &


pencarian jurnal

Niken Pramesti 202110101145 Pembuatan pembahasan


table & pencarian jurnal

Afifatull Maulida Maufidah 202110101075 Pembuatan saran dan


kesimpulan table &
pencarian jurnal

Qaimima Ayuni Indriana 202110101178 Pembuatan refrensi dan


lampiran table &
pencarian jurnal

Dida Putri Awal Mardika 202110101078 Pembuatan power point


& pencarian jurnal

Khurmita Fatiha Sari 202110101077 Pembuatan power point


& pencarian jurnal

Hikmatul Laili Risqi 202110101023 Notulensi dan perbaikan


& pencarian jurnal

Febri Adhandi 202110101002 Notulensi dan perbaikan


& pencarian jurnal

Auliya Muharromah 202110101114 Presentator materi &


pencarian jurnal

Chika Aulia Pramesti Putri 202110101057 Presentator materi &


pencarian jurnal

Anda mungkin juga menyukai