Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH AUDIT MANAJEMEN SEKTOR PUBLIK

Perencanaa Audit Kinerja ( Penyusunan program audit/Audit program)

Dosen pengampu:
Drs.Restu Agusti,M.Si.,Ak.,CA

Disusun Oleh:
Abdul Hanif Indra 1802125261
Dimas Adytia Pratama 1802112432
Randi 1802110579

AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS RIAU

2021

Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"PERENCANAAN AUDIT KINERJA (Penyusunan program audit/audit program)".

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas pada mata kuliah Audit Manajemen
Sektor Publik di Universitas Riau. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah
ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang Penyusunan program
audit/audit program.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Restu


Agusti., M. Si., Ak., CA selaku dosen Audit Manajemen Sektor Publik. Tugas yang
telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang
yang ditekuni penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh darisempurna. Oleh karena itu, kritik

dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru,24 September 2021

Kelompok 4

LATAR BELAKANG MASALAH


Sebagaimana telah kita ketahui bahwa kekayaan negara yang dikelola oleh pemerintah
mencakup dana yang cukup besar jumlahnya. Pertanggungjawaban atas penggunaan dana
untuk penyelenggaraan pemerintahan seharusnya didukung dengan suatu pengawasan yang
cukup andal guna menjamin pendistribusian dana yang merata pada semua sektor publik
sehingga efektivitas dan efisiensi penggunaan dana bisa dipertanggungjawabkan. Selama ini
sektor publik tidak luput dari tudingan sebagai sarang korupsi, kolusi, nepotisme, inefisiensi dan
sumber pemborosan negara. Keluhan "birokrat tidak mampu berbisnis" ditujukan untuk
mengkritik buruknya kinerja perusahaan-perusahaan sektor publik. Pemerintah sebagai salah
satu organisasi sektor publik pun tidak luput dari tudingan ini. Organisasi sektor publik
pemerintah merupakan lembaga yang menjalankan roda pemerintahan yang sumber
legitimasinya berasal dari masyarakat.
Pemerintahan yang bersih atau good governance ditandai dengan tiga pilar utama yang
merupakan elemen dasar yang saling berkaitan (Prajogo, 2001). Ketiga elemen dasar tersebut
adalah partisipasi, transparansi dan akuntabilitas. Suatu pemerintahan yang baik harus
membuka pintu yang seluas-luasnya agar semua pihak yang terkait dalam pemerintahan
tersebut dapat berperan serta atau berpartisipasi secara aktif, jalannya pemerintahan harus
diselenggarakan secara transparan dan pelaksanaan pemerintahan tersebut harus dapat
dipertanggungjawabkan.
Penyelenggaraan akuntansi pemerintahan yang bertumpu pada sistem Uang yang Harus
Dipertanggungjawabkan (UYHD) berdasarkan SK Menteri Keuangan No. 217/KMK.03/1990
masih terlalu sederhana. Pemakaian uang yang digunakan dalam proses penyelenggaaraan
pemerintahan mengacu pada APBN atau APBD dan pertanggungjawabannya hanya
menyangkut pada berapa uang yang diterima dan berapa uang digunakan. Jadi, ada suatu
kecederungan bahwa penggunaaan dana bertumpu pada proses keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran uang saja. Dalam melaksanakan audit di sektor publik
(pemerintahan) perlu pembentukan suatu lembaga audit yang independen yang benar-benar
mempunyai integritas yang bisa dipertanggungjawabkan kepada pihak publik. Oleh karenanya
lembaga auditor tersebut setidaktidaknya bernaung di bawah lembaga legislatif negara ataupun
merupakan lembaga profesional independen yang keberadaan mandiri, seperti akuntan publik.
Peraturan yang dikembangkan dalam Standar Auditing Sektor Publik harus terbentuk oleh suatu
lembaga ataupun badan yang berdiri sendiri dan terlepas dari praktik pengauditan serta dalam
melaksanakan audit, auditor akan melakukan tahap-tahap pada proses audit agar laporan yang
disajikan dapat diterima oleh pihak-pihak tertentu ataupun ada ketidaklanjutan dalam laporan
tersebut
PENGERTIAN PROGRAM PENGUJIAN TERINCI
Merupakan suatu keharusan bagi auditor untuk mengorganisasi pekerjaannya sedemikian rupa
sehingga audit dapat dilaksanakan secara ekonomi, efisien, dan efektif. Pengorganisasian
tersebut dilakukan dengan membuat program pengujian terinci.

Pembuatan program pengujian terinci merupakan titik kulminasi dalam tahap


perencanaan audit kinerja. Sebagai langkah akhir dalam perencanaan, pembuatan program
pengujian terinci merupakan penghubung antara tahap perencanaan dan pelaksanaan audit
kinerja.

Terdapat beberapa istilah umum yang digunakan dalam program pengujian terinci sebagai
berikut.

1. Program audit adalah pedoman dalam tahap pelaksanaan audit. Program audit menjabarkan
prosedur terinci untuk melaksanakan audit.

2. Teknik audit mengacu pada teknik yang digunakan auditor untuk mengumpulkan data.
Contohnya antara lain review dokumen, wawancara, kuesioner, analisis data, dan observasi
fisik.

3. Prosedur audit adalah langkah, pengujian, instruksi, dan rincian yang termasuk dalam
program audit untuk dilaksanakan secara sistematis dan masuk akal.

Tujuan dan manfaat penyusunan program pengujian terinci


Penyusunan program pengujian terinci memiliki tujuan dan manfaat sebagai berikut:

1. Menetapkan hubungan yang jelas antara tujuan audit,metodologi audit,dan


kemungkinan-kemungkinan pekerjaan lapangan yang harus dikerjakan.
2. Mengidentifikasi dan mendokumentasi prosedur-prosedur audit yang harus dilakukan
3. Memudahkan supervise dan review
Membantu dalam pengambilan bukti yang cukup,dapat diandalkan,dan relevan untuk
mendukung opini pendapat atau simpulan audit serta mencapai tujuan audit.

Langkah langkah penyusunan program pengujian terinci


Bentuk dan isi program pengujian terinci bervariasi antara audit yang satu dengan audit yang
lain. Tingkat keterincian program pengujian terinci dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
kompleksitas permasalahan yang diaudit, luas pekerjaan audit, dan tingkatan staf yang
melakukan audit. Sebagai contoh, audit yang dilaksanakan di beberapa lokasi atau audit yang
dilaksanakan oleh staf junior, program audit harus terinci. Aksesibilitas manajemen untuk
diaudit, dalam arti tingkat kemudahan untuk berkomunikasi dengan pihak manajemen dan
sensitivitas area yang diaudit akan memengaruhi bagaimana program pengujian terinci
dikembangkan dan diterapkan. Langkah-langkah penyusunan program pengujian terinci adalah
sebagai berikut.

1. Memahami istilah baku. Auditor harus mempunyai pemahaman yang memadai terhadap
istilah-istilah baku sebelum membuat program audit, terutama yang berkaitan dengan teknik
dan prosedur audit.

2. Menetapkan pendekatan audit. Audit kinerja bersifat fleksibel dan membutuhkan


kreativitas. Pendekatan yang digunakan juga tidak sama antara audit kinerja yang satu dan
lainnya, dalam arti pendekatan dalam audit kinerja bukanlah "one-size-fits-all'. Seperti halnya
kriteria audit, secara umum terdapat dua pendekatan dalam penyusunan program pengujian
terinci, yaitu pendekatan proses dan pendekatan hasil.

a. Pendekatan Proses (Sistem Pengendalian) Pendekatan proses berfokus pada proses


kegiatan/program entitas. Pendekatan ini dirancang untuk menentukan apakah
organisasi memiliki sistem pengendalian yang dapat memberikan keyakinan memadai
bahwa hasil yang diinginkan dapat tercapai. Tujuannya adalah untuk meyakinkan bahwa
sistem tersebut telah dirancang dan diimplementasikan secara memadai. Asumsi yang
digunakan adalah jika sistem pengendalian efektif, berarti ada indikasi kuat bahwa hasil
akan memuaskan.

Dengan pendekatan proses, audit dirancang untuk melaksanakan analisis, review, dan
menguji komponen kunci dalam sistem pengendalian. Dalam praktiknya, hanya
komponen sistem berisiko tinggi yang akan di-review secara mendalam. Pengendalian
yang dipilih untuk diaudit juga didasarkan pada signifikansinya dalam pencapaian tujuan
utama. Jika auditor menemukan ketidakefisienan, ia akan mengambil tindakan lanjutan
untuk mengidentifikasi masalah dan akibat potensial atas hasil yang diinginkan.
Pendekatan ini memberikan dasar yang kuat dalam membuat rekomendasi untuk
meningkatkan sistem serta mengidentifikasi pengendalian yang tidak perlu.

b. Pendeketan hasil
Pendekatan audit ini berfokus pada penilaian hasil yang dicapai dikaitkan dengan hasil
yang diinginkan.pendekatan ini tidak dibuat untuk menguji system
pengendalian,melainkan untuk melihat output dan outcoma.pendekatan ini dapat
diterapkan jika kriteria yang tepat tersedia untuk menilai mutu,jumlah,dan biaya dari
output. Asumsi yang digunakan adalah jika hasil memuaskan,maka resiko kesalahan
dalam merancang dan mengimplementasikan proses/kegiatan akan
rendah.sebaliknya,jika auditor menemukan bahwa hasil tidak memuaskan,aktivitasn dan
system pengendalian harus diuji untuk menentukan penyebab masalah

3. Memfokuskan pada pembuktian kriterua audit yang telah ditetapkan.Dengan kata


lain,penyusunan program pengujian terinci dibatasi dari hal-hal di luar kriteria atau hal-hal yang
kurang penting.untuk itu,program pengujian terinci sebaiknya:

a. mampu mengidentifikasii asepek audit yang penting


b. diatur berdasarkan informasi pendukung yang jelas dan akurat
c. mampu menjadi pedoman dalam pelaksanaan pengujian secara efektif
d. mampu membantu dalam pengambilan bukti yang cukup
e.Relevan dan dapat dipercaya untuk mendukung opini atau keputusan audit
f. mendukung tujuan audit

4. Menetapkan prosedur audit yang tepat. Sebagai bagian dari program pengujian terinci,
prosedur audit yang baik harus:

a. berkaitan dengan tujuan dan kriteria audit, yaitu dapat membantu mengumpulkan bukti
relevan yang akan memaksimalkan dampak audit;

b. dinyatakan dengan jelas dan dirinci secara memadai sehingga dapat dimengerti oleh auditor;

c. disusun secara logis sehingga audit dapat dilaksanakan dengan efisien; d. berbentuk metode
pengumpulan bukti yang efisien tanpa pengujian yang berlebih, di samping mempertimbangkan
audit terkait sebelumnya.

Penyusunan prosedur audit dapat didasarkan pada pertanyaan pertanyaan riset untuk setiap
tujuan khusus pada masing-masing area kunci. Pertanyaan-pertanyaan riset (research
questions) adalah suatu daftar yang memuat pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan untuk
mendapatkan jawaban guna memastikan suatu kondisi tertentu.

5. Menetapkan format program audit. Konsep program pengujian terinci disusun oleh ketua
tim audit yang bersangkutan dengan dibantu oleh anggota tim. Program audit terinci sebaiknya
berisi informasi berikut:

a. dasar penyusunan program, yaitu rencana kegiatan audit tahunan, kebijakan, atau arahan
khusus pimpinan;
b. standar audit yang digunakan;

c. entitas yang diaudit, termasuk nama dan lokasi entitas;

d. tahun anggaran yang diperiksa

e. identitas dan gambaran umum entitas yang diaudit, yang memuat: organisasi, uraian
kegiatan, tujuan, jumlah anggaran, dan sistem pengendalian manajemen;

f. alasan audit, yaitu menguraikan informasi mengenai masalah yang ditemukan dalam kegiatan
survei untuk dikaji lebih mendalam;

g. tujuan audit, termasuk menguraikan lingkup audit, yaitu untuk menilai ekonomi, efisiensi,
dan efektivitas kegiatan/program.

h. sasaran audit, memuat kegiatan atau fungsi entitas yang diaudit, yang masalahnya
ditemukan dalam audit pendahuluan;

i. kriteria atau standar yang akan digunakan untuk menilai apakah kegiatan entitas yang diaudit
telah dilaksanakan secara ekonomis dan efisien;

j. pengarahan audit: memuat langkah-langkah, prosedur, dan teknik audit yang harus
dilaksanakan oleh tim audit;

k. jangka waktu audit, memuat jumlah hari (mandays) audit yang diperlukan; 1. susunan tim
dan biaya audit yang memuat nama, pangkat/golongan, dan jabatan dalam tim, serta biaya
yang diperlukan untuk melaksanakan audit;

m. instansi penerima hasil audit yang memuat nama entitas yang akan menerima hasil audit; n.
kerangka laporan hasil audit atas ekonomi, efisiensi, dan efektivitas

o. memuat hal-hal lain yang dianggap perlu untuk diungkapkan.

Anda mungkin juga menyukai