Anda di halaman 1dari 20

SEJARAH OBAT DAN PELAYANAN FARMASI

Oleh: Drs. H. Amir Hamzah Pane, Apt, SH, MH, MM


(Materi Kuliah Apoteker Uhamka)
Agustus 2021

ِ ‫َو ِإ َذا َم ِرضْتُ فَه َُو يَ ْش ِف‬


• ُ‫ين‬
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku,”
(Q.S. Asy-Syu’araa ayat :80)

• “Voluntas Aegroti Suprema Lex”: Keinginan Orang Sakit Adalah


Hukum Tertinggi (Cicero)
OBAT, VAKSIN, DAN KESEHATAN: Masalah Literasi
dan Tantangan Edukasi
A. Pengertian Yuridis:
Obat: Bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang
digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi
atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis,
pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi, untuk manusia (Pasal 1 angka (9) UU RI No. 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan Jo Permenkes No. 73 tahun 2016
tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek
Vaksin: Produk biologi yang berisi antigen berupa mikroor
ganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan,
masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme
yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang
ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada
seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif
terhadap penyakit tertentu (Permenkes No. 12 tahun 2017
tentang Penyelenggaraan Imunisasi
Kesehatan: Keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual
maupun sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomi (Pasal 1 angka (1) UU RI
No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan).
B. Pengertian Etimologi.
Asal kata obat adalah Pharmakon, yaitu sesuatu yang
digunakan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan
kesehatan. Namun makna kata Pharmakon ini tidak
membedakan antara kekuatan untuk menyembuhkan dan
kekuatan untuk membunuh.
Khasiat yang dikandung obat disebut dengan efek terapi.
Terapi berasal dari kata Therapeuin (membantu).
Sehat dan atau Kesehatan, berasal dari bahasa Inggris:
“Health”. Health sendiri berasal dari bahasa Yunani, yaitu:
“Hael”, yang artinya “Utuh” atau “Keutuhan”.
C. Pengertian Kategoris
Obat Tradisonal: Bahan atau ramuan bahan yang berupa
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan
sarian (galenik)atau campuran dari bahan tersebutyang
secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan,
dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat
Obat Moderen: Obat hasil riset dan uji klinis yang disepakati
secara internasional.
D. Kaidah Obat.
• Spritual Based Medicine
• Empirical Based Medicine
• Testimonial Based Medicine
• Evidence Based Medicine
Klasifikasi kebolehan memperoleh obat
• Obat Bebas atau obat OTC (Over The Counter), yang bisa dibeli
tanpa resep dokter
• Obat Keras, yang hanya bisa dibeli dan atau ditebus dengan
resep dokter (Prescription only Medicine);
• Obat Psikotropika dan Narkotika, yaitu obat yang disamping
hanya bisa dibeli dan ditebus dengan resep dokter, juga harus
mendapatkan perlakuan administratif dan logistik tertentu.
Cara yang digunakan dokter untuk memilih
obat yang akan digunakan oleh pasien
• Abdikasi  didasarkan pada rekomendasi yang diberikan oleh
klinisi senior, supervisor, konsulen, dokter ahli
• Induksi  didasarkan pengalaman diri sendiri
• Kecenderungan penggunaan obat yang tidak tepat ditengarai
merupakan implikasi dari pendekatan abdiksi dan induksi ini
• Pendekatan abdikasi dan induksi seharusnya telah digantikan
dengan pendekatan Evidence-based medicine (EBM), yaitu
didasarkan pada bukti-bukti ilmiah terkini yang valid dan dapat
dipercaya.
Masalah pada fase keberadaan obat

Masalah etika
uji klinik

Masalah
Risiko efek
samping
bahan baku
obat/ vaksin

Harga Obat
Obat dan pengobatan adalah warisan
untuk kemanusiaan

Para tokoh transformatif dalam sejarah kesehatan dunia


pasti tidak bermaksud kalau ilmu pengetahuan dan
keterampilan tentang obat dan pengobatan yang mereka
miliki, digunakan orang lain untuk mengeruk keuntungan
dari bisnis kesehatan dan obat-obatan. Mereka pastilah
berniat mendharmabaktikan semua yang mereka temui
dan hasilkan sebagai warisan untuk kemanusiaan (heritage
of humanity).
EKSISTENSI DAN SIGNIFIKANSI OBAT DAN
PENGOBATAN: PERSPEKTIF SEJARAH

Ada fenomena yang sangat menarik dalam menelusuri sejarah


obat dan pengobatan periode abad ke-10 masehi. Lahir tiga
orang tokoh besar, Yaitu:
1. Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razy, atau Razy, yang di
barat dikenal dengan nama Rhazes (864 – 930)
2. Ali Ibn al ‘Abbas al-Majusi atau dikenal sebagai Haly Abbas
(wafat tahun 994)
3. Abu Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina atau Ibnu Sina, di barat
di kenal dengan nama Avicenna (980 – 1037).
Razy mengarang puluhan buku tentang obat dan pengobatan. Yang
sangat terkenal adalah: al-Hâwi (Comprehensive Book on
Medicine) atau Buku Komprehensif Kedokteran; Kitab al-Jâmi' al-
Khas li Shinâ'ah ath-Thibb, atau dalam bahasa Latin dikenal dengan
Liber Continens. Karya ini menguraikan ilmu dan praktik
kedokteran dalam puluhan jilid besar. Al-Hâwi menjadi ensiklopedi
bidang kedokteran terlengkap saat itu. Buku ini menjelaskan
tentang metode kedokteran campuran antara ala Suriah, Mesir,
Yunani, Arab, Irak, dan Hindu, ditambah catatan-catatan hasil
observasi klinis Ar-Razi. Al-Hâwi menjadi rujukan penting dunia
kedokteran dan diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Razy merupakan dokter pertama yang menjelaskan secara akurat tentang
patologi penyakit cacar, gejalanya, bahayanya, penularannya, dan cara
menghindarinya. Razy menemukan penyakit alergi asma, dan orang pertama yang
menulis tentang Alergi dan Imunologi. Di bidang farmasi, Razy membuat
peralatan seperti tabung, spatula dan mortar. Razy juga mengkritisi berbagai
pendapat dari Galen, dalam bukunya Shukuk ’Ala Alinusor (Doubt about Galen),
khususnya teori humoral, baik yang dikembangkan oleh Galen maupun teori
Hippocrates sebelumnya. Razy meyatakan, dari observasi klinis nya tentang panas
dalam tubuh manusia setelah minum air panas, berbeda dengan pendapat yang
dinyatakan dalam teori Galen dan Hippocrates. Demikian juga bantahannya
tentang empat unsur humoral teori Galen dan teori Yunani, yang menurut Razy
seharusnya ada unsur dan kualitas lain, yaitu ”oiliness” dan ”sulphurousness”.
Haly Abbas juga merupakan tokoh yang sangat monumental. Bukunya yang
terkenal adalah Kitab Kamil as-Sina’a at-Tibbiya, atau the Complete art of
Medicine. Buku ini dianggap lebih lengkap dari al-Hawi-nya Razy. Haly Abbas
pakar di bidang neurosience dan psikologi. Haly Abbas juga menemukan teknik
mengolah aspal menjadi minyak yang dapat digunakan mengobati penyakit dan
luka kulit.
Ibnu Sina
Dengan Canon of Medicine-nya adalah
tokoh transformatif terbesar dalam sejarah
obat dan pengobatan. Eksistensi temuan
mereka di bidang obat dan pengobatan
mempunyai pengaruh yang signifikan bagi
peradaban. Sejarah dan umat manusia
memaknai dan mendapatkan manfaat dari
kehadiran mereka, bahkan hingga saat ini.
Terjemahan tujuh prinsip dasar uji
klinik Ibnu Sina adalah sebagai berikut:
• Obat harus bebas dari unsur asing
• Obat harus diuji coba untuk satu penyakit, bukan untuk komplikasi
penyakit
• Obat harus diuji dalam dua kelompok pasien, sebab penyakit bisa
saja sembuh akibat khasiat obat yang diuji atau karena kebetulan
• Dosis obat yang diuji harus sesuai dengan keadaan penyakit
• Waktu aktifitas (time of action) obat yang diuji harus diteliti hati-hati
untuk meyakinkan hubungan antara senyawa obat dengan
khasiatnya di dalam tubuh
• Khasiat obat harus kelihatan terjadi secara konstan pada banyak
orang yang diuji. Jika tidak, bisa saja khasiat obat tersebut hanya
kebetulan
• Obat untuk manusia harus diuji pada manusia, sebab obat yang
efektif untuk singa atau kuda tidak selalu efektif untuk manusia
Terjemahan tujuh prinsip dasar uji
klinik Ibnu Sina adalah sebagai berikut:
• Obat harus bebas dari unsur asing
• Obat harus diuji coba untuk satu penyakit, bukan untuk komplikasi
penyakit
• Obat harus diuji dalam dua kelompok pasien, sebab penyakit bisa
saja sembuh akibat khasiat obat yang diuji atau karena kebetulan
• Dosis obat yang diuji harus sesuai dengan keadaan penyakit
• Waktu aktifitas (time of action) obat yang diuji harus diteliti hati-hati
untuk meyakinkan hubungan antara senyawa obat dengan
khasiatnya di dalam tubuh
• Khasiat obat harus kelihatan terjadi secara konstan pada banyak
orang yang diuji. Jika tidak, bisa saja khasiat obat tersebut hanya
kebetulan
• Obat untuk manusia harus diuji pada manusia, sebab obat yang
efektif untuk singa atau kuda tidak selalu efektif untuk manusia
KARAKTERISTIK PELAYANAN
KESEHATAN

• Uncertainty
• Asymmetries KnowledgeAsymmetries
InformationAsymmetries Communica-
tionAsymmetries Transaction
• Externalities
KARAKTERISTIK PELAYANAN
FARMASI
• Pharmacist: Optimizing Perceived Value
• Patient: End User, but Not Decision Maker
• Situation: Tidak Dalam Posisi Bebas
• Patient Motivation: Ekstrim. Bergerak dari
Kondisi Sakit untuk Sehat atau bahkan
antara ancaman Hidup dan Mati
• Kesenjangan Pengetahuan atas Obat dan
Penyakit
SEJARAH PELAYANAN FARMASI DAN
PENYESUAIAN PARADIGMA Pharmaceutical Care

Product Oriented Patient Oriented Service Oriented


Druggist Patient Patient
Compliance Satisfaction
Dispenser Pharm. Care Professional
Manager Approach
Economic Pharmacoecono Cost
Objective mic Objective Effectiveness
Limited Public Seven Stars Unlimited Public
Image Pharmacist Image
Technical Skill Technical & Comprehensive
Managerial Skill Skill & Ability
Interaksi Dokter-Pasien-Apoteker
Dalam Pelayanan Kefarmasian

Adequate Diagnosis Appropriate Dispensing

F
D A
O
K
PATIENT R
M
T A
E S
R Optimal: Treatment &
I
Pharmacoeconomic Outcome
S

Correct Prescribing Patient Compliance


KOLEKTIFITAS KESEJAWATAN PROFESI TENAGA
KESEHATAN DALAM OBAT DAN PENGOBATAN.
TERIMA KASIH
amir_hamzah_pane@yahoo.co.id
0816 1347 368

Anda mungkin juga menyukai