Tugas Kelompok 1 - D - Epidemiologi K3
Tugas Kelompok 1 - D - Epidemiologi K3
A. Latar Belakang
Selama ini epidemiologi berperan penting dalam upaya pengendalian berbagai
penyakit menular, baik di negara berkembang maupun negara maju. Selain itu,
epidemiologi telah berhasil mengubah opini dan persepsi masyarakat tentang kesehatan
masyarakat. Perang melawan penyakit menular telah membuahkan hasil, tetapi beberapa
penyakit menular masih ada. Di berbagai tempat, penyakit baru muncul bahkan muncul
atau penyakit menular lama yang sebelumnya tenang kini semakin sering muncul (re-
emerging diseases). Kecenderungan peningkatan kejadian penyakit tidak menular,
penyakit kronis, penyakit degeneratif, cedera, penyakit akibat kerja dan kecelakaan
akibat kerja, penyakit akibat pencemaran lingkungan, serta beberapa penyakit baru yang
terkait erat dengan mutasi genetik, yang menunjukkan semakin pentingnya kedudukan
epidemiologi di bidang kesehatan. Dalam epidemiologi disebut transisi epidemiologi.
Epidemiologi Lapangan merupakan program yang menekankan praktek di
lapangan dalam aplikasi metode epidemiologi untuk menyediakan informasi dan saran
epidemiologik bagi para pengambil keputusan di tingkat pusat maupun daerah dalam
rangka mengidentifikasi, membuat prioritas dan merencanakan program penanggulangan
masalah kesehatan masyarakat serta menilai keberhasilan program kesehatan yang ada.
Applied epidemiology is a discipline which identifies and investigates patterns of and
disease in the population served by the organization. The scope and time of any study
are determined by the need for action. The task is not complete until the results of a
study have been clearly communicated to those who need to know and an intervention is
in place to improve the health of the people.”
Investigasi lapangan epidemiologis harus mempertimbangkan kualitas ilmu yang
digunakan. Persepsi bahwa investigasi lapangan yang cepat dan kotor dapat dihilangkan
dengan menghasilkan data dan hasil berkualitas yang konsisten dengan kejadian aktual di
lapangan. Ahli epidemiologi sektor publik harus mendamaikan berbagai kepentingan dan
bersaing atau bertentangan dan mengembangkan desain penelitian yang paling optimal
secara ilmiah di bawah kondisi dan fakta ini.
Perkembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan masyarakat semakin pesat,
dipicu oleh kejadian luar biasa di bidang kesehatan yang terus berkembang, salah
satunya peran aplikasi epidemiologi dalam Kesehatan kerja, yang dalam hal ini berfokus
serta erta hubungannya dengan Kesehatan dan Keselamatan Kerja / K3. Kesehatan kerja
merupakan salah satu situasi individu dan atau kelompok dalam memenuhi tuntutan
kebutuhan kemanusiaan yang didukung degan adanya pekerjaan dalam segala unit/
bidang sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, hak/ passion serta kewajibannya.
Pelaksanaan upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di suatu instansi dan di
dunia kerja didasarkan pada tiga alasan penting, yaitu hak asasi manusia (HAM) untuk
perlindungan pekerja, kewajiban pengusaha yang diatur oleh peraturan perundang-
undangan dan alasan ekonomi. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah
satu upaya manajemen risiko di tempat kerja guna memperoleh tenaga kerja yang sehat,
aman, sejahtera, produktif dan berdaya saing, serta organisasi yang berkelanjutan,
melalui konsep manajemen risiko bahaya di tempat kerja.
Bahaya atau faktor risiko di tempat kerja dapat berupa (1) bahaya lingkungan,
termasuk faktor fisik, kimia, dan biologis; (2) risiko ergonomis, termasuk faktor postur,
beban, durasi dan frekuensi yang tidak nyaman; (3) risiko somatik, termasuk faktor-
faktor seperti antropometri, kondisi medis, kondisi fisik atau penyakit; (4) risiko
perilaku, termasuk merokok, makanan tinggi lemak dan rendah serat, gaya hidup tidak
aktif (kurang aktivitas fisik); dan (5) risiko organisasi kerja dan budaya kerja berupa
stresor kerja.
Bahaya dan risiko jika dibiarkan dapat menurunkan kapasitas kerja dan kondisi
kesehatan pekerja, karena menimbulkan penyakit, cacat kerja atau kecelakaan akibat
kecelakaan kerja Konsep dasar manajemen risiko adalah upaya pengendalian risiko yang
terjadi, pencapaian tujuan K3 berupa (1) antisipasi; (2) pengakuan bahaya; (3) penilaian
atau penilaian tingkat risiko dan (4) pemantauan atau intervensi untuk menghilangkan
atau mengurangi risiko ke tingkat yang dapat diterima. Analisis data diperlukan untuk
mengenali atau mengenali bahaya dan risiko K3.
Aplikasi dan peran Epidemiologi dalam Kesehatan Kerja, yang dalam hal ini
berfokus pada Keselamatan dan Kesehatan Kerja digunakan untuk membantu
manajemen sutau instansi hingga pengelola lapangan pekerjaan dalam mencapai tujuan,
visi-misi, produktivitas instansi dan kualitas SDM yang bekerja didalamnya, berdampak
pada mutu dan kepuasan pengelola, pekerja dan konsumen yang menerima jasa/ hasil
dari instansi tersebut. Otoritas terkait kegiatan K3 konsisten dengan kegiatan
epidemiologi, hal ini sejalan dengan kegiatan epidemiologi yaitu (1) melihat besar
masalah; (2) menilai hubungan sebab akibat; (3) membandingkan kondisi sebelum dan
sesudah intervensi; dan (4) melakukan evaluasi.
Aplikasi epidemiologi di dunia usaha dan dunia kerja berspektrum luas, bisa
dalam bentuk epidemiologi deskriptif yang sederhana sampai kepada epidemiologi
analitik yang kompleks. Lebih lanjut, praktisi K3 dapat bekerjasama dengan akademisi
melakukan studi epidemiologi analitik yang lebih kompleks, mencari faktor risiko yang
merupakan determinan penting terjadinya gangguan kesehatan atau kecelakaan kerja,
untuk digunakan sebagai masukan dalam perencanaan program K3. Dalam makalah ini,
disajikan beberapa contoh aplikasi epidemiologi deskriptif dan analitik di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja, di dunia usaha dan dunia kerja, baik formal maupun
informal.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini ialah Bagaimana pengaplikasian episimiologi
dalam aspek Kesehatan Kerja (Kesehatan dan Keselamatan Kerja/ K3)?
C. Tujuan
Untuk Mengetahui pengaplikasian episimiologi dalam aspek Kesehatan Kerja
(Kesehatan dan Keselamatan Kerja/ K3)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Epidemiologi
1. Pengertian Epidemiologi
“Epidemiologi” berasal dari dari kata Yunani epi= atas, demos= rakyat,
populasi manusia, dan logos = ilmu (sains), bicara. Secara etimologis epidemiologi
adalah ilmu yang mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan peristiwa yang
banyak terjadi pada rakyat, yakni penyakit dan kematian yang diakibatkannya yang
disebut epidemi. Tetapi gagasan dan praktik epidemiologi untuk mencegah epidemi
penyakit sudah dikemukakan oleh “Bapak Kedokteran” Hippocrates sekitar 2000
tahun yang lampau di Yunani. Dengan menggunakan Teori Miasma Hippocrates
menjelaskan bahwa penyakit terjadi karena “keracunan” oleh zat kotor yang berasal
dari tanah, udara, dan air. Karena itu upaya untuk mencegah epidemi penyakit
dilakukan dengan cara mengosongkan air kotor, membuat saluran air limbah, dan
melakukan upaya sanitasi (kebersihan).
Dalam epidemiologi terapan dikenal beberapa konsep penting: (1)
pencegahan; (2) pengendalian (kontrol); (3) eliminasi; (4) eradikasi; dan (5)
kepunahan. Peran Epidemiologi Kesehatan terkait pencegahan dalam arti luas
mencakup: (1) pencegahan premordial; (2) pencegahan primer; (3) pencegahan
sekunder; dan (4) pencegahan tersier. Pencegahan premordial mencegah terjadinya
faktor risiko atau kausa penyakit. Pencegahan primer mencegah paparan
(exposure)dengan faktor risiko atau kausa, infeksi, ataupun dimulainya proses
patogenik. Pencegahan sekunder mencegah penyakit klinis.
Pengendalian (control) merupakan upaya intervensi berkelanjutan (ongoing
operations) yang bertujuan menurunkan insidensi, durasi dan prevalensi penyakit,
risiko transmisi, efek infeksi (misalnya, efek psikososial infeksi HIV), serta dampak
sosial ekonomi yang diakibatkannya, di suatu wilayah geografis, sampai pada tingkat
yang dipandang tidak merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting (public
health importance) oleh pihak berwewenang dan masyarakat.
Eliminasi (elimination) penyakit merupakan upaya intervensi berkelanjutan
yang bertujuan menurunkan insidensi dan prevalensi suatu penyakit sampai pada
tingkat nol di suatu wilayah geografis. Eliminasi infeksi merupakan upaya intervensi
berkelanjutan yang bertujuan menurunkan insidensi infeksi yang disebabkan oleh
suatu agen spesifik sampai pada tingkat nol di suatu wilayah geografis. Eradikasi
(eradication, pemberantasan, pembasmian) merupakan upaya intervensi berkelanjutan
yang bertujuan menurunkan insidensi dan prevalensi penyakit sampai ke tingkat nol
secara permanen di seluruh dunia. Kebijakan di banyak negara, tujuan intervensi
kesehatan dalam jangka waktu tertentu adalah mengontrol penyakit, bukan eradikasi
penyakit. Eradikasi merupakan tujuan jangka panjang intervensi kesehatan untuk
waktu yang tidak terbatas.
Kepunahan (extinction) merupakan keadaan di mana tidak ada lagi agen
infeksi tertentu di alam maupun di laboratorium. Contoh: belum ada. Adapun Contoh
kasus Epidemi (outbreak) adalah keadaan di mana terjadi peningkatan jumlah kasus
melebihi ekspektasi normal pada suatu populasi di suatu waktu. Invetigasi epidemi
seperti yang dilakukan John Snow di London antara 1849 dan 1854 dilakukan untuk
mengetahui berbagai aspek masalah epidemi kolera dan mengendalikan masalah
tersebut. Snow menemukan, sumber outbreak kolera adalah pompa air minum
terkontaminasi yang terletak di Broad Street. Berdasarkan hasil investigasi Snow,
otoritas di London mengambil langkah-langkah pengendalian (control) yang tepat
untuk menghentikan outbreak, dan membuat kebijakan untuk mencegah terulangnya
masalah yang sama di masa mendatang. Pihak berwewenang menujup pompa air
untuk memutuskan transmisi penyakit dan outbreak kolera segera berhenti.
2. Tujuan Epidemiologi
a. Mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi.
Epidemiologi mempelajari kelompok mana (person), di mana (place), dan
kapan (time) dari populasi yang terkena penyakit. Epidemiologi mendeskripsikan
pola kolektif penyakit yang terbentuk oleh kumpulan kasus-kasus tersebut,
mendeteksi kecenderungan (trends) insidensi penyakit, merunut perubahan
karakter penyakit, mengidentifikasi kelompok berisiko tinggi, dan menaksir
besarnya beban penyakit. Pertama, pengetahuan tentang distribusi penyakit pada
populasi berguna untuk membuat perencanaan kesehatan dan evaluasi program
kesehatan. Kedua, hasil studi epidemiologi deskriptif berguna untuk merumuskan
hipotesis tentang hubungan paparan-penyakit, yang akan diuji lebih lanjut dengan
studi epidemiologi analitik (Hennekens dan Buring, 1987).
b. Mengetahui riwayat alamiah penyakit (natural history of disease).
Riwayat alamiah penyakit adalah deskripsi tentang perkembangan alami
(natural) penyakit yang terjadi sepanjang waktu pada individu. Riwayat alamiah
penyakit mencakup semua fenomena yang terkait penyakit, meliputi tahap rentan
(susceptible), tahap subklinis, tahap klinis, dan tahap kesembuhan/ kecacatan/
kematian. Pada tahap rentan individu belum terpapar oleh agen kausal (etiologi)
penyakit. Pada tahap rentan perlu dilakukan upaya pencegahan primer, yaitu
melakukan promosi kesehatan (pendidikan kesehatan, dan sebagainya) dan
proteksi spesifik (imunisasi, dan sebagainya). Tujuan pencegahan primer adalah
untuk mengurangi kejadian penyakit baru.
Pada tahap subklinis individu telah terpapar oleh agen kausa penyakit, terjadi
proses perubahan patologis di dalam tubuh, tetapi belum tampak gejala dan tanda
klinis. Pada tahap ini mula-mula terjadi proses induksi di mana agen kausal/
patogen yang masuk di dalam tubuh didorong untuk menyebabkan perubahan
patologis pada jaringan. Pada penyakit infeksi, waktu yang dibutuhkan sejak
paparan/ infeksi oleh agen kausal hingga dimulainya gejala dan tanda klinis
disebut masa inkubasi. Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengurangi
durasi dan tingkat keparahan penyakit Pada tahap penyakit klinis individu mulai
menunjukkan gejala dan tanda klinis hingga terjadinya akibat-akibat penyakit,
seperti kesembuhan, kecacatan, atau kematian.
c. Menentukan Determianan Penyakit
Epidemiologi analitik bertujuan untuk mengidentifikasi faktor fisik, biologis,
sosial, budaya dan perilaku yang dapat mempengaruhi timbulnya penyakit, yang
disebut determinan penyakit. Penentu penyakit meliputi faktor risiko dan etiologi
penyakit. pencegahan. Jika faktor etiologi (penyebab) penyakit diketahui dan cara
untuk mengurangi atau menghilangkan faktor tersebut diketahui, maka program
pencegahan dan pengendalian penyakit dan kematian akibat penyakit dapat
dilaksanakan. Contoh 1: Beberapa hasil riset epidemiologi akhir-akhir ini
menunjukkan, peningkatan konsentrasi C-reactive protein (CRP) dan homosistein
total plasma (Hcy) merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler. Hasil meta-
analisis menunjukkan, individu-individu yang terletak pada sepertiga atas
konsentrasi CRP plasma (>2.4 mg/L) memiliki risiko untuk mengalami penyakit
jantung koroner (PJK) dua kali lebih besar daripada individu-individu yang
terletak pada sepertiga bawah konsentrasi CRP plasma (<1.0 mg/L). Dua meta-
analisis baru-baru ini memeragakan, setiap peningkatan Hcy sebanyak 5µmol/L
meningkatkan risiko untuk PJK sebesar 20% (Gao et al., 2004). Dengan latar
belakang tersebut, sebuah studi potong-lintang (cross-sectional) dilakukan untuk
meneliti hubungan antara asupan buah dan sayur dengan CRP plasma dan
konsentrasi Hcy (Gao et al., 2004).
d. Memprediksi kejadian penyakit pada populasi
Pengetahuan tentang risiko penyakit atau prognosis akibat penyakit pada
populasi dalam suatu periode waktu dapat digunakan untuk memprediksi jumlah
dan distribusi penyakit atau kematian pada populasi maupun memprediksi risiko
terjadinya penyakit atau kematian pada individu (epidemiologi klinik) dalam suatu
periode waktu di masa mendatang. Sebagai contoh, salah satu hasil riset
monumental The Framingham Study di AS yang dimulai sejak 1950 adalah
terciptanya suatu skor risiko yang mencakup faktor risiko utama, meliputi umur,
tekanan darah, merokok sigaret, kolesterol total, kolesterol HDL (High Density
Lipoprotein), dan diabetes melitus, yang bisa digunakan untuk memprediksi risiko
PJK. Sebuah faktor risiko terbaru yang akhir-akhir ini diteliti perannya dalam
memprediksi PJK adalah poliformisme genetik. Kemajuan teknologi genomik
(informasi genetik) memungkinkan dilakukan penjenisan gen (genotype) dan
penilaian aneka poliformisme nukleotida tunggal (single nucleotide
polymorphisms/ SNP) pada genome manusia untuk mengidentifikasi gen-gen yang
rentan terhadap PJK.
3. Epidemiologi dan informasi tentang metode epidemiologi mempunyai banyak
kegunaan. Kegunaan-kegunaan tersebut antara lain :
a. Assessment Kesehatan Masyarakat atau Populasi
Stakeholder, pemerintah daerah maupun pusat yang bertanggung jawab
terhadap perkembangan, penerapan, dan evaluasi menggunakan informasi
epidemiologis sebagai kerangka nyata dalam pengambilan keputusan. Untuk
melaksanakan assessment (pengukuran) kesehatan masyarakat atau populasi,
datadata terkait harus diidentifikasi dan dianalisis menurut waktu, tempat dan
personal.
1) Keputusan Individu
Beberapa orang mungkin tidak menyadari bahwa mereka telah
menggunakan informasi epidemiologi dalam keputusan harian mereka. Ketika
seseorang berhenti untuk merokok, atau menggunakan kondom, mereka
mungkin dipengaruhi baik sadar atau secara tidak sadar oleh perkiraan
epidemiologi tentang risiko kesehatan.
A. Kesimpulan
Dalam epidemiologi, masalah kesehatan di masyarakat perlu diketahui dengan
maksud untuk mengetahui proses terjadinya masalah kesehatan dan untuk berupaya
mencegah beraksinya faktor penyebab tersebut. Untuk menanggulangi masalah tersebut
diperlukan penerapan konsep epidemiologi yang tepat dilapangan. Ada 5 (lima) hal untuk
menjelaskan konsep epidemiologi di lapangan sehingga berfungsi dengan cepat dan tepat
yaitu: Surveilens Kesehatan Masyarakat, Penyelidikan (termasuk analisis) dan konsultasi,
Perkembangan Kebijakan, Pelatihan dan Jaringan.
Epidemiologi K3 adalah penerapan/ ilmu epidemiologi dalam kesehatan kerja agar
tenaga kerja dapat bekerja secara aman, nyaman, sehat dan produktif serta berusaha
terhindar dari risiko bahaya di tempat kerja. Epidemiologi dapat digunakan sebagai alat
ilmiah yang sederhana dan mampu-laksana dalam menilai besar masalah, menentukan
faktor risiko yang dominan terjadinya kecelakaan kerja dan/atau gangguan kesehatan
pekerja, untuk menetapkan tindakan perbaikan di dunia usaha dan dunia kerja.
B. Saran
Dalam rangka meningkatkan mutu upaya keselamatan dan kesehatan kerja, saran
praktis yang dapat diberikan adalah seperti berikut :
1. Perlunya kerjasama lintas sektor dalam pelaksaanaan penyelidikan epidemiogi di
lapangan.
2. Praktisi K3 diberikan pelatihan agar kompeten dalam menggunakan epidemiologi
untuk menyelesaikan masalah K3 di lapangan : Penerapan metode epidemiologi yang
tepat sesuai dengan kebutuhan dan tujuan penyelidikan, mengutamakan Evidence
Based dan masyarakat bukan kepentingan individu atau golongan.
3. Perlunya respon yang cepat dan tepat apabila terjadi Kejadian Luar Biasa di lapangan
dengan metode penyelidikan yang sesuai dan tepat : Meningkatan kuantitas dan
kualitas pengumpulan data dan meningkatan pemanfaatan data.
4. Meningkatkan keterkaitan dan kesepadanan (link and match) antara perguruan tinggi
dengan dunia usaha/kerja atau antara akademisi dan praktisi.
DAFTAR PUSTAKA
Azrul Aswar. Pengantar Epidemiologi. Jakarta. Binarupa Akasara. 1999Noor Nasri Noor.
Dasar Epidemiologi. Edisi Revisi. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta. 2008.
Bhisma Murti. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta. Gadjah Mada University
Press. 2003.
Michael B. Gregg. Field Epidemiology. second edition. Oxford University Press. 2002
Murti Bisma. (2012). Pengantar Epidemiologi. Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kedokteran. Naskah Terpublikasi dan diakses melalui
https://id.scribd.com/mobile/doc pada tanggal 27 Oktober 2021
PP RI. (2003). Peraturan Menteri Tenaga kerja No. Per 05/Men/2003. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Depnaker RI, Dirjen Pembinaan
hubungan Industrial dan pengawasan Ketenagakerjaan; 2003. Jakarta
PP RI. (2012). PP Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3. 21(3), 1–27.
https://doi.org/10.1039/c2sm26940f. Jakarta