Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI JAMUR

ACARA PRAKTIKUM KE :-IV


ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAN FITOPATOGEN

Nama : Elbibiya Izzul Penidda


NIM : 24020119140109
Kelompok :3
Hari, tanggal : Rabu, 17 Maret 2021
Asisten : Tubagus Roychan Fachira

LABORATORIUM BIOTEKNOLOGI
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2021
ACARA IV

ISOLASI JAMUR ENDOFIT DAN FITOPATOGEN

I. Kompetensi Dasar
Mahasiswa mengerti cara isolasi jamur endofit dan fitopatogen dari berbagai
jaringan tanaman
II. Tinjauan Pustaka
II.1 Teknik Isolasi Kapang
Keanekaragaman hayati mikoflora kapang tidak lepas dari cara
mengisolasi kapang dari substrat alaminya. Karena tiap jenis kapang
memiliki relung habitat, sifat-sifat, ciri dan karakter yang berbeda, maka
kapang membutuhkan cara dan metode pengisolasian yang berbeda pula.
Secara umum isolasi kapang dari habitat alaminya dapat dilakukan
melalui dua pendekatan, yaitu metode isolasi langsung dan tidak
langsung. Kapang yang berhasil diisolasi dari substrat alaminya lebih
lanjut membutuhkan serangkaian penanganan, pemeliharaan, dan
penyimpanan untuk ditelaah lebih lanjut aktifitas maupun potensinya
(Ilyas, 2010). Isolasi kapang dapat dilakukan dengan melihat karakteristik
morfologi makroskopis-mikroskopis seperti warna, permukaan koloni,
warna sebaliknya, koloni, tekstur, bentuk konida dan diameter
pertumbuhan koloni. Ciri tersebut hanya mampu mengidentifikasi kapang
sampai ketingkat genus (Scosh, 2012).
II.2 Jamur Endofit
Jamur endofit dapat dikategorikan sebagai salah indikator ekologi.
Mikroorganisme endofit merupakan asosiasi antara mikroorganisme
dengan jaringan tanaman. Mikroorganisme ini mempunyai hubungan
simbiosis mutualisme, yaitu sebuah bentuk hubungan yang saling
menguntungkan (Ariyono, 2014). Kapang endofit selama siklus hidupnya
tumbuh membentuk koloni pada jaringan dalam tanaman inangnya tanpa
menyebabkan bahaya yang nyata atau infeksi simtomatik pada tanaman
inang. Sekitar 300.000 jenis tanaman yang tersebar di permukaan bumi,
masing-masing tanaman mengandung satu atau lebih kapang endofit.
Kapang endofit dapat menjadi metabolit sekunder baru yang berpotensi
untuk dikembangkan dibidang farmasi, medis, pertanian, dan industry.
Hubungan symbiosis mutualisme ditandai dengan hubungan yang saling
menguntungkan antara mikroba endofit dengan tanamannya diuraikan
sebagai keseimbangan dibawah kondisi lingkungan, fisiologis, dan
genetiknya (Munawaroh, 2017).
II.3 Jamur Fitopatogen
Jamur fitopatogen merupakan jamur yang menggangu pada
tanaman terutama bagi petani. Kondisi tersebut disebabkkan oleh
keberadaan jamur yang sangat banyak di permukaan bumi. Dari
keseluruhan kelompok organisme patogen tanaman, jamur merupakan
kelompok patogen yang paling banyak jumlahnya. Infeksi jamur pada
buah akan menyebabkan kebusukan buah. Jika menyerang bagian ranting
dan permukaaan daun, maka akan menimbulkan bercak-bercak
kecoklatan yang dapat meluas dan menyebabkan ranting dan daun
mengering lalu mati (Syafriani, 2016). Beberapa jamur fitopatogen yang
sangat sering menyerang tanaman dan sangat merugikan petani
diantaranya jamur Colletotrichum gloeosporioides, Fusarium oxysporum,
dan Sclerotium rolfsii (Herlina, 2019).
II.4 Potensi Jamur Endofit
Jamur endofit dapat menghasilkan metabolit sekunder yang dapat
berfungsi sebagai zat antimikroba, antioksidan, senyawa sitotoksik,
hormone pertumbuhan dan enzim hidrolitik (Pal, 2013). Banyak
penelitian yang sudah berhasil mengkstraksi, mengisolasi dan
mempelajari senyawa bioaktif yang dihasilakan endofit senyawa tersebut
seperti alkaloid, steroid, terpenoid, peptida, poliketon, flavonoid, quinon,
tetralone, benzopiren, chonones, xanthones, dan fenol (Tikde, 2017).
Kapang endofit dapat memproduksi senyawa bioaktif, baik yang sama
dengan inangnya maupun tidak sama akan tetapi memiliki aktivitas
biology yang serupa. Hal ini tejadi kemungkinan karena adanya transfer
genetic antara tanaman inang dengan kapang endofita, sehingga zat-zat
yang bermanfaat di tanaman inang juga dapat dihasilkan oleh kapang
endofitnya. Senyawa bioaktif dapat berfungsi meningkatkan ketahanan
tanaman inangnya dari serangan pathogen (Munawaroh, 2017). Salah satu
bahan alam yang banyak dilaporkan memiliki aktivitas antioksidan tinggi
ialah senyawa golongan polifenolik yang dapat ditemukan sebagai
senyawa metabolit sekunder dari kapang endofit. Beberapa kapang
endofit juga dilaporkan menghasilkan antioksidan, diantaranya yaitu
Fusarium, Phaeoacremonium, Acremonium, Phomopsis, Paecilomyces,
dan Cladosporium yang diisolasi dari batang dan daun tanaman turi
(Sesbania grandiflora) (Septiana, 2017).
III. Metode Penelitian
III.1 Alat dan bahan
III.1.1 Alat
1. Gawai
2. Alat tulis
3. Buku penuntun praktikum
III.1.2 Bahan
1. PPT
2. Sampel bagian tumbuhan sehat
3. Sampel bagian tumbuhan sakit
4. Media PDA yang diberi antibiotic
5. Alkohol 70%
6. Akuades steril
7. Natrium Hipoklorit 1%
III.2 Cara kerja
III.2.1 Cara kerja daring
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Membuka Gawai
3. Mendengarkan penjelasan dosen dan asisten laboratorium
melalui ms team.
4. Materi dan hal-hal penting dicatat di kertas kosong.
5. Membuat laporan resmi.
III.2.2 Isolasi Jamur Endofit
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Sampel daun dicuci dengan air mengalir hingga bersih
3. Permukaan daun dilakukan sterilisasi dengan alkohol 70%,
kemudian di rendem menggunakan natrium hipoklorit 1%
dengan dibilas aquades selama 2 kali
4. Daun dikeringkan di atas kertas saring steril
5. Dilakukan pemotongan terhadap bagian tumbuhan yang sudah
di keringkan dan diletakan di media PDA
III.2.3 Isolasi Jamur fitopatogen
1. Alat dan bahan disiapkan
2. Bagian tumbuhan yang sakit diambil dan dilakukan
pemotongan kecil-kecil
3. Dilakukan steriliasi yang mempunyai penyakit dengan
merendam alkohol 70% dan natrium hipoklorit 1% dan
alkohol 70% sekali lagi.
4. Potongan dikeringkan diatas kertas steril
5. Potongan diletakan di permukaan PDA dan dilakukan inkubasi
IV. Hasil Pengamatan
IV.1 Jamur Endofit

No. Spesies Makroskopis Mikroskopis Keterangan


1 Aspergillus Diperoleh
sp. dari daun
Toona
sinensis asal
Taman
Huatan.
(Hafsari, 2013) (Hafsari, 2013)
2 Mucor sp. Diperoleh
dari daun
Toona
sinensis asal
Taman
Huatan.

(Hafsari, 2013) (Hafsari, 2013)


3 Humicolla Diperoleh
sp. dari daun
Toona
sinensis asal
Taman
Huatan.

(Hafsari, 2013) (Hafsari, 2013)


IV.2 Jamur Fitopatogen

N Spesies Makroskopis Mikroskopis Keterang


o. an
1 Colletotric Tempat
hum sp. isolasi
pada
batang
(Faidah dkk, 2017)
(Faidah dkk, tanaman
2017) buah
naga
penyebab
penyakit
Antrakno
sa.
2 Alternaria Tempat
sp. isolasi
pada
buah
(Faidah dkk, tanaman
(Faidah dkk, 2017) 2017) buah
naga
penyebab
pembusu
kan buah
naga.
Fusarium Tempat
sp. isolasi
pada
(Faidah dkk, 2017) batang
(Faidah dkk,
tanaman
2017)
buah
naga
penyebab
penyakit
layu
fusarium.

V. Pembahasan
Praktikum Biologi Jamur Acara IV yang berjudul “Isolasi jamur endofit
dan fitopatogen” dengan tujuan mahasiswa mengerti cara isolasi jamur
endofit dan fitopatogen dari berbagai jaringan tanaman. Praktikum
dilaksanakan pada hari Rabu, 17 Maret 2021 pada pukul 13.00Wib-selesai.
Praktikum dilaksanakan secara online. Alat dan bahan yang digunakan dalam
praktikum yaitu alat tulis, buku panduan praktikum, Gawai, PPT, sampel
bagian tumbuhan sehat. sampel bagian tumbuhan sakit, media PDA yang
diberi antibiotic, alkohol 70%, akuades steril, natrium hipoklorit 1%. Cara
kerja daring yaitu alat dan bahan disiapkan, membuka gawai, mendengarkan
penjelasan dosen dan asisten laboratorium melalui ms team, materi dan hal-
hal penting dicatat di kertas kosong, membuat laporan resmi. Cara kerja
isolasi Jamur Endofit yaitu alat dan bahan disiapkan, sampel daun dicuci
dengan air mengalir hingga bersih, permukaan daun dilakukan sterilisasi
dengan alkohol 70%, kemudian di rendem menggunakan natrium hipoklorit
1% dengan dibilas aquades selama 2 kali, daun dikeringkan di atas kertas
saring steril, dilakukan pemotongan terhadap bagian tumbuhan yang sudah di
keringkan dan diletakan di media PDA. Cara kerja isolasi jamur fitopatogen
yaitu alat dan bahan disiapkan, bagian tumbuhan yang sakit diambil dan
dilakukan pemotongan kecil-kecil, dilakukan steriliasi yang mempunyai
penyakit dengan merendam alkohol 70% dan natrium hipoklorit 1% dan
alkohol 70% sekali lagi, potongan dikeringkan diatas kertas steril, potongan
diletakan di permukaan PDA dan dilakukan inkubasi.
V.1Jamur Endofit
Jamur endofit merupakan mikroba yang tumbuh pada jaringan
tumbuhan dan mempunyai hubungan symbiosis mutualisme . Hal ini
disampaikan Ariyono (2014) bahwa Jamur endofit dapat dikategorikan
sebagai salah indikator ekologi. Mikroorganisme endofit merupakan
asosiasi antara mikroorganisme dengan jaringan tanaman.
Mikroorganisme ini mempunyai hubungan simbiosis mutualisme, yaitu
sebuah bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Prahesti (2018) bahwa jamur endofit adalah organisme
yang hidup didalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan gejala penyakit
terhadap inangnya.
Cara mengisolasi jamur endofit yaitu dengan mengambil bagian
tanaman yang akan di isoalasi, kemudian bagian tanaman dicuci, bagian
tanaman yang sudah di cuci kemudian dilakukan steriliasi menggunalan
alcohol, selanjutnya dimasukan pada medium isolasi, dan diinkubasi
selama kurun waktu tertentu, isolate yang sudah di inkubasi kemudian di
saring dan di pindahkan kemedia baru untuk isolate murni. Hal ini
disampiakn Shah (2019) bahwa untuk mengisolasi jamur endofit, dua
potong bagian akar panjang 2 cm ditempatkan di media Potato Dextrose
Agar (PDA) ditambah 50 μg mL−1 chloramphenicol, dan diinkubasi pada
25°C selama tujuh hari. Sebanyak enam cawan disiapkan. Pertumbuhan
berbagai jamur diamati, dan disaring sesuai dengan pola koloni mereka,
dan sub-kultur di media PDA yang baru disiapkan. Kultur murni yang
dihasilkan dipertahankan untuk identifikasi pada 4°C. Pendapat tersebut
didukung oleh Akmalsari (2013) bahwa Bagian daun, akar dan batang
manggis kemudian dicuci dengan air mengalir selama 5 menit. Setelah
pencucian dilakukan sterilisasi permukaan dengan memasukkannya
kedalam larutan alkohol 70% selama 1 menit, NaOCl selama 5 menit,
dimasukkan alkohol 70 % selama 30 detik, dibilas dengan akuades steril 5
detik dengan tiga kali ulangan kemudian dikeringkan dengan tissue steril
± 1 menit. Bagian permukaan akar, batang dan daun disayat, bagian
dalam permukaan daun, batang dan akar diletakkan pada medium isolasi
jamur endofit. Kontrol bagian yang hanya disterilisasi permukaan,
diinkubasi selama (2-14) x 24 jam, jamur endofit yang tumbuh
dimurnikan pada medium PDA. Media PDA digunakan dalam isolasi
enofit karena media tersebut berfungsi untuk menumbuhkan jamur dan
mempunyai nutrisi. Hal ini disampaikan Sulistiyono (2019) bahwa
medium yang digunakan untuk isolasi jamur endofit dari beberapa umbi
talas adalah medium PDA. Pendapat tersebut didukung oleh Cappucino
(2014) bahwa Potato Dextore Agar (PDA) merupakan media umum yang
digunakan pada pertumbuhan jamur di laboratoroim. PDA sendiri sangat
sering digunakan dalam media kultur karena formulasinya sederhana dan
media terbaik dalam mendukung pertumbuhan berbagai jamur.
Pemasukan atau perendaman alcohol bertujuan untuk proses sterilisasi.
Hal ini disampaikan Akmalsari (2013) bahwa Setelah pencucian
dilakukan sterilisasi permukaan dengan memasukkannya kedalam larutan
alkohol 70% selama 1 menit, NaOCl selama 5 menit, dimasukkan alkohol
70 % selama 30 detik, dibilas dengan akuades steril 5 detik dengan tiga
kali ulangan kemudian dikeringkan dengan tissue steril ± 1 menit.
Inkubasi isolate bertujuan untuk menumbuhkan jamur pada kondisi yang
sesuai. Hal ini disampaikan Pujiati (2014) bahwa waktu inkubasi dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi enzim selulase pada kapang.
Isolasi jamur endofit bertujuan untuk menrangsang tanaman untuk
menghasilkan metabolit sekunder. Hal ini disampikan Murdiyah (2017)
bahwa terdapat korelasi antara keberadaan fungi endofit dengan
kemampuan tanaman inang dalam memproduksi metabolit sekunder.
Selain itu mengisolasi jamur endofit juga mengetahui manfaat dan
potensinya. Hal ini disampaikan Hafsari (2013) bahwa berbagai jenis
tanaman terutama tanaman obat, dapat digunakan sebagai sumber isolat
jamur endofit. Seperti halnya hasil penelitiannya mengisolasi jamur
endofit dari daun dan rimpang (Zingiber ottensii Val) yang merupakan
salah satu tanaman obat yang banyak tumbuh di Indonesia. Menghasilkan
10 isolat jamur endofit yang memiliki potensi sebagai antimikroba
terhadap Escherichia coli dan Staphylococcus.
Fungsi jamur endofit pada tanaman yaitu sebagai penyubur tanaman.
Hal ini disampaikan Kandou (2018) bahwa jamur-jamur tersebut memiliki
asosiasi simbiotik dengan tumbuhan hutan dan berperan penting dalam
menjaga kelangsungan daur materi dan tingkat kesuburan alami tanah
hutan. Selain itu, jamur endofit dapat mengurangi risiko penyerangan
pathogen pada tanaman. Pendapat tersebut didukung Hafsari (2013)
bahwa Jamur endofit yang berhasil diisolasi dari tanaman inangnya dapat
menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang sama dengan yang
dihasilkan oleh tanaman aslinya, cara jamur endofit untuk beradaptasi
yaitu mengadopsi beberapa informasi genetika (DNA) dari tumbuhan
inang, seperti jamur endofit yang berhasil diisolasi dari tumbuhan Taxus
yang memiliki kemampuan untuk memproduksi Taxol.
Faktor yang mempengaruhi jamur endofit sendiri yaitu lingkungan,
jenis tanaman, dan curah hujan. Hal ini disampaikan Soepialena (2019)
bahwa keanekaragaman jamur dipengaruhi oleh lokasi pengambilan
sampel tanaman, varietas tanaman hingga budidaya dan curah hujan. Jika
kondisi lingkungan mendukung maka akan mempengaruhi
keanekaragaman jamur endofit pada inang. Pendapat tersebut didukung
oleh Nurzannah (2014) bahwa faktor internal yang menyangkut
perkembangan mikroorganimse antagonis yaitu keanekaragaman jamur
dipengaruhi oleh lokasi pengambilan sampel tanaman, varietas tanaman
hingga budidaya dan curah hujan. Jika kondisi lingkungan mendukung
maka akan mempengaruhi keanekaragaman jamur endofit pada inang.
Contoh jamur endofit yaitu Fusarium sp., Aspergillus sp., yang bias
ditemukana di tanaman padi. Ada juga Fusarium oxysporum yang
terdapat pada tanaman cabe, Humicolla, Mucor, Aspergillus bisa di
dapatkan Hyoscyamus miticus L. Hal ini disampaikan Hafsari (2013)
bahwa isolasi dari Hyoscyamus muticus L. didapat genus Humicolla,
Mucor, Aspergillus yang diisolasi dari bagian akar. Pendapat tersebut
diperkuat oleh Nurzannah (2014) bahwa Fusarium oxysporum diperoleh
dari tanaman cabai. Menurut Sopialena (2019) bahwa Kelompok jamur
yang ditemukan pada tanaman inang dan berperan sebagai agen
pengendali hayati antara lain Fusarium solani, Acremonium zeae,
Verticillium sp, Ampelomyces sp, Neothypodium lolii.
V.2Jamur Fitopatogen
Jamur fitopategen merupakan kebalikan dari jamur endofit jamur
fitopatogen sendiri menyebabkan penyakit pada tanaman. Hal ini
disampaikan Syafriani (2019) bahwa jamur fitopatogen merupakan salah
satu mikroorganisme pengganggu tanaman yang sangat merugikan petani.
Pendapat tersebut didukung oleh Sulastri (2016) bahwa jamur fitopatogen
merupakan kendala utama dalam budidaya tanaman.
Isolasi jamur fitopatogen sendiri yaitu dengan memilih bagian dari
tanaman yang terkena penyakit, sampel yang sudah diambil kemudian
dilakukan sterilisasi menggunakan alkohol, dan dikeringkan. Sampel yang
sudah disterilikan kemudian dilakukan penghancuran dan dimasukan
kedalam tabung reaksi, yang kemudian akan dilakukan pengenceran
bertingkat, kemudian dituang ke cawan petri yang sudah berisi Potato
Dextorse Agar (PDA), dan dilakukan inkubasi. Hal ini disampaikan
Lestari (2019) bahwa isolasi jamur dilakukan dengan cara pengambilan
sampel, yang digunakan yaitu bagian tanaman batang, daun dan akar yang
terserang penyakit jamur, sampel dipotong ± 1 cm, kemudian sampel
disterilkan dengan cara mencuci menggunakan aquades, kemudian
direndam mengggunakan alkohol 70% selama ± 30 detik, dan dibilas
menggunakan aquades selama ± 5 detik. Potongan sampel dikeringkan
diatas alas yang steril, kemudian sampel yang kering dihancurkan dengan
ditumbuk, sampel dimasukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 1 gram
dengan pengenceran 10-1 .pengenceran 10-1, 10-2 , 10-3 ditanam pada media
PDA. Cawan petri yang berisi PDA disimpan didalam inkubator selama
48 jam dengan suhu 37˚C. Proses sterilisasi bertujuan untuk
meminimalisir adanya kontaminan. Hal ini disampaikan Mapikasari
(2014) bahwa proses isolasi mikroorganisme dilakukan dengan teknik
aseptis untuk meminimalkan terisolasinya mikroorganisme non target atau
kontaminan. Media Potato Dextorse Agar (PDA) digunakan untuk
melakukan isolasi dan menumbuhkan jamur. Hal ini disampaikan
Sulistiyono (2019) bahwa medium yang digunakan untuk isolasi jamur
endofit dari beberapa umbi talas adalah medium PDA. pendapat tersebut
didukung oleh Cappucino (2014) bahwa Potato Dextore Agar (PDA)
merupakan media umum yang digunakan pada pertumbuhan jamur di
laboratoroim. PDA sendiri sangat sering digunakan dalam media kultur
karena formulasinya sederhana dan media terbaik dalam mendukung
pertumbuhan berbagai jamur. Pemasukan atau perendaman alcohol
bertujuan untuk proses sterilisasi. Hal ini disampaikan Akmalsari (2013)
bahwa Setelah pencucian dilakukan sterilisasi permukaan dengan
memasukkannya kedalam larutan alkohol 70% selama 1 menit, NaOCl
selama 5 menit, dimasukkan alkohol 70 % selama 30 detik, dibilas dengan
akuades steril 5 detik dengan tiga kali ulangan kemudian dikeringkan
dengan tissue steril ± 1 menit. Inkubasi isolate bertujuan untuk
menumbuhkan jamur pada kondisi yang sesuai. Hal ini disampaikan
Pujiati (2014) bahwa waktu inkubasi dapat mempengaruhi pertumbuhan
dan produksi enzim selulase pada kaapang.
Isolasi jamur fitopatogen berfungsi untuk mengetahui penyakit yang
menyerang pada tanaman. Hal ini disampaikan Hartatik (2020) bahwa
isolasi bertujuan untuk mengetahui jenis jamur yang menyebabkan
penyakit bercak daun pada tanaman sawi hijau dan mengetahui
besarnya persentase penyakit bercak daun yang di sebabkan oleh
jamur pada tanaman sawi hijau.
Tanaman yang terkena jamur fitopatogen biasanya bias dilihat dari
kerusakan yang terjadi pada daun, batang, dan buah. Hal ini disampaikan
ulistiyono (2020) bahwa gejala yang tampak pada penyakit busuk umbi
talas yang diamati adanya lubang dan busuk berwarna kuning kecoklatan,
lendir, dan miselium jamur pathogen yang tumbuh dipermukaan umbi
talas.
Adanya jamur pathogen bisa disebabkan oleh kondisi lingkungan
terutama cuaca dan iklim. Hal ini disampaikan Hartatik (2020) bahwa
serangan jamur patogen dalam aktivitasnya sangat dipengaruhi oleh
cuaca. Kasus serangan berat sering terjadi pada musim hujan. Pendapat
tersebut didukung oleh Purwanto (2016) bahwa hembusan angin sangat
menguntungkan bagi jamur patogen, seperti jamur yang menghasilkan
spora dimana letak sporanya di permukaan daun atau agak menonjol di
permukaan tanaman. Adanya hembusan angin akan menerbangkan spora-
spora tersebut menuju tanaman inang baru sesuai dengan arah angin.
Namun demikian hembusan angin yang terlalu kencang juga diketahui
dapat mempercepat keringnya permukaan tanaman, sehingga bila ada
patogen yang sedang dalam proses infeksi dapat menggagalkan proses
tersebut
Contoh jamur fitopatogen yaitu jamur Peronosclerospora yang
menyebabkan penyakit bulai pada tanaman jagung dan Gloseporium sp.
di buah jambu. Hal ini disampaikan Purwanto (2016) bahwa Penyakit
bulai menyerang tanaman pada usia muda jamur Peronosclerospora
maydis berhenti pada usia tanaman 40 HST. Penyakit dapat dikenali
dengan terbentuknya struktur jamur menyerupai tepung pada permukaan
daun. Faridah (2011) bahwa penyebab penyakit antraknosa yaitu
cendawan Gloeosporium sp. dan Colletotrichum sp.
VI. Kesimpulan
Hasil praktikum Acara IV yang berjudul “Isolasi Jamur Endofit Dan
Fitopatogen” dapat disimpulakan bahwa isolasi jamur endofit sampel daun
dicuci dengan air mengalir hingga bersih, permukaan daun dilakukan
sterilisasi dengan alkohol 70%, kemudian di rendem menggunakan natrium
hipoklorit 1% dengan dibilas aquades selama 2 kali, daun dikeringkan di atas
kertas saring steril, dilakukan pemotongan terhadap bagian tumbuhan yang
sudah di keringkan dan diletakan di media PDA. Cara isolasi jamur
fitopatogen yaitu alat dan bahan disiapkan, bagian tumbuhan yang sakit
diambil dan dilakukan pemotongan kecil-kecil, dilakukan steriliasi yang
mempunyai penyakit dengan merendam alkohol 70% dan natrium hipoklorit
1% dan alkohol 70% sekali lagi, potongan dikeringkan diatas kertas steril,
potongan diletakan di permukaan PDA dan dilakukan inkubasi.
DAFTAR PUSTAKA

Akmalasari, I., Purwati, E. S., & Dewi, R. S. 2013. Isolasi dan identifikasi jamur
endofit tanaman manggis (Garcinia mangostana L.). Majalah Ilmiah
Biologi BIOSFERA: A Scientific Journal, 30(2), 82-89.

Ariyono, R. Q., Djauhari, S., & Sulistyowati, L. 2014. Keanekaragaman jamur


endofit daun kangkung darat (Ipomoea reptans Poir.) pada lahan pertanian
organik dan konvensional. Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan, 2(1),
pp-19.

Cappuccino, James G. dan Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Biologi.


Jakarta: EGC.

Chandra, S., Suharjo, R., Prasetyo, J., & Efri, E. 2020. Inventarisasi Jamur
Patogen Tanaman Buah Naga (Hylocereus Undatus) Di Pt. Nusantara
Tropical Farm (Ntf) Lampung Timur. Jurnal Agrotek Tropika, 8(3), 563-
573.

Faidah, Fikriatul, F. Puspita. M. Ali. 2017. Identifikasi Penyakit yang Disebabkan


Oleh Jamur dan Intensitas Serangannya pada Tanaman Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) di Kabupaten Siak Sri Indrapura. JOM Faperta
UR, 4(1): 1-14.
Faridah, Didah. 2011. Hama dan Penyakit Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava
L.) Di Kecamatan Rancabungur dan Kampus IPB Darmaga Bogor.
[Skripsi]. Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian IPB.

Hafsari, Anggita Rahmi & I. Asterina. 2013. Isolasi dan Identifikasi Kapang
Endofit Dari Tanaman Obat Surian (Toona sinensis). Jurnal Istek, 7(2):
175-191.
Herliana, L. 2019. Pengaruh Durasi Kultur Bakteri Serratia plymuthica Strain
UBCF_13/-R_36 Terhadap Aktivitas Antagonis Berbagai Spesies Jamur
Fitopatogen (Doctoral dissertation, Universitas Andalas).

Hermana, I., Kusmarwati, A., & Yennie, Y. 2018. Isolasi dan Identifikasi Kapang
dari Ikan Pindang. JPB Kelautan dan Perikanan, 13(1), 81-92.
Ilyas, M. 2010. Isolasi dan Identifikasi Kapang Saprofitik pada Sampel Tanah di
Sekitar Kawasan Gunung Gamalama, Ternate. Majalah Ilmiah Biologi
BIOSFERA: A Scientific Journal, 27(3), 140-146.

Kandou, F. E., & Singkoh, M. F. 2018. Isolasi dan Identifikasi Jamur Endofit
Pada Tumbuhan Paku Asplenium nidus. Jurnal MIPA, 7(2), 24-28.

Lestari, N. W. S., Kiswardianta, R. B., & Pujiati, P. 2019. Penyusunan Modul


Mikrobiologi Melalui Riset Isolasi Jamur Patogen Pada Tanaman
Cengkeh. In Prosiding Seminar Nasional Simbiosis (Vol. 4).

Munawaroh, Z. 2017. Uji aktivitas antibakteri ekstrak kapang endofit dari lumut


hati marchantia emarginata Reinw., Blume & Nees (Bachelor's thesis, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan,
2017).

Nurzannah, S. E., Lisnawita, L., & Bakti, D. 2014.Potensi jamur endofit asal cabai
sebagai agens hayati untuk mengendalikan layu fusarium (Fusarium
oxysporum) pada cabai dan interaksinya. Jurnal Agroekoteknologi
Universitas Sumatera Utara, 2(3), 100407.

Purwanto, D. S., Nirwanto, H., & Wiyatiningsih, S. 2017. Model epidemi


penyakit tanaman: hubungan faktor lingkungan terhadap laju infeksi dan
pola sebaran penyakit bulai (Peronosclerospora maydis) pada tanaman
jagung di Kabupaten Jombang. Berkala Ilmiah Agroteknologi-
PLUMULA, 5(2).

Schoch, C. L., Seifert, K. A., Huhndrof, S., Robert, V., Spouge, J. L., Levesque,
C. A., Chen, W., & Fungal Barcoding Consortium. 2012. Nuclear
Ribosomal Internal Transcribed Spacer (ITS) Region as a Universal DNA
Barcode Marker for Fungi. Journal PNAS, 109(16), 6421-6246.

Sopialena, S., Sofian, S., & Allita, L. D. 2019. Diversitas Jamur Endofit pada
Tanaman Padi (Oryza sativa L.) dan Potensinya Sebagai Pengendali
Hama. Jurnal Agroekoteknologi Tropika Lembab, 2(1), 44-49.
Sulastri, S. 2016. Uji Potensi Antagonis Isolat Bakteri Penghasil Senyawa
Antiantraknosa Terhadap Beberapa Jamur Fitopatogen (Doctoral
dissertation, Universitas Andalas).

Sulistiyono, F. D., & Haryani, T. S. 2020. Isolasi dan Identifikasi Cendawan


Patogen pada Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schott) Pasca
Penyimpanan. Jurnal Mikologi Indonesia, 4(2), 211-217.

Sulistiyono, F. D., & Mahyuni, S. 2019. Isolasi Dan Identifikasi Jamur Endofit
Pada Umbi Talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot). Jurnal Sains
Natural, 9(2), 66-70.

Syafriani, E., F. Riwany, R. Kamelia, I. Ferita, F. Fatchiyah dan J. Jamsari. 2016.


A Promising Novel Rhizobacteria Isolate UBCR_12 as Antifungal for
Colletotrichum gloeosporioides. Research Journal Of Pharmaceutical
Biological and Chemical Sciences 7: 2202-2209.

Wahyuni, S., & Noviani, N. 2019. Isolasi Jamur Endofit Dan Uji Penghambatan
Dengan Jamur Patogen Fusarium Oxysporum Sebagai Agen Pengendali
Hayati Pada Tanaman Kedelai Secara Invitro. In Prosiding Seminar
Nasional Hasil Penelitian (Vol. 2, No. 1, Pp. 712-719).
HALAMAN PENGESAHAN

Mengetahui, Ponorogo, 17 Maret


2021

Asisten Praktikan

Tubagus Royhan Fachira Elbibiya Izzul Penidda


NIM. 24020117130053 NIM.24020119140109
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai