Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

BPUPKI, PPKI DAN PANCASILA

Disusun Oleh :

1. Ayu Puspita Sari


2. Muhammad Nurrohim

INFORMATIC AND BUSINESS


INSTITUTE DARMAJAYA
BANDAR LAMPUNG
2015/2016
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah


SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat, taufiq, serta
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul (BPUPKI, PPKI dan Pancasila) dengan baik.

Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas


ilmu yang bisa kami sajikan. Dimana didalam topik tersebut ada
beberapa hal yang bisa kita pelajari khususnya Sejarah bangsa
ini menjelang masa-masa kemerdekaan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini di masa yang akan datang.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada bpk. Suhendri,


S.H. selaku guru Pkn, dan teman-teman yang turut membantu
menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua


pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa
meridhoi segala usaha saya.Amin. Semoga laporan ini
bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca, Terima
kasih.

Bandar Lampung, Maret 2016


Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN ..................................................... i

KATA PENGANTAR ..................................................... ii

DAFTAR ISI .............................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ............................................................ 2
D. Manfaat Penulisan ......................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .............................................. 3

A. Pancasila ....................................................................
3
B. BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia) ...........................................
5
C. PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) ......
12
D. Hubungan Lahirnya Pancasila ....................................
15

BAB III PENUTUP ..................................................... 16

3
DAFTAR PUSTAKA ..................................................... 17

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah telah mengungkapkan bahwa Pancasila adalah jiwa


seluruh rakyat Indonesia, yang memberi kekuatan hidup kepada
bangsa Indonesia serta membimbingnya dalam mengejar
kehidupan lahir batin yang makin baik, di dalam masyarakat
Indonesia yang adil dan makmur.

Bahwasanya Pancasila yang telah diterima dan ditetapkan


sebagai dasar negara seperti tercantum dalam pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 merupakan kepribadian dan
pandangan hidup bangsa, yang telah diuji kebenaran,
kemampuan dan kesaktiannya, sehingga tak ada satu kekuatan
manapun juga yang mampu memisahkan Pancasila dari
kehidupan bangsa Indonesia.

Menyadari bahwa untuk kelestarian kemampuan dan


kesaktian Pancasila itu, perlu diusahakan secara nyata dan terus
menerus penghayatan dan pengamamalan nilai-nilai luhur yang
terkandung di dalamnya oleh setiap warga negara Indonesia,
setiap penyelenggara negara serta setiap lembaga kenegaraan
dan lembaga kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

B. Batasan Masalah

Untuk menghidari adanya kesimpangsiuran dalam


penyusunan makalah ini, maka penulis membatasi masalah-
masalah yang akan di bahas diantaranya:

1
1. Bagaimana sejarah Pancasila.
2. Apa Maksud dari BPUPKI dan PKI.
3. Hubungan BPUPKI, PKI dengan Pancasila

2
C. Tujuan Penulisan

Dalam menyusun makalah ini penulis mempunyai beberapa


tujuan, yaitu:

1. Untuk mengetahui sejarah Terbentuknya Pancasila.


2. Untuk mengetahui pengertian dari BPUPKI.
3. Untuk mengetahui pengertian dari PKI.
4. Untuk Mengetahui hubungannya dengan Kelahiran
Pancasila

D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat menambah
wawasan bagi penulisa secara khusus dan bagi pembaca
umumnya.
5.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila
1. Sejarah Perumusan Pancasila
Pancasila adalah ideologi dasar bagi Negara Indonesia. Nama ini
terdiri dari dua kata dari bahasa sansekerta. Panca berarti lima dan sila berarti
prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha
Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan
yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan yang tercantum
pada paragraph ke-4 pembukaan UUD 1945.
Dalam upaya merumuskan pancasila sebagai dasar Negara yang resmi,
terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik
Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yaitu:
a. Lima dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29 Mei
1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan,
Peri Kemanusiaan, Peri KeTuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan
rakyat. Beliau menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar
pada sejarah, peradaban, agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama
berkembang di Indonesia. Mohammad hatta dalam memoarnya meragukan
pidato Yamin tersebut.
b. Pancasila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945
dalam pidato spontannya yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya
Pancasila”. Soekarno mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut:
Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat, Dasar perwakilan, Dasar
permusyawaratan, Kesejahteraan, keTuhanan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, sebagai
berikut :

4
“sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat,
kesejahteraan, dan keTuhanan, lima bilangnya. Namanya bukan panca
dharma, tetapi saya namakan ini denga petunjuk seorang teman kita ahli
bahasa, namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan di atas
kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi “.
Setelah rumusan Pancasila diterima sebagai dasar Negara secara resmi
beberapa dokumen penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter)- tanggal 22 Juni


1945.
 Rumusan Kedua : Pembukaan Undang-Undang Dasar – tanggal 18
Agustus 1945.
 Rumusan Ketiga : Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat-
tanggal 27 Desember 1949.
 Rumusan Keempat : Mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementara-
tanggal 15 Agustus 1950.
 Rumusan Kelima : rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959).

2. Hari Kesaktian Pancasila


Pada tanggal 30 September 1965, adalah awal dari Gerakan 30
September (G30SPKI). Pemberontakan ini merupakan wujud usaha mengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis. Hari itu, enam jendral dan
beberapa orang lainnya dibunuh sebagai upaya kudeta. Namun berkat
kesadaran untuk mempertahankan Pancasila maka upaya tersebut mengalami
kegagalan. Maka 30 September diperingati sebagai hari Peringatan Gerakan
30 September G30S-PKI dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari
Kesaktian Pancasila, memperingati bahwa dasar Indonesia Pancasila adalah
sakti tak tergantikan.

B. BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan


Kemerdekaan Indonesia)

5
Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia Dokuritsu Junbi Chōsakai) adalah
sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan
balatentara Jepang pada tanggal 29 April 1945 bertepatan
dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk
sebagai upaya mendapatkan dukungan dari bangsa Indonesia
dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 67 orang yang
diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat dengan wakil ketua Ichibangase Yosio (orang
Jepang) dan Raden Pandji Soeroso.

Di luar anggota BPUPKI, dibentuk sebuah Badan Tata Usaha


(semacam sekretariat) yang beranggotakan 60 orang. Badan
Tata Usaha ini dipimpin oleh Raden Pandji Soeroso dengan wakil
Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo dan Masuda Toyohiko (orang
Jepang). Tugas dari BPUPKI sendiri adalah mempelajari dan
menyelidiki hal-hal yang berkaitan dengan aspek-aspek poplitik,
ekonomi, tata pemerintahan, dan hal-hal yang diperlukan dalam
usaha pembentukan negara Indonesia merdeka.

Pada tanggal 7 Agustus 1945, Jepang membubarkan


BPUPKI dan kemudian membentuk Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau dalam bahasa Jepang:
Dokuritsu Junbi Inkai, dengan anggota berjumlah 21 orang,
sebagai upaya untuk mencerminkan perwakilan dari berbagai
etnis di wilayah Hindia-Belanda[1], terdiri dari: 12 orang asal Jawa,
3 orang asal Sumatera, 2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal
Kalimantan, 1 orang asal Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang
asal Maluku, 1 orang asal etnis Tionghoa.

1. Awal persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI

6
Kekalahan Jepang dalam perang Pasifik semakin jelas,
Perdana Menteri Jepang, Jenderal Kuniaki Koiso, pada tanggal 7
September 1944 mengumumkan bahwa Indonesia akan
dimerdekakan kelak, sesudah tercapai kemenangan akhir dalam
perang Asia Timur Raya. Dengan cara itu, Jepang berharap
tentara Sekutu akan disambut oleh rakyat Indonesia sebagai
penyerbu negara mereka, sehingga pada tanggal 1 Maret 1945
pimpinan pemerintah pendudukan militer Jepang di Jawa,
Jenderal Kumakichi Harada, mengumumkan dibentuknya suatu
badan khusus yang bertugas menyelididki usaha-usaha
persiapan kemerdekaan Indonesia, yang dinamakan "Badan
Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia"
(BPUPKI) atau dalam bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Cosakai.
Pembentukan BPUPKI juga untuk menyelidiki, mempelajari dan
memepersiapakan hal-hal penting lainnya yang terkait dengan
masalah tata pemerintahan guna mendirikan suatu negara
Indonesia merdeka.

BPUPKI resmi dibentuk pada tanggal 29 April 1945,


bertepatan dengan ulang tahun kaisar Jepang, Kaisar Hirohito. Dr.
Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat,
dari golongan nasionalis tua, ditunjuk menjadi ketua BPUPKI
dengan didampingi oleh dua orang ketua muda (wakil ketua),
yaitu Raden Pandji Soeroso dan Ichibangase Yosio (orang Jepang).
Selain menjadi ketua muda, Raden Pandji Soeroso juga diangkat
sebagai kepala kantor tata usaha BPUPKI (semacam sekretariat)
dibantu Masuda Toyohiko dan Mr. Abdoel Gafar Pringgodigdo.
BPUPKI sendiri beranggotakan 67 orang, yang terdiri dari: 60
orang anggota aktif adalah tokoh utama pergerakan nasional
Indonesia dari semua daerah dan aliran, serta 7 orang anggota
istimewa adalah perwakilan pemerintah pendudukan militer
Jepang, tetapi wakil dari bangsa Jepang ini tidak mempunyai hak

7
suara (keanggotaan mereka adalah pasif, yang artinya mereka
hanya hadir dalam sidang BPUPKI sebagai pengamat saja).

Selama BPUPKI berdiri, telah diadakan dua kali masa


persidangan resmi BPUPKI, dan juga adanya pertemuan-
pertemuan yang tak resmi oleh panitia kecil di bawah BPUPKI,
yaitu adalah sebagai berikut :

a. Sidang resmi pertama

Persidangan resmi BPUPKI yang pertama pada tanggal 29


Mei-1 Juni 1945. Pada tanggal 28 Mei 1945, diadakan upacara
pelantikan dan sekaligus seremonial pembukaan masa
persidangan BPUPKI yang pertama di gedung "Chuo Sangi In",
yang pada zaman kolonial Belanda gedung tersebut merupakan
gedung Volksraad (dari bahasa Belanda, semacam lembaga
"Dewan Perwakilan Rakyat Hindia-Belanda" di masa penjajahan
Belanda), dan kini gedung itu dikenal dengan sebutan Gedung
Pancasila, yang berlokasi di Jalan Pejambon 6 – Jakarta. Namun
masa persidangan resminya sendiri (masa persidangan BPUPKI
yang pertama) diadakan selama empat hari dan baru dimulai
pada keesokan harinya, yakni pada tanggal 29 Mei 1945, dan
berlangsung sampai dengan tanggal 1 Juni 1945, dengan tujuan
untuk membahas bentuk negara Indonesia, filsafat negara
"Indonesia Merdeka" serta merumuskan dasar negara Indonesia.

Upacara pelantikan dan seremonial pembukaan masa


persidangan BPUPKI yang pertama ini dihadiri oleh seluruh
anggota BPUPKI dan juga dua orang pembesar militer jepang,
yaitu: Panglima Tentara Wilayah ke-7, Jenderal Izagaki, yang
menguasai Jawa serta Panglima Tentara Wilayah ke-16, Jenderal
Yuichiro Nagano. Namun untuk selanjutnya pada masa
persidangan resminya itu sendiri, yang berlangsung selama
empat hari, hanya dihadiri oleh seluruh anggota BPUPKI.

8
Sebelumnya agenda sidang diawali dengan membahas
pandangan mengenai bentuk negara Indonesia, yakni disepakati
berbentuk "Negara Kesatuan Republik Indonesia" ("NKRI"),
kemudian agenda sidang dilanjutkan dengan merumuskan
konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk hal ini,
BPUPKI harus merumuskan dasar negara Republik Indonesia
terlebih dahulu yang akan menjiwai isi dari Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia itu sendiri, sebab
Undang-Undang Dasar adalah merupakan konstitusi Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Guna mendapatkan rumusan dasar negara Republik


Indonesia yang benar-benar tepat, maka agenda acara dalam
masa persidangan BPUPKI yang pertama ini adalah
mendengarkan pidato dari tiga orang tokoh utama pergerakan
nasional Indonesia, yang mengajukan pendapatnya tentang
dasar negara Republik Indonesia itu adalah sebagai berikut :

1) Sidang tanggal 29 Mei 1945, Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H.


berpidato mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima asas
dasar negara Republik Indonesia, yaitu: “1. Peri Kebangsaan; 2.
Peri Kemanusiaan; 3. Peri Ketuhanan; 4. Peri Kerakyatan; dan 5.
Kesejahteraan Rakyat”.

2) Sidang tanggal 31 Mei 1945, Prof. Mr. Dr. Soepomo berpidato


mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima prinsip dasar
negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Dasar
Negara Indonesia Merdeka", yaitu: “1. Persatuan; 2.
Kekeluargaan; 3. Mufakat dan Demokrasi; 4. Musyawarah; dan 5.
Keadilan Sosial”.

3) Sidang tanggal 1 Juni 1945, Ir. Soekarno berpidato


mengemukakan gagasan mengenai rumusan lima sila dasar
negara Republik Indonesia, yang beliau namakan "Pancasila",
yaitu: “1. Kebangsaan Indonesia; 2. Internasionalisme dan Peri

9
Kemanusiaan; 3. Mufakat atau Demokrasi; 4. Kesejahteraan
Sosial; dan 5. Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Gagasan mengenai rumusan lima sila dasar negara


Republik Indonesia yang dikemukakan oleh Ir. Soekarno tersebut
kemudian dikenal dengan istilah "Pancasila", masih menurut
beliau bilamana diperlukan gagasan mengenai rumusan
Pancasila ini dapat diperas menjadi "Trisila" (Tiga Sila), yaitu:
“1. Sosionasionalisme; 2. Sosiodemokrasi; dan 3. Ketuhanan
Yang Berkebudayaan”. Bahkan masih menurut Ir. Soekarno lagi,
Trisila tersebut bila hendak diperas kembali dinamakannya
sebagai "Ekasila" (Satu Sila), yaitu merupakan sila: “Gotong-
Royong”, ini adalah merupakan upaya dari Bung Karno dalam
menjelaskan bahwa konsep gagasan mengenai rumusan dasar
negara Republik Indonesia yang dibawakannya tersebut adalah
berada dalam kerangka "satu-kesatuan", yang tak terpisahkan
satu dengan lainnya. Masa persidangan BPUPKI yang pertama ini
dikenang dengan sebutan detik-detik lahirnya Pancasila dan
tanggal 1 Juni ditetapkan dan diperingati sebagai hari lahirnya
Pancasila.

Pidato dari Ir. Soekarno ini sekaligus mengakhiri masa


persidangan BPUPKI yang pertama, setelah itu BPUPKI
mengalami masa reses persidangan (periode jeda atau istirahat)
selama satu bulan lebih. Sebelum dimulainya masa reses
persidangan, dibentuklah suatu panitia kecil yang beranggotakan
9 orang, yang dinamakan "Panitia Sembilan" dengan diketuai
oleh Ir. Soekarno, yang bertugas untuk mengolah usul dari
konsep para anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik
Indonesia.

b. Masa antara sidang resmi pertama dan sidang resmi


kedua

10
Sampai akhir dari masa persidangan BPUPKI yang pertama,
masih belum ditemukan titik temu kesepakatan dalam
perumusan dasar negara Republik Indonesia yang benar-benar
tepat, sehingga dibentuklah "Panitia Sembilan" tersebut di atas
guna menggodok berbagai masukan dari konsep-konsep
sebelumnya yang telah dikemukakan oleh para anggota BPUPKI
itu. Adapun susunan keanggotaan dari "Panitia Sembilan" ini
adalah sebagai berikut :

1. Ir. Soekarno (ketua)

2. Drs. Mohammad Hatta (wakil ketua)

3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)

4. Mr. Prof. Mohammad Yamin, S.H. (anggota)

5. Kiai Haji Abdul Wahid Hasjim (anggota)

6. Abdoel Kahar Moezakir (anggota)

7. Raden Abikusno Tjokrosoejoso (anggota)

8. Haji Agus Salim (anggota)

9. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)

Sesudah melakukan perundingan yang cukup sulit antara 4


orang dari kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") dan 4 orang
dari kaum keagamaan (pihak "Islam"), maka pada tanggal 22 Juni
1945 "Panitia Sembilan" kembali bertemu dan menghasilkan
rumusan dasar negara Republik Indonesia yang kemudian
dikenal sebagai "Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter", yang
pada waktu itu disebut-sebut juga sebagai sebuah "Gentlement
Agreement". Setelah itu sebagai ketua "Panitia Sembilan", Ir.
Soekarno melaporkan hasil kerja panitia kecil yang dipimpinnya

11
kepada anggota BPUPKI berupa dokumen rancangan asas dan
tujuan "Indonesia Merdeka" yang disebut dengan "Piagam
Jakarta" itu. Menurut dokumen tersebut, dasar negara Republik
Indonesia adalah sebagai berikut :

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam


bagi pemeluk-pemeluknya,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Rancangan itu diterima untuk selanjutnya dimatangkan


dalam masa persidangan BPUPKI yang kedua, yang
diselenggarakan mulai tanggal 10 Juli 1945. Di antara dua masa
persidangan resmi BPUPKI itu, berlangsung pula persidangan tak
resmi yang dihadiri 38 orang anggota BPUPKI. Persidangan tak
resmi ini dipimpin sendiri oleh Bung Karno yang membahas
mengenai rancangan "Pembukaan (bahasa Belanda:
"Preambule") Undang-Undang Dasar 1945", yang kemudian
dilanjutkan pembahasannya pada masa persidangan BPUPKI
yang kedua (10 Juli-17 Juli 1945).

c. Sidang resmi kedua

Persidangan resmi BPUPKI yang kedua pada tanggal 10 Juli-


14 Juli 1945 Masa persidangan BPUPKI yang kedua berlangsung
sejak tanggal 10 Juli 1945 hingga tanggal 14 Juli 1945. Agenda
sidang BPUPKI kali ini membahas tentang wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia, kewarganegaraan Indonesia,

12
rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan,
pembelaan negara, serta pendidikan dan pengajaran. Pada
persidangan BPUPKI yang kedua ini, anggota BPUPKI dibagi-bagi
dalam panitia-panitia kecil. Panitia-panitia kecil yang terbentuk
itu antara lain adalah: Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
(diketuai oleh Ir. Soekarno), Panitia Pembelaan Tanah Air (diketuai
oleh Raden Abikusno Tjokrosoejoso), dan Panitia Ekonomi dan
Keuangan (diketuai oleh Drs. Mohammad Hatta).

Pada tanggal 11 Juli 1945, sidang panitia Perancang


Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir. Soekarno,
membahas pembentukan lagi panitia kecil di bawahnya, yang
tugasnya adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang
Dasar, yang beranggotakan 7 orang yaitu sebagai berikut :

1. Prof. Mr. Dr. Soepomo (ketua panitia kecil)

2. Mr. KRMT Wongsonegoro (anggota)

3. Mr. Raden Achmad Soebardjo Djojoadisoerjo (anggota)

4. Mr. Alexander Andries Maramis (anggota)

5. Mr. Raden Panji Singgih (anggota)

6. Haji Agus Salim (anggota)

7. Dr. Soekiman Wirjosandjojo (anggota)

Pada tanggal 13 Juli 1945, sidang panitia Perancang


Undang-Undang Dasar, yang diketuai oleh Ir. Soekarno,
membahas hasil kerja panitia kecil di bawahnya, yang tugasnya
adalah khusus merancang isi dari Undang-Undang Dasar, yang
beranggotakan 7 orang tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1945, sidang pleno BPUPKI menerima


laporan panitia Perancang Undang-Undang Dasar, yang
dibacakan oleh ketua panitianya sendiri, Ir. Soekarno. Dalam

13
laporan tersebut membahas mengenai rancangan Undang-
Undang Dasar yang di dalamnya tercantum tiga masalah pokok
yaitu :

1. Pernyataan tentang Indonesia Merdeka

2. Pembukaan Undang-Undang Dasar

3. Batang tubuh Undang-Undang Dasar yang kemudian


dinamakan sebagai "Undang-Undang Dasar 1945", yang
isinya meliputi :

· Wilayah negara Indonesia adalah sama dengan bekas wilayah


Hindia-Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara
(sekarang adalah wilayah Sabah dan wilayah Serawak di negara
Malaysia, serta wilayah negara Brunei Darussalam), Papua,
Timor-Portugis (sekarang adalah wilayah negara Timor Leste),
dan pulau-pulau di sekitarnya,

· Bentuk negara Indonesia adalah Negara Kesatuan,


· Bentuk pemerintahan Indonesia adalah Republik,
· Bendera nasional Indonesia adalah Sang Saka Merah Putih,
· Bahasa nasional Indonesia adalah Bahasa Indonesia.

Konsep proklamasi kemerdekaan negara Indonesia baru


rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama
"Piagam Jakarta", sedangkan konsep Undang-Undang Dasar
hampir seluruhnya diambil dari alinea keempat "Piagam Jakarta".
Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta
sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam, Syariat Islam,
dalam negara Indonesia baru. "Piagam Jakarta" atau "Jakarta
Charter" pada akhirnya disetujui dengan urutan dan redaksional
yang sedikit berbeda.

C. PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)

Pada tanggal 7 Agustus 1945, BPUPKI dibubarkan karena


dianggap telah dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik,

14
yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara
Indonesia Merdeka, dan digantikan dengan dibentuknya "Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia" ("PPKI") atau dalam
bahasa Jepang: Dokuritsu Junbi Inkai dengan Ir. Soekarno sebagai
ketuanya.

Tugas "PPKI" ini yang pertama adalah meresmikan


pembukaan (bahasa Belanda: preambule) serta batang tubuh
Undang-Undang Dasar 1945. Tugasnya yang kedua adalah
melanjutkan hasil kerja BPUPKI, mempersiapkan pemindahan
kekuasaan dari pihak pemerintah pendudukan militer Jepang
kepada bangsa Indonesia, dan mempersiapkan segala sesuatu
yang menyangkut masalah ketatanegaraan bagi negara
Indonesia baru.

Anggota "PPKI" sendiri terdiri dari 21 orang tokoh utama


pergerakan nasional Indonesia, sebagai upaya untuk
mencerminkan perwakilan dari berbagai etnis di wilayah Hindia-
Belanda, terdiri dari: 12 orang asal Jawa, 3 orang asal Sumatera,
2 orang asal Sulawesi, 1 orang asal Kalimantan, 1 orang asal
Sunda Kecil (Nusa Tenggara), 1 orang asal Maluku, 1 orang asal
etnis Tionghoa. "PPKI" ini diketuai oleh Ir. Soekarno, dan sebagai
wakilnya adalah Drs. Mohammad Hatta, sedangkan sebagai
penasihatnya ditunjuk Mr. Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo. Kemudian, anggota "PPKI" ditambah lagi
sebanyak enam orang, yaitu: Wiranatakoesoema, Ki Hadjar
Dewantara, Mr. Kasman Singodimedjo, Mohamad Ibnu Sayuti
Melik, Iwa Koesoemasoemantri, dan Mr. Raden Achmad Soebardjo
Djojoadisoerjo.

Secara simbolik "PPKI" dilantik oleh Jendral Terauchi, pada


tanggal 9 Agustus 1945, dengan mendatangkan Ir. Soekarno,
Drs. Mohammad Hatta dan Dr. Kanjeng Raden Tumenggung

15
(K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat ke "Kota Ho Chi Minh" atau
dalam bahasa Vietnam: Thành phố Hồ Chí Minh (dahulu
bernama: Saigon), adalah kota terbesar di negara Vietnam dan
terletak dekat delta Sungai Mekong.

Pada saat PPKI terbentuk, keinginan rakyat Indonesia untuk


merdeka semakin memuncak. Memuncaknya keinginan itu
terbukti dengan adanya tekad yang bulat dari semua golongan
untuk segera memproklamasikan kemerdekaan negara
Indonesia. Golongan muda kala itu menghendaki agar
kemerdekaan diproklamasikan tanpa kerjasama dengan pihak
pemerintah pendudukan militer Jepang sama sekali, termasuk
proklamasi kemerdekaan dalam sidang "PPKI". Pada saat itu ada
anggapan dari golongan muda bahwa "PPKI" ini adalah hanya
merupakan sebuah badan bentukan pihak pemerintah
pendudukan militer Jepang. Di lain pihak "PPKI" adalah sebuah
badan yang ada waktu itu guna mempersiapkan hal-hal yang
perlu bagi terbentuknya suatu negara Indonesia baru.

Tetapi cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia bisa


diberikan oleh pemerintah pendudukan militer Jepang adalah
tergantung kepada sejauh mana semua hasil kerja dari PPKI.
Jendral Terauchi kemudian akhirnya menyampaikan keputusan
pemerintah pendudukan militer Jepang bahwa kemerdekaan
Indonesia akan diberikan pada tanggal 24 Agustus 1945. Seluruh
persiapan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia diserahkan
sepenuhnya kepada PPKI. Dalam suasana mendapat tekanan
atau beban berat seperti demikian itulah PPKI harus bekerja
keras guna meyakinkan dan mewujud-nyatakan keinginan atau
cita-cita luhur seluruh rakyat Indonesia, yang sangat haus dan
rindu akan sebuah kehidupan kebangsaan yang bebas, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

16
Sementara itu dalam sidang PPKI pada tanggal 18 Agustus
1945, dalam hitungan kurang dari 15 menit telah terjadi
kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik dari pihak kaum
keagamaan yang beragama non-Muslim serta pihak kaum
keagamaan yang menganut ajaran kebatinan, yang kemudian
diikuti oleh pihak kaum kebangsaan (pihak "Nasionalis") guna
melunakkan hati pihak tokoh-tokoh kaum keagamaan yang
beragama Islam guna dihapuskannya "tujuh kata" dalam
"Piagam Jakarta" atau "Jakarta Charter".

Setelah itu Drs. Mohammad Hatta masuk ke dalam ruang sidang


"PPKI" dan membacakan empat perubahan dari hasil
kesepakatan dan kompromi atas lobi-lobi politik tersebut. Hasil
perubahan yang kemudian disepakati sebagai "pembukaan
(bahasa Belanda: "preambule") dan batang tubuh Undang-
Undang Dasar 1945", yang saat ini biasa disebut dengan hanya
UUD '45 adalah :

· Pertama, kata “Mukaddimah” yang berasal dari bahasa Arab,


muqaddimah, diganti dengan kata “Pembukaan”.
· Kedua, anak kalimat "Piagam Jakarta" yang menjadi
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, diganti dengan,
“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.
· Ketiga, kalimat yang menyebutkan “Presiden ialah orang
Indonesia asli dan beragama Islam”, seperti tertulis dalam
pasal 6 ayat 1, diganti dengan mencoret kata-kata “dan
beragama Islam”.
· Keempat, terkait perubahan poin Kedua, maka pasal 29
ayat 1 dari yang semula berbunyi: “Negara berdasarkan atas
Ketuhananan, dengan kewajiban menjalankan Syariat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya” diganti menjadi berbunyi:
“Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa”.

PPKI sangat berperan dalam penataan awal negara


Indonesia baru. Walaupun kelompok muda kala itu hanya
menganggap "PPKI" sebagai sebuah lembaga buatan pihak

17
pemerintah pendudukan militer Jepang, namun terlepas dari
anggapan tersebut, peran serta jasa badan ini sama sekali tak
boleh kita remehkan dan abaikan, apalagi kita lupakan. Anggota
"PPKI" telah menjalankan tugas yang diembankan kepada
mereka dengan sebaik-baiknya, hingga pada akhirnya "PPKI"
dapat meletakkan dasar-dasar ketatanegaraan yang kuat bagi
negara Indonesia yang saat itu baru saja berdiri.

D. Hubungan Lahirnya Pancasila

Dari perdebatan atau perbedaan perndapat terkait


pembahasan dasar Negara sebagaimana di atas, pada hari
keempat sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945, presiden pertama
Indonesia (Soekarno) menyampaikan pidato yang kemudian
dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila” yang dalam pada itu
Soekarno-lah yang dikatakan sebagai orang yang paling eksplisit
merumuskan definisi ideologi dasar Negara. Pidato Soekarno
berhasil mengakhiri perdebatan dalam pembahasan awal dan
pidatonya sendiri mengkompromikan Pancasila yang terdiri dari 5
asa: (1) Nasionalisme Indonesia; (2) Internasionalisme atau
Perikemanusiaan; (3) Mufakat atau Demokrasi; (4) Keadilan
Sosial; (5) Ketuhanan.

Setelah penyampaian pidato Soekarno yang disambut


dengan tepuk tangan meriah hadirin, para pemimpin Islam
ternyata tetap bertahan pada tuntutan bahwa Islam harus
menjadi dasar Negara. Untuk menyelesaikannya dibentuklah
sebuah panitia yang terdiri atas 9 orang (Ir. Sokarno-ketua, Drs.
Moh. Hatta-wakil ketua, Mr. Achmad Soebardjo-anggota, Mr.
Muhammad Yamin-anggota, KH. Wachid Hasyim-anggota, Abdul
Kahar Muzakir-anggota, Abikoesno Tjokrosoejoso-anggota, H.
Agus Salim-anggota, dan Mr. A.A. Maramis-anggota) untuk
menyusun pembukaan bagi Undang-Undang Dasar yang akan
dibuat. Panitia tersebut menyusun rancangan pembukaan yang
kemudian dikenal dengan sebutan Piagam Jakarta.

18
Pada proses penyelesaiannya, Ketuhanan dijadikan yang
pertama (sila 1), menggantikan tempat Nasionalisme, dan diberi
tambahan “dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi
pemeluk-pemeluknya”. (Yamin:153-154). Kemudian, melalui
kerjasama dengan beberapa pemimpin Islam yang diajak
berunding, panitia mengubah sila 1 yang awalnya “Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemeluk-
pemeluknya” diganti menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”.

Setelah itu, pancasila menjadi sebuah ideologi dan dasar


Negara bangsa Indonesia dengan asumsi (anggapan) dan
interpretasi (penafsiran) bahwa bangsa Indonesia terdiri dari
bermacam suku, agama, ras, dan golongan. Dari sini perlu
diingat bahwa, Indonesia bukan Islam atau Jawa, Indonesia
adalah nafas keragaman budaya dan aliran darah yang
mempunyai perjalanan yang sama.

19
BAB III

PENUTUP

Tanggal 17 agustus 1945 Indonesia memperoleh


kemerdekaan, namun kemerdekaan itu tidak diperoleh dengan
mudah atau pun kemerdekaan itu pemberian bangsa lain. Semua
itu ditempuh dengan perjuangan yang sangat panjang dan
melelah. Tidak sedikit jiwa yang berjatuh bermandikan darah dan
keringat, istri yang menjadi janda ditinggal kepala rumah tangga
yang berselimutkan baju berbau darah dan anak-anak yang
menjadi yatim kerena tubuh sang ayah dipenuhi peluru-peluru
penjajah. Kemerdekaan di negeri ini tidak instan, tapi melalui
tahap demi tahap. Tidak lelahnya para pejuang kita bertempur,
baik melalui peperangan maupun diplomatik

BPUPKI adalah salah satu pintu pembuka dari beberapa


pintu pembuka jalan harus dilewati para pejuang kita untuk
memperoleh kemerdekaan. Walaupun BPUPKI ada ikut campur
Jepang, namun semua keputusan murni dari pejuang kita semata
dengan tujuan yang satu yaitu kemerdekaan Indonesia. BPUPKI
suatu sejarah yang perlu di tulis dengan tinta emas dalam
sejarah negeri ini.

PPKI juga tidak kalah pentingnya, badan inilah yang


menyusun UUD 1945 dan batang UUD 1945 yang menjadi
landasan hukum di negeri ini. PPKI adalah suatu penyempurna
Kemerdekaan Indonesia kerena saat bangsa ini menyatakan
merdeka, namun belum mempunyai dasar-dasar yang pasti. PPKI
menyempurnakan hasil keputusan BPUPKI. Maka dari itulah,
BPUPKI selalu dibarengkan dengan PPKI.

20
Untuk kita generasi penerus, wajib bagi kita mengetahui
sejarah kemerdekaan di negeri ini. Agar kita bisa menghormati
para pejuang, kerena merekalah kita dapat menghirup udara
kemerdekaan. Perjuangan mereka kita teruskan dengan mengisi
kemerdekaan ini dengan hal-hal yang positif.

21
DAFTAR PUSTAKA

Admin, 2010. Sejarah Pancasila.


http://dikaayurahma.blogspot.co.id [06 Maret 2016]

Rahmawati, 2014. Makalah PKn tentang BPUPKI dan PPKI.


http://dikaayurahma.blogspot.co.id. [06 Maret 2016]

Yoko, 2011. Makalah Sejarah Pancasila. http://koyo-


blog.blogspot.co.id . [06 Maret 2016]

22

Anda mungkin juga menyukai