Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ PANCASILA MERUPAKAN LANDASAN KETAHANAN NASIONAL”

TUTOR :

Fitri Alfariz 02001690

Disusun Oleh :

RISKA AMALIA ( 042528499)

AKUNTANSI 83

UNIVERSITAS TERBUKA

BANDAR LAMPUNG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penyusun kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN, KETAHANAN NASIONAL
DALAM KORIDOR PRESATUAN DAN KESATUAN NASIONAL INDONESIA

“PANCASILA SEBAGAI LANDASAN KETAHANAN NASIONAL”. Tanpa pertolongan-Nya


mungkin penyusun tidak bisa menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam semoga
terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang peran Pancasila sebagai
landasan ketahan nasional. Dimana akan dijelaskan bagaimana proses terbentuknya pancasila
sehingga dapat ditunjuk sebagai landasan ketahanan nasional Indonesia.
Dalam proses pendalaman materi ini, penyusun mengucapkan terimakasih kepada Tutor
Pendidikan kewarganegaraan yaitu Ibu Fitri Alfariz 02001690 dan rekan rekan mahasiswa
yang telah mendukung penyusun. penyusun sadari dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat kekurangan, maka dari itu penyusun  membutuhkan kritik dan saran yang
membangun. Demikian makalah ini penyusun buat semoga bermanfaat.

  Bandar Lampung, 17 Oktober 2020

Penyusun,
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………….

DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………….

BAB I
PENDAHULUAN………………………………………………………………………….

1. Latar belakang………………………………………………………………………….
2. Rumus masalah…………………………………………………………………………
3. Tujuan Pembuatan Makalah………………………………………………………..

BAB II
PEMBAHASAN…………………………………………………………………………..

1. Pengertian Pancasila………………………………………………………………….
2. Pengertian Ketahanan Nasional…………………………………………………..
3.   Peran Pancasila dalam Ketahan nasional………………………………………
4.   Pengamalan Pancasila dalam Ketahanan nasional …………………………
5.    Blue Economy Dan peran pemuda dalam Pembangunan Kelautan Indonesia

BAB III
PENUTUP…………………………………………………………………………………..

1. Kesimpulan………………………………………………………………………...
2. Saran................................................................................................................

DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………..

  
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pancasila merupakan dasar negara yang di cetuskan oleh pendiri –pendiri bangsa. Pancasila
merupakan suatu system kompleks yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat
Indonesia yang diambil dari budaya masyarakat Indonesia sendiri. Berdasarkan fungsinya,
pancasila memiliki peran penting sebagai ujung tombak pemersatu bangsa yang juga berarti
pilar ketahanan nasional baik untuk dalam negeri maupun dengan hal-hal yang berkaitan
dengan hubungan ketahanan bilateral dan  multilateralnya.

Pancasila telah melalui banyak persoalan zaman yang kian berganti, termasuk ketahanan
nasional yang selalu diganggu dengan isu-isu pemecah bangsa seperti perang dan terorisme.
Pancasila memiliki peran sebagai penangkis semua isu –isu tersebut. Bahkan pada realitas
ancaman –ancaman yang sudah terjadi.

Atas dasar tersebut lah penulis mengambil judul “Pancasila Sebagai Landasan Ketahanan
nasional “. Makalah ini dibuat agar pembaca dapat lebih mengetahui apa peran dan fungsi
pancasila dalam ketahan nasioanal

1. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Pancasila ?


2. Apa pengertian ketahanan nasional ?
3. Apa peran Pancasila Dalam Ketahanan Nasional ?
4. Siapa saja yang terlibat dalam pertahanan nasional ?

1. Tujuan Pembuatan makalah

Untuk mengetahu dasar dan landasan ketahanan nasional Indonesia

 
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Pancasila

Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan
rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan
tercantum pada paragraf ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-undang Dasar 1945.

Meskipun terjadi perubahan kandungan dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung
dalam beberapa tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni
diperingati sebagai hari lahirnya Pancasila.

Pada bulan April 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan


Indonesia yang diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman
Wedyodiningrat. Dalam pidato pembukaannya dr. Radjiman antara lain mengajukan
pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, “Apa dasar Negara Indonesia yang akan kita
bentuk ini?”[1]

Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan
pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia
yaitu:

 Lima Dasaroleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29


Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri
Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. Dia
menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban,
agama, dan hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang
di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
[2]
 Panca Silaoleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato
spontannya yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila“. Sukarno
mengemukakan dasar-dasar sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia;
Internasionalisme atau Peri-Kemanusiaan; Mufakat atau Demokrasi, dasar
perwakilan, dasar permusyawaratan; Kesejahteraan Sosial; Ketuhanan. Nama
Pancasila itu diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu,
katanya:

Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan


ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini
dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya
asas atau dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan
abadi.

Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:

 Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang


diucapkan Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
 Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.

Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk
menyelenggarakan tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang
kemudian diberi nama Piagam Jakarta.

Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama:Piagam Jakarta (Jakarta Charter) – tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar – tanggal18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat – tanggal27
Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara – tanggal15
Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama
(merujukDekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya
sebagai hari libur nasional yang berlaku mulai tahun 2017.[3].

Hari Kesaktian Pancasila

Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30


September (G30S). Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan
akademisi mengenai siapa penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi otoritas
militer dan kelompok keagamaan terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut
merupakan usaha PKI mengubah unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk
membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan membenarkan peristiwa Pembantaian di
Indonesia 1965–1966.

Pada hari itu, enam Jenderal dan 1 Kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh
oknum-oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul
akibat G30S sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia.
Pemerintah Orde Baru kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan
30 September G30S dan tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

1. Pengertian ketahanan nasional

Kita semua menyadari bahwa setiap bangsa mempunyai cita-cita luhur dan indah yang ingin
dicapainya. Orang mengatakan bahwa cita-cita yang ingin dicapai oleh suatu bangsa
mempunyai fungsi sebagai penentu dari tujuan nasionalnya. Lazimnya dalam usaha mencapai
tujuan tersebut, bangsa bersangkutan menghadapi tantangan, ancaman, hambatan, dan
gangguan yang senantiasa perlu dihadapi ataupun ditanggulangi. Oleh karena itu, suatu
bangsa harus mempunyai kemampuan, kekuatan, ketangguhan dan keuletan. Umumnya inilah
yang dinamakan ketahanan nasional, yang dapat juga disebut sebagai ketahanan bangsa
(Suhady dan Sinaga, 2006).

Pengertian ketahanan nasional adalah kondisi dinamika, yaitu suatu bangsa yang


berisi keuletan dan ketangguhan yang mampu mengembangkan ketahanan, Kekuatan
nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, hambatan dan ancaman baik
yang datang dari dalam maupun dari luar. Juga secara langsung ataupun tidak langsung yang
dapat membahayakan integritas, identitas serta kelangsungan hidup bangsa dan negara.

Ketahanan nasional diperlukan dalam rangka menjamin eksistensi bangsa dan


negara dari segala gangguan baik yang datangnya dari dalam maupun dari dalam negeri.
Untuk itu bangsa Indonesia harus tetap memiliki keuletan dan ketangguhan yang perlu dibina
secara konsisten dan berkelanjutan.

1) Tujuan dan Fungsi Ketahanan Nasional

Srijanti, dkk (2009) menjelaskan tujuan, fungsi, dan sifat dari ketahanan nasional sebagai
berikut:

1. a) Tujuan Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan,


seperti tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran,
terselenggaranya pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan
sosial, serta terdapatnya kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

1. b) Fungsi Ketahanan Nasional

Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai:

 Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan


nasional Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan,
hambatan, dan tantangan terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara
Indonesia dalam aspek: ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan
keamanan.
 Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan
rakyat.
 Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor,
antarsektor, dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya diterjemahkan dalam RJP
yang dibuat oleh pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan
dalam setiap sektor untuk mencapai tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan
makmur.

2) Perwujudan Ketahanan Nasional

Perwujudan Ketahanan Nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia meliputi (Bahan


Penataran, BP7 Pusat, 1996):

1. Ketahanan ideologi, adalah kondisi mental bangsa Indonesia yang berdasarkan


keyakinan akan kebenaran ideologi Pancasila yang mengandung kemampuan untuk
menggalang dan memelihara persatuan dan kesatuan nasional dan kemampuan untuk
menangkal penetrasi ideologi asing serta nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
kepribadian bangsa.
2. Ketahanan politik, adalah kondisi kehidupan politik bangsa Indonesia yang
berlandaskan demokrasi yang bertumpu pada pengembangan demokrasi Pancasila dan
UUD 1945 yang mengandung kemampuan memelihara stabilitas politik yang sehat
dan dinamis serta kemampuan menerapkan politik luar negeri yang bebas aktif.
3. Ketahanan ekonomi, adalah kondisi kehidupan perekonomian bangsa Indonesia yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 yang mengandung kemampuan menerapkan
stabilitas ekonomi yang sehat dan dinamis serta kemampuan menciptakan
kemandirian ekonomi nasional dengan daya saing yang tinggi dan mewujudkan
kemakmuran rakyat yang adil dan makmur. d) Ketahanan sosial budaya, adalah
kondisi kehidupan sosial budaya bangsa Indonesia yang menjiwai kepribadian
nasional yang berdasarkan Pancasila yang mengandung kemampuan membentuk dan
mengembangkan kehidupan sosial budaya manusia dan masyarakat Indonesia yang
beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, hidup rukun, bersatu, cinta
tanah air, berkualitas, maju dan sejahtera dalam kehidupan yang serba selaras, serasi
dan seimbang serta kemampuan menangkal penetrasi budaya asing yang tidak sesuai
dengan kebudayaan nasional.
4. Ketahanan pertahanan keamanan, adalah kondisi daya tangkal bangsa Indonesia yang
dilandasi kesadaran bela negara seluruh rakyat yang mengandung kemampuan
memelihara stabilitas pertahanan keamanan negara yang dinamis, mengamankan
pembangunan dan hasilnya serta kemampuan mempertahankan kedaulatan Negara
dan menangkal semua bentuk ancaman.
3) Ciri dan asas ketahanan nasional

Ketahanan nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia bertumpu pada budaya yang


dimiliki oleh bangsa Indonesia sehingga berbagai cirri ketahanan nasional yang
dikembangkan tidak dapat dilepaskan dari tata kehidupan bangsa Indonesia (Suhady dan
Sinaga, 2006).

1. a) Ciri Ketahanan Nasional

(1). Ketahanan nasional merupakan prasyarat utama bagi bangsa yang sedang membangun
menuju bangsa yang maju dan mandiri dengan semangat tidak mengenal menyerah yang akan
memberikan dorongan dan rangsangan untuk berbuat dalam mengatasi tantangan, hambatan
dan gangguan yang timbul.

(2). Menuju mempertahankan kelangsungan hidup. Bangsa Indonesia yang baru membangun
dirinya tidak lepas dari pencapaian tujuan yang dicitacitakan.

(3). Ketahanan nasional diwujudkan sebagai kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi
keuletan dan ketangguhan bangsa untuk mengembangkan kekuatan dengan menjadikan ciri
mengembangkan ketahanan nasional berdasarkan rasa cinta tanah air, setia kepada
perjuangan, ulet dalam usaha yang didasarkan pada ketaqwaan dan keimanan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, keuletan dan ketangguhan sesuai dengan perubahan yang dihadapi sebagai
akibat dinamika perjuangan, baik dalam pergaulan antar bangsa maupun dalam rangka
pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa.

1. b) Asas Ketahanan Nasional

Pengembangan ketahanan nasional bangsa Indonesia didasari pada asasasas sebagai berikut:

(1).Kesejahteraan dan keamanan;


(2). Utuh menyeluruh terpadu;
(3). Kekeluargaan;
(4). Mawas diri;
C.    Peran pancasila Dalam Ketahanan Nasional

Landasan Ketahanan Nasional Indonesia

1. a) Landasan Ideal  :  

Pancasila

Nilai-nilai Pancasila telah teruji dandiyakini kebenarannya sebagai pemersatu bangsa dalam
membangundan menata kehidupan berbangsa serta bernegara yang lebih baik danberdaya
saing.

Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, ketahana nasional dapat di


wujudkan dengan pengamalan nilai-nilai pancasila secara mendlam .

1. b) Landasan Konstitusional :  

UUD 1945

Berkaitan dengan segala ketentuan dan aturan tentang ketatanegaraan/ undang-undang


dasar suatu negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 (UUD 1945)
adalah sumber dari segala sumber hukum. UUD 1945 memberikan landasan serta arah dalam
pengembangan sistem serta penyelenggaraan pertahanan negara. Substansi pertahanan negara
yang terangkum dalam Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 1945 di antaranya adalah
pandangan bangsa Indonesia dalam melihat diri dan lingkungannya, tujuan negara, sistem
pertahanan negara, serta keterlibatan warga negara. UUD 1945 mereaksikan sikap bangsa
Indonesia yang menentang segala bentuk penjajahan. Bangsa Indonesia akan senantiasa
berjuang untuk mencegah dan mengatasi usaha-usaha pihak tertentu yang mengarah pada
penindasan dan penjajahan. Penjajahan bagi bangsa Indonesia merupakan tindakan keji yang
tidak berperikemanusiaan serta bertentangan dengan nilai-nilai keadilan. Pertahanan negara
tidak dapat dipisahkan dari kemerdekaan yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945.
1. c) Landasan Visional :  

Wawasan Nusantara

Cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya sebagai satu kesatuan yang
utuh. Wawasan Nusantara adalah geopolitik Indonesia di mana wilayah Indonesia tersusun
dari gugusan Kepulauan Nusantara beserta segenap isinya sebagai suatu kesatuan wadah serta
sarana untuk membangun dan menata dirinya menjadi bangsa yang berdaya saing tinggi
dalam dinamika lingkungan strategis.

1. d)Landasan Konsepsional : 

 Ketahanan Nasional

Berkaitan dengan segala ketentuan yang mengatur tentang struktur dari sistem pemerintahan
suatu negara, Indonesia = UUD 1945, UU Pokok lainnya (ex: UU Pokok Kejaksaan, UU
Pokok Kepegawaian, dll).

1. e)   Landasan Operasional :     

Dokumen Rencana Pembangunan (RPJMN/RPJMD)

Merupakan suatu konsep dasar tujuan pengelolaan secara menyeluruh dari kehidupan
nasional suatu Negara, Indonesia = GBHN.

 
Daftar Pustaka

Bakry, Ms Noor. (2014). Pendidikan Pancasila. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Bakry, Ms Noor. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Darji, Darmodiharjo, dkk. (1978). Santiaji Pancasila .Surabaya: Usaha Nasional.

Kaelan. (2002). Filsafat Pancasila: Pandangan Hidup Bangsa Indonesia. Yogyakarta:


Paradigma.

Kaelan dan Zubaidi Achmad. (2010). Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan


Tinggi. Yogyakarta: Paradigma.

Kusuma, R,M,A.B. (2004). Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Rukiyati, dkk. (2008). Pendidikan Pancasila: Buku Pegangan Kuliah. Yogyakarta: UNY
Press.

Setiadi, Elly M. (2003). Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Siswanto, Joko dan Sutikna, Nana. (2015). Pancasila: Refleksi Komprehensif Hal-Ihwal
Pancasila. Yogyakarta: Ladang Kata.

Sunarso, dkk. (2008). Pendidikan Kewarganegaraan: PKN untuk Perguruan Tinggi.


Yogyakarta: UNY Press.

Ubaidillah, dkk. (2000). Pendidikan Kewarganegaraan: Demokrasi HAM dan Masyarakat


Madani. Jakarta: IAIN Jakarta Press.

Winarno. (2012). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi: Panduan Praktis


Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai