Anda di halaman 1dari 2

Cabang Kaidah Alwajibu Layutraku illa Liwajibin

“Sesuatu yang wajib itu tidak dapat ditinggalkan kecuali untuk memenuhi kewajiban itu
sendiri”. (alwajibu layutraku illa liwajibin). Berdasarkan kaidah ini, diperoleh kejelasan bahwa
sesuatu yang wajib dapat ditinggalkan asalkan untuk memenuhi kewajiban itu sendiri.

Menurut prinsip ini, manusia diberikan hak/kebebasan untuk melaksanakan hukum Allah
pada batas-batas kewajaran yang telah ditentukan oleh Allah. Ketentuan ini salah satunya
tercantum dalam QS 2:178. Azas-azas hukum yang berhubungan dengan prinsip
ini adalah:
a. Personalitas keislaman (Islamic personality)
Menurut azas ini, seseorang yang mengaku dirinya muslim punya hak dan
kewajiban yang terikat dengan keislamannya. Ini mudah dilacak dari teori hak dan
kewajiban hukum Imam Malik dalam al-Muwatha bahwa “seseorang akan terikat kepada
hak dan kewajibannya sebagai muslim” (ma’rifat ila haqqihi wa wajibatihi fi al-Islam).
b. Otoritas keyakinan (religious doctrine)
Menurut azas ini, seseorang yang mengaku dirinya muslim punya kewajiban
tunduk kepada hukum agama yang dianutnya. Teori ini dikemukakan oleh H.A.R. Gibb
dalam The Modern Trends of Islam bahwa “seseorang harus tunduk kepada hukum
agama yang dianutnya” (someone has obligation to obey his religious rules).
c. Kehormatan manusia (al-Fitrah)
Menurut azas ini, secara hakiki (fitrah) setiap orang memiliki hak untuk bebas
dalam harkat dan martabat. Teori ini dikemukakanoleh Al-Maududi dalam Human
Rights in Islam bahwa “secara fitrah setiap orang terlahir dalam keadaan bebas dan sama
dalam harkat dan martabat” (all human beings are born free and equal in dignity and
rights).
d. Kesepakatan (al-Ijma’)
Menurut azas ini, seseorang yang mengaku dirinya muslim terikat dengan hak dan
kewajiban dalam sebuah konsensus. Teori konsensus dikemukakan oleh Al-Mawardi
dalam al-Ahkam al-Sulthoniyah bahwa “hak dan kebebasan seseorang dibatasi oleh hak
dan kebebasan orang lain dengan adanya ijma”.
e. Membuat pilihan (al-Takhyir)
Menurut azas ini, dalam menegakan hukum seseorang diberi kebebasan
menentukan pilihan hukum. Teori maqashid al-syari’ah dikemukakan Imam al-Syatibi
dalam al-Muwafaqatbahwa “tujuan-tujuan syari’at yang bersifat hajiyat, daruriyat dan
tahsiniyat – yang berisikan lima hal: (1) memelihara agama/hifd al-din; (2) memelihara
jiwa/hifd al-nafs; (3) memelihara ketu-runan/hifd al-nasl: (4) memelihara akal/hifd al-
aql; dan (5) memelihara harta/hifd al-maal
Konstruksi cabang kaidah-kaidah hukum yang relevan dengan prinsip dan azas di
atas adalah:
a. Kaidah Ushuliyyah, yaitu al-Ashl fi al-Amri li al-Wujub illa Madalla Dalilu ‘ala
Tahrimihi (Asal daripada perintah hukumnya wajib kecuali ada dalil yang
mengharamkannya).1 menurut kaidah ini, setiap muslim diwajibkan melaksanakan semua
perintah Allah dan Rasul-Nya serta menjauhi semua larangan-Nya
b. Kaidah Fiqhiyyah, yaitu Tasharruf al-Imami ‘ala Ra’iyyati Manûtun bi al-Maslahati
(Tindakan imam terhadap rakyatnya harus dikaitkan dengan kemaslahatan). Berdasarkan
kaidah ini, setiap orang memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam hal otoritas
hukum, tetapi otoritas hukum itu harus ditujukan untuk kemaslahatan (maslahat al-
ammah).
c. Kaidah Dawabith, yaitu la Yunza’u Syaiun min Yadi Ahadin illa bi Haqqin Tsâbitin
(Sesuatu tidak dapat dicabut dari kekuasaan seseorang kecuali dengan dasar hak yang
telah tetap). Berdasarkan kaidah ini, seseorang memiliki otoritas untuk menetapkan
hukum-hukum Allah dan keberlakuannya tidak dapat dicabut haknya karena alasan suatu
sebab yang berlawanan dengan ketentuan hukum yang telah tetap.
d. Kaidah Lawahiq, yaitu Mâla Yudraku Kulluhu la Yutraku Kulluhu (Apa-apa yang tidak
bisa kita diambil seluruhnya, maka jangan ditinggalkan seluruhnya). Berdasarkan kaidah
ini, seseorang memiliki otoritas untuk menentukan pilihan dalam melaksanakan hukum-
hukum Allah sesuai dengan kemam-puannya.

Daftar pustaka :

Dr. Nasrullah, S.Ag, M.Ag. 2014. PRINSIP-PRINSIP SYURA’ DALAM HUKUM TATA
NEGARA ISLAM (Kajian Kaidah-Kaidah Hukum Islam). Sarwah Pencerahan Intelektual
Muslim. Volume XIII (I), Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri ( STAIN) Malikussaleh
Lhokseumawe-Banda Aceh.

1
Dr. Nasrullah, S.Ag, M.Ag. 2014. PRINSIP-PRINSIP SYURA’ DALAM HUKUM TATA NEGARA ISLAM (Kajian
Kaidah-Kaidah Hukum Islam). Sarwah Pencerahan Intelektual Muslim. Volume XIII (I), Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri ( STAIN) Malikussaleh Lhokseumawe-Banda Aceh. Hal. 9.

Anda mungkin juga menyukai