Anda di halaman 1dari 31

Lampiran Keputusan Direktur RSPCl

Nomor : No. Kpts 999/P00000/2018-S0


Tanggal : 2 Oktober 2018

PEDOMAN
KOMUNIKASI EFEKTIF
RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP

RUMAH SAKIT PERTAMINA CILACAP


JL.DR. SETIABUDI NO. 1 TEGALKAMULYAN
CILACAP 53215
Telp.(0282) 509955 / 509922 Fax. (0282) 509987
Email : humasrspcilacap@gmail.com

0
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ....................................................................................................................... 1
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 2
BAB II TATA LAKSANA ............................................................................................... 6
BAB III DOKUMENTASI ............................................................................................... 17
BAB IV PENUTUP …….................................................................................................. 18

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Organisasi layanan kesehatan dibangun dari kerjasama tim, dan komunikasi
efektif merupakan salah satu komponen penting dalam membentuk kerjasama yang
baik. Pengelolaan komunikasi yang efektif dapat memperkuat kinerja dalam
proses mencapai visi, misi dan tujuan organisasi. Memberikan asuhan pasien
merupakan upaya yang kompleks dan sangat bergantung pada komunikasi dari
informasi. Komunikasi efektif perlu dijalin oleh berbagai pihak yaitu komunitas,
pasien dan keluarganya, antar staf/ satuan kerja di RS Pertamina Cilacap terutama
Profesional Pemberi Asuhan (PPA).
Komunikasi efektif sebagai dasar untuk memberikan informasi dan edukasi
kepada pasien dan keluarga agar mereka memahami kondisi kesehatannya sehingga
pasien berpartisipasi lebih baik dalam asuhan yang diberikan dan mendapat informasi
dalam mengambil keputusan tentang asuhannya serta mendapat informasi lainnya.
Edukasi kepada pasien dan keluarga diberikan oleh staf klinis terutama PPA yang
sudah terlatih (dokter, perawat, nutrisionis, apoteker, dll). Mengingat banyak profesi
yang terlibat dalam edukasi pasien dan keluarganya maka perlu koordinasi kegiatan
dan fokus pada kebutuhan edukasi pasien.
Edukasi yang efektif diawali dengan assesmen kebutuhan edukasi pasien dan
keluarganya. Assesmen ini menentukan bukan hanya kebutuhan akan pembelajarann
tetapi juga proses edukasi dapat dilaksanakan dengan baik. Edukasi akan berdampak
positif bila diberikan selama proses asuhan. Edukasi diperlukan selama proses asuhan
maupun pengetahuan yang dibutuhkan selama pasien dipulangkan (discharged) ke
pelayanan kesehatan lain atau ke rumah. Agar proses komunikasi efektif dapat
berjalan dengan baik, perlu adanya pedoman komunikasi efektif sebagai acuan bagi
seluruh civitas hospitalia RS Pertamina Cilacap.

1.2.Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Terlaksananya komunikasi efektif sebagai pedoman di RS Pertamina
Cilacap baik komunikasi internal maupun eksternal.

2
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif dengan komunitas
masyarakat di RS Pertamina Cilacap.
b. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif dengan pasien dan
keluarga di RS Pertamina Cilacap
c. Terselenggaranya pelaksanaan komunikasi efektif antar tenaga kesehatan
pemberi asuhan di dalam dan luar RS Pertamina Cilacap
d. Sebagai pedoman pelaksanaan edukasi pasien dan keluarga di RS Pertamina
Cilacap
e. Tersampaikannya pesan/informasi dengan tepat, cepat, efisien
dan meminimalkan kesalahan akibat komunikasi.
f. Meningkatkan mutu dan keselamatan pasien di RS Pertamina Cilacap

1.3. Ruang Lingkup


1.3.1. Komunikasi efektif dilakukan pada saat komunikasi internal, antara profesional
pemberi asuhan dan pasien/keluarga pasien, antar profesional pemberi asuhan
dan antar satuan kerja, maupun komunikasi dengan pihak eksternal, yaitu
antara RS Pertamina Cilacap dengan masyarakat.
1.3.2. Narasumber dalam penyampaian komunikasi harus menguasai masalah yang
dikomunikasikan atau memiliki keahlian dibidangnya, terampil dalam
berkomunikasi dan memiliki kewenangan dalam menyampaikan informasi.
1.3.3. Komunikasi efektif dapat disampaikan secara verbal melalui tatap muka /
telepon, disampaikan secara tertulis, melalui media elektronik maupun
disampaikan melalui forum pertemuan kepada banyak audiens.
1.3.4. Materi komunikasi yang dipublikasikan dan mengatasnamakan Rumah Sakit
harus sepengetahuan pimpinan RS Pertamina Cilacap

1.4.Batasan Operasional
Dalam pedoman komunikasi efektif ini yang dimaksud dengan :

1.4.2. Pasien adalah setiap orang yang melakukan konsultasi masalah kesehatannya
untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang diperlukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung di Rumah Sakit.

3
1.4.3. Keluarga pasien adalah individu yang bertanggungjawab secara hukum terhadap
kehidupan pasien, atau yang mewakili pasien dengan bukti tertulis, atau yang
diberi wewenang oleh pasien untuk membantu kelancaran proses asuhan.
1.4.4. Dokter adalah dokter, dokter spesialis, lulusan pendidikan yang diakui oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang memenuhi persyaratan legal untuk
melakukan praktik kedokteran di RS Pertamina Cilacap.
1.4.5. Tenaga Kesehatan adalah individu yang memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang memenuhi
persyaratan legal untuk melakukan pekerjaan sesuai profesinya di RS Pertamina
Cilacap.
1.4.6. Profesional Pemberi Asuhan (PPA) adalah staf klinis professional yang
langsung memberikan asuhan kepada pasien yang teridiri dari staf medis (dokter
dan dokter spesialis), perawat profesi, apoteker dan ahli gizi yang memenuhi
persyaratan legal untuk melakukan pekerjaan sesuai profesinya di RS Pertamina
Cilacap.
1.4.7. Direksi adalah pimpinan RS Pertamina Cilacap yang terdiri atas Direktur Utama
dan beberapa Direktur yang ditetapkan oleh Komisaris PT Pertamina Bina
Medika.
1.4.8. Direktur Utama adalah Direktur RS Pertamina Cilacap yang merupakan
pimpinan eksekutif tertinggi yang bertanggung jawab kepada Dewan Komisaris
PT Pertamina Bina Medika
1.4.9. Bidang/Bagian adalah perangkat structural pendukung pengambil keputusan
yang bertanggung jawab kepada direktur masing-masing
1.4.10. Seksi adalah perangkat kerja structural dengan peran dan fungsi sebagai satuan
kerja pelaksana
1.4.11. Instalasi adalah perangkat pelayanan non structural yang menyediakan fasilitas
dan menyelenggarakan kegiatan pelayanan rumah sakit

1.4.12. Unit adalah perangkat pelayanan non structural yang melaksanakan penyediaan
sumber daya dan kegiatan pelayanan
1.4.13.Komunikator adalah orang yang memberi/menyampaikan pesan kepada
penerima pesan
1.4.14. Penerima pesan adalah perorangan/audiens yang menerima pesan
1.4.15. Pesan adalah idea atau informasi yang disampaikan oleh pemberi pesan kepada
penerima pesan

4
1.4.16. Umpan balik adalah respon dari penerima pesan terhadap pesan yang
disampaikan

1.5 Landasan Hukum


1.5.1. U n d ang – Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik kedokteran.
1.5.2. Undang - Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
1.5.3. Undang - Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.

1.5.4. Permenkes Nomor 4 Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis


Promosi Kesehatan Rumah Sakit
1.5.5. Permenkes R I Nomor 11 Tahun 2017 tentang Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit.
1.5.6. Permenkes Nomor 4 Tahun 2018 tentang Kewajiban Rumah Sakit dan
Kewajiban Pasien.

1.5.7. Permenkes RI Nomor 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan Promosi


Kesehatan Rumah Sakit

5
BAB II
TATA LAKSANA

2.1. Komunikasi Efektif kepada Masyarakat


2.1.1. Rumah Sakit melakukan komunikasi dengan pihak luar (masyarakat)
melalui berbagai media, yaitu :
1. Website : www.rspertaminacilacap.com
2. Humas : (0282) 509955
3. Pendaftaran Online : 0877-8897-6490
4. Media sosial
Instagram : @rs_pertaminacilacap
Facebook : RS Pertamina Cilacap
5. Surat Elektronik (Email) : humas@rspertaminacilacap.com
6. Banner, Leaflet, Spanduk Dan Poster oleh Unit PKRS dan Humas
7. Koran, radio, bulletin dan speaker central

2.1.2. Pembuatan surat kepada pihak luar rumah sakit menggunakan format dan
aturan standart yang telah ditentukan oleh aturan yang berlaku.
2.1.3. Semua karyawan Rumah Sakit pada saat berkomunikasi dengan pihak luar
rumah sakit, baik ketika berada di rumah sakit atau di luar lingkungan rumah
sakit harus memperhatikan etika muatan materi komunikasi.
2.1.4. Informasi Rumah Sakit yang diinfokan kepada masyarakat:
a. Jenis-jenis pelayanan yang ada di Rumah Sakit Pertamina
1. Pelayanan Gawat Darurat 24 Jam
2. Pelayanan Rawat Jalan
● Klinik Dokter Umum
● Klinik Spesialis Kandungan dan Kebidanan
● Klinik Spesialis Penyakit Dalam
● Klinik Spesialis Bedah
● Klinik Spesialis Bedah Orthopedi
● Klinik Spesialis Saraf
● Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
● Klinik Spesialis THT
● Klinik Spesialis Jantung
● Klinik Spesialis Anak
6
● Klinik Kesehatan Gigi dan Mulut
● Klinik Psikologi
● Klinik VCT
● Klinik Konsultasi Gizi
● Klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
● Klinik Tumbuh Kembang Anak
● Klinik Nyeri
3. Pelayanan Rawat Inap
a. Kamar Perawatan
1) Kamar VVIP dengan tarif Rp1.100.000,00/ hari memiliki
fasilitas :

Fasilitas 1 kamar 1 tempat tidur pasien dengan kamar mandi dalam,


kamar : wastafel/ cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1 Set
tempat tidur pasien, 1 Ruang tamu, 1 Set Sice (1 kursi, sofa
panjang, dan 1 meja tamu pendek), 1 Kulkas besar, 1 Televisi
flat LCD 32”, 1 Lemari pasien dan meja makan pasien, 1
Folding bed, 1 Telepon, 1 Bel Pasien, 1 Rak Handuk
Stainlesteel, AC.
Alat Sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, shampoo, washlap dan
Mandi : sandal.
Makan : Sarapan pagi, Sarapan pagi penunggu, Snack siang, Makan
siang, Snack sore, Makan malam, Makan malam penunggu.

2) Kamar VIP dengan tarif Rp. 870.000,00/ hari memiliki fasilitas:

Fasilitas 1 kamar 1 tempat tidur pasien dengan kamar mandi dalam,


kamar : wastafel/ cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1 Set
tempat tidur pasien, 1 Set Sice (1 kursi, sofa panjang, 1 meja
tamu pendek), 1 Kulkas kecil, 1 Televisi flat LCD 32”, 1 Lemari
pasien dan meja makan pasien, 1 Folding bed, 1 Telepon, 1 Bel
Pasien, 1 Rak Handuk Stainlesteel, AC.
Alat Sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, shampoo, washlap dan
Mandi : sandal.
Makan : Sarapan pagi, Sarapan pagi penunggu, Snack siang, Makan

7
siang, Snack sore, Makan malam, Makan malam penunggu.

3) Kamar I Utama dengan tarif Rp 685.000,00/ hari


memiliki fasilitas :

Fasilitas 1 kamar 1 tempat tidur pasien dengan kamar mandi dalam,


kamar : wastafel/ cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1 Set
tempat tidur pasien, 1 Kulkas kecil, 1 Televisi , 1 Lemari pasien
dan meja makan pasien, 1 Folding bed, 1 Telepon, 1 Bel Pasien,
1 Rak Handuk Stainlesteel, AC.
Alat Sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, shampoo, washlap dan
Mandi : sandal.
Makan : Sarapan pagi, Snack siang, Makan siang, Snack sore, Makan
malam.

4) Kamar I Biasa dengan tarif Rp 350.000,00/ hari memiliki


fasilitas :

Fasilitas 1 kamar 2 tempat tidur pasien dengan sekat, kamar mandi dalam,
kamar : wastafel/ cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1
Kulkas kecil, 1 Televisi, 1 Lemari pasien dan meja makan
pasien, 1 Telepon, 1 Bel Pasien, 1 Rak Handuk Stainlesteel, AC.
Alat -
Mandi :
Makan : Sarapan pagi, Snack siang, Makan siang, Snack sore, Makan
malam.

5) Kamar II dengan tarif Rp 200.000,00/ hari memiliki


fasilitas,

Fasilitas 1 kamar untuk 2 pasien dengan sekat, kamar mandi dalam,


kamar : wastafel/ cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1
Televisi, 1 Lemari pasien dan meja makan pasien, 1 Telepon, 1
Bel Pasien, 1 Rak Handuk Stainlesteel, AC.
Alat -

8
Mandi :
Makan : Sarapan pagi, Snack siang, Makan siang, Snack sore, Makan
malam.

6) Kamar III dengan tarif Rp 150.000,00/ hari memiliki


fasilitas :

Fasilitas 1 kamar untuk 3 pasien dengan sekat, kamar mandi, wastafel/


kamar : cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1 Televisi, 1
Lemari pasien, meja makan pasien, 1 Bel Pasien, 1 Rak Handuk
Stainlessteel, AC.
Alat -
Mandi :
Makan : Sarapan pagi, Snack siang, Makan siang, Snack sore, Makan
malam.
b. ICU (Intensive Care Unit)
● Ventilator
● Defibrilator
● Syringe Pump
● Infuse Pump
● Bedside Monitor
● EKG Monitor
● Oksimetri
c. Kamar Perawatan Khusus
Fasilitas Kamar Khusus dengan tarif Rp. 450.000,00/ hari memiliki
kamar : fasilitas,1 kamar 1 tempat tidur pasien, kamar mandi, wastafel/
cermin, tempat sampah, tempat pakaian kotor, 1 Set Sice (2 kursi
tamu dan 1 meja), 1 Kulkas, 1 Televisi, 1 Lemari pasien, 1
Telepon, 1 Bel Pasien, 1 Rak Handuk Stainlesteel, AC.
Alat -
Mandi :
Makan : Sarapan pagi, Snack siang, Makan siang, Snack sore, Makan
malam.

9
d. Kamar Operasi
e. Kamar Bersalin
4. Penunjang Medis
● Farmasi
● Laboratorium
- Pantologi Klinis
- Bank Darah
● Radiologi
- Rontgen - USG Abdomen
- Panoramic dan Cephalometry - USG Mammae
● USG 4D
● Rekam Jantung (EKG)
● Test Fungsi Paru (Spirometri)
● Test Fungsi Telinga (Audiometri)
● Treadmill Test
● Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT)
● Senam Hamil
● Senam Rehab Medik dan Stroke
● Layanan Hemodialisa
● Fisioterapi
- Laser - Static Bicycle
- Electrical Stimulation - Parafin Bath
- TENS - Traksi
- Diatermi Glas, Pad, Flexipulse - Ultrasound Terapy
- Alat Bantu Jalan (walker, reserve walker, tripot) - Pulley
- Finger Table Exercise
● Ocupasi Terapi
- Trampoline - Bounching Ball
- Roker Board - Sensory Ball
- Papan Titian - Bobath Ball
- Mandi Bola
● Terapi Wicara
5. Layanan Unggulan
Medical Check Up

10
b. Waktu Pelayanan Rumah Sakit Pertamina Cilacap
Pendaftaran Rawat Jalan pukul 07.00 – 16.00 WIB
Layanan IGD, Rawat Inap, Penunjang (Lab, Farmasi, Radiologi) dan
Ambulance 24 jam.
Jam Kunjungan Rawat Inap :
 Pagi 10.00 – 12.00
 Sore 16.00 – 18.00
c. Jadwal Praktik Dokter di Rumah Sakit Pertamina Cilacap
Klinik Nama Dokter Hari Praktik Jam Praktik
Penyakit Dalam dr. Suwarto SpPD Senin - Jumat 09.00 – 12.00
Bedah dr. Gatot ismaya SpB, Senin, Selasa, 14.00 s/d selesai
Finacs Kamis, Jumat

Bedah dr. Jody M. SpOT Selasa, Rabu, 14.00 s/d selesai


Orthopedi Kamis

Anak dr. Isri Muninggar, SpA Selasa & Kamis 14.00 s/d selesai

Obsgyn dr. Nono Rasino, SpOG Senin, Selasa, 13.00 s/d selesai
(K) Fer Kamis, Jumat

dr. Frianton SpOG Rabu 14.00 s/d selesai

Psikologi Wisny Ayusmi, M.Psi Senin - Jumat 08.00 – 16.00


Saraf dr. Bethadina Senin & Kamis 07.00 s/d 10.00
Purnamawati, Sp. N
Mata dr. Vita, SpM Jumat 13.30 s/d selesai

THT dr. Mahastini Sp.THT- Senin, Rabu, 14.00 s/d selesai


KL Jumat

Jantung dr. Kelly SpJP.FIHA Selasa 14.30 s/d selesai

Klinik Umum 1 dr. Akhmad Arif Senin - Jumat 08.00 s/d 15.00
Klinik Umum 2 dr. M. Alwi Senin - Jumat 08.00 s/d 15.00
Klinik Gigi drg. Handian Endang Senin - Jumat 08.00 s/d 15.00
Senin - Jumat 08.00 s/d 15.00
Medical Check dr. Nurhani Senin - Jumat 07.00 – 12.00
Up
Hemodialisa dr. M. Alwi Senin - Jumat 07.00 s/d selesai
Klinik Nyeri dr. Nugroho W., Sp. An, Jumat 08.00 s/d selesai
M.Kes
Fisioterapi Dwi Suryanti, Amd. Ft & Senin - Jumat 07.30 – 15.30
Terapi Wicara Anwar Hardiyani Senin, Rabu & 07.00 – 15.30*
Kuncorowati, S. Tr Jumat
Selasa & Kamis 07.00 – 12.00

11
Layanan dr. Akhmad Arif Senin - Jumat 09.00 – 11.00
Hiperbarik
(Chamber)
Konsultasi Gizi Nuraeni Chairi Nisa, Senin - Jumat 07.0 – 15.30
S.Gz

d. Prosedur layanan

2.2. Komunikasi Efektif antar Staf Klinis


2.2.1. Pimpinan rumah sakit menyampaikan kebijakan manajemen kepada staf

rumah sakit melalui media tertulis dan forum rapat kerja. Manajemen
memastikan bahwa semua pihak yang berkepentingan sudah mendapat
informasi tersebut.
2.2.2. Penggunaan telepon untuk komunikasi internal dilakukan dengan
menggunakan etika, bahasa yang jelas dan ringkas.
2.2.3. Rumah sakit menyelenggarakan fasilitas komunikasi data antar unit kerja
melalui jaringan SIMRS. Data yang ada pada jaringan SIMRS bersifat rahasia.
Akses data melalui SIMRS harus dilakukan secara tertib dan
bertanggungjawab.

12
2.2. Komunikasi Efektif dengan Pasien dan Keluarga Pasien
Pasien dan keluarga membutuhkan informasi lengkap mengenai asuhan dan
pelayanan yang disediakan oleh rumah sakit, serta bagaimana untuk
mengakses pelayanan tersebut. Memberikan informasi ini penting untuk
membangun komunikasi yang terbuka dan terpercaya antara pasien, keluarga,
dan rumah sakit. Informasi tersebut membantu mencocokkan harapan pasien
dengan kemampuan rumah sakit. Informasi sumber alternatif asuhan dan
pelayanan diberikan jika rumah sakit tidak dapat menyediakan asuhan serta
pelayanan yang dibutuhkan pasien di luar misi dan kemampuan rumah sakit.
Jenis informasi yang dikomunikasikan kepada Pasien dan keluarga meliputi:
a. Rumah Sakit memberikan informasi kepada pasien dan keluarga tentang
asuhan dan pelayanan yang akan diberikan, serta tatacara bagaimana pasien
dan keluarga dapat mengakses pelayanan di rumah sakit.
b. Pasien dan keluarga akan diberi informasi mengenai sumber rujukan atau
alternatif, apabila rumah sakit tidak dapat melakukan atau menyediakan
asuhan dan pelayanan.
c. Komunikasi dan edukasi menggunakan bahasa Indonesia yang baku atau
dengan bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami oleh pasien dan
keluarga. Bahasa daerah, bahasa asing dan bahasa isyarat dimungkinkan
untuk digunakan apabila dipandang efektif dalam berkomunikasi dengan
pasien.
d. Format dokumen untuk kepentingan komunikasi, informasi dan edukasi
kepada pasien menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
e. Rumah Sakit memberikan kewenangan kepada keluarga atau wali pasien
untuk menjadi penerjemah, apabila pasien mengalami kesulitan dalam
berkomunikasi atau menerima informasi.
f. Rumah Sakit memberikan hak kepada pasien dan keluarga untuk
bertanyajawab ataupun berdiskusi setelah mendapatkan informasi.
g. Rumah sakit menyediakan penerjemah sesuai dengan kebutuhan dan bila di
rumah sakit tidak ada petugas penerjemah maka diperlukan kerja sama
dengan pihak terkait
Rumah sakit melaksanakan edukasi terhadap pasien dan keluarganya sehingga
mereka mendapat pengetahuan serta keterampilan untuk berpartisipasi dalam
proses dan pengambilan keputusan asuhan pasien. Rumah sakit
mengembangkan/ memasukkan edukasi ke dalam proses asuhan sesuai dengan
13
misi, jenis pelayanan yang diberikan, dan populasi pasien. Edukasi
direncanakan untuk menjamin bahwa setiap pasien diberikan edukasi sesuai
dengan kebutuhannya.
Agar edukasi pasien dan keluarga berjalan dengan baik maka :
1. Rumah sakit menetapkan pengorganisasian sumber daya edukasi secara
efektif dan efisien. Oleh karena itu, rumah sakit perlu menetapkan
organisasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS), menciptakan
pelayanan edukasi, dan mengatur penugasan seluruh staf yang memberikan
edukasi secara terkoordinasi.
2. Profesional pemberi asuhan (PPA) yang dapat dibantu oleh staf klinis
lainnya yang memberi asuhan memahami kontribusinya masing-masing
dalam pemberian edukasi pasien. Informasi yang diterima pasien dan
keluarga adalah komprehensif, konsisten, dan efektif.
3. Agar profesional pemberi asuhan (PPA) mampu memberikan edukasi
secara efektif dilakukan pelatihan sehingga terampil melaksanakan
komunikasi efektif. Pengetahuan tentang materi yang diberikan dan
kemampuan berkomunikasi secara efektif adalah pertimbangan penting
dalam edukasi yang efektif.
4. Agar edukasi pasien dan keluarga dapat efektif maka staf harus melakukan
asesmen kemampuan, kemauan belajar, dan kebutuhan edukasi yang dicatat
di dalam rekam medis.
5. Pengetahuan dan keterampilan yang menjadi kekuatan dan kekurangan
diidentifikasi serta digunakan untuk membuat rencana edukasi. Dengan
demikian, untuk merencanakan edukasi dilakukan asesmen:
a. Assessment dilakukan diawal dan selama proses (evaluasi)
b. Kaji kebutuhan edukasi pasien dan keluarga sesuai yang tertuang dalam
formulir assesmen
c. Perawat melakukan Asesmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga
guna mengumpulkan data dan informasi untuk menilai dan mendapatkan
informasi kebutuhan edukasi dan keluarga ketika pasien diterima di
rawat jalan dan ruang rawat inap antara lain tentang :
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga.
2) Kemampuan membaca.
3) Tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan serta hambatan
bahasa.
14
4) Hambatan emosional dan motivasi (emosional: depresi, senang dan
marah).
5) Keterbatasan fisik dan kognitif.
6) Kesediaan pasien untuk menerima informasi
d. Assesmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh tenaga
keperawatan dan dokter.
e. Catat hasil asesmen dalam lembar rekam medis pasien
f. Tentukan rencana pemberian edukasi pasien dan keluarga.
g. Jika pada tahap asesmen pasien di temukan hambatan fisik (tunarungu,
tuna
wicara, buta), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan leaflet
kepada pasien dan keluarga (istri, anak, ayah, ibu, atau saudara
sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka; dan jika pada tahap
asesmen pasien ditemukan hambatan emosional pasien (pasien marah
atau depresi), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan materi
edukasi dan menyarankan pasien membaca leaflet pada saat setelah
pasien merasa nyaman.
h. Lakukan assesmen sesuai dengan juknis tentang pengisian assesmen
kebutuhan edukasi
i. Kolaborasikan dengan bagian terkait untuk memberikan edukasi pada
pasien dan keluarga
j. Assesmen Kebutuhan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait tentang
tatacara/prosedur diatur dalam SPO Assesmen kebutuhan Edukasi pasien
dan keluarga tersendiri.
Edukasi difokuskan pada pengetahuan dan keterampilan spesifik yang
dibutuhkan pasien dalam rangka memberdayakan pasien dalam proses asuhan
dengan memahami diagnosis dan perkembangan kondisi kesehatannya, ikut
terlibat dalam pembuatan keputusan dan berpartisipasi dalam asuhannya, serta
dapat melanjutkan asuhan di rumah.
Edukasi yang diberikan sebagai bagian dari proses memperoleh informed
consent untuk pengobatan (misalnya pembedahan dan anestesi)
didokumentasikan di rekam medis pasien. Sebagai tambahan, bila pasien atau
keluarganya secara langsung berpartisipasi dalam pemberian pelayanan
(contoh: mengganti balutan, menyuapi pasien, memberikan obat, dan tindakan
pengobatan) maka mereka perlu diberi edukasi.

15
a. Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarga harus dengan format dan
bahasa yang mudah dimengerti baik secara verbal maupun materi tertulis
(brosur, leaflet, poster, lembar balik atau media eloktronik)
b. Pemberian informasi dan edukasi verbal harus diperkuat secara
tertulis.(leaflet, poster)
c. Pemberian edukasi dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlibat langsung
dalam asuhan pelayanan pasien.
d. DPJP memberikan edukasi kepada pasien sesuai kebutuhan atau melakukan
edukasi kolaboratif dengan tenaga kesehatan lain sesuai kebutuhan pasien.
e. Jika pasien tidak mau diberitahu tentang diagnosis atau berpartisipasi dalam
keputusan tentang pelayanannya mereka diberi kesempatan dan dapat
memilih berpartisipasi melalui keluarganya, teman atau wakil yang dapat
mengambil keputusan
f. Bila dilakukan tindakan medik yang memerlukan persetujuan tindakan
kedokteran (informed consent), pasien dan keluarga belajar tentang risiko dan
komplikasi yang dapat terjadi untuk dapat memberikan persetujuan.
g. Topik informasi dan edukasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan
keluarga. Topik-topik edukasi yang diberikan kepada pasien dan keluarga
meliputi:
1) Mengenai hak dan tanggung jawab mereka untuk berpartisipasi pada
proses asuhan
2) Kondisi pasien, diagnosa, rencana asuhan yang akan diberikan dan hasil
yang diharapkan, termasuk komplikasi/hasil yang tidak
diharapkan/terduga, adanya penundaan pemeriksaan bila ada, termasuk
alasan penundaan pemeriksaan tersebut
3) Penggunaan obat-obatan yang didapat pasien secara efektif dan aman
(bukan hanya obat yang diresepkan untuk dibawa pulang),
4) Potensi efek samping obat;
5) Potensi interaksi obat antarobat konvensional, obat bebas, serta
suplemen atau makanan.
6) Penggunaan peralatan medis secara efektif dan aman;
7) Diet dan nutrisi;
8) Manajemen nyeri;
9) Teknik rehabilitasi;
10) Cara cuci tangan yang benar.
16
11) DPJP
12) Risiko jatuh
13) Cuci tangan yang benar.
h. Profesional pemberi asuhan (PPA) harus menyediakan waktu yang adekuat
dalam memberikan edukasi.
i. Lakukan verifikasi untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima
dan
memahami edukasi yang diberikan sesuai dengan kondisi pasien
j. Lakukan re-edukasi bila essensi imformasi atau edukasi yang disampaikan
belum diapahami.
k. Isi serta tandatangani formulir verifikasi pemberian edukasi dan mintalah
tandatangan pasien atau keluarga pasien sebagai bukti bahwa sudah diberikan
edukasi dan informasi yang benar.
l. Dokumentasikan /Catat dalam formulir pemberian edukasi , kemudian
simpan dalam berkas rekam medis pasien .
m. Pemberian edukasi terkait tentang tatacara/prosoder diatur dalam SP
Pemberian Edukasi tersendiri.
n. Rumah sakit mengidentifikasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
mendukung promosi kesehatan berkelanjutan dan edukasi untuk menunjang
asuhan pasien yang berkelanjutan
o. Pasien dan keluarga dirujuk agar mendapatkan edukasi dan pelatihan yang
diperlukan untuk menunjang asuhan pasien berkelanjutan, agar mencapai
hasil asuhan yang optimal setelah meninggalkan rumah sakit

p. Edukasi berkelanjutan tersebut diberikan kepada pasien yang rencana


pemulangannya kompleks.

17
2.3. Komunikasi Efektif Antar Profesional Pemberi Asuhan/Staf Klinis
Komunikasi antar staf klinis adalah koordinasi dan kolaborasi antara perawat
dan dokter, perawat dengan perawat, perawat dengan bidan, perawat dengan
farmasis, perawat dengan nutrisionis, perawat dengan petugas laboratorium dan
petugas lain atau sebaliknya atau bahkan komunikasi dengan luar rumah sakit.
Komunikasi antar staff klinis dilakukan pada waktu operan dinas petugas,
operan ketika memindahkan atau merujuk pasien, menyampaikan hasil
pemerikasaan penunjang, menyampaikan kondisi pasien. Komunikasi antar staf
klinis dilakukan agar ada komunikasi dan kolaborasi pada para pelaksanaan asuhan.
Penerima perintah mencatat perintah/hasil pemeriksaan secara lengkap
(write back) kemudian membacakan kembali (read back) kemudian lakukan
konfirmasi ulang (repeat back). Komunikasi verbal atau komunikasi tulis yang
kurang adekuat merupakan sumber kesalahan yang serius pada pusat pelayanan
kesehatan. Analisis akar masalah ditemukan sebagai sumber kesalahan yang terjadi
secara umum di sebabkan dari kedua macam komunikasi ini. Terdapat beberapa
hambatan dalam komunikasi antar petugas pemberi pelayanan karena faktor
hirarki,gender, suku, perbedaan gaya komunikasi antar disiplin ilmu dan gaya
komunikasi individual.
Komunikasi antar staf klinis dilakukan agar ada komunikasi dan kolaborasi
pada para pelaksanaan asuhan. Pelaksanaan komunikasi efektif antar staf klinis
dilakukan dengan tehnik SBAR. SBAR merupakan kerangka komunikasi melalui
telepon SBAR digunakan untuk mengkomunikasikan tentang:
a. Serah terima pasien dari dokter jaga ke DPJP
b. Laporan pasien tentang :

1) Perubahan kondisi pasien


2) Melaporkan nilai kritis

Metode yang digunakan untuk berkomunikasi antar Profesional Pemberi Asuhan antara
lain:
1. Metode Tulis Baca Ulang dan Konfirmasi adalah metode yang digunakan untuk
berkomunikasi melalui lisan atau telepon dengan cara :
a. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan ditulis secara lengkap
oleh penerima telepon

18
b. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dibacakan kembali
secara lengkap oleh penerima telepon
c. Perintah lengkap lisan dan telepon atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh
pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil pemeriksaan.
2. Metode SBAR (Situation, Background, Assesment and Recomendation) adalah
metode komunikasi yang komprehensif dan menyeluruh dengan memperhatikan
segala aspek dari komponen yang akan dikomunikasikan. Komponen SBAR
a. Introduction : Identitas diri penelpon, jabatan penelpon, identitas pasien
(nama,umur,ruang pasien,tanggal masuk,diagnosa masuk).
b. S (Situation) : Kondisi terkini yang terjadi pada pasien atau hasil
pemeriksaanpenunjang terbaru yang akan dilaporkan. Pada fase ini yang
dapatdilaporkan keluhan utama pasien, kondisi kegawatan, hasilpemeriksaan
penunjang terbaru.
 Sebutkan nama Anda dan unit (bangsal)
 Sebutkan identitas pasien, umur, dimana pasien tersebut dirawat
 Ceritakan dengan jelas kondisi/apa yang terjadi pada pasien yang
membuatanda khawatir
 Kata kunci “Apa yang terjadi pada pasien?” (misal, sesak nafas, nyeri dada,
dsb)
c. B (Background) : Informasi penting yang berhubungan dengan kondisi pasien
terkini. Pada fase ini petugas melaporkan :
1) Hasil pemeriksaan fisik yang mendukung (tanda vital, skalanyeri,tingkat
kesadaran,status nutrisi, dll)
2) Hasil pemeriksaan penunjang yang abnormal.
3) Riwayat alergi, riwayat pembedahan, pemasangan alat invasidanobat/infus
4) Intervensi yang telah dilakukan, respon pasien.
Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
 Status kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb)
 Status respirasi (frekuensi pernafasan, SPO2, analisis gas darah, dsb)
 Status gastro-intestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan, dsb)
 Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb)
 Hasil laboratorium/ pemeriksaan penunjang lainnya
d. A ( Assessment) :Hasil pengkajian kondisi pasien. Pada fase ini petugas
melaporkan kemungkinan masalah yang terjadi.
19
Sebutkan problem pasien :
 Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb)
 Problem gastro-intestinal (perdarahan masif dan syok)
e. R ( Recommendation) : Pemberi pesan menyampaikan hal-hal atau tindakan-
tindakan yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi sementara kondisi/ situasi
tersebut sekaligus mengkonsulkan tindakan lanjutan yang harus dilakukan guna
menyelesaikan/ mengatasi kondisi/ situasi tersebut.
Rekomendasi: (pilih sesuai kebutuhan)

a. Saya meminta dokter untuk:


 Memindahkan pasien ke ICU?
 Segera datang melihat pasien?
 Mewakilkan dokter lain untuk datang?
b. Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan:
 Foto Rontgen?
 Pemeriksaan analisa gas darah?
 Pemeriksaan EKG?
 Pemberian oksigenasi?
 Beta 2 agonis nebulizer?
c. Apabila ada perubahan terapi, tanyakan :
 Seberapa sering diperlukan pemeriksaan tanda
vital?
 Bila respon terapi tidak ada kapan harus
menghubungi dokter lagi?
d. Konfirmasi :
 Saya telah mengerti rencana tindakan pasien
 Apa yang harus saya lakukan, sebelum dokter
sampai disini?
Ketentuan lain:
1. Seluruh proses SBAR ditulis secara lengkap (Write Back) di dalam Formulir
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi dan dimasukkan dalam Rekam Medis
Pasien.
2. DILARANG menuliskan SBAR DI SEMBARANG KERTAS.

20
3. DILARANG menggunakan singkatan-singkatan yang tidak masuk dalam Daftar
Singkatan Baku RS Pertamina Cilacap.
4. Isi pesan dibacakan kembali (Read Back) secara lengkap oleh penerima pesan.
5. Penerima pesan mengkonfirmasi isi pesan kepada pemberi pesan (Repeat Back).
6. Seluruh isi pesan yang diterima oleh penerima pesan didokumentasikan di lembar
Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi (CPPT) dan diberi stempel konfirmasi
TBK dan Verifikasi.
7. Verifikasi dan penandatanganan seluruh dokumentasi komunikasi selambat
lambatnya dilakukan dalam 1 x 24 jam.

Prosedur komunikasi secara lisan atau melalui telepon adalah :

1. Petugas kesehatan yang melaporkan kondisi pasien/ hasil tes pemeriksaan yang kritis
kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP).
2. Ketika dokter memberi instruksi verbal maka petugas kesehatan menerapkan write
down read back atau Tulis Baca Ulang Konfirmasi.
3. Petugas kesehatan yang menerima instruksi via telepon/ lisan/ hasil tes pemeriksaan
yang kritis, menuliskan (write down) pesan yang disampaikan pemberi informasi di
Formulir Catatan Lengkap Perintah Lisan/ via telepon/ pelaporan hasil pemeriksaan
kritis.
4. Petugas kesehatan yang menerima instruksi secara verbal/ lisan bertanggungjawab
untuk mencatat instruksi tersebut pada formulir catatan lengkap perintah Lisan
ataupun via telepon yang diberi stempel konfirmasi TBK dan stempel verifikasi.
5. Verifikasi dan penandatanganan seluruh dokumentasi komunikasi selambat
lambatnya dilakukan dalam 1 x 24 jam oleh dokter DPJP.

Selain hal tersebut diatas setiap rumah sakit menentukan informasi yang akan
dikomunikasikan dengan cara dan informasi tersebut sering dikomunikasikan dari
satu staf klinis kepada staf klinis lainnya, meliputi:
1. status kesehatan pasien antara lain catatan perkembangan pasien terintegrasi
(CPPT);
2. Setiap pasien setelah rawat inap dibuat ringkasan pulang
3. Setiap pasien rawat jalan dengan diagnosis kompleks dibuat profil ringkas medis
rawat jalan

21
4. Informasi yang dikomunikasikan termasuk ringkasan asuhan dan pelayanan yang
telah diberikan pada proses transfer dan rujukan; Transfer pasien didalam rumah
sakit adalah transfer antara unit / instalasi yang ada di lingkungan RS Pertamina
Cilacap terdiri dari :
a. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat/PONEK ke Instalasi Rawat Inap
, ICU /HCU, Kamar Operasi
b. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi Gawat Darurat, Unit
PONEK, Instalasi Rawat Inap , Kamar Operasi
c. Transfer pasien dari Instalasi Rawat Inap ke ICU / HCU, Kamar Operasi
d. Transfer pasien dari Kamar Operasi ke Instalasi Rawat Inap, ICU / HCU
e. Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Inap ke Ruang
Radiologi
5. Serah terima pasien (hand over)
Informasi kondisi pasien antarstaf klinis termasuk PPA berdasar atas
proses yang sedang berjalan atau pada saat penting tertentu dalam proses
asuhan ditulis dalam rekam medis. Hand over dilakukan di Nurse Station.
Hal – hal penting yang perlu diserah terimakan ke shift selanjutnya meliputi :
jumlah pasien, pasien observasi, pasien mempunyai resiko (seperti resiko
jatuh, alergi obat, dll), rencana pelayanan yang akan dilaksanakan,
pemeriksaan penunjang seperti rontgen, laboratorium, tindakan operasi,
hemodialisa, endoscopy, persiapan untuk konsultasi/ prosedur lainnya yang
tidak dilaksanakan secara rutin.
Selain di Nurse Station, hand over juga bisa dilakukan didepan pasien
dengan mengucapkan salam terlebih dahulu kepada pasien dan keluarga,
dilanjutkan dengan perkenalan perawat jaga, menanyakan nama pasien
dengan mengecek gelang pasien, berikan kesempatan kepada pasien untuk
bertanya.
Komunikasi lisan pada saat serah terima (hand over) menggunakan
SBAR harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Komunikasi secara lisan pada saat serah terima (hand over) menggunakan
SBAR harus menggunakan Bahasa yang mudah dimengerti dan dipahami.
2. Komunikasi secara lisan pada saat serah terima (hand over) menggunakan
SBAR harus dituliskan dengan benar di form yang sudah ditetapkan
rumah sakit.
22
Prosedur hand over komunikasi secara lisan menggunakan SBAR:
1. Perawat shift sebelumnya (misal shift malam) melakukan pencatatan data di formulir
SBAR yang disediakan rumah sakit, meliputi data Situation; terdiri atas Nama pasien/
tanggal lahir/status, umur, DPJP, diagnosis, keluhan saat ini, Background; alergi,
terapi dari Dokter Penanggung Jawab (DPJP), Assessment; teridiri atas kesadaran,
tekanan darah, nadi nafas/respirasi, suhu, Recommendation; terdiri atas intruksi/ order
dokter, perawat penanggung jawab.
2. Pada saat serah terima (hand over) di nurse situation perawat shift sebelumnya (misal
shift malam) melaporkan kondisi seluruh pasien kepada perawat shift berikutnya
(misal shift pagi) berdasarkan formulir SBAR yang sudah diisi.
3. Perawat shift berikutnya (misal shift pagi) mengklarifikasi yang telah disampaikan
oleh perawat shift sebelumnya (misal shift malam)
4. Perawat shift berikutnya (misal shift pagi) mengajak salah satu perawat shift
sebelumnya (missal shift malam) yang merupakan penanggung jawab shift untuk
mengklarifikasi pasien (menghampiri pasien dalam visit keperawatan/ overan bed to
bed)
5. Pada saat overan bed to bed, perawat shift sebelumnya (misal shift malam)
mengucapkan salam dan menyapa pasien, serta menanyakan keluhan pasien,
kemudian menyampaikan tugasnya telah selesai dan diganti perawat shift berikutnya
(misal shift pagi)
6. Perawat shift berikutnya (misal shift pagi) memperkenalkan diri sebagai perawat yang
bertanggung jawab kepada pasien dan menjelaskan rencana perawatan atau
pemeriksaan yang akan dilakukan pada jam shiftnya.
7. Perawat ke nurse situation, perawat shift berikutnya (misal shift pagi) mendiskusikan
kondisi pasien yang dilihatnya
8. Perawat shift berikutnya (misal shift pagi) memberikan reinforcement kepada perawat
shift sebelumnya (misal shift malam)

Komunikasi perintah lisan via telepon harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Perintah lisan via telepon harus dituliskan dengan benar di form yang sudah
ditetapkan rumah sakit.

23
2. Perintah lisan via telepon tersebut diverifikasi oleh dokter pemberi pesan sebagai
tanda persetujuan.
3. Penulisan pesan/ perintah lisan harus dilakukan secara lengkap dan dapat terbaca
dengan jelas agar sumber pesan/ perintah pesan dapat dilacak bila diperlukan
verifikasi.
4. Setiap penulisan isi pesan/ perintah lisan harus disertai dengan tanggal/ jam,
nama lengkap dan tanda tangan penerima perintah, pemberi perintah, pelaksana
perintah, saksi serta keterangan.
5. Dalam penulisan pesan/ perintah lisan harus menghindari penggunaan singkatan,
akronim, symbol yang berpotensi menimbulkan kesalahan dalam penulisan
pesan/ perintah lisan dan dokumentasi medis (misalnya catatan keperawatan,
anamnesis, pemeriksaan fisik, pengkajian awal keperawatan, media elektronik,
dan sebagainya).
6. Jika isi pesan berupa Identitas Pasien, hasil pemeriksaan yang kritis dan obat
tersebut termasuk obat LASA, maka petugas kesehatan harus dieja satu persatu
hurufnya menggunakan alphabet sebagai berikut:

CHARACTER MORSE CODE PENYEBUTAN CHARACTER MORSE CODE PENYEBUTAN

A .- Alfa S ... Sierra

B -... Bravo T - Tango

C -.-. Charlie U ..- Uniform

D -.. Delta V ...- Victor

E . Echo W .-- Whiskey

F ..-. Foxtrot X -..- Xray

G --. Golf Y -.-- Yankee

H .... Hotel Z --.. Zulu

I .. India 1 .---- Satu

J .--- Juliet 2 ..--- Dua

K -.- Kilo 3 ...-- Tiga

L .-.. Lima 4 ....- Empat

M -- Mike 5 ..... Lima

24
N -. November 6 -.... Enam

O --- Oscar 7 --... Tujuh

P .--. Papa 8 ---.. Delapan

Q --.- Quebec 9 ----. Sembilan

R .-. Romeo 0 ----- Nol

2.5. Komunikasi Efektif Pada Kondisi Darurat


2.5.1. Code Blue
Code Blue merupakan situasi henti nafas dan henti jantung yang terjadi
pada pasien, keluarga, pengunjung ataupun staff rumah sakit, yang
memerlukan tindakan medis segera berupa Resusitasi Jantung Paru / Resusitasi
Kardio Pulmoner.
Penanganan Code Blue diatur pada Panduan Code Blue RS Pertamina Cilacap.
2.5.2. Code red.
Code Red merupakan situasi dimana terjadi asap atau titik api yang mengarah
kepada kebakaran. Penanganan Code Red diatur pada Pedoman Code Red RS
Pertamina Cilacap
2.5.3.Pelaporan Nilai Kritis

Nilai kritis merupakan nilai yang mencerminkan keadaan patologis pasien yang
dapat membahayakan jiwa apabila tidak segera diambil tindakan. Penanganan
mengenai nilai kritis diatur pada SOP Pelaporan nilai kritis RS Pertamina
Cilacap.
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis di status rekam medis pasien meliputi :
a. Tanggal/ jam pesan diterima
b. Isi perintah lisan

Misalnya untuk dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian obat harus
dicatat lengkap untuk menghindari kesalahan penafsiran.
1. Khusus untuk order peresepan obat atau pemberi obat, jika obat tersebut termasuk
obat LASA, maka petugas kesehatan harus dieja satu persatu hurufnya.
2. Setelah dituliskan, petugas kesehatan yang menerima pesan membacakan (read
back) pesan/ hasil pemeriksaan yang kritis kepada pemberi perintah pesan via
telepon/ lisan untuk mengkonfirmasi kebenaran pesan yang dituliskan termasuk
nama pasien, tanggal lahir serta umur, dan diagnosis.
25
3. Petugas kesehatan yang menerima pesan harus menulis nama dan menandatangani
Formulir Catatan Lengkap Perintah Lisan/ Via Telepon/ Pelaporan Hasil
Pemeriksaan Kritis.
4. Petugas kesehatan yang menerima pesan menulis nama dan meminta tanda tangan
pelaksana perintah pesan.
5. Petugas kesehatan yang menerima pesan menuliskan nama dokter yang telah
memberi pesan dan melakukan verifikasi kepada dokter pemberi pesan sebagai
tanda persetujuan dalam waktu 1 x 24 jam.
6. Petugas kesehatan yang menerima pesan menuliskan nama dan tanda tangan saksi,
saksi merupakan tenaga medis misalnya perawat atau keluarga pasien.
7. Petugas kesehatan mencatat hal-hal yang perlu dicatat pada kolom keterangan
yang tertera pada Formulir Catatan Lengkap Perintah Lisan/ Via Telepon/
Pelaporan Hasil Pemeriksaan Kritis termasuk bila pemberi perintah lisan tidak mau
tanda tangan.

Pada saat mendengarkan perintah lisan melalui telepon tersebut, hal yang perlu dilakukan
oleh perawat yang menerima perintah/ informasi adalah:
a. Menuliskan perintah secara lengkap atau hasil pemeriksaan.
b. Membacakan kembali (read back) perintah atau hasil pemeriksaan dan bila keadaan
tidak memungkinkan seperti di kamar operasi dan situasi gawat darurat di IGD atau
ICU, pembacaan kembali diperbolehkan untuk tidak dilakukan.
c. Mengkonfirmasi bahwa apa yang dituliskan dan dibacakan ulang sudah akurat dan
ditandatangani oleh dokter pemberi pesan/ perintah lisan.

KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN RADIOLOGI KRITIS

Kriteria hasil pemeriksaan radiologi kritis antara lain jika hasil ekspertise Dokter Spesialis
Radiologi sebagai berikut :

1. Tension Pneumothorax
2. Hematothorax
3. Pneumoperitonium
4. Appendicitis acut dengan perforasi
5. Ileus Obstruksi
6. Invaginasi

26
7. Hidropneumothorax
8. Effusi pleura
9. Edema paru/ bendungan paru
10. Contusio disertai fraktur iga
11. Torsio testis(hasil USG)
12. Pendarahan intra cranial (hasil CT Scan)
13. Ruptur organ dalam post trauma dengan perdarahan (hasil CT Scan)
14. Pemasangan ET yang terlalu dalam / false route pada CT Scan

KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM KRITIS

No JENIS TEST NILAI NILAI


NORMAL KRITIS
1 Fibrinogen 200 – 400 mg/dl < 50 ; > 700 mg/ dL

2 Hemoglobin L : 13-16 ; P :12-14% < 5 ; > 20 g / dL

3 Hematokrit L : 43 – 48 ; P : 37 – 43 < 15 ; > 60 %


4 INR 1,0 – 1,08 > 3,6
5 Lekosit 5 – 10 ribu / ul < 0.5 ; > 30 ribu/ uL
6 PT 10 – 13 detik > 20 detik

7 PTT 25 – 31 detik > 100 detik


8 Trombosit 150 – 450 ribu/ul < 30 ; > 1000 ribu / uL

9 Albumin 3,5 – 5,2 g/dl < 1,5 g/dL


10 Bilirubin Total < 1,5 mg/dl > 12 mg /dL

11 Chlorida 98 – 109 mEq/L < 70 ; > 120 m Eq/L


12 Calsium 8,5 – 10,5 mg/dl < 7,0 ; > 12,0 mg / dL
13 Creatinine 0,5 – 1,5 mg/dl > 10 mg/dL

14 TC02 22-28mmol/L > 50 ; < 15

15 Natrium 135-153 mEq/l < 130 ; > 160 m Eq/l


16 Kalium 3,5 – 5,1 mEq/l < 2,5 ; > 6,5 m Eq/l
17 Magnesium 1,2 – 2,5 mg/dl < 1,0 ; > 5,0 mg /dL
18 P-Amylase 17 - 115 u/l > 600 u/L
19 Glucose 70 – 200 mg/dl < 50 ; > 400 mg / dL
20 Lipase 13 – 60 mg/dl > 600 u/L
21 Troponint T < 50 ng/L > 100 ng/L

22 LDL Cholesterol < 130 mg/dl > 500 mg/dl

LDL Cholesterol < 130 mg/dl > 155 mg/dl


pada anak-anak
23 HDL Cholesterol 40 - 60 mg/dl < 10

KRITERIA HASIL PEMERIKSAAN HASIL EKG KRITIS


27
1. ST Elevasi lebih dari 1 kod yang bersesuaian > 1 mm (Infark Akut)
2. ST Depresi lebih dari 1 kod yang bersesuaian > 1 mm (Iskemia)
3. Tachiaritmia dengan HR > 100 x/menit
4. Bradicardia dengan HR < 50 x/menit dengan AV Block
5. Ekstra Systole > 5 x/menit

2.5.4. Perintah Evakuasi


Evakuasi merupakan adalah suatu tindakan memindahkan manusia secara
langsung dan cepat dari satu lokasi ke lokasi yang aman agar menjauh dari
ancaman atau kejadian yang dianggap berbahaya atau berpotensi mengancam
nyawa manusia. Contohnya mulai dari yang kecil seperti kebakaran sampai level
bencana nasional seperti evakuasi kontaminasi nuklir, banjir, badai, perang
ataupun kondisi extreme lainnya. Penanganan mengenai perintah evakuasi
diatur pada Pedoman/ SOP Evakuasi RS Pertamina Cilacap.

28
BAB III

DOKUMENTASI

Kegiatan komunikasi efektif didokumentasikan oleh masing – masing satuan kerja. Tata
cara pendokumentasian diatur dalam pedoman, panduan atau prosedur yang terintegrasi
dalam regulasi yang disusun oleh satuan kerja. Dokumen yang terkait dengan
pelaksanaan komunikasi efektif adalah sebagai berikut :

1. Form CPPT

2. Form Edukasi Terintegrasi

3. Form Rujukan

4. Form Serah Terima (Hand Over)


5. Form Transfer Intra Rumah Sakit dan Antar Rumah Sakit

6. Form Jawaban Rujukan

7. Form Resume Medis Rawat Jalan dan Rawat Inap

8. Form Monitoring selama transfer

9. Form implementasi keperawatan

10. Materi edukasi,leaflet,brosur,jadwal

29
BAB IV
PENUTUP

` Komunikasi efektif merupakan cara penyampaian informasi dengan benar sehingga


tidak terjadi salah persepsi antara pemberi informasi maupun penerima informasi. Sebelum
komunikasi dihentikan perlu dilakukan klarifikasi baik oleh pemberi informasi maupun
penerima informasi (read back). Komunikasi efektif merupakan keharusan untuk mencapai
keselamatan pasien dengan harapan meminimalkan kesalahan dalam berkomunikasi.
Keberhasilan komunikasi efektif akan mendukung dalam pemberian layanan di RS Pertamina
Cilacap.
` Buku pedoman komunikasi efektif ini merupakan panduan bagi seluruh staf rumah
sakit, dan bukan buku standar yang bersifat mutlak oleh karena itu untuk pelaksanaan
dilapangan dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing – masing di
rumah sakit. Dengan diterbitkannya Pedoman Komunikasi Efektif ini, diharapkan semua
staf yang bertugas dapat menyampaikan informasi dengan benar sesuai dengan standar yang
tercantum dalam pedoman ini maupun Standar Prosedur Operasional terkait.

Ditetapkan di : Cilacap
Pada tanggal : 06 Oktober 2018

30

Anda mungkin juga menyukai