Anda di halaman 1dari 11

MENJADI GURU YANG MELAYANI DENGAN HATI

Dosen pengampu: Dr. Muammar M.Pd

Oleh:

Aleyda Aspiani
Nim.210106091

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FTK)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan tepat waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
BAHASA INDONESIA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan bagi para
pembaca dan penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.
Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Wa’alaikumsalam wr.wb

Bentek, 21 November 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar ~2

Daftar isi ~3

BAB I PENDAHULUAN ~4

A. Latar belakang ~4
B. Rumusan masalah ~4
C. Tujuan ~4
D. Manfaat~4

BAB II PEMBAHASAN ~5

A. Pengertian guru ~5
B. Menjadi guru yang melayani dengan hati ~5
C. Kepribadian pendidik yang berhati nurani ~7
D. Yang perlu dilakukan pendidik yang melayani dengan hati ~9

BAB III PENUTUP ~10

A. Kesimpulan ~10
B. Saran ~10
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Banyak para guru kewalahan dalam  menghadapi perilaku peserta didiknya, walaupun merasa
telah mencurahkan segala upaya dalam membenahi mereka. Dinasehati, dihukum secara fisik,
diancam dengan akan diberi nilai kecil bahkan sampai dipanggil orang tua mereka untuk
menghadap guru telah dilakukan, akan tetapi perubahan demi perubahan tak kunjung tampak.
Dalam kondisi seperti ini, para guru sering kehilangan akal dalam menghadapi perilaku
peserta didiknya. Akhirnya sering terjadi pembiaran-pembiaran terhadap perilaku peserta
didik yang tidak sesuai dengan keinginan mereka.
Bila sikap guru merupakan faktor penentu dalam kesuksesan bagi seorang guru dalam
mendidik, maka sebaiknya guru dalam mendidik peserta didik harus mengacu pada
pengembangan sikap yang bersumber dari hati nurani, sehingga sikap tersebut dapat membuat
peserta didik kita menjadi manusia yang berkarakter mulia, cerdas, mandiri dan mampu
memberi kontribusi bagi lingkungan dan sesamanya.
B. Rumusan masalah
Bagaimana menjadi seorang guru yang melayani dengan hati ?
C. Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana menjadi seorang guru yang melayani dengan hati
D. Manfaat
Untuk menambah wawasan tentang bagaimana menjadi guru yang melayani dengan hati
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Guru
Secara etimplogi kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang diartikan orang yang
mengajar (pengajar, pendidik, ahli didik). Sementara itu dalam bahasa Jawa, kata “guru”
diartikan dengan “digugu dan ditiru”, digugu berarti diikuti nasihat-nasihatnya. Dan ditiru
berarti diteladani tindakannya.
Dalam pendidikan Islam, seorang guru akrab disebut Ustadz, yang berarti pengajar
khusus bidang pengetahuan agama islam. Mu’allim menggambarkan kompetensi profesional
yang menguasai ilmu pengetahuan yang akan diajarkan kepada peserta didik. Murabbi, guru
dalm kata ini berarti mempunyai penanan dan fungsi membuat pertumbuhan, perkembangan,
serta menyuburkan intelektual dan jiwa peserta didik. Mursid sering dipakai untuk menyebut
sang guru dalam thariqah-thariqah. Mudarriss yaitu oranag yang memberi pelajaran, dan kata
Muaddib yaitu mengajar khusus di Istana (etika, moral,dan akhlak).
Secara terminologi, guru atau pendddik yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap
perkembangan anak didik, dengan kata lain orang yang bertanggung jawab dalam
mengupayakan perkembangan potensi anak didik (kognitif, efektif, dan psikomotor) samapai
ketingkat setinggi mungkin sesuai dengan ajaran Islam.
Secara formal, guru adalah seorang pengajar di sekolah negeri ataupun swasta yang
memiliki kemampuan berdasarkan latar belakang pendidikan formal minimal besetatus
sarjana(strata 1), dan telah memiliki ketetapan hukum yang sah sebagai guru dan dosen yang
berlaku di Indonesia. Namun guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang
melaksanakan pendidikan di temapat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan
formal. Tetapi bisa juga di masjid, di rumah, dan sebagainya.
Guru merupakan salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar.
Seorang guru ikut berperan dalam membentuk Sumber Daya Manusia(SDM) yamg potensial.
Pengertian guru profesional menurut para ahli adalah semua prang yang mempunyai
kewenangan serta bertanggung jawab tentang pendiddikan anak didiknya, baik secara
individual atau klasikal, di sekolah atau di luar sekolah. Guru adalah semua orang yang
mempunyai wewenang serta tanggung jawab utuk membimbing, serta membina murid baik
secara individual atau pun klasikal di sekolah atau pun di luar sekolah.

B. Guru Yang Melayani Dengan Hati


Pendidikan dalam bahasa Arab juga disebut dengan “tarbiyah”, diantara maknanya
yaitu kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak,
dan menyenangkan (tidak membosankan). Pengertian pendidikan seperti ini sesuai dengan
keinginan dari ayat Al-Quran surat Al-Isra’: 21,“….Warhamhumaa kamaa rabbayani
shaghiira” (“…dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku (dengan
kasih sayang) ketika aku masih kecil”).
Rasulullah SAW bersabda” sesungguhnyadidalam diri manusia ada sebuah organ.
Jika ia baik, akan baik seliuruh amalnya. Jika ia rusak, akan rusak seluruh amalnya.
Ketahuilah, ia adalah hati’.(HR Ahmad). Hati atau Qolbu inilah pangkal dari seluruh
keberhasilan dalm mendidik. Dari pemahaman ayat dan sabda Rasul tersebut, mendidik
dengan hati harus di terapkan, baik di lingkungan seokolah, keluarga, maupun di lingkingan
kluar..
Guru yang baik adalah guru yang melandasi inyeraksinya dengan siswa diatas nilai-
nilai kasih sayang. Dengan begitu lahirlah keharmonisan. Sebaliknya jika guru lebih suka
menghukum dari pada tersenyum, leih suka menghardik dari pada empatik. Kondisi ini akan
membuat anak didik tidak nyaman, tidak betah, dan tidaak semangat dalama belajar, serta
sealalu berkecil hati.
Di zaman sekarang atau di era globalisasi, kebanyakan orang selalu mengedepankan
emosi dari pada hati, di tengah mengecilnya ruhiyah sosial dan krisis kesantunan moral, maka
merupakan suatu keniscayaan bagi guru untuk mengedepankan sikap santun dan keramahan
dalam kegiatan belajar-menagajar. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Arif Rahman,
seorang pakar pendidikan di negeri ini, bahwa di era reformasi yang serba kebablasan ini guru
harus mengajar muridnya dengan hati (cinta dan kasih sayang) bukan emosi.
Menurut Raja Daud, cinta hampir sama dengan hobby. Pada saat kita menekuni
pekerjaan yang berangkat dari hobby, kita berpotensi besar untuk berhasil, karena alasan yang
sederhana yaitu ada cinta yang terlibat di dalamnya. Cinta mampu membuat kita bertahan
dalam kondisi sulit, membuat kita selalu romantis terhadap pekerjaan kita,  membuat perasaan
rela berkorban. Cinta juga mampu membimbing kita pada kerinduan untuk terus belajar,
tumbuh dan merenungkan apa yang kita geluti siang dan malam.
Demikian pula dengan mendidik, dengan adanya rasa cinta dan suka pada profesi kita
sebagai pendidik dan juga pada peserta didik kita, maka akan muncul suatu kekuatan (power)
yang bersumber dari hati yang akan melahirkan berbagai emosi positif seperti kasih sayang.
Sikap cinta dan kasih sayang seorang guru tercermin melalui kelembutan, kesabaran,
penerimaan, kedekatan, keakraban, serta sikap-sikap positif lainnya dalam berinteraksi
dengan para peserta didiknya. Sosok guru yang selalu menebar kasih sayang pada peserta
didik atau lingkungannya akan melahirkan sebuah kharisma. Peserta didik akan mencintai
guru dengan cara mengidolakannya, serta menempatkannya sebagai sosok yang berwibawa
dan disegani. Cinta adalah sikap batin yang melahirkan kelembutan, kesabaran, kelapangan,
kreativitas serta tawakkal. Jaring-jaring cinta yang kita tebar dengan penuh keikhlasan akan
tersambut positif oleh peserta didik.
Guru yang mendidik dengan sentuhan-sentuhan pada hati akan berdampak luar biasa
terhadap anak didiknya. Robbert K Cooper dalam Ronie (2005:24) menyatakan bahwa “hati
megaktifkan nilai-nilai kita yang paling dalam , mengubahnya dari suatu yang kita pikir
menjadi suatu yang kita jalani. Hati tahu hal-hal yang tidak baik, atau tidak dapat diketahui
oleh pikiran. Hati adalah sumber energi atau perasaan mendalam yang menuntut kita belajar,
menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani”.
Respon balik dari rasa cinta peserta didik terhadap guru yang mendidik dengan hati
bisa terwujud melalui sikap-sikap positif. Misalnya penghormatan, kepatuhan, motivasi
belajar, kecintaan terhadap tugas, dan rasa ingin selalu menghargai guru yang dicintainya.
Dengan sikap-sikap seperti ini maka siswa akan merasakan bahwa belajar sudah bukan lagi
sebagai kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan bahkan keasyikan. Maka akan muncul keinginan
untuk berprestasi di dalam jiwa peserta didik. Namun ungkapan rasa cinta guru tidak mudah
ditangkap oleh siswa. Dibutuhkan kiat dan seni tersendiri agar sinyal cinta guru dapat
dipahami siswa.

C. Kepribadian Pendidik Yang Berhati Nurani


Sifat mendidik adalah bagaimana memuliakan orang yang dididiknya menjadi
manusia yang mulia sebagai ciptaan dan amanah Allah. Karena itu kepribadian guru sebagai
pendidik di sini adalah dalam rangka untuk memuliakan dirinya sebagai pendidik yang
dengannya ia dapat memuliakan peserta didiknya dan orang lain. Kepribadian pendidik yang
berhati nuraani dikemukakan sebagai berikut :
1. Mendidik adalah ketulusan hati yang ikhlas
Seorang guru atau pendidik harus meluruskan niat, karena amalan yang diterima oleh
Allah SWT. Adalah amalan yang dilandasi dengan niat yang ikhlas. Seorang guru
yang mendidik dengan ikhlas selalu bersemangat, punya ide dan berinovatif, sealalu
memberi lebih dan terbaik untuk peserta didiknya.
2. Mendidik adalah panggilan jiwa dan kasih sayang
Mendidik adalah upaya menanamkan nilai-nilai ke dalam jiwa peserta didik.
Internalisasi nilai-nilai ini bisa tertanam bila disampaikan oleh guru dengan kasih
sayang. Karena kasih sayang dapat menembus segala jenis hambatan. Kasih sayang
inilah yang bisa membuat para guru hadir di relung hati peserta didiknya. Bagi
peserta didik, kasih sayang dapat mencerahkan hati, menjernihkan pikiran,
menentramkan jiwa, mencerdaskan akal budi, menyejukkan hati, menyembuhkan
jiwa dan fisik, memberikan asupan energi, membangkitkan semangat, memberikan
inspirasi, memberikan harapan masa depan serta menemukan jati dirinya untuk
menjadi dirinya sendiri.
3. Mendidik adalah mananah dan tanggung jawab
Apa pun yang kita lakukan sebagai pendidik akan dipertanggungjawabkan di hadapan
Allah SWT. Pendidik yang memiliki kesadaran demikian, mereka akan mendidik dan
bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab, memegang teguh kepercayaan, komitmen
dan berintegritas.
4. Mendidik adalah dengan penuh kesabaran dan rasa syukur
Dengan keragaman latar belakang peserta didik terkadang membutuhkan perhatian
lebih yang hanya bisa dihadapi dengan kesabaran dan kebesaran hati agar mereka
tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang unik sesuai dengan keunikannya dan menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri dan berkarakter.
Ketika kita dihadapkan dengan sikap dan perbuatan yang terkadang memancing
emosi dan mengusik kesabaran kita, ubah sudut pandang kita, dekati mereka dengan
hati, dan jadikan mereka sebagai “guru” agar kita belajar lagi tentang cara mendidik
mereka. Itu berarti bahwa ilmu kita masih kurang, dan dengannya banyak-banyaklah
melihat ke dalam diri akan kekurangan dan keterbatasan ilmu yang kita miliki.
Bersyukurlah bahwa mereka telah menunjukan kekurangan dan keterbatasan kita dan
dengannya kita belajar kembali untuk meningkatkan kualitas diri.
5. Mendidik adalah berpikir maju
Pendidik yang berpikiran maju adalah mereka yang berpikir besar yang diiringi
dengan cara kerja yang luar biasa dan konsisten terhadap apa yang menjadi
impiannya, untuk peserta didi maupun bagi dunia dan zamannya. Peka terhadap
perubahan dan cepat menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman serta komitmen
terhadap mutu.
6. Mendidik adalah dengan kecerdasan
Mendidik dengan cerdas adalah mereka yang memiliki kerinduan untuk belajar dan
tumbuh merenungkan bidangnya dengan terus mencari dan menggali suatu hal yang
baru (inovasi) bagi keberhasilan peserta didik dan dunia profesinya.

7. Mendidik adalah kreatif


Mendidik adalah kreativitas, ia hanya lahir dari hati dan jiwa yang merdeka. Para
pendidik yang kreatif selalu mencari hal yang baru dari sudut pandang yang berbeda
dalam dunia profesinya. Memperbaiki keadaan, mencari solusi, selalu ingin tahu,
berpikir alternatif – antisipatif, membaca peluang, berani bertindak dan mencoba
sesuatu yang baru dari dunia profesi yang ditekuninya.
8. Mendidik adalah keteladanan
Hakekat mendidik dengan keteladanan sesungguhnya untuk memuliakan diri kita
sendiri, oleh karena itu kita akan mengutamakan kualitas spiritual, moralitas,
intelektual, sosial dan integritas.
9. Mendidik adalah melayani dengan hati
Melayani dengan tulus datang dari hati nurani, dan dengan demikian akan muncul
sifat melayani dengan rendah hati, empati, peduli, memberi solusi dan kepercayaan.

D. Yang perlu dilakukan pendidik yang melayani dengan hati


Seoranag guru yang ingin mwneundukkan peserta didiknya dalam pembelajaran, agar
menjadi insan yang baik, bermoral, dan berkarakter, maka kondisi hatinya harus lebih baik
dari peserta didiknya. Ahmad Taufik mengemukakan beberapa langkah dalam pendidik
dengan hati sebagai berikut :
1. Kelembutan sikap
Modal utama cinta salah satunya adalah kelembutan hati. Jika peserta didik
mendapatkan kelembutan hati dari seorang guru, maka peserta didik akan merasa dan
meyakini bahwa gurunya memang mencintai mereka.
2. Memenej emosi
Seorang guru harus pandai memenej emosinya secara baik dan benar. Jangan sampai
membuat kesalahan dan menjadikan proses belajar menagjar menajadi salah.
3. Hindari su’udzonisme
Seorang guru harus menghindari terbawa arus emosional yang negatif agar interaksi
antara guru dan peserta didik tetap baik. Untuk menghindari hal tersebut seorang guru
harus memounyai sikap pemaaf, harus memahami bahwa anak berbuat kesalahan
lebih karena dorongn naluri kekanak-kanakannya.
4. Hadirkan mereka dalam doa
Guru adalah orang tua kedua bagi anak. Mendo’akan anak atau peserta didik adalah
keniscayaan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara etimplogi kata guru berasal dari bahasa Indonesia yang diartikan orang yang
mengajar (pengajar, pendidik, ahli didik). Secara terminologi, guru atau pendddik yaitu orang
yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik, dengan kata lain orang yang
bertanggung jawab dalam mengupayakan perkembangan potensi anak didik (kognitif, efektif,
dan psikomotor) samapai ketingkat setinggi mungkin sesuai dengan ajaran Islam.
Pendidikan dalam bahasa Arab juga disebut dengan “tarbiyah”, diantara maknanya
yaitu kegiatan yang disertai dengan penuh kasih sayang, kelembutan hati, perhatian, bijak,
dan menyenangkan (tidak membosankan). Pengertian pendidikan seperti ini sesuai dengan
keinginan dari ayat Al-Quran surat Al-Isra’: 21,“….Warhamhumaa kamaa rabbayani
shaghiira” (“…dan sayangilah mereka berdua sebagaimana mereka mendidikku (dengan
kasih sayang) ketika aku masih kecil”).
Rasulullah SAW bersabda” sesungguhnyadidalam diri manusia ada sebuah organ.
Jika ia baik, akan baik seliuruh amalnya. Jika ia rusak, akan rusak seluruh amalnya.
Ketahuilah, ia adalah hati’.(HR Ahmad). Hati atau Qolbu inilah pangkal dari seluruh
keberhasilan dalm mendidik. Dari pemahaman ayat dan sabda Rasul tersebut, mendidik
dengan hati harus di terapkan, baik di lingkungan seokolah, keluarga, maupun di lingkingan
luar.
Seorang guru harus memiliki hati nurani yang: mendidik dengan ketulusan hati yang
ikhlas, panggilan dari jiwa dengan kasih sayang, amanah dan bertanggung jawab, dengan
penuh kesabaran dan rasa syukur, perpikiran maju, cerdas, kreatif, keteladanan, dan melayani
dengan hati.
Yang perlu dilakukan dalam mendidik dengn hati adalah kelembutan sikap, memenej
emosi, hindari su’udzonisme, dan mendo’akan peserta didik.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga kita dapat memahami dan mengerti tentang konsep dasar
tentang warga negara, konsep dasar tentang negara, selain dari itu penyusun juga
mengharapkan kritikan dari pembaca, agar dapat membangun atau untuk menyempurnakan
pembuatan makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Kadar, M Yusuf. 2013. Tafsir Tarbawi pesan-pesan Al-Qur’an tentang pendidikan. Jakarta:Amzah.

Syekh Ibn Taymiyah (661-728 H). Jangan Biarkan Penyakit Hati Bersemi. Penerjemah: Mohammad
Rois, Luqman Junaidi. 2006. Jakarta: Serambi. Pustaka Islam klasik.

Agustin Ary Ginanjar. 2001. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional & Spiritual (ESQ).
Jakarta: PT Arga Tilanta.

Alpiyanto. 2013. Hypno Heart Teaching (Rahasia Mudah Mendidik Dengan Hati). Bekasi: PT Tujuh
samudra Al-Fath.

Idris, Meity H. 2012. Pola Asuh Anak, Melejitkan Potensi & Prestasi Sejak Usia Dini. Jakarta:PT.
Luxima Metro Media.

Jurnal “El-Harakah” Vol V. Universitas Islam Negeri Malang.

Ronnie M, Dani. 2005. Seni mengajar dengan hati. Jakarta: PT Alex Media Komputindo.

http://guruipskudu.wordpress.com/artikel-pendidikan/mengajar-dengan-hati/

Anda mungkin juga menyukai