Anda di halaman 1dari 25

MODUL FARMAKOLOGI

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.................................................................................... ........................................ 2


FARMAKOLOGI OBAT .......................................................................................................... 3

PENDAHULUAN ........................................................................... ......................................... 3

A. KEGIATAN BELAJAR : FARMAKOLOGI OBAT………………………… 3

B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ..................................................................... .................. 3

C. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan………………………………. 4

D. POKOK BAHASAN …………………………………………………………. 4

E DESKRIPSI SINGKAT POKOK BAHASAN………………………………. 4

F KOMPETENSI UMUM…………………………………………………….. 4

G KOMPETENSI KHUSUS…………………………………………………… 4

H METODE PEMBELAJARAN ……………………………………………… 5

I URAIAN MATERI ………………………………………………………….. 5

J RINGKASAN ………………………...................................................................................................... 23

K TEST/ LATIHAN ...................................................................................... 23

L TUGAS .................................................................................................... 25

M REFRENSI …………………………………………………………………… 25

2
BAB I : FARMAKOLOGI

PENDAHULUAN

Modul ini berisi tentang konsep farmakologi dan farmakologi obat-obat


saluran cerna, antihistamin dan saluran nafas. Tujuan pembuatan modul ini
adalah membantu peserta untuk memahami konsep farmakologi obat dan
farmakologi obat-obat saluran cerna, antihistamin dan saluran nafas sesuai dengan
etik dan aspek legal yang berlaku. Modul ini merupakan modul awal untuk
memahami tentang obat, perjalanan obat dalam tubuh, penggolongan obat, efek
samping dan kontra indikasi, serta obat obat yang digunakan untuk penyakit
saluran cerna, anti histamin dan saluran nafas sesuai dengan dengan etik dan
aspek legal yang berlaku.

Modul ini bermanfaat bagi peserta agar:


1.Menguasai konsep farmakologi obat (obat, perjalanan obat dalam tubuh,
penggolongan obat, efek samping dan kontra indikasi,)
2.Mampu menyebutkan obat obat untuk penyakit saluran cerna, anti histamine dan
penyakit saluran nafas
3.Mampu melakukan pelayanan kefaramasian sesuai dengan dengan etik dan aspek
legal yang berlaku.

Agar tujuan modul ini dapat tercapai peserta didik diharapkan membaca,
Memahami materi dan melakukan tugas sesuai petunjuk pada modul.

A. KEGIATAN BELAJAR : FARMAKOLOGI OBAT

B. Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


Peserta mampu menguasai konsep teoritis farmakologi obat dan
menyebutkan obat obat untuk penyakit saluran cerna, anti histamine dan
penyakit saluran nafas serta mampu melakukan pelayanan kefarmasian sesuai
dengan etik dan aspek legal yang berlaku.

C. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan


1. Peserta mampu mendefinisikan farmakologi
2. Peserta mampu menjelaskan perjalanan yang dialami obat sampai menimbulkan
efek

3
3. Peserta mampu menjelaskan penggolongan obat berdasarkan Permenkes No.
917/1993
4. Peserta mampu menyebutkan efek samping dan kontraindikasi suatu obat
5. Peserta mempu melakukan prosedur penyimpanan obat dengan baik
6. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
penyakit saluran cerna
7. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
antihistamin
8. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
penyakit saluran pernafasan

D. POKOK BAHASAN :
1. Konsep dasar farmakologi,
2. Kewenangan bidan dalam pemberian obat
3. Prinsip pemberian obat pada ibu hamil
4. Kategori obat pada ibu hamil
5. Penggolongan obat
6. Cara penyimpanan obat
7. Patofisiologi penyakit –penyakit umum yang berkaitan dengan praktik
kebidanan
8. Pemberian obat pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan menyusui,
meliputi : Cara kerja, dosis obat, efek terapi, efek samping, dan cara
penggunaannya secara klinis
9. Terapi cairan
10. IV admixture yang meliputi pengenceran dan pencampuran obat

E. DESKRIPSI SINGKAT POKOK BAHASAN :


Matakuliah farmakologi berisi pokok-pokok bahasan mengenai konsep dasar
farmakologi dan penyakit – penyakit umum yang berkaitan dengan kebidanan,
kewenangan bidan pemberian obat, prinsip penggunaan obat pada ibu hamil,
kategori obat dan penggolongan obat, penanganan kegawatdaruratan sesuai
dengan kewenaganannya, cara penyimpanan obat, pemberian terapi cairan dan iv
admixture.

F. KOMPETENSI UMUM :
1. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur.
2. Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan
bidang keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran logis, inovatif, dan bertanggung
jawab atas hasilnya secara mandiri..

G. KOMPETENSI KHUSUS. :
Mampu memberikan asuhan antenatal tanpa komplikasi untuk mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan, yang peka terhadap kebudayaan setempat

4
H. METODE PEMBELAJARAN :
Metode pembelajaran kuliah FARMAKOLOGI berupa: diskusi kelompok dan
mengikuti pendekatan Student Centered Learning (SCL).

I. URAIAN MATERI :
Pengantar Farmakologi

Bagaimana pengertian tentang farmakologi dan aspek-aspeknya akan dijelaskan


dalam slide di bawah ini.

pengantar-farmakologi.ppt

Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat dengan


seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi, resorbsi dan
nasibnya dalam organisme hidup. Obat didefinisikan sebagai senyawa yang
digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau gangguan,
atau menimbulkan kondisi tertentu. Ilmu khasiat obat ini mencakup beberapa bagian,
yaitu farmakognosi, biofarmasi, farmakokinetika dan farmakodinamika, dan
farmakoterapi.
Farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat
tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat. Biofarmasi adalah bagian
ilmu yang meneliti tentang pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya.
Farmakoterapi adalah cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat
dalam pencegahan dan pengobatan penyakit. Dalam farmakoterapi ini terdapat
aspek farmakokinetik dan farmakodinamik yang dimanfaatkan untuk mengobati
penyakit tertentu. Farmakokinetik adalah apa yang dialami obat ketika diberikan
pada suatu makhluk hidup, yaitu absorbsi (A), distribusi (D), metabolisme (M) dan
ekskresi (E) yang biasa disingkat ADME. Sedangkan farmakodinamik merupakan
pengaruh obat terhadap sel hidup, organ atau makhluk hidup ( Indijah dan Fajri,
2016).

2) Perjalanan Obat di dalam Tubuh

Bagaimana fase lengkap perjalanan obat di dalam tubuh? Video di bawah ini
dapat menjelaskan. Selamat menonton!

https://www.youtube.com/watch?v=VacK6FrtTn8

Dalam praktiknya, terapeutik obat harus dapat mencapai tempat kerja yang
diinginkan. Dalam beberapa hal obat dapat diberikan langsung pada tempat
kerjanya, seperti pemberian topikal obat antiinflamasi pada kulit atau membran

5
mukosa yang meradang. Ada juga obat yang harus di absorbsi dari tempat
pemberiannya ke dalam darah dan didistribusikan ke tempat kerjanya dan akhirnya
setelah memberikan efek obat harus dikeluarkan dengan kecepatan tertentu dengan
cara inaktivasi metabolik (metabolisme), ekskresi atau keduanya.

Absorbsi

Absorbsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam


darah. Tempat pemberian obat adalah oral, kulit, paru, otot, dan lain-lain. Tempat
pemberian obat yang utama adalah per oral karena mempunyai tempat absorbsi
yang sangat luas pada usus halus, yaitu 200 m2.
Proses absorbsi obat melewati membran sel terbagi menjadi empat macam,
yaitu :

a. Difusi Pasif

Absorbsi sebagian besar obat adalah secara difusi pasif. Membran sel epitel
saluran cerna yang merupakan lipid bilayer berperan sebagai barier absorbsi.
Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut molekul obat harus
mempunyai kelarutan dalam lemak setelah larut terlebih dahulu dalam air.
Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak molekul obat.

Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah, yaitu asam lemah dan basa
lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Pada
difusi pasif hanya bentuk non-ion yang mempunyai kelarutan lemak yang dapat
berdifusi, sedangkan bentuk ion tidak dapat berdifusi karena tidak mempunyai
kelarutan lemak.

Untuk asam lemah, pH tinggi (usus) akan meningkatkan ionisasinya dan


mengurangi bentuk non-ionnya, hal sebaliknya berlaku untuk basa lemah. Oleh
karena bentuk non-ion dan bentuk ion berada dalam kesetimbangan, maka setelah
bentuk non-ion diabsorbsi kesetimbangan akan bergeser ke arah bentuk non-ion
sehingga absorbsi akan berjalan terus sampai habis.

b. Transport Aktif

Transport aktif merupakan transport yang difasilitasi oleh pembawa. Karakteristik


dari transport aktif adalah pemindahan obat melawan gradien konsentrasinya di

6
mana obat dari tempat dengan konsentrasi rendah dibawa ke daerah dengan
konsentrasi tinggi, oleh karena itu diperlukan energi untuk transport aktif.
c. Difusi Difasilitasi

Difusi difasilitasi merupakan transport yang difasilitasi oleh pembawa.


Perbedaannya dengan transport aktif adalah obat bergerak melalui gradien
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga tidak memerlukan energi.

d. Transport Vesikular

Transport vesikular adalah proses penelanan partikel atau zat terlarut oleh sel.
Pinositosis atau fagositosis adalah bentuk dari transport vesikular. Selama
pinositosis atau fagositosis membran sel mengelilingi material dan menelannya serta
melepaskan disisi lainnya. Transport vesikular digunakan untuk absorbsi vaksin polio
dan protein berukuran besar.

e. Pore Transport

Molekul yang sangat kecil, seperti urea, air dan gula dapat dengan cepat
menembus membran bila membran memiliki pori-pori.

f. Pembentukan Ion Pair

Obat yang bersifat elektrolit kuat atau molekul yang terionisasi kuat, dapat
menembus membran dengan membentuk ikatan molekul dengan muatan yang
berlawanan sehingga muatan keseluruhan netral. Kompleks netral ini yang berdifusi
dengan lebih mudah melewati membran.

Distribusi

Distribusi obat dalam tubuh dipengaruhi oleh ikatan protein plasma, volume
distribusi, sawar darah otak dan sawar uri. Dalam darah obat akan diikat oleh protein
plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van der waals, hidrogen
dan ionik). Obat yang terikat oleh protein plasma akan dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh. Karena ikatan obat dengan protein plasma merupakan ikatan reversibel,
maka jika obat bebas telah masuk ke dalam jaringan menyebabkan obat yang terikat
protein akan menjadi bebas sehingga distribusi berjalan terus samapai habis.

Volume distribusi adalah volume dimana obat terdistribusi dalam kadar plasma.
Sehingga, volume distribusi bukanlah volume yang sebenarnya, tetapi hanyalah

7
volume semu yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh. Kadar
plasma yang tinggi menunjukkan obat terkonsentrasi di darah sehingga volume
distribusinya kecil. Sebaliknya, kadar plasma yang kecil menunjukkan obat tersebar
luas di tubuh atau terakumulasi di jaringan sehingga volume distribusinya besar.

Sawar darah otak merupakan sawar antara darah dan otak yang berupa sel
endotel pembuluh darah kapiler di otak membentuk tight junction dan pembuluh
kapiler ini dibalut oleh tangan-tangan astrosit otak yang terdiri dari berlapis-lapis
membran sel. Hanya obat-obat yang larut lemak yang dapat melewatinya.

Sawar uri terdiri dari satu lapis epitel vili dan satu lapis sel endotel kapiler dari
fetus sehingga mirip sawar saluran cerna. Sehingga obat yang dapat diabsorbsi
melalui pemberian oral juga dapat memasuki fetus melalui sawar uri.

Metabolisme

Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yaitu di membran retikulum


endoplasma dan sitosol. Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang
nonpolar menjadi polar agar dapat di ekskresi melalui ginjal atau empedu. Reaksi
metabolisme terdiri dari fase I dan fase II :

a. Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi dan hidrolisis yang mengubah obat
menjadi lebih polar dengan akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau kurang aktif.
b. Reaksi fase II merupakan konjugasi dengan substrat endogen yaitu asam
glukoronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino dengan akibat obat menjadi
sangat polar, dengan demikian hampir selalu tidak aktif.

Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim sitokrom P450
dalam retikulum endoplasma hati, sedangkan reaksi fase II yang terpenting adalah
glukoronidase oleh enzim UDP-glukoroniltransferase (UGT) yang terutama terjadi
dalam mikrosom hati dan jaringan ekstrahepatik.

Metabolisme obat akan terganggu pada pasien penyakit hati, seperti sirosis, hati
berlemak dan kanker hati. Pada sirosis yang parah, metabolisme obat dapat
berkurang antara 30-50%. Enzim-enzim metabolisme fase I dan fase II mencapai
kematangan setelah tahun pertama kehidupan, kecuali enzim UGT untuk bilirubin
yang mencapai dewasa pada dekade kedua kehidupan.

8
Ekskresi

Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal. Obat diekskresikan ginjal dalam
bentuk utuh atau dalam bentuk metabolitnya. Fungsi ginjal mengalami kematangan
pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi melalui
ginjal melibatkan 3 proses :

a. Filtrasi glomerulus

Filtrasi glomerulus menghasilkan ultra filtrat yaitu plasma minus protein. Semua
obat bebas akan keluar dalam ultra filtrat, sedangkan yang terikat protein tetap
tinggal dalam darah.

b. Reabsorbsi

Reabsorbsi pasif terjadi di sepanjang tubulus untuk bentuk-bentuk non-ion obat


yang larut dalam lemak. Oleh karena itu, derajat ionisasi tergantung dari pH larutan.

c. Sekresi aktif

Sekresi aktif dari darah menuju tubulus proksimal terjadi melalui transporter
membran P-glikoprotein (P-gp) dan Multidrug-resistence protein (MRP) dengan
selektivitas yang berbeda, yaitu MRP untuk anion organik dan konjugat (penisillin,
probenesid, glukoronat, dll) dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (kuinidin,
digoksin, dll). Oleh karena itu, terjadi kompetisi antara asam-asam organik maupun
basa-basa organik. Hal ini dimanfaatkan untuk memperpanjang masa kerja obat.

3) Penggolongan Obat
Materi 1, menjelaskan tentang definisi farmakologi dan bagaimana fase perjalanan
obat di dalam tubuh. Sekarang, peserta akan mempelajari
penggolongan obat dalam lingkup kefarmasian dan tradisional agar dapat memilih
obat yang tepat. Mari kita pelajari penggolongan obat melalui video

berikut ini :

https://www.youtube.com/watch?v=Sdzc5rgsV3o

https://www.youtube.com/watch?v=UUY6zOD7-oc https://www.youtube.com/watch?
v=Mdd-Pl4LV4c
335440078-OBAT-DAN-PERUNDANG-UNDANGAN-ppt.ppt

9
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut
Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.Contoh : CTM 3. Obat Keras dan
Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar
2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :

10
5. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
dengan syarat obat tersebut diserahkan oleh apoteker yang sedang melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek. Selain memproduksi obat generik, untuk
memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA.
Adapun undang-undang yang mengatur tentang obat wajib apotek, antara lain
sebagai berikut :
a. Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbarui dengan ;

c. Permenkes RI No. 925/MENKES/PER/X/1993 tentang Perubahan Golongan


OWA No. 1

d. Permenkes RI No. 924/Menkes/SK/VII/1993 tentang Daftar Obat Wajib Apotek


No. 2
e. Permenkes RI No. 1176/Menkes/SK/X/1999 tentang Daftar Obat Wajib Apotek
No. 3

Pada penyerahan obat wajib apotek, walaupun APA boleh memberikan obat keras,
namun ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyerahan OWA yaitu :
a. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk
OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube

11
b. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup : indikasi,
kontra-indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang
mungkin timbul, serta tindakan yang disarankan
bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka
obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Sesuai permenkes No.
919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan yaitu :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.

e. Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan yang dapat


dipertanggungjawabkan untuk pengobatan sendiri.

Obat wajib apotek pada dasarnya adalah obat keras, maka penandaannya sama
dengan obat keras. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VII/1986, tanda khusus untuk obat keras daftar G adalah berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf “K”
yang menyentuh garis tepi.
Berikut ini adalah contoh-contoh OWA berdasarkan Undang-Undang yang berlaku :
Obat Wajib Apotek 1
- Obat kontrasepsi : Linestrenol
- Obat saluran cerna : Antasid dan sedativ/spasmodik
- Obat mulut dan tenggorokan : hexetidine untuk obat sariawan dan radang
tenggorokan
- Obat saluran nafas : ketotifen untuk obat asma
Obat Wajib Apotek 2
- Bacitracin sebagai obat luar untuk infeksi kulit
- Clindamycin sebagai obat luar untuk acne

12
- Flumethason sebagai obat luar untuk inflamasi
- Ibuprofen
Obat Wajib Apotek 3
- Ranitidin
- Asam Fusidat
- Allopurinol

Penggolongan Obat Tradisional


Obat tradisional dibagi 3: Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT) dan
Fitofarmaka. Dulu pada awalnya Penggolongan hanya berdasarkan klasifikasi obat
kimia, namun setelah berkembangnya obat bahan alam, muncul istilah obat
tradisional, awal mulanya dibagi menjadi 2, yaitu obat tradisional (jamu) dan
fitofarmaka, seiring perkembangan teknologi pembuatan obat bisa dalam berbagai
bentuk, berasal dari ekstrak dengan pengujian dan standar tertentu, maka dibagilah
obat tradisional menjadi 3, yaitu :

1. Jamu

Jamu adalah obat tradisional yang berdasarkan dari pengalaman empiris


secara turun temurun, yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya dari generasi
ke generasi. bentuk obat umumnya disediakan dalam berbagai bentuk serbuk,
minuman, pil, cairan dari berbagai tanaman. Jamu umumnya terdiri dari 5-10 macam
tumbuhan bahkan lebih, bentuk jamu tidak perlu pembuktian ilmiah maupun klinis,
tetapi cukup dengan bukti empiris saja.

Contoh : jamu buyung upik, jamu nyonya menier

2. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat
secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun
kronis, terdiri dari bahan yang terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter
mutu), serta dibuat dengan cara higienis.

Contoh : Tolak angin

13
3. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji
pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman
melalui uji toksisitas, bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis,
bermutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Contoh : Stimuno

4). Cara Penggunaan Obat


Bagaimana cara pemakaian obat yang tepat? Video dan tautan berikut

akan menjelaskan! Selamat mencoba!

https://www.youtube.com/watch?v=Ndq1bPsb3es

http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-6-petunjuk-praktis-penggunaan-

obat-yang-benar/petunjuk-praktis-penggunaan-obat

1. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.


2. Gunakan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada etiket atau brosur.
3. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan, hentikan
penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
4. Hindarkan menggunakan obat orang lain walaupun gejala penyakit sama.
5. Untuk mendapatkan informasi penggunaan obat yang lebih lengkap, tanyakan
kepada Apoteker.

Cara Pemakaian Obat Yang Tepat :


1. Minum obat sesuai waktunya
2. Bila anda hamil atau menyusui tanyakan obat yang sesuai
3. Gunakan obat yang sesuai dengan cara penggunaannya
4. Minum obat sampai habis

Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)

Minum obat saat makan

14
Minum obat sebelum makan

Minum obat setelah makan

Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh
dipecah atau dikunyah. Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah
diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga. Jika
penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan
bentuk sediaan lain.
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat
badan pasien.
1. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian. Contoh :
• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
• Obat diminum sebelum atau sesudah makan
• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet
2. Bila terlupa minum obat :
• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati
dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal
selanjutnya sesuai aturan.
• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.

4) Efek Samping dan Kontra Indikasi


Cara pemakaian obat yang baik sudah diketahui. Seperti apakah efek

samping dari obat yang Anda gunakan? Silakan Anda pelajari video berikut :

https://www.youtube.com/watch?v=erJVKOWHD14

Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :

15
1) Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin
timbul.
2) Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa
yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
3) Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,
mengantuk, mual dan lain-lain.
4) Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut
usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal,
penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-Apoteker.

Kontraindikasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan sebelum kita meminum
obat. Apalagi jika obat tersebut tanpa resep dokter.

Kontraindikasi menerangkan mengenai kondisi-kondisi yang tidak cocok atau


berisiko untuk mengonsumsi obat tersebut. Misalnya pada keterangan obat
dijelaskan bahwa obat tersebut kontraindikasi hipertensi, ini berarti obat tersebut
tidak boleh dikonsumsi atau tidak akan bekerja sebagaimana mestinya pada orang
yang menderita hipertensi, bahkan bisa berisiko terhadap kesehatan orang tersebut.
Dalam hal dampaknya terhadap kesehatan, ada dua jenis kontraindikasi yaitu :
a. Kontraindikasi relatif
Suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko buruk bagi kesehatan jika
mengonsumsi obat tersebut. Meskipun demikian pada situasi tertentu ketika tidak
ada pilihan lain maka obat ini dapat dikonsumsi
b. Kontraindikasi absolut
Jenis kontraindikasi yang harus benar-benar dipatuhi karena jika tetap dilakukan
akan berbahaya bagi kesehatan.

5) Cara Penyimpanan Obat


Salah satu permasalahan dalam penggunaan obat adalah cara

penyimpanannya. Pemahaman cara penyimpanan obat merupakan dasar bagi

Anda dalam menggunakan obat dengan baik. Untuk memahami beberapa

masalah dalam penyimpanan obat, Anda dapat membuka tautan berikut ini :

https://www.youtube.com/watch?v=wC_H-g92cz4&t=186s

a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.

16
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
seperti yang tertera pada kemasan.

Pengelolaan obat dalam konteks penyimpanan obat harus menjadi perhatian


khusus mengingat aspek ini berperan penting dalam kelancaran delivery obat ke
pasien. Ada beberapa sistem atau tata cara penyimpanan obat yang diterapkan di
Apotek, Instalasi Farmasi dan Gudang Farmasi yang dapat kalian pelajari melalui
link video di bawah ini. Selamat belajar!
https://www.youtube.com/watch?v=K6gTDLvPrlY

Metode penyimpanan obat :


a. FIFO dan FEFO
FIFO (First In First Out) yang artinya barang yang datang terlebih
dahulu, dikeluarkan pertama. Biasanya penyimpanan obat dengan menggunakan
sistem FIFO ini digunakan untuk menyimpan obat tanpa memperhatikan tanggal
kadaluarsa. Tetapi pada sistem FIFO ini memiliki kekurangan jika diterapkan dalam
penyimpanan obat yaitu : jika obat yang datang belakangan Ednya tinggal sebentar
lagi atau lebih dekat waktu Ednya daripada obat yang datang lebih dahulu maka
obat yang ED tidak ketahuan sebelum sempat digunakan.
FEFO (First Expiry First Out) yang artinya barang yang lebih dahulu kadaluarsa,
dikeluarkan terlebih dahulu. Menempatkan obat dengan tanggal kadaluarsa lebih
pendek di depan obat yang tanggal kadaluarsanya lebih lama. Bila obat mempunya
tanggal kadaluarsa sama, obat yang baru diterima ditempatkan di belakang obat
yang sudah berada di atas rak. Penggabungan 2 sistem FIFO dan FEFO adalah hal
yang paling ideal dilakukan. Keuntungannya dengan menggabungkan kedua sistem
tersebut adalah obat-obat yang ada di penyimpanan tidak akan terbuang karena
kadaluarsa.
b. Berdasarkan abjad
Penyimpanan metode ini bertujuan untuk mempermudah
pengambilan obat dan juga harus sesuai dengan bentuk sediaan.
c. Berdasarkan generik dan non generik

Obat generik dan non generik dipisahkan dan disusun berdasarkan abjad dan
berdasarkan bentuk sediaan, hal tersebut untuk memudahkan pengambilan obat
baik yang generik maupun non generik. d. Berdasarkan kelas terapi obat

17
Obat ini dikelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal
golongan antibiotika dikelompokkan menjadi satu dengan golongan antibiotika.
e. Berdasarkan bentuk sediaan
Obat yang memiliki kesamaan bentuk sediaan disimpan secara bersamaan di
atas rak.
f. Berdasarkan stabilitas obat
Dikarenakan obat-obat yang disimpan bisa mengalami kerusakan akibat stabilitas
obatnya terganggu maka dalam penyimpanan kita juga harus memperhatikan unsur-
unsur kestabilan obat diantaranya :
- Suhu
Obat yang membutuhkan penyimpanan dengan suhu tertentu harus disimpan
dengan instruksi yang sesuai dengan yang tertulis pada label atau box obat. Misal
untuk vaksin disimpan pada suhu 2-8˚C, juga untuk obat-obatan suppositoria harus
disimpan dalam suhu yang sejuk 5-15˚C karena pada suhu tinggi dapat membuat
obat ini meleleh. Obat obatan tersebut jika tidak disimpan sesuai dengan
persyaratannya akan membentuk kristal dan kehilangan aktivitasnya.
- Cahaya
Hampir semua obat kestabilannya akan terpengaruh oleh sinar cahaya, sehingga
untuk obat-obat tersebut biasanya dikemas dalam kemasan tahan cahaya dengan
disimpan dalam wadah gelap.
- Kelembaban

Karena obat bersifat menyerap air udara sehingga menjadi lembab maka banyak
obat dalam kemasan disertai pengering (silica gel) agar tidak lembek.
g. Berdasarkan undang-undang
Obat-obat yang termasuk dalam psikotropika dan narkotika harus
Disusun dan disimpan secara terpisah dengan obat-obat yang lain
dikarenakan ada pelaporan khusus yang harus kita serahkan ke dinas kesehatan
setiap bulannya. Obat narkotika disimpan dalam almari narkotika yang
terbuat dari kayu dengan ukuran 40x80x120. Almari narkotika ini diberi kunci
ganda dan diletakkan menempel pada lantai, begitu pula untuk lemari psikotropika
juga harus terkunci.
Tanggal kadaluarsa juga merupakan penentu untuk mengonsumsi obat. Tanggal
kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan
kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya
dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami
perubahan mutu, seperti :

18
1. Tablet
a. Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
b. Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau
terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
c. Kaleng atau botol rusak
2. Tablet salut
a. Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
b. Basah dan lengket satu dengan lainnya
c. Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
3. Kapsul
a. Perubahan warna isi kapsul
b. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
4. Cairan
a. Menjadi keruh atau timbul endapan
b. Konsistensi berubah
c. Warna atau rasa berubah
d. Botol plastik rusak atau bocor
5. Salep
a. Warna berubah
b. Pot atau tube rusak atau bocor
c. Bau berubah

6) Obat untuk Penyakit Saluran Cerna


Penyakit saluran cerna yang paling sering terjadi adalah tukak lambung. Tukak
lambung (peptic ulcer) adalah luka yang muncul pada dinding lambung akibat
terkikisnya lapisan dinding lambung. Untuk memahami lebih lanjut terkait penyakit
tukak lambung dan pengobatannya dapat dilihat melalui link video di bawah ini.

https://www.youtube.com/watch?v=fmJet9rkITM

Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat tukak lambung dapat digolongkan


sebagai berikut :

a. Antasida (MgOH, AlOH, CaCO3, Na Bikarbonat)

Zat pengikat asam atau antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk
mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah
peningkatan pH yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin

19
(optimal pada pH 2). Di atas pH 4 aktivitas pepsin menjadi minimal. Obat ini mampu
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya
bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila
diminum 1 jam setelah makan.

b. Penguat Motilitas (Metoklopramid, Cisaprida, Domperidon)

Obat golongan ini merupakan antagonis dopamin. Berdaya antiemetik, memperkuat


peristaltik dan mempercepat pengosongan lambung yang dihambat oleh
neurotransmitter dopamin.

c. Penghambat Sekresi Asam


o H2 Blocker (Antagonis H2 reseptor) : ranitidin, simetidin, famotidin
oPenghambat Pompa Proton : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol,esomeprazol
oSedativa : diazepam
oAnalog prostaglandin-E1 : misoprostol
oZat-zat pembantu : dimethicon d. Obat Pencernaan

Obat-obat pencernaan atau digestiva digunakan untuk membantu proses


pencernaan di seluruh lambung-usus. Obat yang sering digunakan adalah enzim
lambung (pepsin) dan enzim pankreas (pankreatin).

oPepsin : Enzynorm, diperoleh dari mukosa lambung binatang


menyusui. Dosis biasa adalah 100-300 mg dalam sekali atau 0.3-1 g dalam sehari
sesudah makan
oPankreatin : Enzymfort, Cotazym, Comcizym; merupakan ekstrak dari pankreas
yang terdiri dari amilase, tripsin serta lipase. Umumnya digunakan pada kondisi
dimana sekresi dari pankreas kurang baik dan untuk membantu pencernaan di
usus, misalnya pada kasus penyakit sariawan usus (sprue). Dosis : 20.000 unit
lipase per kali makan. Efek samping pada dosis di atas 90.000 unit per hari lipase
berupa hiperurikemia dan hiperurikosuria. Bagi wanita hamil dan menyusui sampai
sekarang tidak ada kontraindikasi untuk penggunaannya.

20
7) Obat untuk Antihistamin

Ingin memahami obat-obatan antihistamin, untuk apa saja sih antihistamin itu?
Kalian bisa mulai mempelajarinya melalui link video di bawah ini.
https://www.youtube.com/watch?v=ugiALZZTlss

Antihistaminika adalah zat-zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek


histamin terhadap tubuh dengan jalan memblok reseptor-histamin (penghambatan
saingan). Secara farmakologis reseptor histamin dibagi dalam dua tipe yaitu
reseptor-H1 dan reseptor –H2. Jenis obat antihistamin yang lazim adalah antagonis
reseptor H1 (H1-blockers). Obat golongan tersebut mengantagonir histamin dengan
jalan memblok reseptor H1 di otot licin dari dinding pembuluh, bronchi dan saluran
cerna, kandung kemih dan rahim. Antihistamin digolongkan 2 kelompok atas dasar
kerjanya terhadap SSP, yaitu :
a. Obat generasi ke-1 : prometazin, oksomemazin, tripelennamin, ketotifen.
Obat-obat ini berkhasiat sedatif terhadap SSP dan kebanyakan memiliki efek
antikolinergis.
b. Obat generasi ke-2 : astemizol, terfenadin, fexofenadin, loratadin. Obat-obat ini
bersifat hidrofil dan sukar mencapai cairan cerebrospinal, maka pada dosis
terapeutik tidak bekerja sedatif.
Keuntungan lainnya adalah plasma t1/2 nya yang lebih panjang, sehingga
dosisnya cukup dengan 1-2 kali sehari. Efek antialerginya selain berdasarkan
antihistamin, juga berkat dayanya menghambat sintesis mediator radang seperti
prostaglandin, leukotrien dan kinin.
Selain bersifat antihistamin, obat-obat ini juga memiliki berbagai khasiat lain yaitu
antikolinergis, antiemesis, dan menekan SSP (sedatif), sedangkan beberapa
diantaranya memiliki efek antiserotonin dan loka anestetik (lemah). Berdasarkan
efek ini, antihistamin digunakan secara sistemik (oral, injeksi) untuk mengobati
bermacam-macam gangguan alergi yang disebabkan oleh pembebasan histamin.
Disamping rhinitis, pollinosis dan alergi makanan/obat juga banyak digunakan pada
sejumlah gangguan seperti asma, sengatan serangga dan urtikaria (biduran).

8) Obat untuk Penyakit Saluran Pernafasan


Ingin memahami obat-obatan pada saluran pernafasan? Kalian bisa mulai
mempelajarinya melalui link video di bawah ini.
https://www.youtube.com/watch?v=PzfLDi-sL3w https://www.youtube.com/watch?
v=l_xZrdyK1-s

21
Penyakit-penyakit saluran pernafasan meliputi berbagai bentuk penyakit beserta
peralihannya yaitu asma, bronkitis kronis dan emfisema paru yang gejala klinisnya
saling menutupi. Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas saat mengeluarkan
tenaga atau selama istirahat dan/ atau sebagai serangan akut, dan juga batuk kronis
dengan pengeluaran dahak yang kental.
a. Asma
Asma adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril
kronis yang disertai serangan sesak nafas akut secara berkala, mudah sengal-
sengal dan batuk. Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah
pada malam hari dan meningkatnya ambang rangsang bronki terhadap rangsangan
alergis maupun nonalergis. Asma alergis pada umumnya sudah dimulai sejak masa
kanak-kanak dan didahului oleh gejala lain. Pasien asma memiliki kepekaan
terhadap infeksi saluran nafas, kebanyakan terhadap virus. Akibatnya adalah
peradangan bronki yang juga dapat menimbulkan serangan asma.
b. Bronkitis Kronis & Emfisema
Bronkitis bercirikan batuk produktif menahun dengan pengeluaran
banyak dahak, tanpa sesak nafas atau hanya ringan. Emfisema paru bercirikan
dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru yang mengakibatkan sesak nafas terus
menerus dan menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga, penderita sering kali
merasa letih dan tak bergairah. Gelembung paru terus mengembang dan rongganya
membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh darah menjadi
lebih tipis dan sebagian akhirnya rusak. Dengan demikian permukaan paru yang
tersedia bagi penyerapan oksigen dapat berkurang sampai dibawah 30%, hingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Tonus
di cabang-cabang batang nadi bertambah dan tekanan darah di arteriole paru-paru
meningkat. Akhirnya pembebanan ini dapat menimbulkan hipertrofi ventrikel kanan
jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat asma dan bronkitis terbagi dalam
beberapa kelompok, yaitu :
o Antialergika : zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcells,
sehingga tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator
peradangan lainnya. Obat ini sangat berguna untuk prevensi serangan asma dan
rhinitis alergi. Contoh : kromoglikat
dan nedocromil

22
o Bronkodilator : zat-zat yang dapat merangsang sistem adrenergis dengan
adrenergika atau melalui penghambatan sistem kolinergis dengan antikolinergika.
Contoh : Teofillin
Agonis β adrenergik : salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol; zat-zat ini bekerja
selektif terhadap reseptor β 2 adrenergik. Kortikosteroid : hidrokortison, prednison,
dexamethason; zat yang berkhasiat meniadakan efek mediator seperti peradangan
dan gatal-gatal. Daya antiradang ini berdasarkan blokade enzim fosfolipase A2,
sehingga pembentukan mediator peradangan (prostaglandin dan leukotrien) tidak
terjadi.

J. RINGKASAN
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat
dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi,
resorbsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Obat didefinisikan sebagai senyawa
yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau
gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu. Perjalanan obat dari diberikan sampai
menimbulkan efek mencakup beberapa fase yaitu fase biofarmasetika,
farmakokinetika dan farmakodinamika.

Dalam pelayanan, obat digolongkan berdasarkan keamanannya menjadi obat


bebas, bebas terbatas, obat keras. Pemahaman tentang efek samping dan
kontraindikasi diperlukan agar peserta dapat memberikan pelayanan dengan baik
terutama obat obat untuk penyakit saluran cerna, saluran nafas dan antihistamin.

K. TEST/LATIHAN :
I. TES FORMATIF
1. Farmakologi adalah :
a. Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain
yang merupakan sumber obat
b. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya,
baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi, resorbsi dan nasibnya
dalam organisme hidup
c. Bagian ilmu yang meneliti tentang pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya
d. Cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan
dan pengobatan penyakit

23
e. C dan D benar
2. Yang bukan merupakan fase perjalanan obat dalam tubuh adalah :
a. Ekskresi
b. Distribusi
c. Adsorbsi
d. Metabolisme
e. Transport Aktif
3. Yang termasuk dalam golongan obat-obat yang dapat diberikan tanpa
resep dokter adalah : ‘
a. Obat bebas d. A dan B benar
b. Obat bebas terbatas e. Semua benar
c. Obat keras dan psikotropik
4. Penandaan berupa lingkaran biru dengan garis tepi hitam merupakan logo obat :
a. Obat bebas d. Obat tradisional
b. Obat bebas terbatas e. Obat Fitofarmaka
c. Obat keras
5. Penandaan peringatan untuk Ultraproct N Suppo adalah :
a. Awas obat keras, bacalah aturan memakainya

b. Awas obat keras, hanya untuk bagian luar dari badan


c. Awas obat keras, tidak boleh ditelan
d. Awas obat keras, hanya untuk dibakar
e. Awas obat keras, obat wasir jangan ditelan
6. Obat yang dapat digunakan untuk mengurangi efek nyeri pada lambung, yaitu :
a. Antasida d. Ekspektoran
b. Dekongestan e. Antipiretik
c. Analgesik
7. Berikut obat yang dapat digunakan untuk antialergi adalah :
a. Antitusif d. Ekspektoran b. Dekongestan e. Antipiretik
c. Antihistamin
8. Obat yang digunakan untuk asma adalah :
a. Antasida d.Bronkodilator
b. Pencahar e.Hepatoprotektor
c. Digestiva
9. Pemberian antihistamin dimaksudkan untuk mencegah terjadinya :

24
a. Syok d.Konstipasi
b. Urtikaria e.Mual Muntah
c. Dehidrasi
10.Dibawah ini yang merupakan ciri spesifik penyakit asma adalah :
a. Batuk d. Nafas berbunyi (mengi)
b. Demam e. Mual Muntah
c. Diare

L. TUGAS :
Tugas Mandiri, 3 x dalam 1 semester

M.REFERENSI :
DepKes RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Anonim, 2011, Mengenal Batuk, (Online),
(http://www.blogdokter.net/2010/11/24/mari-mengenal-batuk/,
diakses
10 April 2018)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Penanganan
Penggunaan
Obat Bebas dan Bebas Terbatas (Online),
(http://id.scribd.com/doc/71514456/CONTOH-MAKALAH, diakses
10 April 2018)
Indijah, S.W., Fajri, P. 2016. Bahan Ajar Cetak Farmakologi. Kemenkes
RI, Jakarta.
Tan. T.H.Drs, & Kirana R. Drs., 1993, Swamedikasi, Edisi I Cetakan I,
Jakarta, h 32-39
Anonim, Anatomi dan Fisiologi Kulit, http//pharzona.com, Diakses 3 April
2018.
Tan,T.H, Rahardja K., 2003, Obat-Obat Penting, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Tan,T.H, Rahardja K., 2010, Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan
Sehari-hari, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.

31

25

Anda mungkin juga menyukai