Modul Farmakologi
Modul Farmakologi
1
DAFTAR ISI
F KOMPETENSI UMUM…………………………………………………….. 4
G KOMPETENSI KHUSUS…………………………………………………… 4
J RINGKASAN ………………………...................................................................................................... 23
L TUGAS .................................................................................................... 25
M REFRENSI …………………………………………………………………… 25
2
BAB I : FARMAKOLOGI
PENDAHULUAN
Agar tujuan modul ini dapat tercapai peserta didik diharapkan membaca,
Memahami materi dan melakukan tugas sesuai petunjuk pada modul.
3
3. Peserta mampu menjelaskan penggolongan obat berdasarkan Permenkes No.
917/1993
4. Peserta mampu menyebutkan efek samping dan kontraindikasi suatu obat
5. Peserta mempu melakukan prosedur penyimpanan obat dengan baik
6. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
penyakit saluran cerna
7. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
antihistamin
8. Peserta mampu menyebutkan penggolongan obat yang dapat digunakan untuk
penyakit saluran pernafasan
D. POKOK BAHASAN :
1. Konsep dasar farmakologi,
2. Kewenangan bidan dalam pemberian obat
3. Prinsip pemberian obat pada ibu hamil
4. Kategori obat pada ibu hamil
5. Penggolongan obat
6. Cara penyimpanan obat
7. Patofisiologi penyakit –penyakit umum yang berkaitan dengan praktik
kebidanan
8. Pemberian obat pada masa kehamilan, persalinan, nifas, dan menyusui,
meliputi : Cara kerja, dosis obat, efek terapi, efek samping, dan cara
penggunaannya secara klinis
9. Terapi cairan
10. IV admixture yang meliputi pengenceran dan pencampuran obat
F. KOMPETENSI UMUM :
1. Mampu menunjukkan kinerja bermutu dan terukur.
2. Mampu memecahkan masalah pekerjaan dengan sifat dan konteks yang sesuai dengan
bidang keahlian terapannya didasarkan pada pemikiran logis, inovatif, dan bertanggung
jawab atas hasilnya secara mandiri..
G. KOMPETENSI KHUSUS. :
Mampu memberikan asuhan antenatal tanpa komplikasi untuk mengoptimalkan kesehatan
selama kehamilan, yang peka terhadap kebudayaan setempat
4
H. METODE PEMBELAJARAN :
Metode pembelajaran kuliah FARMAKOLOGI berupa: diskusi kelompok dan
mengikuti pendekatan Student Centered Learning (SCL).
I. URAIAN MATERI :
Pengantar Farmakologi
pengantar-farmakologi.ppt
Bagaimana fase lengkap perjalanan obat di dalam tubuh? Video di bawah ini
dapat menjelaskan. Selamat menonton!
https://www.youtube.com/watch?v=VacK6FrtTn8
Dalam praktiknya, terapeutik obat harus dapat mencapai tempat kerja yang
diinginkan. Dalam beberapa hal obat dapat diberikan langsung pada tempat
kerjanya, seperti pemberian topikal obat antiinflamasi pada kulit atau membran
5
mukosa yang meradang. Ada juga obat yang harus di absorbsi dari tempat
pemberiannya ke dalam darah dan didistribusikan ke tempat kerjanya dan akhirnya
setelah memberikan efek obat harus dikeluarkan dengan kecepatan tertentu dengan
cara inaktivasi metabolik (metabolisme), ekskresi atau keduanya.
Absorbsi
a. Difusi Pasif
Absorbsi sebagian besar obat adalah secara difusi pasif. Membran sel epitel
saluran cerna yang merupakan lipid bilayer berperan sebagai barier absorbsi.
Dengan demikian, agar dapat melintasi membran sel tersebut molekul obat harus
mempunyai kelarutan dalam lemak setelah larut terlebih dahulu dalam air.
Kecepatan difusi berbanding lurus dengan derajat kelarutan lemak molekul obat.
Kebanyakan obat merupakan elektrolit lemah, yaitu asam lemah dan basa
lemah. Dalam air elektrolit lemah ini akan terionisasi menjadi bentuk ionnya. Pada
difusi pasif hanya bentuk non-ion yang mempunyai kelarutan lemak yang dapat
berdifusi, sedangkan bentuk ion tidak dapat berdifusi karena tidak mempunyai
kelarutan lemak.
b. Transport Aktif
6
mana obat dari tempat dengan konsentrasi rendah dibawa ke daerah dengan
konsentrasi tinggi, oleh karena itu diperlukan energi untuk transport aktif.
c. Difusi Difasilitasi
d. Transport Vesikular
Transport vesikular adalah proses penelanan partikel atau zat terlarut oleh sel.
Pinositosis atau fagositosis adalah bentuk dari transport vesikular. Selama
pinositosis atau fagositosis membran sel mengelilingi material dan menelannya serta
melepaskan disisi lainnya. Transport vesikular digunakan untuk absorbsi vaksin polio
dan protein berukuran besar.
e. Pore Transport
Molekul yang sangat kecil, seperti urea, air dan gula dapat dengan cepat
menembus membran bila membran memiliki pori-pori.
Obat yang bersifat elektrolit kuat atau molekul yang terionisasi kuat, dapat
menembus membran dengan membentuk ikatan molekul dengan muatan yang
berlawanan sehingga muatan keseluruhan netral. Kompleks netral ini yang berdifusi
dengan lebih mudah melewati membran.
Distribusi
Distribusi obat dalam tubuh dipengaruhi oleh ikatan protein plasma, volume
distribusi, sawar darah otak dan sawar uri. Dalam darah obat akan diikat oleh protein
plasma dengan berbagai ikatan lemah (ikatan hidrofobik, van der waals, hidrogen
dan ionik). Obat yang terikat oleh protein plasma akan dibawa oleh darah ke seluruh
tubuh. Karena ikatan obat dengan protein plasma merupakan ikatan reversibel,
maka jika obat bebas telah masuk ke dalam jaringan menyebabkan obat yang terikat
protein akan menjadi bebas sehingga distribusi berjalan terus samapai habis.
Volume distribusi adalah volume dimana obat terdistribusi dalam kadar plasma.
Sehingga, volume distribusi bukanlah volume yang sebenarnya, tetapi hanyalah
7
volume semu yang menggambarkan luasnya distribusi obat dalam tubuh. Kadar
plasma yang tinggi menunjukkan obat terkonsentrasi di darah sehingga volume
distribusinya kecil. Sebaliknya, kadar plasma yang kecil menunjukkan obat tersebar
luas di tubuh atau terakumulasi di jaringan sehingga volume distribusinya besar.
Sawar darah otak merupakan sawar antara darah dan otak yang berupa sel
endotel pembuluh darah kapiler di otak membentuk tight junction dan pembuluh
kapiler ini dibalut oleh tangan-tangan astrosit otak yang terdiri dari berlapis-lapis
membran sel. Hanya obat-obat yang larut lemak yang dapat melewatinya.
Sawar uri terdiri dari satu lapis epitel vili dan satu lapis sel endotel kapiler dari
fetus sehingga mirip sawar saluran cerna. Sehingga obat yang dapat diabsorbsi
melalui pemberian oral juga dapat memasuki fetus melalui sawar uri.
Metabolisme
a. Reaksi fase I terdiri dari oksidasi, reduksi dan hidrolisis yang mengubah obat
menjadi lebih polar dengan akibat menjadi inaktif, lebih aktif atau kurang aktif.
b. Reaksi fase II merupakan konjugasi dengan substrat endogen yaitu asam
glukoronat, asam sulfat, asam asetat atau asam amino dengan akibat obat menjadi
sangat polar, dengan demikian hampir selalu tidak aktif.
Reaksi metabolisme yang terpenting adalah oksidasi oleh enzim sitokrom P450
dalam retikulum endoplasma hati, sedangkan reaksi fase II yang terpenting adalah
glukoronidase oleh enzim UDP-glukoroniltransferase (UGT) yang terutama terjadi
dalam mikrosom hati dan jaringan ekstrahepatik.
Metabolisme obat akan terganggu pada pasien penyakit hati, seperti sirosis, hati
berlemak dan kanker hati. Pada sirosis yang parah, metabolisme obat dapat
berkurang antara 30-50%. Enzim-enzim metabolisme fase I dan fase II mencapai
kematangan setelah tahun pertama kehidupan, kecuali enzim UGT untuk bilirubin
yang mencapai dewasa pada dekade kedua kehidupan.
8
Ekskresi
Organ terpenting untuk ekskresi adalah ginjal. Obat diekskresikan ginjal dalam
bentuk utuh atau dalam bentuk metabolitnya. Fungsi ginjal mengalami kematangan
pada usia 6-12 bulan dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi melalui
ginjal melibatkan 3 proses :
a. Filtrasi glomerulus
Filtrasi glomerulus menghasilkan ultra filtrat yaitu plasma minus protein. Semua
obat bebas akan keluar dalam ultra filtrat, sedangkan yang terikat protein tetap
tinggal dalam darah.
b. Reabsorbsi
c. Sekresi aktif
Sekresi aktif dari darah menuju tubulus proksimal terjadi melalui transporter
membran P-glikoprotein (P-gp) dan Multidrug-resistence protein (MRP) dengan
selektivitas yang berbeda, yaitu MRP untuk anion organik dan konjugat (penisillin,
probenesid, glukoronat, dll) dan P-gp untuk kation organik dan zat netral (kuinidin,
digoksin, dll). Oleh karena itu, terjadi kompetisi antara asam-asam organik maupun
basa-basa organik. Hal ini dimanfaatkan untuk memperpanjang masa kerja obat.
3) Penggolongan Obat
Materi 1, menjelaskan tentang definisi farmakologi dan bagaimana fase perjalanan
obat di dalam tubuh. Sekarang, peserta akan mempelajari
penggolongan obat dalam lingkup kefarmasian dan tradisional agar dapat memilih
obat yang tepat. Mari kita pelajari penggolongan obat melalui video
berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=Sdzc5rgsV3o
https://www.youtube.com/watch?v=UUY6zOD7-oc https://www.youtube.com/watch?
v=Mdd-Pl4LV4c
335440078-OBAT-DAN-PERUNDANG-UNDANGAN-ppt.ppt
9
Penggolongan obat dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan ketepatan
penggunaan serta pengamanan distribusinya. Penggolongan obat menurut
Permenkes No. 917/1993 adalah :
1. Obat Bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli tanpa resep
dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah lingkaran hijau
dengan garis tepi berwarna hitam.
Contoh : Parasetamol
2. Obat Bebas Terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih
dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan tanda
peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas adalah
lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam.Contoh : CTM 3. Obat Keras dan
Psikotropika
Obat keras adalah obat yang hanya dapat dibeli di apotek dengan resep dokter.
Tanda khusus pada kemasan dan etiket adalah huruf K dalam lingkaran merah
dengan garis tepi berwarna hitam. Contoh : Asam Mefenamat
Obat psikotropika adalah obat keras baik alamiah maupun sintetis bukan narkotik,
yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
Contoh : Diazepam, Phenobarbital
4. Obat Narkotika
Obat narkotika adalah obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan
menimbulkan ketergantungan. Contoh : Morfin, Petidin
Tanda peringatan selalu tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa
empat persegi panjang berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) centimeter, lebar
2 (dua) centimeter dan memuat pemberitahuan berwarna putih sebagai berikut :
10
5. Obat Wajib Apotek
Obat wajib apotek adalah obat keras yang dapat diserahkan tanpa resep dokter
dengan syarat obat tersebut diserahkan oleh apoteker yang sedang melakukan
pekerjaan kefarmasian di apotek. Selain memproduksi obat generik, untuk
memenuhi keterjangkauan pelayanan kesehatan khususnya akses obat, pemerintah
mengeluarkan kebijakan OWA.
Adapun undang-undang yang mengatur tentang obat wajib apotek, antara lain
sebagai berikut :
a. Permenkes No. 919/MENKES/PER/X/1993 tentang kriteria OWA
b. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 374/Menkes/SK/VII/1990 tentang Daftar
Obat Wajib Apotek No. 1, yang kemudian diperbarui dengan ;
Pada penyerahan obat wajib apotek, walaupun APA boleh memberikan obat keras,
namun ada persyaratan yang harus dipenuhi dalam penyerahan OWA yaitu :
a. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh diberikan
kepada pasien. Contohnya hanya jenis oksitetrasiklin salep saja yang termasuk
OWA, dan hanya boleh diberikan 1 tube
11
b. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien (nama,
alamat, umur) serta penyakit yang diderita
c. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup : indikasi,
kontra-indikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek samping obat yang
mungkin timbul, serta tindakan yang disarankan
bila efek tidak dikehendaki tersebut timbul.
Tujuan OWA adalah memperluas keterjangkauan obat untuk masyarakat, maka
obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang diperlukan bagi
kebanyakan penyakit yang diderita pasien. Sesuai permenkes No.
919/MENKES/PER/X/1993, kriteria obat yang dapat diserahkan yaitu :
a. Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada wanita hamil, anak di bawah
usia 2 tahun dan orang tua di atas 65 tahun.
b. Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak memberikan risiko pada
kelanjutan penyakit.
c. Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat khusus yang harus dilakukan
oleh tenaga kesehatan.
d. Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang prevalensinya tinggi di Indonesia.
Obat wajib apotek pada dasarnya adalah obat keras, maka penandaannya sama
dengan obat keras. Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan RI No.
02396/A/SK/VII/1986, tanda khusus untuk obat keras daftar G adalah berupa
lingkaran bulat berwarna merah dengan garis tepi berwarna hitam dengan huruf “K”
yang menyentuh garis tepi.
Berikut ini adalah contoh-contoh OWA berdasarkan Undang-Undang yang berlaku :
Obat Wajib Apotek 1
- Obat kontrasepsi : Linestrenol
- Obat saluran cerna : Antasid dan sedativ/spasmodik
- Obat mulut dan tenggorokan : hexetidine untuk obat sariawan dan radang
tenggorokan
- Obat saluran nafas : ketotifen untuk obat asma
Obat Wajib Apotek 2
- Bacitracin sebagai obat luar untuk infeksi kulit
- Clindamycin sebagai obat luar untuk acne
12
- Flumethason sebagai obat luar untuk inflamasi
- Ibuprofen
Obat Wajib Apotek 3
- Ranitidin
- Asam Fusidat
- Allopurinol
1. Jamu
Obat Herbal Terstandar adalah obat tradisional yang telah teruji berkhasiat
secara pra-klinis (terhadap hewan percobaan), lolos uji toksisitas akut maupun
kronis, terdiri dari bahan yang terstandar (Seperti ekstrak yang memenuhi parameter
mutu), serta dibuat dengan cara higienis.
13
3. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji
pra-klinis (pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman
melalui uji toksisitas, bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis,
bermutu, sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Contoh : Stimuno
https://www.youtube.com/watch?v=Ndq1bPsb3es
http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-6-petunjuk-praktis-penggunaan-
obat-yang-benar/petunjuk-praktis-penggunaan-obat
Ikuti petunjuk dari profesi pelayan kesehatan (saat makan atau saat perut kosong)
14
Minum obat sebelum makan
Obat untuk kerja diperlama (long acting) harus ditelan seluruhnya. Tidak boleh
dipecah atau dikunyah. Sediaan cair, gunakan sendok obat atau alat lain yang telah
diberi ukuran untuk ketepatan dosis. Jangan gunakan sendok rumah tangga. Jika
penderita sulit menelan sediaan obat yang dianjurkan oleh dokter minta pilihan
bentuk sediaan lain.
Dosis merupakan aturan pemakaian yang menunjukkan jumlah gram atau
volume dan frekuensi pemberian obat untuk dicatat sesuai dengan umur dan berat
badan pasien.
1. Gunakan obat tepat waktu sesuai aturan pemakaian. Contoh :
• Tiga kali sehari berarti obat diminum setiap 8 jam sekali
• Obat diminum sebelum atau sesudah makan
• Jika menggunakan obat-obat bebas, ikuti petunjuk pada kemasan atau
brosur/leaflet
2. Bila terlupa minum obat :
• Minumlah dosis yang terlupa segera setelah ingat, tetapi jika hampir mendekati
dosis berikutnya, maka abaikan dosis yang terlupa dan kembali ke jadwal
selanjutnya sesuai aturan.
• Jangan menggunakan dua dosis sekaligus atau dalam waktu yang berdekatan.
samping dari obat yang Anda gunakan? Silakan Anda pelajari video berikut :
https://www.youtube.com/watch?v=erJVKOWHD14
Efek samping obat adalah setiap respons obat yang merugikan dan tidak
diharapkan yang terjadi karena penggunaan obat dengan dosis atau takaran normal
pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.
Yang perlu diketahui tentang efek samping adalah :
15
1) Baca dengan seksama kemasan atau brosur obat, efek samping yang mungkin
timbul.
2) Untuk mendapatkan informasi tentang efek samping yang lebih lengkap dan apa
yang harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan pada Apoteker.
3) Efek samping yang mungkin timbul antara lain reaksi alergi gatal-gatal, ruam,
mengantuk, mual dan lain-lain.
4) Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti pada ibu hamil, menyusui, lanjut
usia, gagal ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek samping yang fatal,
penggunaan obat harus di bawah pengawasan dokter-Apoteker.
Kontraindikasi adalah salah satu hal yang harus diperhatikan sebelum kita meminum
obat. Apalagi jika obat tersebut tanpa resep dokter.
masalah dalam penyimpanan obat, Anda dapat membuka tautan berikut ini :
https://www.youtube.com/watch?v=wC_H-g92cz4&t=186s
a. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
16
b. Simpan obat pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari langsung atau
seperti yang tertera pada kemasan.
Obat generik dan non generik dipisahkan dan disusun berdasarkan abjad dan
berdasarkan bentuk sediaan, hal tersebut untuk memudahkan pengambilan obat
baik yang generik maupun non generik. d. Berdasarkan kelas terapi obat
17
Obat ini dikelompokkan berdasarkan khasiat atau indikasi obat tersebut, misal
golongan antibiotika dikelompokkan menjadi satu dengan golongan antibiotika.
e. Berdasarkan bentuk sediaan
Obat yang memiliki kesamaan bentuk sediaan disimpan secara bersamaan di
atas rak.
f. Berdasarkan stabilitas obat
Dikarenakan obat-obat yang disimpan bisa mengalami kerusakan akibat stabilitas
obatnya terganggu maka dalam penyimpanan kita juga harus memperhatikan unsur-
unsur kestabilan obat diantaranya :
- Suhu
Obat yang membutuhkan penyimpanan dengan suhu tertentu harus disimpan
dengan instruksi yang sesuai dengan yang tertulis pada label atau box obat. Misal
untuk vaksin disimpan pada suhu 2-8˚C, juga untuk obat-obatan suppositoria harus
disimpan dalam suhu yang sejuk 5-15˚C karena pada suhu tinggi dapat membuat
obat ini meleleh. Obat obatan tersebut jika tidak disimpan sesuai dengan
persyaratannya akan membentuk kristal dan kehilangan aktivitasnya.
- Cahaya
Hampir semua obat kestabilannya akan terpengaruh oleh sinar cahaya, sehingga
untuk obat-obat tersebut biasanya dikemas dalam kemasan tahan cahaya dengan
disimpan dalam wadah gelap.
- Kelembaban
Karena obat bersifat menyerap air udara sehingga menjadi lembab maka banyak
obat dalam kemasan disertai pengering (silica gel) agar tidak lembek.
g. Berdasarkan undang-undang
Obat-obat yang termasuk dalam psikotropika dan narkotika harus
Disusun dan disimpan secara terpisah dengan obat-obat yang lain
dikarenakan ada pelaporan khusus yang harus kita serahkan ke dinas kesehatan
setiap bulannya. Obat narkotika disimpan dalam almari narkotika yang
terbuat dari kayu dengan ukuran 40x80x120. Almari narkotika ini diberi kunci
ganda dan diletakkan menempel pada lantai, begitu pula untuk lemari psikotropika
juga harus terkunci.
Tanggal kadaluarsa juga merupakan penentu untuk mengonsumsi obat. Tanggal
kadaluarsa menunjukkan bahwa sampai dengan tanggal yang dimaksud, mutu dan
kemurnian obat dijamin masih tetap memenuhi syarat. Tanggal kadaluarsa biasanya
dinyatakan dalam bulan dan tahun. Obat rusak merupakan obat yang mengalami
perubahan mutu, seperti :
18
1. Tablet
a. Terjadinya perubahan warna, bau atau rasa
b. Kerusakan berupa noda, berbintik-bintik, lubang, sumbing, pecah, retak dan atau
terdapat benda asing, jadi bubuk dan lembab
c. Kaleng atau botol rusak
2. Tablet salut
a. Pecah-pecah, terjadi perubahan warna
b. Basah dan lengket satu dengan lainnya
c. Kaleng atau botol rusak sehingga menimbulkan kelainan fisik
3. Kapsul
a. Perubahan warna isi kapsul
b. Kapsul terbuka, kosong, rusak atau melekat satu sama lain
4. Cairan
a. Menjadi keruh atau timbul endapan
b. Konsistensi berubah
c. Warna atau rasa berubah
d. Botol plastik rusak atau bocor
5. Salep
a. Warna berubah
b. Pot atau tube rusak atau bocor
c. Bau berubah
https://www.youtube.com/watch?v=fmJet9rkITM
Zat pengikat asam atau antasida adalah basa-basa lemah yang digunakan untuk
mengikat secara kimiawi dan menetralkan asam lambung. Efeknya adalah
peningkatan pH yang mengakibatkan berkurangnya kerja proteolitis dari pepsin
19
(optimal pada pH 2). Di atas pH 4 aktivitas pepsin menjadi minimal. Obat ini mampu
mengurangi rasa nyeri di lambung dengan cepat (dalam beberapa menit). Efeknya
bertahan 20-60 menit bila diminum pada perut kosong dan sampai 3 jam bila
diminum 1 jam setelah makan.
20
7) Obat untuk Antihistamin
Ingin memahami obat-obatan antihistamin, untuk apa saja sih antihistamin itu?
Kalian bisa mulai mempelajarinya melalui link video di bawah ini.
https://www.youtube.com/watch?v=ugiALZZTlss
21
Penyakit-penyakit saluran pernafasan meliputi berbagai bentuk penyakit beserta
peralihannya yaitu asma, bronkitis kronis dan emfisema paru yang gejala klinisnya
saling menutupi. Gejala terpentingnya antara lain sesak nafas saat mengeluarkan
tenaga atau selama istirahat dan/ atau sebagai serangan akut, dan juga batuk kronis
dengan pengeluaran dahak yang kental.
a. Asma
Asma adalah suatu penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril
kronis yang disertai serangan sesak nafas akut secara berkala, mudah sengal-
sengal dan batuk. Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah
pada malam hari dan meningkatnya ambang rangsang bronki terhadap rangsangan
alergis maupun nonalergis. Asma alergis pada umumnya sudah dimulai sejak masa
kanak-kanak dan didahului oleh gejala lain. Pasien asma memiliki kepekaan
terhadap infeksi saluran nafas, kebanyakan terhadap virus. Akibatnya adalah
peradangan bronki yang juga dapat menimbulkan serangan asma.
b. Bronkitis Kronis & Emfisema
Bronkitis bercirikan batuk produktif menahun dengan pengeluaran
banyak dahak, tanpa sesak nafas atau hanya ringan. Emfisema paru bercirikan
dilatasi dan destruksi dari jaringan paru-paru yang mengakibatkan sesak nafas terus
menerus dan menghebat pada waktu mengeluarkan tenaga, penderita sering kali
merasa letih dan tak bergairah. Gelembung paru terus mengembang dan rongganya
membesar sehingga dinding-dindingnya yang mengandung pembuluh darah menjadi
lebih tipis dan sebagian akhirnya rusak. Dengan demikian permukaan paru yang
tersedia bagi penyerapan oksigen dapat berkurang sampai dibawah 30%, hingga
jantung harus bekerja lebih keras untuk memenuhi kebutuhan akan oksigen. Tonus
di cabang-cabang batang nadi bertambah dan tekanan darah di arteriole paru-paru
meningkat. Akhirnya pembebanan ini dapat menimbulkan hipertrofi ventrikel kanan
jantung dan terjadilah cor pulmonale (jantung membesar).
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat asma dan bronkitis terbagi dalam
beberapa kelompok, yaitu :
o Antialergika : zat-zat yang berkhasiat menstabilisasi mastcells,
sehingga tidak pecah dan mengakibatkan terlepasnya histamin dan mediator
peradangan lainnya. Obat ini sangat berguna untuk prevensi serangan asma dan
rhinitis alergi. Contoh : kromoglikat
dan nedocromil
22
o Bronkodilator : zat-zat yang dapat merangsang sistem adrenergis dengan
adrenergika atau melalui penghambatan sistem kolinergis dengan antikolinergika.
Contoh : Teofillin
Agonis β adrenergik : salbutamol, terbutalin, fenoterol, prokaterol; zat-zat ini bekerja
selektif terhadap reseptor β 2 adrenergik. Kortikosteroid : hidrokortison, prednison,
dexamethason; zat yang berkhasiat meniadakan efek mediator seperti peradangan
dan gatal-gatal. Daya antiradang ini berdasarkan blokade enzim fosfolipase A2,
sehingga pembentukan mediator peradangan (prostaglandin dan leukotrien) tidak
terjadi.
J. RINGKASAN
Farmakologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat
dengan seluruh aspeknya, baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi,
resorbsi dan nasibnya dalam organisme hidup. Obat didefinisikan sebagai senyawa
yang digunakan untuk mencegah, mengobati, mendiagnosis penyakit atau
gangguan, atau menimbulkan kondisi tertentu. Perjalanan obat dari diberikan sampai
menimbulkan efek mencakup beberapa fase yaitu fase biofarmasetika,
farmakokinetika dan farmakodinamika.
K. TEST/LATIHAN :
I. TES FORMATIF
1. Farmakologi adalah :
a. Cabang ilmu farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain
yang merupakan sumber obat
b. Ilmu yang mempelajari tentang pengetahuan obat dengan seluruh aspeknya,
baik sifat kimiawi maupun fisiknya, kegiatan fisiologi, resorbsi dan nasibnya
dalam organisme hidup
c. Bagian ilmu yang meneliti tentang pengaruh formulasi obat terhadap efek
terapeutiknya
d. Cabang ilmu yang berhubungan dengan penggunaan obat dalam pencegahan
dan pengobatan penyakit
23
e. C dan D benar
2. Yang bukan merupakan fase perjalanan obat dalam tubuh adalah :
a. Ekskresi
b. Distribusi
c. Adsorbsi
d. Metabolisme
e. Transport Aktif
3. Yang termasuk dalam golongan obat-obat yang dapat diberikan tanpa
resep dokter adalah : ‘
a. Obat bebas d. A dan B benar
b. Obat bebas terbatas e. Semua benar
c. Obat keras dan psikotropik
4. Penandaan berupa lingkaran biru dengan garis tepi hitam merupakan logo obat :
a. Obat bebas d. Obat tradisional
b. Obat bebas terbatas e. Obat Fitofarmaka
c. Obat keras
5. Penandaan peringatan untuk Ultraproct N Suppo adalah :
a. Awas obat keras, bacalah aturan memakainya
24
a. Syok d.Konstipasi
b. Urtikaria e.Mual Muntah
c. Dehidrasi
10.Dibawah ini yang merupakan ciri spesifik penyakit asma adalah :
a. Batuk d. Nafas berbunyi (mengi)
b. Demam e. Mual Muntah
c. Diare
L. TUGAS :
Tugas Mandiri, 3 x dalam 1 semester
M.REFERENSI :
DepKes RI, 2007, Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Bebas
Terbatas, Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Jakarta.
Anonim, 2011, Mengenal Batuk, (Online),
(http://www.blogdokter.net/2010/11/24/mari-mengenal-batuk/,
diakses
10 April 2018)
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006, Penanganan
Penggunaan
Obat Bebas dan Bebas Terbatas (Online),
(http://id.scribd.com/doc/71514456/CONTOH-MAKALAH, diakses
10 April 2018)
Indijah, S.W., Fajri, P. 2016. Bahan Ajar Cetak Farmakologi. Kemenkes
RI, Jakarta.
Tan. T.H.Drs, & Kirana R. Drs., 1993, Swamedikasi, Edisi I Cetakan I,
Jakarta, h 32-39
Anonim, Anatomi dan Fisiologi Kulit, http//pharzona.com, Diakses 3 April
2018.
Tan,T.H, Rahardja K., 2003, Obat-Obat Penting, PT.Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Tan,T.H, Rahardja K., 2010, Obat-Obat Sederhana Untuk Gangguan
Sehari-hari, PT.Elex Media Komputindo, Jakarta.
31
25