Anda di halaman 1dari 33

2TUGAS

SINTETIS OBAT

SINTETIS SENYAWA AROMATIS

Oleh:
SURYA FATMADEWI
NPM:102419005

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BATAM

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sintetis obat

ini dengan judul “SINTETIS SENYAWA AROMATIS” yang disusun

berdasarkan pengalaman kuliah dan sumbangan pemikiran dari beberapa teman.

Penulisan tugas ini tidak terlepas dari doa, dorongan, semangat dan

perhatian yang besar dari, saudara-saudara, rekan-rekan, dan mahasiswa program

Studi Farmasi.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada teman –teman program

studi farmasi, yang telah menyumbangkan hasil pemikiran serta memberikan

bantuan baik moral maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan

ini.

Penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan mempunyai

banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran yang membangun di kemudian

hari akan sangat menyenangkan hati pemyusun.

Akhirnya penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan

sumbangan informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam menempuh

mata kuliah sintetis obat yang akan datang.

Batam, Oktober 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................IV
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................IV
1.2RUMUSAN MASALAH...............................................................................V
1.3 TUJUAN........................................................................................................V
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................VI
2.1 Definisi senyawa aromatis...........................................................................VI
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................VIII
3.1 Definisi diskoneksi, IGF, dan Sinton........................................................VIII
3.2 Struktur dan tata nama senyawa...................................................................IX
3.3 Prinsip -prinsip dasar sintetis senyawa aromatis........................................XII
3.4 Urutan langkah dalam sintetis senyawa aromatis....................................XXI
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................XXXI
4.1 Kesimpulan..............................................................................................XXX
4.2 SARAN....................................................................................................XXX
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................XXXI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Senyawa aromatis dapat diartikan sebagai senyawa beraroma. Senyawa

ini merujuk sekelompok senyawa dengan cincin mirip benzena dan menunjukkan

perilaku kimia berbeda dari senyawa alifatik. Beberapa diantaranya adalah β-

ionone dan dihyroactinidiolide (dhA). Senyawa ini adalah senyawa yang

mengandung isoprene dengan struktur yang dianalogikan dengan struktur siklik β-

karoten.

Secara umum senyawa organik diklasifikasikan kedalam 2 golongan

yaitu senyawa alifatis dan senyawa aromatis. Pemberian nama senyawa aromatis

dihubungkan dengan sifatnya yang memberi aroma pada senyawa tersebut.

Senyawa aromatis dibagi lagi menjadi 2 golongan yaitu senyawa aromatis

hidrokarbon dan senyawa aromatis heterosiklik. Kedua golongan senyawa

tersebut memenuhi suatu hukum tentang hubungan kearomatik yang dikenal

sebagai hukum huckel.

Senyawa aromatis terdiri atas beberapa kategori yaitu:

1. Benzena
2. Furan
3. Natalena
4. Antrasena
5. Kuinazolina
6. Asam benzoate
7. Adrenalin
8. Benzaldehida
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa definisi dari diskoneksi, IGF, dan sinton?

2. Bagaimana struktur dan tata nama dari senyawa-senyawa aromatis?

3. Apa prinsip dasar sintetis senyawa aromatis?

4. Bagaimana urutan langkah dalam sintetis senyawa aromatis?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui definisi dari diskoneksi, IGF, dan sinton.

2. Memahami struktur, tata nama, kegunaan senyawa aromatis

3. Mengetahui prinsip dasar dari senyawa aromatis

4. Mengetahui urutan langkah sintetis senyawa aromatis


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi senyawa aromatis


Senyawa Aromatis merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus

fenil. Senyawa aromatis terdiri dari kelas hidrokarbon yang mencakup 6 anggota

dan memiliki cincin karbon tak jenuh dimana electron valensi ikatan pi

terdelokalisasi atau terkonjugasi. Nama aromatis diambil berdasarkan pada aroma

kuat yang dihasilkannya. Senyawa aromatis memiliki sifat karsinogenik

genetoxic,yang mudah terbakar,namun merupakan bahan kimia industri penting,

tidak terdapat batasan untuk terserang resiko kanker.

Contoh dari senyawa aromatis yang paling sederhana yaitu benzena.

Benzena merupakan hidrokarbon tidak jenuh sehingga mudah bereaksi dengan

senyawa atau unsur lain membentuk senyawa baru. Rumus molekul benzena telah

ditemukan sejak tahun 1834 yaitu C6H6. Menurut kekule, struktur yang paling

mungkin dari C6H6 adalah struktur cincin yaitu struktur lingkar enam dengan tiga

ikatan rangkap yang berkonjugasi dan berpindah pindah. Keenam atom H pada

benzena mempunyai kedudukan yang ekivalen. Pada benzena tidak melunturkan

warna air bromin (tidak diadisi oleh bromin).

Sebaliknya senyawa alifatik merupakan senyawa organic yang tidak

mempunyai gugus fenil. Senyawa alifatik biasanya sudah dibakar sehingga kerap

digunakan selaku bahan bakar. Contoh dari senyawa alifatik yaitu metana serta
asetilen. Perbandingan dari kedua senyawa tersebut terletak pada terdapat

tidaknya gugus fenil. Dalam kimia, gugus fenil merupakan salah satu gugus

fungsional pada sesuatu rumus kimia. Rumusnya yaitu CH. Cincin ini bersifat

stabil, dan melimpah baik dalam bentuk alami maupun sintetisnya.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi diskoneksi, IGF, dan Sinton


• Diskoneksi
Diskoneksi adalah pemotongan ikatan secara imaginer pemecah

molekul yang diharapkan lebih sederhana. Diskoneksi bisa disebut kebalikan dari

sintetis. Jika sintetis mereaksikan senyawa starting material menjadi suatu produk

senyawa baru. Proses diskoneksi dapat dilakukan bebrapa tahap hingga mendapat

senyawa yang diinginkan. Apabila suatu senyawa kimia memiliki ikatan lebih dari

satu yang harus diputus, maka harus dipilih salah satu pertimbangan:

A. Sedapat mungkin di sekitar bagian tengah molekul sehingga didapatkan

dua molekul yang seimbang

B. Sebaiknya pilih titik cabang yang lebih memberikan fragmen berantai

lurus untuk meminimalkan gangguan sterik dalam reaksi.

C. Diskoneksi untuk senyawa- senyawa aromatis secara umum dilakukan

pada gugus/ subtituent nya

D. Memilih tuntutan reaksi juga harus didasarkan pada faktor efisiensi dan

kelayakan reaksi serat bahan baku yang digunakan.

E. Jika pada suatu senyawa aromatis terdapat dua gugus yang berbeda, maka

pemotongan ikatan berdasarkan pada reaktivitas relatifnya. Gugus penarik

electron mendapat prioritas pertama dalam pemutusan ikatan dan

seterusnya.

• Interkoneksi Gugus Fungsi (IGF)

Tahapan analisis dilakukan pengenalan gugus fungsional yang ada pada


molekul target terkait dengan kelektronegatifannya, pengaruh pada sintetis dan

penentuan diskoneksi secara langsung atau harus diubah terlebih dahulu melalui

interkonveksi gugus fungsi / IGF.

• Sinton

Diskoneksi aromatis yang berguna lainnya adalah sinton. Sinton

merupakan fragmen ideal yang dapat atau tidak dapat terlibat dalam reaksi, tetapi

yang membantu menentukan reagen-reagen yang sesuai untuk digunakan. Regen

inilah yang disebut sebagai material pemula, yaitu senyawa yang digunakan dalam

reaksi sintetis sebagai pengganti sinton.

3.2 Struktur dan tata nama senyawa


Dalam tabel dibawah ini dituliskan tata nama umum dan struktur untuk beberapa
senyawa benzena.

Untuk benzena dengan satu subtituen diberi nama seperti pemberian nama dalam

senyawa alifatik, sebagai gugus induknya berupa senyawa benzena.


Bromobenzene Nitrobenzena

Benzena dengan gugus alkil sebagai subtituen tata nama dapat dibagi menjadi 2

golongan:

1. Apabila gugus alkil berukuran kecil (atom C< 6) maka gugus alkil

diambil sebagai subtituen dan benzena sebagai nama induknya.

Contoh:

Apabila gugus alkil berukuran besar (> 6 atom C), benzena diambil

sebagai subtituen dan alkil sebagai induknya. Benzena sebagai subtituen diberi

nama fenil yang sering disingkat -Ph atau -O


Benzena dengan 2 gugus subtituen diberi nama dengan awalan orto (-o)

bila subtituen terletak dalam posisi 1,2, awalan meta (-m) bila terletak dalam

posisi 1,3, dan para (-p) bila terletak dalam posisi 1,4.

Benzena dengan 3 subtituen atau lebih diberi nama dengan cara

menunjukkan subtituentinya. Pemberian nomor pada subtituennya ditulis secara

tingkatan alfabetik.

Benzena diketahui mempunyai rumus molekul C6H6 dan kelule

mengusulkan struktur I dan III untuk zat ini.


Dari percobaan- percobaan ternyata benzena ini dapat bereaksi dengan

pereaksi-pereaksi tertentu,tapi berbeda dengan senyawa alifatik jenuh yang terjadi

adalah reaksi subtitusi bukan reaksi adisi dan juga tidak semua atom H dapat bisa

di subtitusikan.dapat dilihat pada reaksi berikut ini :

C6H6 + CI2 FeCl3 C6H5CI + HCI

C6H6 + HONO H2SO4 C6H5NO2 + H2

C6H6 + SO3 H2SO4 C6H5SO3H

C6H6 + CH3CI AlCl3 C6H5CH3 + HCI

3.3 Prinsip -prinsip dasar sintetis senyawa aromatis


Senyawa aromatis dipilih karena pemutusan ikatannya lebih jelas

(biasanya antara cincin benzena dan subtituent yang diikat langsung). Dalam

sintetis senyawa aromatis digunakan term-term teknik diskoneksi, interkonversi

gugus fungsional (IGF), dan sinton.

A. Diskoneksi dan IGF dalam sintetis senyawa aromatis


Diskoneksi merupakan kebalikan dari Langkah sintetis atau reaksi. Diskoneksi

dilakukan bila dihasilkan reaksi kimia yang sesuai dan lazim (reliable reaction)

untuk senyawa aromatis. Misal anastetik local benzocaine dapat didiskoneksi pada

ikatan C-O.

Terdapat 4 macam reaksi subtitusi ektrofilik terhadap senyawa aromatis


1. Reaksi halogenasi

Sebagai elektrofil adalah X+, dihasilkan dari reaksi antara X2 + FeX3.

2. Reaksi nitrasi

Sebagai elektrrofil adalah NO2+ (ion nitronium), dihasilkan dari reaksi

antara HNO3 dan H2SO4.

3. Reaksi sulfonasi

Benzena bereaksi lambat dengan H2SO4 pada suhu tinggi menghasilkan

asam benzene sulfonate.

Sebagai elektrofil adalah SO3, yang merupakan elektrofil relative kuat

karena merupakan atom S yang kekurangan electron


4. Reaksi Friedel-Crafts

Reaksi Friedel-crafts meliputi reaksi alkilasi dan asilasi.

Reaksi alkilasi:

Sebagai elektrofil dalam reaksi Friedel-crafts adalah ion karbonium.

Karena melibatkan ion karbonium maka sering kali terjadi reaksi penyusunan

ulang membentuk karbonium yang lebih stabil.

Reaksi asilasi:

Sebagai elektrofil dalam reaksi asilasi Friedel- crafts adalah ion asilium

dan tidak terjadi penyusunan ulang.

Senyawa benzokaina merupakan senyawa patirasa local adalah senyawa

ester, ester dapat dilihat dari reaksi antara: alcohol dengan asam karboksilat

menggunakan katalis asam, alcohol dengan anhidrida asam karboksilat, atau

reaksi antara alkohol dengan asilhalida. Pada tahap analisis dilakukan diskoneksi

pada ikatan C-O. Diskoneksi diberi label untuk memperlihatkan reaksi

pembuatannya

Analisis 1:
Pada tahap analisis 1 didapatkan senyawa asam p- aminobenzoate,

dimana terdapat gugus COOH dan NH2 yang terikat pada cincin aromatic. Bila

dilakukan diskoneksi baik pada COOH atau NH2, maka tidak diketahui reaksi yang

bersangkutan dengan diskoneksi ini. Oleh sebab itu yang dapat dilakukan adalah

melakukan interkonversi gugus fungsional untuk mengubah gugus fungsional

COOH dan NH2 ke gugus fungsional yang lain, sehingga dapat dilakukan

diskoneksi. Asam aromatis dapat dibuat dari reaksi oksidasi gugus metal, dan

gugus amino dapat dibuat dengan reaksi reduksi gugus amino. Sehingga pada

tahap analisis 2 dapat dilakukan IGF sebgai berikut:

Analisis 2:

Pada tahap analisis 2 yaitu dengan IGF akan didapatkan senyawa dengan

gugus NO2 dan CH3 terikat pada cincin aromatis. Diskoneksi gugus nitro dapat

dilakukan dan rasional, karena diketahui bahwa nitrasi toluene secara mudah

dapat dilakukan laboratorium, dan toluene mudah didapatkan.

Analisis 3
Pada tahap analisis 3 didapatkan toluene sebagai bahan awal. Dari tahap

analisis sekarang dapat ditulis tahap sintetis dengan reagen yang sesuai. Sangat

penting untuk mengetahui tipe reagen dan kondisi reaksi yang dibutuhkan, agar

diperoleh hasil senyawa seperti yang diharapkan. Sintetis senyawa benzokaina

dapat dituliskan sebagai berikut:

Sintetis:

Pada tahap sintetis dimungkinkan melaksanakan tahap-tahap reaksi

dalam urutan yang berbeda, misalnya pergantian urutan dari dua langkah terakhir.

Pada tahap sintetis diatas dilakukan reaksi reduksi gugus nitro terlebih dahulu,

baru kemudian dilakukan reaksi esterifikasi. Bila urutan reaksi dibalik, dilakukan

reaksi esterifikasi terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan reaksi reduksi gugus

nitro.

B. Subtitusi nukleofilik dari halide


Reaksi pemindahan langsung gugus halide dari cincin aromatis dengan

suatu nukleofil hanya dimungkinkan apabila terdapat pada gugus nitro pada posisi
orto dan para terhadap hsalida, atau gugus penarik electron sejenis. Senyawa ini

mudah dibuat dengan reaksi nitrasi.

Herbisida buatan Liley Company, seperti trifluralin B merupakan contoh

yang baik bagi pendekatan ini. Gugus amino dapat ditambahkan dengan cara ini,

dan dua gugus nitro dimasukkan dengan reaksi nitrasi secara langsung.

Analisis:

Sintetis:

C.Sinton dalam senyawa aromatic


Diskoneksi aromatic lainnya adalah yang berhubungan dengan reaksi

Friedel- Crafts, yang akan digunakan dalam sintetis senyawa howtorn blossom
parfume.Sintetis ini merupakan sintetis satu Langkah yang berawal dari suatu eter

yang tersedia.

Analisis:

Sintetis:

Dalam reaksi Friedel- Crafts dan dalam reaksi nitrasi yang melakukan

penyerangan terhadap cincin benzena adalah kation MeCO+ untuk reaksi Friedel-

Crafts, dan NO2+ untuk reaksi nitrasi. Bila dilakukan diskoneksi suatu ikatan pada

cincin aromatic, maka secara normal diharapkan tipe reaksi ini, yaitu reaksi antara

cincin aromatic yang kaya akan electron dengan suatu elektrofil. Dengan

demikian dalam diskoneksi suatu ikatan pada cincin aromatic selain dapat

ditentukan ikatan mana yang terpotong, juga dapat ditentukan dengan cara yaitu

elektronik untuk memotongnya.


D. Subtitusi nukleofilik terhadap senyawa aromatis
Apabila dikehendaki penambhan atom oksigen pada cincin aromatis

diperlukan pendekatan alternatif lain yaitu dengan menambahakan sinton RO -

pada senyawa aromatic dengan gugus pergi (a leave group). Reaksi ini dikenal

dengan nama reaksi subtitusi nukleofilik terhadap senyawa aromatis. Reaksi akan

berjalan dengan baik apabila gugus pergi adalah N2 (garam diazonium). Urutan

sintetis adalah nitrasi, diazotasi, dan subtitusi.

Sintetis senyawa fenol dapat dianalisisdengan car aini, OH diubah

menjadi NO2. Brom dapat ditambahakan pada tingkat amino atau tingkat fenol,

tetapi tingkat amino memberikan control yang lebih baik.

Analisis:
Dalam praktek di laboratorium, gugus amino dilindungi sebagai amida

untuk mencegah brom juga terikat pada posiisi orto yang lain.

Sintetis:

Salah satu contoh sintetis senyawa aromatis dengan cara pemindahan

nukleofilik dari garam diazonium adalah sintetis senyawa sianida aromatic.

Analisis:

Sintetis:
E.Campuran produk orto dan para
Reaksi nitrasi pada toluene akan menghasilkan produk orto nitro toluene

dan para nitro toluene. Dalam praktek, suatu campuran akan terbentuk dan harus

dipisahkan agar memberikan isomer yang diiinginkan. Seringkali dalam suatu

reaksi dihindari terjadinya produk campuran, tetapi reaksi subtitusi aromatic

sangat mudah dikerjakan sehingga produk campuran tidak dpat dihindari, dan

Langkah pemisahan dapat diterima, terutama bila dilakukan pada urutan pertama.

Reaksi kemudian dikerjakan pada skala besar untuk mendpatkan isomer yang

dikehendaki.

Senyawa sakarina dapat dilakukan dengan cara pemisahan produk orto

dan para. Diskoneksi imida akan menghasilkan senyawa diasid yang dapat dibuat

dengan IGF dari senyawa asam toluene -orto- sulfonate.


Dalam praktek ,lebih cepat untuk membuat senyawa sulfonil klorida

secara langsung dan memisahkan dari produk para.

3.4 Urutan langkah dalam sintetis senyawa aromatis

Tahap 1:
Teliti hubungan antara gugus- gugus, cari gugus yang, mengarahkan ke

posisi yang benar. Caranya adalah dengan mendiskoneksi semua gugus bergantian

dan dilihat reaksi balik. Analisis senyawa keton yang berbau orris berikut dapat

dilakukan dengan dua diskoneksi.

Analisis:

Sintetis:
Tahap 2:
Apabila ada pilihan, pertama kali potonglah gugus yang paling menarik

electron. Gugus penarik electron akan mendeaktivasi cincin, sehingga sukar untuk

menambahkan apapun pada cincin.

Senyawa musk ambrette suatu musk sintetik, adalah senyawa esensial

dalam parfum yang dipakai untuk mempercepat dan mempertahankan bau,

merupakan senyawa aromatic dengan lima subtituen pada cincin benzene. Gugus

nitro merupakan penarik electron yang paling kuat, sehingga dapat dipotong

pertama kali.

Analisis 1:

Hasil analisis pertama menghasilkan senyawa yang memiliki 3 subtituen

pada cincin benzene, satu gugus metoksi dan dua gugus alkali. Pemotongan

berikutnya dapat dilakukan untuk gugus alkali, terdapat dua kemungkinan

pemotongan yaitu:
Analisis 2:

Hasil analisis kedua menghasilkan senyawa m- metoksi toluene,

pemotongan berikutnya dapat dilakukan pada ikatan O-CH3.

Analisis 3:

Hasil analisis ketiga menghasilkan senyawa meta kresol sebagai bahan

awal, dan sebagai reagen untuk sinton +CH3 dapat dipergunakan dimetil sulfat

Sintetis:
Tahap ke 3
Apabila IGF diperlukan pada waktu sintetis, maka harus diingat bahwa

perubahan gugus fungsional akan mengubah arah orientasi. Sintetis senyawa jelas

melibatkan klorinasi yang baik pada cincin maupun pada gugus metil (IGF)

Gugus Cl3 merupakan gugus pengarah meta, sehingga diperlukan Langkah IGF

untuk mengubah gugus CCI3 menjadi CH3. Gugus merupakan orto dan para

sehingga klorinasi akan menghasilkan orientasi yang benar.

Sintetis:

Tahap 4:
Banyak gugus dapat ditambahkan melalui reaksi subtitusi nukleofilik

pada garam diazonium yang dibuat dari amina. Penambahan gugus -gugus lain

pada tingkatan amina dianjurkan, oleh karena itu gugus amino adalah gugus

oengaruh orto dan para yang kuat.

Analisis:

Sintetis:

Dalam langkah sintetis diperlukan penambahan gugus asil, gugus amino

membentuk amida untuk mencegah klorinasi yang berlebihan


Tahap 5:
Salah satu kiat untuk memecahkan masalah yang sulit, yaitu dengan

suatu tipuan, seperti menambah dua gugs pengarah orto dan para yang terletak

meta satu sama lain. Suatu gugus amino ditambahkan, gunanya untuk mengatur

hubungan yang dibutuhkan, kemudian dihilangkan dengan diazotasi dan reduksi.

Analisis:
Dalam praktek, sangat baik jika menambahkan gugus alkil pada tahap

awal untuk melindungi gugus hidroksil.

Sintetis:

Tahap 6:
Cari subtituen yang sukar ditambahkan. Strategi yang baik tidak usah

memotong subtituent ini, digunakan bahan awal yang mengandung subtituent ini

sebagai contoh OH dan OR. Contohnya:

Tahap 7:
Cari kombinasi subtituent yang telah ada dalam bahan awal yang tersedia,

terutama bila gugus-gugus tersebut merupakan kombinasi yang sukar. Contoh:

Analisis:
Sintetis ternyata lebih mudah dari yang diperkirakan, karena asilasi

Friedel-Craft dari fenol paling baik dikerjakan dengan pertama -tama membuat

ester fenolat dan menata ulangnya dengan AlCl3. Ester fenolat yang terbentuk

adalah senyawa yang dikenal dengan nama aspirin.

Sintetis:
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
1. Senyawa Aromatis merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus

fenil.

2. Beberapa senyawa benzene diantaranya: fenol, anilin, asam benzoate,

stirena dan toluene. Benzena dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi

tertentu, berbeda dengan senyawa alifatik jenuh yang terjadi adalah

reaksi subtitusi bukan reaksi adisi

3. Dengan memahami keempat reaksi subtitusi terhdap senyawa aromatis

tersebut kita dapat menentukan dimana dilakukan diskoneksi pada tahap

analisi, sehingga pada tahap sintetis akan didapatkan reaksi yang lazim

terhadap senyawa aromatis.

4.2 SARAN
Selain mempelajari mata kuliah sintetis obat mahasiswa farmasi
diharapkan dapat memberikan informasi obat dengan benar,objektif dan
lengkap dan akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemanfaatan dan keamanan pengggunaan.
DAFTAR PUSTAKA
Budimawarti. 2008. struktur, tatanama, aromatisitas dan reaksi subtitusi
elektrofilik senyawa benzene, Jogjakarta: Ebook digital

Budimarwati., (2012). Diktat Kuliah Kimia Organik Sintetis. Yogyakarta: FMIPA


UNY

Fessenden. 1986. Kimia Organic Dasar Edisi Ketiga. Jilid 2. Terjemahan oleh
A.H.Pudjaatmaka. Erlangga: Jakarta

Firdaus. 2010. Alkil Halida. Makassar: UNHAS Press.

Luis Andre Silva, dkk. 2009. Toluene- free balanced solutions of solvent for
contact adhesives. American

Manjang, 1986. Kimia Organik. Padang: FMIPA Universitas Andalas

Murry, Mc.J. 1988. Organic Chemistry, second edition. California: Brooks/cole


Publishing Company

Stuart Warren. 1995. Buku Kerja untuk Siintetis Organic Pendekatan Diskoneksi.
Yogyakarta: UGM Press

Anda mungkin juga menyukai