SINTETIS OBAT
Oleh:
SURYA FATMADEWI
NPM:102419005
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BATAM
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas sintetis obat
Penulisan tugas ini tidak terlepas dari doa, dorongan, semangat dan
Studi Farmasi.
bantuan baik moral maupun materil kepada penulis dalam menyelesaikan tulisan
ini.
banyak kekurangan dan kesalahan, kritik dan saran yang membangun di kemudian
sumbangan informasi dan pikiran yang dapat membantu kita dalam menempuh
Penyusun
DAFTAR ISI
COVER.....................................................................................................................I
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................IV
1.1 LATAR BELAKANG.................................................................................IV
1.2RUMUSAN MASALAH...............................................................................V
1.3 TUJUAN........................................................................................................V
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................VI
2.1 Definisi senyawa aromatis...........................................................................VI
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................VIII
3.1 Definisi diskoneksi, IGF, dan Sinton........................................................VIII
3.2 Struktur dan tata nama senyawa...................................................................IX
3.3 Prinsip -prinsip dasar sintetis senyawa aromatis........................................XII
3.4 Urutan langkah dalam sintetis senyawa aromatis....................................XXI
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................XXXI
4.1 Kesimpulan..............................................................................................XXX
4.2 SARAN....................................................................................................XXX
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................XXXI
BAB I
PENDAHULUAN
ini merujuk sekelompok senyawa dengan cincin mirip benzena dan menunjukkan
karoten.
yaitu senyawa alifatis dan senyawa aromatis. Pemberian nama senyawa aromatis
1. Benzena
2. Furan
3. Natalena
4. Antrasena
5. Kuinazolina
6. Asam benzoate
7. Adrenalin
8. Benzaldehida
1.2 RUMUSAN MASALAH
1.3 TUJUAN
fenil. Senyawa aromatis terdiri dari kelas hidrokarbon yang mencakup 6 anggota
dan memiliki cincin karbon tak jenuh dimana electron valensi ikatan pi
senyawa atau unsur lain membentuk senyawa baru. Rumus molekul benzena telah
ditemukan sejak tahun 1834 yaitu C6H6. Menurut kekule, struktur yang paling
mungkin dari C6H6 adalah struktur cincin yaitu struktur lingkar enam dengan tiga
ikatan rangkap yang berkonjugasi dan berpindah pindah. Keenam atom H pada
mempunyai gugus fenil. Senyawa alifatik biasanya sudah dibakar sehingga kerap
digunakan selaku bahan bakar. Contoh dari senyawa alifatik yaitu metana serta
asetilen. Perbandingan dari kedua senyawa tersebut terletak pada terdapat
tidaknya gugus fenil. Dalam kimia, gugus fenil merupakan salah satu gugus
fungsional pada sesuatu rumus kimia. Rumusnya yaitu CH. Cincin ini bersifat
molekul yang diharapkan lebih sederhana. Diskoneksi bisa disebut kebalikan dari
sintetis. Jika sintetis mereaksikan senyawa starting material menjadi suatu produk
senyawa baru. Proses diskoneksi dapat dilakukan bebrapa tahap hingga mendapat
senyawa yang diinginkan. Apabila suatu senyawa kimia memiliki ikatan lebih dari
satu yang harus diputus, maka harus dipilih salah satu pertimbangan:
D. Memilih tuntutan reaksi juga harus didasarkan pada faktor efisiensi dan
E. Jika pada suatu senyawa aromatis terdapat dua gugus yang berbeda, maka
seterusnya.
penentuan diskoneksi secara langsung atau harus diubah terlebih dahulu melalui
• Sinton
merupakan fragmen ideal yang dapat atau tidak dapat terlibat dalam reaksi, tetapi
inilah yang disebut sebagai material pemula, yaitu senyawa yang digunakan dalam
Untuk benzena dengan satu subtituen diberi nama seperti pemberian nama dalam
Benzena dengan gugus alkil sebagai subtituen tata nama dapat dibagi menjadi 2
golongan:
1. Apabila gugus alkil berukuran kecil (atom C< 6) maka gugus alkil
Contoh:
Apabila gugus alkil berukuran besar (> 6 atom C), benzena diambil
sebagai subtituen dan alkil sebagai induknya. Benzena sebagai subtituen diberi
bila subtituen terletak dalam posisi 1,2, awalan meta (-m) bila terletak dalam
posisi 1,3, dan para (-p) bila terletak dalam posisi 1,4.
tingkatan alfabetik.
adalah reaksi subtitusi bukan reaksi adisi dan juga tidak semua atom H dapat bisa
(biasanya antara cincin benzena dan subtituent yang diikat langsung). Dalam
dilakukan bila dihasilkan reaksi kimia yang sesuai dan lazim (reliable reaction)
untuk senyawa aromatis. Misal anastetik local benzocaine dapat didiskoneksi pada
ikatan C-O.
2. Reaksi nitrasi
3. Reaksi sulfonasi
Reaksi alkilasi:
Karena melibatkan ion karbonium maka sering kali terjadi reaksi penyusunan
Reaksi asilasi:
Sebagai elektrofil dalam reaksi asilasi Friedel- crafts adalah ion asilium
ester, ester dapat dilihat dari reaksi antara: alcohol dengan asam karboksilat
reaksi antara alkohol dengan asilhalida. Pada tahap analisis dilakukan diskoneksi
pembuatannya
Analisis 1:
Pada tahap analisis 1 didapatkan senyawa asam p- aminobenzoate,
dimana terdapat gugus COOH dan NH2 yang terikat pada cincin aromatic. Bila
dilakukan diskoneksi baik pada COOH atau NH2, maka tidak diketahui reaksi yang
bersangkutan dengan diskoneksi ini. Oleh sebab itu yang dapat dilakukan adalah
COOH dan NH2 ke gugus fungsional yang lain, sehingga dapat dilakukan
diskoneksi. Asam aromatis dapat dibuat dari reaksi oksidasi gugus metal, dan
gugus amino dapat dibuat dengan reaksi reduksi gugus amino. Sehingga pada
Analisis 2:
Pada tahap analisis 2 yaitu dengan IGF akan didapatkan senyawa dengan
gugus NO2 dan CH3 terikat pada cincin aromatis. Diskoneksi gugus nitro dapat
dilakukan dan rasional, karena diketahui bahwa nitrasi toluene secara mudah
Analisis 3
Pada tahap analisis 3 didapatkan toluene sebagai bahan awal. Dari tahap
analisis sekarang dapat ditulis tahap sintetis dengan reagen yang sesuai. Sangat
penting untuk mengetahui tipe reagen dan kondisi reaksi yang dibutuhkan, agar
Sintetis:
dalam urutan yang berbeda, misalnya pergantian urutan dari dua langkah terakhir.
Pada tahap sintetis diatas dilakukan reaksi reduksi gugus nitro terlebih dahulu,
baru kemudian dilakukan reaksi esterifikasi. Bila urutan reaksi dibalik, dilakukan
reaksi esterifikasi terlebih dahulu, baru kemudian dilakukan reaksi reduksi gugus
nitro.
suatu nukleofil hanya dimungkinkan apabila terdapat pada gugus nitro pada posisi
orto dan para terhadap hsalida, atau gugus penarik electron sejenis. Senyawa ini
yang baik bagi pendekatan ini. Gugus amino dapat ditambahkan dengan cara ini,
dan dua gugus nitro dimasukkan dengan reaksi nitrasi secara langsung.
Analisis:
Sintetis:
Friedel- Crafts, yang akan digunakan dalam sintetis senyawa howtorn blossom
parfume.Sintetis ini merupakan sintetis satu Langkah yang berawal dari suatu eter
yang tersedia.
Analisis:
Sintetis:
Dalam reaksi Friedel- Crafts dan dalam reaksi nitrasi yang melakukan
penyerangan terhadap cincin benzena adalah kation MeCO+ untuk reaksi Friedel-
Crafts, dan NO2+ untuk reaksi nitrasi. Bila dilakukan diskoneksi suatu ikatan pada
cincin aromatic, maka secara normal diharapkan tipe reaksi ini, yaitu reaksi antara
cincin aromatic yang kaya akan electron dengan suatu elektrofil. Dengan
demikian dalam diskoneksi suatu ikatan pada cincin aromatic selain dapat
ditentukan ikatan mana yang terpotong, juga dapat ditentukan dengan cara yaitu
pada senyawa aromatic dengan gugus pergi (a leave group). Reaksi ini dikenal
dengan nama reaksi subtitusi nukleofilik terhadap senyawa aromatis. Reaksi akan
berjalan dengan baik apabila gugus pergi adalah N2 (garam diazonium). Urutan
menjadi NO2. Brom dapat ditambahakan pada tingkat amino atau tingkat fenol,
Analisis:
Dalam praktek di laboratorium, gugus amino dilindungi sebagai amida
untuk mencegah brom juga terikat pada posiisi orto yang lain.
Sintetis:
Analisis:
Sintetis:
E.Campuran produk orto dan para
Reaksi nitrasi pada toluene akan menghasilkan produk orto nitro toluene
dan para nitro toluene. Dalam praktek, suatu campuran akan terbentuk dan harus
sangat mudah dikerjakan sehingga produk campuran tidak dpat dihindari, dan
Langkah pemisahan dapat diterima, terutama bila dilakukan pada urutan pertama.
Reaksi kemudian dikerjakan pada skala besar untuk mendpatkan isomer yang
dikehendaki.
dan para. Diskoneksi imida akan menghasilkan senyawa diasid yang dapat dibuat
Tahap 1:
Teliti hubungan antara gugus- gugus, cari gugus yang, mengarahkan ke
posisi yang benar. Caranya adalah dengan mendiskoneksi semua gugus bergantian
dan dilihat reaksi balik. Analisis senyawa keton yang berbau orris berikut dapat
Analisis:
Sintetis:
Tahap 2:
Apabila ada pilihan, pertama kali potonglah gugus yang paling menarik
electron. Gugus penarik electron akan mendeaktivasi cincin, sehingga sukar untuk
merupakan senyawa aromatic dengan lima subtituen pada cincin benzene. Gugus
nitro merupakan penarik electron yang paling kuat, sehingga dapat dipotong
pertama kali.
Analisis 1:
pada cincin benzene, satu gugus metoksi dan dua gugus alkali. Pemotongan
pemotongan yaitu:
Analisis 2:
Analisis 3:
awal, dan sebagai reagen untuk sinton +CH3 dapat dipergunakan dimetil sulfat
Sintetis:
Tahap ke 3
Apabila IGF diperlukan pada waktu sintetis, maka harus diingat bahwa
perubahan gugus fungsional akan mengubah arah orientasi. Sintetis senyawa jelas
melibatkan klorinasi yang baik pada cincin maupun pada gugus metil (IGF)
Gugus Cl3 merupakan gugus pengarah meta, sehingga diperlukan Langkah IGF
untuk mengubah gugus CCI3 menjadi CH3. Gugus merupakan orto dan para
Sintetis:
Tahap 4:
Banyak gugus dapat ditambahkan melalui reaksi subtitusi nukleofilik
pada garam diazonium yang dibuat dari amina. Penambahan gugus -gugus lain
pada tingkatan amina dianjurkan, oleh karena itu gugus amino adalah gugus
Analisis:
Sintetis:
suatu tipuan, seperti menambah dua gugs pengarah orto dan para yang terletak
meta satu sama lain. Suatu gugus amino ditambahkan, gunanya untuk mengatur
Analisis:
Dalam praktek, sangat baik jika menambahkan gugus alkil pada tahap
Sintetis:
Tahap 6:
Cari subtituen yang sukar ditambahkan. Strategi yang baik tidak usah
memotong subtituent ini, digunakan bahan awal yang mengandung subtituent ini
Tahap 7:
Cari kombinasi subtituent yang telah ada dalam bahan awal yang tersedia,
Analisis:
Sintetis ternyata lebih mudah dari yang diperkirakan, karena asilasi
Friedel-Craft dari fenol paling baik dikerjakan dengan pertama -tama membuat
ester fenolat dan menata ulangnya dengan AlCl3. Ester fenolat yang terbentuk
Sintetis:
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Senyawa Aromatis merupakan senyawa organik yang mempunyai gugus
fenil.
analisi, sehingga pada tahap sintetis akan didapatkan reaksi yang lazim
4.2 SARAN
Selain mempelajari mata kuliah sintetis obat mahasiswa farmasi
diharapkan dapat memberikan informasi obat dengan benar,objektif dan
lengkap dan akan sangat mendukung dalam pemberian pelayanan
kesehatan yang terbaik kepada masyarakat sehingga dapat meningkatkan
kemanfaatan dan keamanan pengggunaan.
DAFTAR PUSTAKA
Budimawarti. 2008. struktur, tatanama, aromatisitas dan reaksi subtitusi
elektrofilik senyawa benzene, Jogjakarta: Ebook digital
Fessenden. 1986. Kimia Organic Dasar Edisi Ketiga. Jilid 2. Terjemahan oleh
A.H.Pudjaatmaka. Erlangga: Jakarta
Luis Andre Silva, dkk. 2009. Toluene- free balanced solutions of solvent for
contact adhesives. American
Stuart Warren. 1995. Buku Kerja untuk Siintetis Organic Pendekatan Diskoneksi.
Yogyakarta: UGM Press