KONSEP PENGEMBANGAN
PRODUKTIVITAS PERAWAT BERBASIS KPI
UNIT RUMAH SAKIT
1
Kata Pengantar
Syukur Alhamdulillah kami lafazkan kepada ALLAH SWT atas selesainya pengembangan Konsep
Produktivitas Perawat berbasis Key Performance Indicator (KPI). Konsep ini berdasarkan
pengalaman panjang Penulis sebagai Dosen Manajemen Perawat Kesehatan di FKMUI dan
pengalaman sebagai Peneliti dan Konsultan Manajemen SDM RS.
Konsep ini dikembangkan berdasarkan data dan informasi utama yang dibutuhkan Pimpinan RS
untuk mengelola Perawat secara efektif dan efisien. Konsep ini berbasis informasi
peroduktifitas Perawat pada setiap Unit RS. Produktivitas dinilai berdasarkan Key Performance
Indicators yang disepakati yang dapat menampilkan tingkat produktivitas setiap unit RS. Data
dan informasi dirubah menjadi rasio indicator Produktivitas Perawat RS.
Konsep ini juga memberikan informasi Indikator Produktivitas Perawat setiap Unit dalam
bentuk table dan grafik sehingga memudahkan untuk memahami tingkat produktivitas Perawat
RS. Disamping itu, Rasio produktivitas dan jumlah Perawat pada Unit RS juga dapat
dibandingkan dengan RS sejenis sebagai pembanding untuk menilai apakah RS kita efisien?
Konsep ini juga memberikan informasi tentang apakah jumlah Perawat per Unit efisien atau
tidak dibandingkan dengan beban kerja dan tingkat produktivitas Unit RS sejenis. Konsep
Penilaian Produktivitas Perawat RS ini sangat powerfull untuk memberikan data dan informasi
dini sehingga Pimpinan dapat mengambil keputusan manajemen secara efektif dan cepat..
Kami meyakini bahwa konsep ini sangatlah penting untuk Pimpinan RS agar dapat mengelola
Perawat secara cerdas dan bernas untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan RS.
Konsep ini dapat meningkatkan produktivitas Perawat RS dan dapat mengontrol biaya Perawat
RS. Dengan menggunakan Konsep Penilaian Produktivitas ini, Pimpinan RS dapat mengelola
Perawat dengan produktivitas tinggi dan efisien. Konsep ini memudahkan Pimpinan RS untuk
memonitor dan mengambil keputusan manajemen Perawat Rumah Sakit dengan cepat dan
efisien. Smart People Create Smart Hospital.
Smart hospital adalah jawaban cerdas untuk Pimpinan RS untuk mengelola bisnis secara
digital. Bila Smart Hospital menjadi pilhan Anda, Silahkan kontak kami: yaslisilyas@gmail.com
dan HP: 0811167429
2
Dilarang untuk mengutip, mengcopy dan atau memperbanyak secara fisik
maupun digital sebagian atau seluruh Modul tanpa seizin Pengarang
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
3
DAFTAR ISI
4
PENDAHUAN
1. LATAR BELAKANG
Dalam kurun waktu kurang dari dua dekade terakhir ini, telah muncul suatu perhatian yang
cukup besar di lingkup organisasi bisnis kesehatan tanah air terhadap usaha peningkatan efisiensi
ketenagaan dengan tingkat produktivitas tinggi. Hal tersebut dapat dimengerti mengingat bisnis
modern dewasa ini tengah memasuki suatu era model korporasi yang saling bersaing di wilayah
efisiensi dan kecepatan menyediakan layanan JKN yang tergolong minim margin. Kondisi seperti ini,
di saat yang bersamaan juga menuntut adanya penyediaan layanan kesehatan yang harus mengikuti
standar-standar kualitas tertentu guna menjawab ekspektasi dari masyarakat. Situasi ini tentunya
mengharuskan para pelaku bisnis kesehatan untuk melakukan sejumlah strategi khusus yaitu: Smart
people create smart hospital.
Rumah Sakit sebagai sebuah institusi bisnis kesehatan tentunya perlu melakukan langkah-
langkah strategik tersebut. Pada Era Industri 4.0 bisnis RS harus dikelola berdasarkan knowledge
dan evidence dan dalam tempo yang cepat. Pimpinan RS harus dapat mengambilan keputusan yang
cepat dan akurat untuk membuat RS dapat bertahan dengan perubahan external RS yang sangat
cepat. Tuntutan manajemen bisnis RS berbasis data digital adalah keharusan mengembangkan
Sistem Informasi Manajemen RS merupakan suatu keniscayaan.
Kunci untuk dapat survive menghadapi gelombang besar perubahan external (Regulasi baru
dan Covid19) dan tekanan finansial yang berat pada RS adalah melakukan pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien. Disamping itu, Pimpinan RS harus mampu mengelola Harga Pokok Penjualan jasa
yg kompetitif, produktivitas unit RS tinggi dan menutup pintu-pintu kebocoran, guna menyiasati
capaian pertumbuhan pendapatan yang telah ditargetkan.
Salah satu peluang besar yang dapat dilakukan Pimpinan RS adalah adalah mereview
manajemen unit2 RS yg menggunakan biaya terbesar di RS seperti : Unit Keperawatan, Farmasi,
Logistik, Penunjang Medik dan Keuangan. Kita ketahui, anggaran yang dikeluarkan untuk Unit
Keperawatan RS cukup besar dan diperkirakan dapat mengkonsumsi dana sebesar 15 sd 25% total
anggaran RS per tahun, tergantung jenis RS apakah RS Publik atau Swasta.
Yaslis Institute sebagai lembaga terus berkreasi dan ber-inovasi untuk mengembangkan
instrumen baru manajemen RS. Untuk menghadapi masa depan yang semakin tidak pasti, diperlukan
instrumen yang dapat memberikan kepastian untuk pengambilan keputusan. Yaslis Institute
5
menawarkan pengembangan Konsep Manajemen Produktivitas Perawat untuk pimpinan RS agar
dapat mengelola Perawat secara efisien dan berhasil guna tinggi.
Konsep management ini adalah memberikan data dan informasi digital yang dapat
ditampilkan dalam bentuk numerik dan grafik yang berkaitan dengan informasi yang dibutuhkan
Pimpinan RS untuk mengambil keputusan manajemen Keperawatan RS. Data dan informasi tersebut
antara lain :
2. Data dan informasi Key Performance Indicator (KPI) setiap Unit Keperawatan RS yang
disepakati oleh setiap pimpinan unit dan RS. Kami telah mengembangkan KPI Unit2 RS
yang dapat mewakili indikator Kinerja unit sebagai basis untuk menilai kinerja unit
Keperawatan.
3. Data Rasio Produktivitas dan jumlah Perawat pada setiap Unit kerja keperawatan RS
sehingga diketahui tingkat produktivitas Unit dan Perawat RS. Dengan diketahui Rasio
Produktivitas maka dapat dilakukan keputusan manajemen untuk meningkatkan atau
memantapkan prestasi kinerja Unit.
4. Data dan informasi Produktivitas Unit dan Perawat RS dapat ditampilkan dalam bentuk
tabel numerik maupun grafik garis, pie atau batang dan informasi dapat ditampilkan
sesuai waktu yang diinginkan point condition atau retrospektif.
5. Konsep digital keperawatan ini, sangat powerfull dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan Pimpinan RS untuk memantau, menilai dan mengambil keputusan kaitan
kinerja Bagian Keperawatan RS.
6
Kami menggunakan instrument data dan matrix, yang diolah sedemikian rupa mengambarkan
informasi dan indikator produktivitas Perawat RS. Informasi yang dihasilkan dapat mereview dan
menilai tingkat efisiensi dan efektifitas manajemen Keperawatan RS. Data ini kemudian dapat di
transfer ke bentuk digital sehingga bisa ditampilkan pada desktop, laptop maupun smartphone. Kami
melakukan explorasi dengan melakukan riset operasional pada beberapa RS dan penelusuran
kepustakaan yang komprehensif untuk menentukan Key Performance Indicator Unit Keperwatan RS.
Konsep Manajemen Produktivitas Perawat RS dirancang secara terstrukur dan logik. Pertama,
melakukan pemetaan Perawat RS dengan menggali semua data yang terkait seperti: Data dan
informasi sosio-demografi Perawat RS seperti: jumlah, gender, status perkawinan, tingkat
pendidikan, profesi, STR dan Ijin praktek professional medis, status kepegawaian, lama kerja, jabatan
dan lainnya. Kedua, menggali data dan informasi Key Performance Indicator yang dapat dipahami
dan disepakati oleh setiap pimpinan unit dan RS sebagai indikator kinerja keperawatan setiap Unit
RS. Pengembangan indikator lebih bersumber dari review kepustakaan, riset dan pengalaman
operasional kami sebagai konsultan SDM dan Kinerja Perawat RS. Kami mengembangkan indikator
rasio kinerja perawat pada setiap Unit Keperawatan RS dengan jumlah tenaga sebagai denominator.
Rasio Produktivitas dapat dianalisis dengan melakukan komparasi dengan indikator Produktivitas RS
lain yang sesuai. Dengan demikian, diketahui bagaimana tingkat produktivitas setiap Unit RS
dibandingkan dengan RS lain yang sejenis.
Ketiga, menggali dan mereview data produktivitas berdasarkan KPI yang disepakati untuk setiap
Unit Keperawatan RS. Kami telah mengembangkan KPI setiap Unit Keperawatan RS yang bisa
digunakan sebagai basis utk mengukur tingka produktivitas Perawat setiap Unit RS. Dengan
diketahui Rasio Produktivitas dengan jumlah SDM maka dapat dilakukan keputusan manajemen
untuk meningkatkan atau memantapkan prestasi kinerja Unit.
Ke-empat, Data Rasio Produktivitas dan jumlah Perawat setiap Unit RS sehingga diketahui
tingkat produktivitas Unit dan Perawat RS. Dengan diketahui Rasio Produktivitas maka dapat
dilakukan keputusan manajemen untuk meningkatkan atau memantapkan prestasi kinerja Unit.
Indikator Rasio produktivitas ini juga merupakan KPI setiap unit sebagai data basi dan dapat
digunakan untuk merencanakan tingkat produktivitas dimasa depan misal: 3 tahun kedepan.
Terakhir, mengola data data dan informasi Produktivitas Unit dan Perawat RS dalam bentuk
tabel numerik maupun grafik garis, pie atau batang dan informasi dapat ditampilkan secara digital
sesuai waktu yang diinginkan point condition atau retrospektif.
7
5. Mengembangkan Key Performance Indicator Unit Keperawatan RS.
Kajian Kinerja adalah suatu kegiatan menelaah lebih mendalam atas kemampuan suatu unit
dalam menunjukkan prestasinya berdasarkan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Penetapan
indikator kinerja ini, sangat penting karena melalui indikator-indikator itulah suatu unit dapat dinilai
berhasil atau tidak dalam mencapai target yang ditetapkan. Dalam mengukur kinerja Unit
Keperawatan RS perlu ditentukan dan disepakati oleh Pimpinan Unit dan Pimpinan RS suatu
indikator utama untuk mengukur kinerja Unit tersebut.
KPI memberikan petunjuk bagi pihak manajemen RS untuk melakukan suatu treatment tertentu,
khususnya bagi unit-unit yang dipandang tidak produktif atau melakukan inefisiensi, atau sebaliknya
memberikan suatu rewards atau penghargaan secara khusus bagi unit-unit yang tergolong produktif
dan mencapai target yang telah diharapkan sebelumnya.
Berikut sejumlah daftar KPI yang kami gunakan dalam menentukan kinerja Unit Keperawatan RS.
KPI yang kita gali berbasis pada indikator kinerja yang banyak digunakan oleh RS. Ukuran2
produktivitas Unit secara tidak langsung juga memberikan, informasi mengenai indicator yang
disebut sebagai Key Performance Indicators. Capaian KPI yang diraih dari setiap unit inilah yang yang
jadi petunjuk untuk mengambil keputusan untuk manajemen RS. Tindakan-tindakan tersebut dapat
berupa evaluasi manajemen layanan, ketenagaan, program pelatihan dan skema kompensasi atau
remunerasi. Di bawah ini akan ditampilkan KPI Unit Keperawatan RS.
Tabel 1 : Nama Unit, ∑ SDM, Indikator KPI dan Rasio KPI / SDM
Nama Unit ∑ SDM Indikator KPI KPI
∑ Produk ∑ Produk/ SDM
1 Rawat Inap ∑ pasien rawat inap per hari=
8
6. Status Kepegawaian Perawat Kasus pada RS Y
Pendekatan yang diakukan untuk pengembangan Konsep Menilai Produktivitas Perawat RS
adalah mempelajari karakteristik sosio-demografi Perawat RS, menentukan KPI Unit Keperawatan
RS, menghitung produktivitas atau output unit Keperawatan RS per hari, dan menghitung jumlah
Perawat saat ini pada masing Unit RS dan mencari rujukan data pembanding KPI Unit dari RS sejenis.
Pada kasus RS Y, terdapat 174 Perawat yang berkerja pada berbagai unit Keperawatan RS. Pada
Departemen Pelayanan Medis RS, dimana terdapat unit layanan Rawat Inap, Rawat Jalan dan
Perinatologi tergolong unit yang memiliki personil dengan status karyawan kontrak terbanyak. Hal
berarti bahwa pada unit-unit tersebut, peluang untuk dilakukannya efisiensi ketenagaan secara
terukur dapat dilakukan. Proses efisiensi ketenagaan tersebut tentunya perlu melihat KPI masing2
Unit, Analisis Beban Kerja dan Rasio Beban kerja dibagi jumlah Perawat pada unit2 tersebut.
Status
STAF Kepegawaian
No Unit Jumlah
PERAWAT
Tetap Kontrak
1 Rawat Jalan 33 9 24 33
2 Hemodialisa 6 5 1 6
3 Gawat Darurat 11 9 2 11
4 Kamar Operasi 10 6 4 10
5 ICU & HCU 11 9 2 11
6 NICU 8 5 3 8
7 Rawat Inap 80 22 58 80
8 Perinatalogi 13 4 9 13
10 Total 172
9
Dari grafik Pie terlihat jumlah Perawat menurut unit RS, tampak Unit Rawa Inap mempunyai
tenaga paling banyak yaitu 47 % dan Unit Rawat Inap 19 % dari total jumlah perawat RS. Selanjutnya
Unit Perinatalogy mempunyai tenaga perawat sebanyak 8 %, hal ini disebabkan produk kebidanan
merupakan produk unggulan RS ini.TIGA PENGE
Tabel 3 berikut menggambarkan tabel produktivitas Perawat dimana variabel-variabel yang akan
dijadikan pembanding adalah: Jumlah ketenagaan, Produk per hari dan rasio produktivitas.A Rasio
Produktivitas dan Jumlah Perawat pada Unit Keperawatan RS Y & RS X. Perlunya
10
membandingkan Indikator Rasio Produktivitas untuk menilai dan membandingkan tingkat
produktivitas masing2 Unit diantara kedua RS Type C ini.
Tabel3. Rasio Produktivitas dan Jumlah Perawat pada Unit Keperawatan RS Y & RS X
N Produk per Hari Rasio Produktivitas
UNIT STAF RS Y STAF RS X Satuan
O RS Y RS X RS Y RS X
1 Rawat Jalan 33 25 299 594 9.06 23.76 Pasien
2 Hemodialisa 6 7 8 15 1.33 2.14 Pasien
3 Gawat Darurat 11 15 25 33 1.56 2.2 Pasien
4 Kamar Operasi 10 13 4 15 0.44 1.15 Operasi
5 Rawat Inap 80 53 63.6 72 0.79 1.36 Pasien
6 Perinatologi 13 13 2 4 0.17 0.31 Pasien
7 ICU & HCU 11 6 18 13 1.64 2.17 Pasien
8 NICU & PICU 8 6 6 5 0.67 0.83 Pasien
Bagian Keperawatan RS adalah bagian yang sangat berperan menghasilkan pendapatan RS,
dapat terlihat di sini bahwa sejumlah unit seperti; Rawat Jalan, Hemodialisa, Gawat Darurat, Kamar
Operasi, Rawat Inap, Perinatalogy, ICU & HCU dan NICU & PICU. Dari Tabel 3, perlu diberi catatan
khusus terkait jumlah ketenagaan dan produktivitas yang mereka hasilkan. Di Unit Rawat Jalan
Rumah Sakit Y, yang memiliki jumlah ketenagaan yang lebih besar (33 vs 25) namun dengan capaian
produk RS Y nyaris hanya berada lebih 50% di bawah performa RS X (299 vs 594), kiranya perlu
dilakukan telaah lebih mendalam atas unit ini mengingat perbandingan rasio produktivitas mereka
adalah 9.06 berbanding 23.76. Hampir disemua indicator KPI yang digunalan output Keperawatan RS
Y berada dibawah RS X sebagai rujukan kineraja Unit Keperawatan RS.
Adapun kinerja unit Rawat Inap Rumah Sakit, dimana pada RS pembanding juga memiliki
capaian BOR yang sama sebesar 47% pada bulan November – Desember 2019, terlihat juga adanya
gap yang cukup besar dari sisi ketenagaan dan capaian produktivitas. RS X sebagai pembanding
menunjukkan efisiensi yang jauh lebih baik dari sisi ketenagaan dan pada akhirnya menghasilkan
rasio produktivitas yang jauh lebih baik pula dengan nilai 1.36 berbanding 0.79 yang dimiliki Rumah
Sakit Y. Pada bagian Unit kamar Operasi, RS X pembanding juga memiliki tingkat efisiensi ketenagaan
yang lebih baik sehubungan dengan capaian produktivitas yang lebih besar dibanding Rumah Sakit Y.
Kiranya dengan perbandingan rasio produktivitas sebesar 1.15 berbanding 0.44, Tim Pemasaran
Rumah Sakit Y perlu bekerja lebih keras untuk mendatangkan pasien bedah ke dalam Rumah Sakit.
11
hingga menghasilkan produktivitas yang rendah. Hal ini tentunya perlu dilakukan identifikasi jumlah
tugas dan analisa beban kerja yang lebih mendalam agar ditemukan jumlah ideal yang dapat
diterapkan.
ANG
8. Analisis Indikator Produktivitas Unit Keperawatan Kasus RS Y & RS X
H TERA
Pada table: 4 ini, disampaikan analisis terhadap beban kerja yang ditanggung dari suatu unit
serta seberapa banyak jumlah Perawat yang dibutuhkan guna menyelesaikan tugas-tugasnya.
Analisis ini disebut sebagai Analisis Beban Kerja atau biasa disingkat ABK. Tujuan dilakukannya
pembahasan ABK ini adalah untuk melihat ada tidaknya gap atas jumlah Perawat saat inil dengan
hasil perhitungan kebutuhan Perawat berdasarkan ABK. Selain itu, dipaparkan juga dua kolom
tambahan yang memuat info Nilai Range dan Nilai Rata-rata. Nilai Range menginformasikan jumlah
Perawat yang dihasilkan dari ABK dan Jumlah Perawat RS X sebagai pembanding. Adapun Nilai Rata-
Rata adalah nilai yang menginformasikan jumlah yang dapat dijadikan rujukan bagi Rumah Sakit
untuk pemenuhan ketenagaannya.
Tabel: 4. Perbandingan Jumlah Perawat, Hasil ABK, Rasio Produktivitas (KPI) pada
Departemen Pelayanan Medis RS Y & RS X
Di Departemen Pelayanan Medis, sejumlah unit seperti; Rawat Jalan, Rawat Inap dan
Perinatologi menunjukkan adanya ketimpangan dari jumlah Perawat yang ada dengan hasil
perhitungan ABK dan perbandingannya dengan RS X. Unit Rawat Jalan sebagai contoh, memiliki 33
12
personil namun perhitungan ABKnya hanya membutuhkan 24 personil. Penilaian ABK dari unit Rajal
ini bahkan mendekati kesamaan dengan jumlah personil yang ada pada RS pembanding. Hal ini
berarti bahwa kemungkinan besar terjad in-efisiensi Perawat di Unit Rajal yang dihubungkan dengan
tingkat produktivitasnya. Situasi ketenagaan seperti ini, perlu dilakukan telaah lebih lanjut,
mengingat jumlah yang dibutuhkan berdasarkan beban kerja adalah sebesar 25 orang. Situasi yang
sama juga terjadi pada unit Rawat Inap dan Perinatologi dimana jumlah tenaga yang ada berada jauh
lebih banyak dibandingkan jumlah yang disarankan.
9. Penutup
Dari uraian tentang KPI dan Produktivitas dan Jumlah Perawat serta analisis komparasi tingkat
produktivitas perawat pada kasus RS Y dan X, diharapkan pembaca dapat menggunakan konsep ini
untuk menilai Produktivitas Unit Keperawatan di RS. Selamat belajar dan berkarya!
13
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Pemerintah (PP) nomor 23 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan BLU
14