Anda di halaman 1dari 10

ANALYSIS OF NURSING CLINIC PRACTICE OF GIVING BABY MASSAGE TO THE

FREQUENCY OF DEFECATION IN TODDLERS WITH DIARRHEA IN MUARA


BUNGO HEALTH CENTER 1

Reza Kurnia, Andrye Fernandes, Yessi Andriani


Professional Student Nurses, Pioners STIKes Perintis Padang
Profesional Lecturers Ners, Pioneers STIKes Perintis Padang
Email : Rezakurnia741@gmail.com

Abstrak

Diarrhea is an endemic disease in Indonesia and is also a potential disease of Extraordinary


Events (KLB) that is often accompanied by death. KIAN aims to provide an overview of child
care with diarrhea and self-pre-existing interventions are baby massages. A baby massage is
a massage that is performed closer to subtle swipes or tactile stimuli performed on the
surface of the skin. Baby massage is carried out for ± 30-60 minutes a day with bab
frequency measurement done before and after the delivery of baby massage. Evaluation
results showed baby massage interventions were effective to lower the frequency of BAB in
diarrhead children
Keywords : Frequency Of Defecation, Diarrhea, Baby Massage
Abstrak

Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial
Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. KIAN ini bertujuan untuk
memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan anak dengan diare dan intervensi
keprawatan mandiri yang dilakukan adalah baby massage. Baby massage adalah pemijatan
yang dilakukan lebih mendekati usapan-usapan halus atau rangsangan raba (taktil) yang
dilakukan di permukaan kulit. Baby massage dilakukan selama ± 30-60 menit sehari dengan
pengukuran frekuensi BAB yang dilakukan sebelum dan sesudah pemberian baby massage.
Hasil evaluasi menunjukkan intervensi keperawatan baby massage efektive untuk
menurunkan frekuensi BAB pada anak diare.

Kata Kunci : Frekuensi Buang Air Besar, Diare, Baby Massage


PENDAHULUAN terbesar di Provinsi Jambi. Tetapi jika
Diare merupakan salah satu penyakit dilihat dari prevalensi dari tahun
infeksi yang menyebabkan kematian sebelumnya diare merupakan kasus
pada bayi dan anak balita (Kemenkes RI, tertinggi, persentase peningkatanya
2015). Diare adalah buang air besar 8,71% tahun 2015 dan 8,73% pada tahun
sebanyak tiga kali atau lebih dalam satu 2016.
hari dengan konsistensi cair (Brandt, et Faktor yang menyebabkan tingginya
al, 2015). Diare saat ini masih menjadi angka mortalitas dan morbiditas balita
masalah yang sulit untuk ditangani. adalah kurangya antisipasi dalam
Berdasarkan data World Health penatalaksanaan diare, pendidikan
Organization (WHO), diare menempati kesehatan yang rendah dan
urutan kelima dalam 10 penyakit ketidaktahuan ibu merawat diare
penyebab kematian di dunia (WHO, (Radlovic et al, 2015). Berdasarkan data
2011). Selain itu, penyakit diare sering laporan Subdit ISPA tahun 2018
menyerang pada bayi dan balita, bila sebanyak 1.637.708 atau 40,90% dari
tidak diatasi lebih lanjut diare akan perkiraan diare di sarana kesehatan
menyebabkan dehidrasi dan berujung (Kemenkes RI, 2019).
kematian (Fauziah, 2013). Dari semua Untuk menurunan kematian diare
kunjungan di rumah sakit, 12% perlu tata laksana yang cepat dan tepat.
diantaranya adalah kasus diare dan dari Diare umumnya bersifat self limiting,
semua jumlah kunjungan pasien diare, sehingga aspek terpenting yang harus
23% diantaranya adalah balita (WHO, diperhatikan adalah mencegah terjadinya
2012). dehidrasi yang menjadi penyebab utama
Berdasarkan survey morbiditas diare kematian dan menjamin asupan nutrisi
pada tahun 2016 diperkirakan jumlah untuk mencegah gangguan pertumbuhan
penderita sebanyak 46,4% (Kementerian akibat diare.
Kesehatan Republik Indonesia, 2016). WHO sendiri telah memiliki
Dari data profil Dinas Kesehatan Povinsi panduan penanganan untuk anak yang
Jambi tahun 2018, dilaporkan bahwa menderita diare. Tiga elemen esensial
penyakit diare masuk dalam 10 penyakit untuk manajemen diare, yaitu terapi
rehidrasi, pemberian suplemen zinc, dan Bahkan teknik ini telah menjadi bagian
melanjutkan pemberian makanan. dari intervensi mandiri keperawatan.
Terdapat tiga rencana terapi pada Salah satu terapi sentuhan adalah baby
penderita diare, yaitu terapi C yang massage atau di Indonesia sering disebut
ditujukan untuk mengatasi dehidrasi dengan pijat bayi. Pijat bayi ini amat
berat, dengan terapi cairan intravena. efisien dan relative cukup aman sebagai
Rencana terapi B untuk mengatasi terapi komplementer karena bukan
dehidrasi menggunakan cairan oral tindakan invasive/melukai kulit tubuh.
(ORS), dan rencana terapi A untuk . Teknik penekanan yang dilakukan
mengatasi diare di rumah. pada seluruh tubuh layaknya akupresur
Penanganan diare tidak dapat pada pijat bayi dapat merangsang titik-
dianggap mudah. Pemberian cairan yang titik sirkulasi energi dan peredaran darah
mengandung elektrolit penting memang pada seluruh tubuh sehingga bermanfaat
baik untuk mencegah dehidrasi untuk mengatsi berbagai gangguan
penderita, tetapi pemberian obat anti kesehatan yang bersifat akut maupun
diare yang tidak pada tempatnya malah kronis. Teknik pengobatan ini bertujuan
berbahaya (Syam, 2010). mengaktifkan kembali mekanisme
Oleh karena itu program pencegahan penyembuhan diri sendiri dari dalam
dan pengobatan diare bertujuan untuk tubuh (Roesli, 2011).
memperkuat daya tahan tubuh, Melalui sentuhan pemijatan terhadap
memodifikasi lingkungan dan perilaku jaringan otot peredaran darah dapat
ke arah yang positif dan menguntungkan meningkatkan jaringan otot ataupun
bagi kesehatan dengan meminimalkan posisi otot dapat dipulihkan dan
pemberian antibiotic atau terapi diperbaiki sehingga dapat meningkatkan
farmakologi lain terutama penanganan fungsi-fungsi organ tubuh dengan
diare pada bayi yang dapat memberi sebaik-baiknya.
risiko terjadinya efek samping yang Menurut Wulandari (2010)
lebih besar (Bare & Smith, 2014). menyatakan bahwa pijatan merupakan
Dalam dunia keperawatan rangsangan taktil di permukaan kulit dan
sebenarnya telah lama dikenal terapi merangsang persyarafan di sekitarnya.
sentuhan sebagai terapi komplementer. Sel-sel syaraf akan bekerja memberikan
informasi ke otak, sehingga otak dapat karena memerlukan waktu yang lumayan
mengintruksikan enzim ODC (ornithin lama.
decarboxylase) untuk meningkatkan Maka dari itu penulis tertarik untuk
produksinya. mengaplikasikan baby massage ini
Menurut Simanungkalit H dan Siska dalam kasus kelolaannya pada diare
(2019) menunjukkan bahwa sentuhan karena baby massage ini tidak hanya
atau pijatan dapat memperbaiki motilitas bisa dilakukan oleh ibu melainkan bisa
saluran cerna dan kemampuan absorbsi juga dilakukan oleh bapak atau keluarga
makanan, dimana keadaan diare lainnya. Berdasarkan latar belakang
gangguan di kedua hal tersebut yang tersebut maka penulis mengangkat judul
menyebabkan terjadinya peningkatan analisis praktek klinik keperawatan
frekuensi buang air besar dan tingkat pemberiaan baby massage terhadap
dehidrasi. frekuensi diare balita dengan diare.
Survey awal yang dilakukan peneliti
METODE KARYA ILMIAH AKHIR
pada tanggal 27-28 Agustus 2020 di
NERS (KIAN)
Puskesmas Muara Bungo 1 dengan
Jenis metode (KIAN) ini adalah
melakukan wawancara pada perawat
metode studi kasus dengan
yang bertugas di ruang Manajemen
menggunakan alat seperti : baby oil,
Terpadu Balita Sakit (MTBS) di
pengalas/kain tipis. Sebelum dilakukan
Puskesmas Muara Bungo 1,
baby massage dilakukan perhitungan
penatalaksanaan untuk balita dengan
frekuensi BAB kemudian setelah
diare yaitu dengan memberikan terapi
pemberian baby massage dilakukan
khusus diare dan pemberian antibiotik
perhitungan frekuensi BAB kembali
sesuai penatalaksanaan diare menurut
untuk mengetahui adanya perubahan
MTBS yaitu tablet zinc. Tindakan
pada frekuensi BAB pada anak dengan
mandiri yang bisa dilakukan oleh orang
diare. Karya ilmiah akhir ners (KIAN)
tua balita yang diajarkan oleh perawat
ini telah dilaksanakan pada tanggal 04
berupa pembuatan oralit dirumah.
September sampai 06 September 2020.
Menurut perawat yang bertugas di ruang
HASIL LAPORAN KASUS
MTBS tindakan seperti baby massage
Pada hasil pengkajian yang telah
hampir jarang dilakukan di puskesmas
dilakukan pada An. A (6 bulan) di
temukan bahwa An.A memiliki masalah meningkat menyebabkan An. A rewel
kesehatan yaitu diare. Berikut ini akan dan sering menangis, kemudian An.A
dijelaskan hasil pengkajian yang juga demam yang menyebabkan An.A
ditemukan pada An.A. tampak lemah dan pucat.
Hasil pengkajian awal dilakukan Pada pemeriksaan mata
di Puskesmas Muara Bungo 1 tanggal 04 didapatkan mata tampak cekung,
September 2020 jam 08.30 WIB pada konjungtiva anemis. Pemeriksaan mulu
An.A dan Ibu An.A yang datang untuk didapatkan Mukosa bibir kering, pucat,
mendapatkan pengobatan An.A dengan mulut tampak kotor. Dan pada
keluhan BAB sudah ±3 hari mencret pemeriksaan bagian integument
dan dalam satu hari BAB ±4-6 kali didapatkan akral teraba hangat.
dengan konsistensi cair. Hasil ANALISA SALAH SATU
pemeriksaan didapatkan HR : 120x/i, RR INTERVENSI DENGAN KONSEP
: 34x/i, S : 38°C, klien tampak pucat, DAN PENELITIAN TERKAIT
konjungtiva anemis, mukosa bibir Setelah dilakukan implementasi pada
kering, turgor kulit jelek. An.A selama 3 hari mulai tanggal 04
Ibu klien mengatakan September hingga 06 September 2020
sebelumnya An.A tidak pernah dirawat dengan frekuensi diare sebelum
di Puskesmas maupun rumah sakit. dilakukan baby massage yaitu ±4-6
Penyakit yang sering di derita An.A kali/hari dengan masalah diare dan
adalah demam yang didapatkan setelah intervensi yang dilakukan yaitu baby
melakukan imunisasi, Ibu An.A massage. Setelah dilakukan intervensi
mengatakan jika anaknya demam dia selama 3 hari didapatkan penurunan
memberi obat penuruna panas yang frekuensi diare yaitu menjadi 2 kali/hari.
didapatkannya dari bidan. Ibu klien Jadi dapat disimpulkan bahwa adanya
mengatakan An.A tidak mengalami pengaruh baby massage terhadap
gangguan kesehatan lainnya. penurunan frekuensi BAB. Pelaksanaan
Ibu An. A mengatakan baby massage dapat dilakukan setiap
kebutuhan anak yang terganggu yaitu hari .
cairan, nutrisi dan suhu tubuh yang Baby massage sangat bermanfaat
meningkat. Frekuensi BAB yang untuk menurunkan frekuensi diare hal
ini diperkuat dengan penelitian yang Dalam Penurunan Frekuensi BAB dan
dilakukan oleh Saudin, D dan Nadhif A Tingkat Dehidrasi Pada Anak Usia 0-2
(2012) tentang Pengaruh Akupresure Tahun Dengan Diare di RSUD Cibabat
Terhadap Berhentinya Diare Pada Anak Cimahi” menyatakan bahwa pijatan
membuktikan bahwa ada pengaruh merupakan rangsangan taktil di
akupresure terhadap penurunan permukaan kulit dan merangsang
frekuensi buang air besar pada anak persyarafan di sekitarnya. Sel-sel syaraf
dengan diare. akan bekerja memberikan informasi ke
Hal ini juga dibuktikan oleh otak, sehingga otak dapat
penelitian yang dilakukan oleh mengintruksikan enzim ODC (ornithin
Simanungkalit H dan Siska (2019) decarboxylase) untuk meningkatkan
dalam jurnal nya yang berjudul “Baby produksinya. Enzim ini bekerja untuk
Massage Terhadap Frekuensi Buang Air menjadi petunjuk peka bagi
Besar Pada Balita Dengan Diare”, pertumbuhan sel dan jaringan. Pada anak
berdasarkan hasil penelitian dapat diare, pertumbuhan sel dan jaringan
disimpulkan ada perbedaan rata-rata bermanfaat untuk memperbaiki kondisi
antara frekuensi buang air besar pada saluran pencernaan yang rusak akibat
balita dengan diare sebelum diberikan invasi mikroorganisme. Kondisi saluran
baby massage dengan sesudah diberikan cerna yang membaik menyebabkan daya
baby massage. Penelitian tersebut serap saluran pencernaan menjadi baik
menunjukkan bahwa sentuhan atau juga, sehingga keadaan dehidrasi dapat
pijatan dapat memperbaiki motilitas teratasi. Penelitian ini membuktikan
saluran cerna dan kemampuan absorbsi bahwa terdapat pengaruh terapi pijat
makanan, dimana keadaan diare terhadap frekuensi buang air besar pada
gangguan di kedua hal tersebut yang anak usia 0-2 tahun dengan diare.
menyebabkan terjadinya peningkatan Hal ini juga dijelaskan dalam
frekuensi buang air besar dan tingkat penelitian Hapsari, M dan Hartini, Sri
dehidrasi. (2017) dalam jurnalnya yang berjudul
Dan juga penelitian yang dilakukan “Efektifitas Pijat Bayi Terhadap
oleh Wulandari (2010) dalam jurnal Frekuensi Buang Air Besar (BAB) Pada
yang berjudul “Pengaruh Terapi Pijat Anak Usia 6-24 Bulan Dengan Diare di
SMC RS Telogorejo”, hasil penelitian gelombang otak secara positif,
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan memperbaiki sirkulasi darah dan
yang signifikan antara frekuensi buang pernafasan, merangsang fungsi
air besar (BAB) sebelum dan sesudah pencernaan serta pembuangan,
diberikan pijat bayi atau dapat dikatakan meningkatkan kenaikan berat badan,
pijat bayi efektif untuk menurunkan mengurangi depresi dan ketegangan,
frekuensi buang air besar (BAB) dengan meningkatkan kesiagaan,membuat tidur
diare. lelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi
Pemijatan pada bayi akan kembung dan kolik (sakit perut),
mempengaruhi sistem saraf tepi sampai meningkatkan hubungan batin antara
ke pusat. Tekanan pada reseptor saraf di orang tua dan bayinya (bonding),
kulit akan menyebabkan pelebaran vena, meningkatkan volume air susu ibu
arteri dan kapiler sehingga akan (Roesli, 2012).
melemaskan tegangan otot, Keperawatan mandiri pemberian
melambatkan detak jantung dan baby massage merupakan salah satu
meningkatkan gerakan usus di saluran intervensi bayi yang mengalami diare.
cerna. Pijat juga dapat meningkatkan Ini merupakan salah satu alasan penulis
tonus nervus vagus, pemacuan saraf melakukan baby massage pada kasus
vagus ini dapat memacu hormone kelolaan untuk melihat apakah ada
absorbs/penyerapan makanan seperti pengaruh baby massage terhadap
insulin dan gastrin (Hady, 2014). frekuensi BAB dan juga kurangnya
Baby massage sebagai terapi untuk pengetahuan keluarga tentang
perawatan diare yang dapat dilakukan pelaksanaan baby massage membuat
oleh ibu secara langsung, tanpa biaya penulis ingin memotivasi ibu dan
dengan pemberian pendidikan kesehatan keluarga untuk melakukan baby
oleh tenaga kesehatan terlebih dahulu. massage dirumah secara mandiri.
Selain untuk menurunkan frekuensi ALTERNATIF RENCANA TINDAK
BAB, baby massage juga bermanfaat LANJUT MASALAH YANG DAPAT
secara fisik untuk meningkatkan jumlah DILAKUKAN
dan sitotoksisitas dari sistem immunitas Alternative rencana tindak lanjut
(sel pembuluh alami), mengubah yang dapat dilakukan untuk menurunkan
frekuensi diare pada An.A yaitu dengan untuk menurunkan frekuensi buang air
menerapkan baby massage selama 30-60 besar (BAB) dengan diare.
menit. KESIMPULAN
PEMBAHASAN Hasil implementasi yang dilakukan
Dalam karya ilmiah ini pemeriksaan analisis keperawatan tentang pemberian
dilakukan pada An.A yang mengalami baby massage terhadap frekuensi BAB
diare. KIAN ini dimulai dengan pada anak dengan diare yang
melakukan pemeriksaan kesehatan ditunjukkan dengan penurunan frekuensi
dengan melakukan pengkajian pada saat diare menjadi 2x/hari dan reaksi yang
An.A melakukan kunjungan ke terlihat pada anak yang berikan pada
puskesmas. anak yaitu anak tampak tenang dan
Hasil penerapan yang telah nyaman. Baby massage sangat banyak
dilakukan kepada An.A terhadap baby manfaat nya jika sering diterapkan pada
massage selama 3 hari berturut-turut anak bukan hanya dengan diare tetapi
selama 30-60 menit. Hasilnya pada anak yang sehat pun dapat
menunjukkan penurunan frekuensi diare diterapkan tindakan baby massage.
pada saat pemberian pertama frekuensi SARAN
diare sebelum dilakukan baby massage Bagi Penulis
5x/hari, setelah hari terakhir pemberian Diharapkan hasil penelitian ini dapat
baby massage frekuensi BAB turun menambah wawasan penulis tentang
menjadi 2x/hari. asuhan keperawatan yang diberikan
Sesuai dengan hasil penelitia kepada pasien dengan diare dan peneliti
Hapsari, M dan Hartini, Sri (2017) juga berharap asuhan keperawatan
tentang Efektifitas Pijat Bayi Terhadap tentang diare dapat lebih dikembangkan
Frekuensi Buang Air Besar (BAB) Pada oleh peneliti lain dengan diagnosa
Anak Usia 6-24 Bulan Dengan Diare, keperawatan lainnya.
hasil penelitian menunjukkan bahwa Bagi Puskesmas Muara Bungo 1
terdapat perbedaan yang signifikan Diharapkan pihak puskesmas
antara frekuensi buang air besar (BAB) khususnya ruangan Manajemen Terpadu
sebelum dan sesudah diberikan pijat bayi Balita Sakit dapat memberikan informasi
atau dapat dikatakan pijat bayi efektif dan pengetahuan seperti penyuluhan
baby massage, supaya semua perawat Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. (2011).
dan orang tua anak tau bagaimana Gangguan Gastrointestilal : Aplikasi
melakukan baby massage untuk anak Asuhan Keperawatan Medikal bedah.
diare di puskesmas maupun dirumah. Jakarta: Salemba Medika.
Serta diharapkan dapat meningkatkan Octa, D.R.L, dkk (2014). Buku Ajar
kemampuan perawat dalam komunikasi Asuhan Kebidanan Neonatus,
terapeutik dengan pasien sehingga Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk
intervensi yang dilakukan mendapatkan Para Bidan. Yogyakarta:CVBudi
hasil yang maksimal. Utama.
Bagi Institusi Pendidikan Perry & Potter (Jean Piaget). (2009).
Diharapkan kepada institusi Fundamental Keperawatan, Edisi
pendidikan untuk mengembangkan ilmu 7,terjemahan (Federderika, A). Jakarta:
kesehatan keperawatan anak kepada Salemba Medika.
peserta didik sehingga pengetahuan dan Roesli, Utami. (2010). Mengenal ASI
keterampilan tentang hal tersebut lebih Eksklusif. Jakarta: PT. Pustaka
baik lagi ke depannya dan akan dapat Pembangunan.
memberi masukan serta perbandingan
Supartini, Y.(2012). Buku Ajar Konsep
untuk karya ilmiah lebih lanjut tentang
Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
asuhan keperawatan anak dengan diare
EGC.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Alimul. (2008). Pengantar Tanto C, Liwang F,. dkk (2014). Kapita
Ilmu Keperawatan Anak. Jakarta: Selekta Kedokteran Edisi ke 4. Jakarta:
Salemba Medika Salemba Medika.
Hockenberry, M., et all. (2009). Buku Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017).
Ajar Keperawatan Pediatric. Jakarta: Standar Diagnosis Keperawatan
EGC. Indonesia Definisi dan Indikator
Juffrie, M., Soenarto, S. , dkk (2012). Diagnostik. Jakarta: Dewa Pengurus
Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi PPNI.
Jilid I. Jakarta: IDAI. William. (2010). Pedoman Klinis Pediatri.
Maryunani, Anik. (2010). Ilmu Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:
Kesehatan Anak. Jakarta: CV. Trans Info EGC.
Wong, L Donna., et all. (2008). Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik. Cetakan
Pertama. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai