Anda di halaman 1dari 42

21.

REAKSI IDENTIFIKASI PROTEIN


#1 UJI BIURET
Uji Biuret digunakan untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya kandungan protein dalam
suatu bahan pangan. Uji ini bersifat umum untuk protein (polipeptida), tetapi tidak
menunjukkan reaksi positif untuk asam amino dikarenakan pereaksi hanya bereaksi dengan
ikatan peptida. Bahan pangan yang akan diuji, ditetesi larutan NaOH, kemudian diikuti
tetesan larutan tembaga (II) sulfat (CuSO4) encer. Reaksi positif adanya protein akan
memberikan warna ungu pada larutan.
#2 UJI XANTOPROTEAT
Pereaksi Xantoproteat terdiri atas larutan asam nitrat pekat (HNO 3) dan larutan NaOH pekat.
Uji Xantoproteat digunakan untuk mengidentifikasi protein yang mengandung gugus fenil
(cincin benzena). Jika suatu bahan pangan mengandung protein dengan gugus fenil
dipanaskan dengan asam nitrat pekat, maka akan memberikan hasil positif berupa
terbentuknya endapan berwarna kuning yang akan berubah menjadi jingga pada suasana basa
(dengan penambahan NaOH).
#3 UJI NINHIDRIN
Uji Ninhidrin digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan protein dan asam amino dalam
suatu bahan pangan. Pereaksi Ninhidrin mengubah asam amino terminal menjadi aldehida.
Uji ini dilakukan dengan meneteskan larutan ninhidrin ke bahan uji, lalu memanaskannya
selama beberapa menit. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna ungu.
#4 UJI BELERANG
Pereaksi untuk uji belerang adalah larutan timbal (II) asetat; Pb(C2H3O2)2. Uji ini diterapkan
untuk mengetahui adanya unsur belerang (sulfur) dalam protein. Cara mengujinya dengan
meneteskan larutan NaOH pekat (6 M) ke larutan bahan pangan yang akan diuji, lalu
dipanaskan. Selanjutnya, ditambahkan beberapa tetes larutan timbal (II) asetat. Uji positif
ditunjukkan dengan terbentuknya endapan hitam timbal (II) sulfida (PbS)

22. BILANGAN OKTAN


Jenis-jenis bensin itu, ternyata memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitasnya lho. Hal
ini disebabkan karena adanya perbedaan oktan pada setiap jenis bensin tersebut. “Hah?
Oktan? Apaan tuh?” Biar kamu ngerti kenapa bensin dibagi-bagi, yuk kita pelajari
dunia perbensinan.
Jika kamu punya motor dan masih cukup baru, coba buka jok motor tersebut dan lihat apakah
ada peringatan tentang tingkat oktan bensin yang sebaiknya digunakan, dan anjuran
pemakaian bensin tanpa timbal di sana? Jika ada, sebaiknya kamu mengikuti saran tersebut
demi kebaikan, kelangsungan, dan kesehatan mesin motor yang kamu gunakan.
Salah ngasih be
nsin, bisa rusak mesin mobil/motor kamu nanti
Bahan penyusun utama bensin adalah campuran dari n-heptana dan isooktana. n-heptana
adalah alkana yang mempunyai rantai karbon yang lurus, sehingga mempunyai sifat
yang mudah terbakar. Sedangkan isooktana adalah alkana rantai cabang,
sehingga mempunyai sifat yang tidak mudah terbakar. Bensin yang baik harus terbakar
saat piston/mesin mencapai titik puncak. Kemudian hasil ledakan bensin dengan busi
(spark plug) digunakan untuk mendorong piston kembali ke bawah. Perbandingan dari
campuran n-heptana dan isooktana ini adalah penentu kualitas bensin, kualitas ini
biasa disebut dengan kadar oktan.

Susunan kimiawi n-heptana dan isooktana


Bensin yang mempunyai nilai oktan yang rendah akan terbakar sebelum piston
mencapai titik puncak (pre-ignition). Hal ini dikenal dengan istilah knocking atau dalam
bahasa bengkel “ngelitik”. Hal tersebut sangat berbahaya untuk mesin, karena jika
dibiarkan dapat merusak seluruh komponen ruang pembakaran dan menyia-nyiakan tenaga
yang terbuang karena proses penyalaan serta pembakaran bensin yang tidak sempurna.
Mesin yang Mengalami "Knocking" dan Mesin Normal (sumber: giphy.com)

Maka bensin yang baik adalah bensin yang terbakar saat piston mencapai titik puncak,
sehingga dibutuhkan alkana rantai bercabang atau isooktana untuk membuat bensin tersebut
tidak terbakar duluan. Kadar oktan 0 ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar
dan 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar.
Contohnya begini, jika sebuah bensin mempunyai kandungan n-heptana sebesar 13% dan
isooktana sebesar 87%, maka bensin itu mempunyai kadar oktan sebesar 87. Kadar oktan ini
digunakan untuk menentukan seberapa baik bensin tersebut mengatasi knocking.
Untuk menaikkan kadar oktan biasanya digunakan zat aditif, seperti:
1. Menambahkan Tetera Ethyl Lead (TEL )
2. Menambahkan Naphthalene pada bensin
3. Menambahkan Metil Tersier-Butileter (MTBE)
Hal di atas dilakukan untuk menaikkan kadar isooktana pada sebuah bensin. Tetapi pada cara
yang pertama, jika menambahkan TEL ke dalam bensin, maka hasil pembakaran yang
dikeluarkan oleh mesin bukan hanya karbon dioksida dan uap air saja, tetapi ada juga
timbal. Seperti yang kita ketahui bahwa timbal itu beracun dan lebih merusak
lingkungan, karena itu sekarang cara menaikkan oktan dengan TEL sudah jarang dilakukan
dan perusahaan minyak dan gas lebih memilih melakukan metode nomor 3.
Naphthalene alias kapur barus alias kamper

Seperti sudah di bahas di atas, nilai oktan berpengaruh terhadap ketahanan bensin dalam
mengatasi knocking, tetapi tiap mesin memiliki kebutuhan oktan yang
berbeda tergantung dengan kompresi mesin yang digunakan. Kamu boleh mengisi kendaraan
dengan bensin yang oktannya lebih tinggi dari yang disarankan, tetapi jangan sekali-kali
mengisinya dengan oktan yang lebih rendah jika ingin kendaraan kamu awet.
Jadi kesimpulannya adalah, bensin yang baik mempunyai nilai oktan yang tinggi, sehingga
nantinya tidak terbakar duluan sebelum piston mencapai titik puncak dan dinyalakan oleh
busi (spark plug). Bensin yang terbakar duluan sebelum piston mencapai titik puncak dapat
menyebabkan mesin cepat rusak. Nilai oktan sebuah bensin ditentukan oleh perbandingan
campuran n-heptana dan isooktana, jika n-heptana lebih banyak dari isooktana, maka oktan
bensin tersebut rendah, begitu juga sebaliknya.
Untuk membuat bensin memiliki nilai isooktana yang tinggi, dilakukan penambahan zat aditif
seperti TEL/MTBE/Naphthalene. Tetapi penggunaan TEL untuk menaikkan kadar oktan
menghasilkan buangan berupa timbal yang sangat berbahaya, karena itu manusia beralih
menggunakan MTBE/Naphthalene.

23. SIFAT SIFAT GAS MULIA


Sifat – Sifat Gas Mulia
 Konfigurasi elektron untuk gas mulia berakhiran 2 dan 8 yang merupakan suatu
bentuk konfigurasi elektron yang stabil. Ini yang menyebabkan golongan ini stabil (sukar
bereaksi dengan unsur lain).
 Dari atas ke bawah potensial ionisasinya ialah makin kecil, reaktifitasnya makin
besar, titik didih dan titik leleh makin besar.
 Tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau.
Kegunaan Gas Mulia
1. Helium
 Sebagai pengisi pada balon udara.
 Sebagai campuran oksigen pada tabung penyelam.
 Helium yang berwujud cair juga dapat digunakan sebagai suatu zat pendingin karena
memiliki titik uap yang sangat rendah.
 2. Neon
 Neon biasanya juga digunakan untuk mengisi lampu neon.
 Neon ini dapat digunakan untuk berbagi macam hal seperti indikator tegangan tinggi,
zat pendingin, penangkal petir, dan mengisi tabung televisi.
 Neon cair merupakan suatu zat pendingin pada refrigenerator untuk temperatur
rendah.
 Neon ini juga dapat digunakan untuk memberi tanda pada pesawat terbang.
3. Argon
 Argon ini digunakan dalam las titanium dan stainless steel.
 Argon juga digunakan sebagai pengisi bola lampu pijar.
4. Kripton
 Kripton bersama argon ini digunakan sebagai pengisi lampu fluoresen bertekanan
rendah.
 Kripton ini juga digunakan dalam lampu kilat untuk fotografi kecepatan tinggi.
5. Xenon
 Xenon ini digunakan dalam pembuatan lampu pijar untuk bakterisida (pembunuh
bakteri).
 Xenon ini digunakan dalam pembuatan tabung elektron.
 6. Radon
 Radon ini digunakan dalam terapi kanker karena bersifat radioaktif.
 Radon ini juga dapat berperan sebagai sistem peringatan gempa. Karena bila lepengan
bumi ini bergerak kadar radon akan berubah sehingga bisa diketahui bila adanya gempa
dari perubahan kadar radon.
  Sifat Fisika Gas Mulia
 Gaya Interatomik yang lemah.
 Titik leleh dan titik didih yang tinggi.
 Helium yang bersifat superfluiditas.
 Radon yang tidak memiliki isotop stabil.
 Berjari-jari atom yang meningkat ke periode yang lebih tinggi saat meningkatnya
jumlah pada elektron.
 Energi ionisasi yang besar.
Sifat Kimia Gas Mulia
 Kereaktifan yang rendah.
 Tidak cenderung melepas atau menyerap suatu elektron.
 Jari-jari atom yang berpengaruh pada kreteria gas.
 Tidak berwarna,tidak berbau,dan tidak berasa.
 Mudah terbakar dalam suatu keadaan normal.

24. UNSUR TRANSISI PERIODE 4


A. Sifat-sifat umum unsur transisi
 Bersifat logam dengan titik leleh dan didih yang relatif tinggi
 Bersifat paramagnetik (mempunyai daya tarik ke medan magnet)
 Membentuk senyawa-senyawa berwarna khas (senyawa-senyawa dari unsur-unsur
golongan A tidak berwarna)
 Mempunyai biloks yang beraneka ragam
 Mempunyai susunan kimia kompleks, disebut ion kompleks (Unsur-unsur golongan
hanya bisa membentuk ion poliatomik dan diatomik, walaupun hanya sedikit sekali yang
dapat membentuk ion kompleks)
 Bersifat katalitik (katalisator) untuk proses industri dan metabolisme
 Rata-rata unsur-unsur transisi bersifat toksik
 Mempunyai kisi kristal
 Unsur-unsur transisi (termasuk periode keempat) berada dalam subkulit d, namun
pada deret lantanida dan aktinida pada subkulit f
 Elektron valensinya (n-1)d^x ns^y (dengan x dan y adalah konstanta elektron yang
akan diisi)
 Biloks (bilangan oksidasi) unsur-unsur transisi seluruhnya bertanda positif (+)
B. Sifat logam
 Unsur-unsur transisi (termasuk periode keempat) dari sifat kimia dan fisis bersifat
logam
 Transisi periode keempat mempunyai keelektronegatifan yang rendah, jadi energi
ionisasi dan keelektropositifannya rendah
 Biloks yang bermacam-macam membuat transisi (termasuk periode keempat) bersifat
ionik
 Mempunyai daya konduktor dan listrik yang sangat baik
 Subkulit d pada golongan transisi rata-rata tidak terisi penuh, inilah sifat khasnya
C. Penyimpangan sifat logam transisi periode keempat
Penyimpangan tersebut terjadi pada unsur Zn (zink). Sebenarnya, para ahli masih
bingung untuk memasukkan Zn dalam golongan transisi karena beberapa hal. Namun,
sebenarnya ada kemiripan sifat dengan unsur-unsur transisi lainnya sehingga Zn dimasukkan
ke golongan transisi.
^^^Penyimpangan:
 Elektron valensi unsur Zn seluruhnya terisi penuh sehingga menyimpang dari kaidah
golongan transisi: rata-rata tidak terisi penuh
 Zink mempunyai titik leleh dan didih sangat jatuh dari Cu (tembaga) alias sangat
kecil. Maksudnya, rata-rata transisi mempunyai titk leleh dan didih yang tinggi
 Zink tidak berwarna, sekalipun dalam bentuk ion Zn2+, kenyataannya unsur-unsur
transisi rata-rata berwarna khas. Dikarenakan elektron valensi zink adalah 4s0 dan 3d0
 Tingkat oksidasi Zn hanya 1, yaitu biloks +2
 Energi ionisasi Zn sangat tinggi dan mencolok naiknya dari Cu, kenyataannya unsur-
unsur transisi periode keempat lainnya mempunyai sifat keelektronegatifan dan
keelektropositifan yang rendah
 Konfigurasi elektron Zn stabil, kenyataannya unsur-unsur transisi periode keempat
lainnya tidak stabil (tidak penuh)

^^^Alasan Zn golongan transisi:


 Zn mempunyai elektron valensi terakhirnya pada kulit d, sehingga berada pada posisi
golongan transisi (B)
 Zn termasuk logam
 Zn berwujud padat dan ikatan logamnya sangat kuat, sama halnya dengan unsur-unsur
transisi lainnya

D. Sifat magnet
Sifat magnet adalah salah sifat unsur-unsur transisi karena mempunyai daya tarik ke magnet.
Namun, sifat magnet ada 3 macam, yaitu:
 Diamagnetik (dimagnetik : ditolak) = Sifat magnet yang ditolak dari medan magnet
alias tidak tertarik. Syarat dari sifat magnet ini yaitu seluruh orbital terisi penuh.
Contohnya, Zn
 Paramagnetik (Paramagnetik : padalaman : pedalaman) = Sifat magnet yang sedikit
ditrak ke medan magnet. Syaratnya yaitu hanya satu elektron yang tidak berpasangan .
Contohnya, Sc
 Feromagnetik (Fero : besi : besi itu kuat) = Sifat magnet yang ditarik kuat ke medan
magnet. Syaratnya adalah semakin banyaknya elektron tidak berpasangan atau lebih dari
satu. Contohnya, Fe, Co, dan Ni
Nah, dari ketiga sifat magnet tersebut, unsur-unsur transisi periode keempat memegang pada
sifat magnet PARAMAGNETIK.

E. Warna senyawa transisi periode keempat 


Unsur-unsur transisi periode keempat mempunyai beragam warna. Kenapa? Karena
dalam bentuk unsur, warnanya berada pada bentuk ini. Begitu juga dalam bentuk ion, warnya
unsurnya berubah drastis! Wow kan? Sebenarnya warna unsur-unsur transisi sangat banyak,
tetapi untuk ada juga unsur-unsur transisi periode keempat ini yang dalam bentuk unsur dan
ion tidak berwarna. Kenapa?
Syarat unsur-unsur transisi berwarna:
 Subkulit 3d-nya harus mempunyai pasangan elektron tidak berpasangan
 Subkulit 3d-nya harus berisi, tidak boleh kosong
 Lho, lalu kenapa ada yang tidak berwarna? Begini:
 Tidak berwarna karena subkulid 3d-nya penuh dan kosong. Jadi, kalau elektron di
subkulid 3d penuh dan kosong, tidak berwarna dong
Namun, ada beberapa unsur-unsur periode keempat dalam bentuk ion yang subkuit 3d-nya
kosong dan berisi (3d0) mempunyai warna serta tidak berwarna, yaitu:
1. VO4 3- (4s0 3d0) = merah
2. CrO4 2- (4s0 3d0) = kuning
3. Cr2O7 2- (4s0 3d0) = jingga
4. MnO4 – (4s0 3d0) = cokelat-ungu
5. Cu+ (4s0 3d10) = tidak berwarna
6. Zn2+ (4s0 3d10) = tidak berwarna
F. Tingkat oksidasi;
25. KONFIGURASI ELEKTRON

Untuk atom unsur golongan transisi, konfigurasi elektron nya tidak dapat ditentukan dengan
metode penentuan berdasarkan kulit elektron untuk atom unsur golongan utama seperti di
atas. Penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi didasarkan pada orbital
atom. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai bilangan kuantum utama
(n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum magnetik (m) yang khusus. Lalu,
setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum
spin (s) tersendiri. Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk men-‘deskripsi’-kan
energi elektron, sebagaimana seperti ‘alamat’ elektron dalam sebuah atom untuk menemukan
keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Nilai n yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat positif.Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan
bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan adalah bilangan bulat dari 0 hingga n−1.Bilangan
kuantum magnetik (m) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m yang diperbolehkan adalah
bilangan bulat dari −l hingga +l.Bilangan kuantum spin (s) mendeskripsikan arah spin
elektron dalam orbital. Nilai s yang diperbolehkan adalah +½ atau−½.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat pada
Gambar 2.

Gambar 2. Urutan tingkat energi subkulit


2. Asas larangan Pauli: Tidak ada dua elektron dalam satu atom yang memiliki keempat
bilangan kuantum yang sama. Setiap orbital maksimum diisi oleh 2 elektron yang memiliki
spin yang berlawanan.
3. Kaidah Hund: Jika ada orbital dengan tingkat energi yang sama, konfigurasi elektron
dengan energi terendah adalah dengan jumlah elektron tak berpasangan dengan spin paralel
yang paling banyak.
Gambar 3. Diagram orbital dan konfigurasi elektron berdasarkan orbital dari 10 unsur
pertama

Contoh Soal Konfigurasi Elektron


Tentukan konfigurasi elektron dan jumlah elektron dalam setiap kulit elektron atom unsur
berikut.
a. Ni (Z = 28)                                                   b. Sr(Z = 38)
Jawab:
1. Ni (Z = 28) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d8 atau [Ar] 4s2 3d8; K = 2 ; L = 8 ; M = 16 ; N =
2
2. Sr (Z = 38) : 1s2 2s2 2p6 3s2 3p6 4s2 3d104p6 5s2atau [Kr] 5s2; K = 2 ; L = 8 ; M = 18 ; N
=8;O=2
Berdasarkan eksperimen, terdapat anomali konfigurasi elektron dari aturan-aturan di atas.
Subkulit d memiliki tendensi untuk terisi setengah penuh atau terisi penuh. Contohnya, Cr (Z
= 24) : [Ar] 4s1 3d5 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d4 ; dan juga Cu (Z = 29) : [Ar]
4s1 3d10 lebih stabil dibanding [Ar] 4s2 3d9.
Untuk ion monoatomik (seperti Na+, K+, Ca2+, S2-, Br–) dapat ditentukan dari konfigurasi
elektron atom netralnya terlebih dahulu. Pada kation (ion bermuatan positif) monoatomik
Ax+ yang bermuatan x+, sebanyak x elektron dilepas (dikurangi) dari kulit elektron terluar
atom netral A. Pada anion (ion bermuatan negatif) monoatomik By– yang bermuatan y-,
sebanyak y elektron ditangkap (ditambahkan) pada orbital level energi terendah yang masih
belum penuh oleh elektron.
26. PERSAMAAN TERMOKIMIA
faktor yang memengaruhi pergeseran kesetimbangan
1. Pengaruh Konsentrasi terhadap Kesetimbangan
Berdasarkan percobaan di atas, kalian mengetahui bahwa perubahan konsentrasi
memengaruhi pergeseran kesetimbangan. Perubahan konsentrasi terjadi karena konsentrasi
pereaksi ditambah atau dikurangi. Apabila konsentrasi pereaksi ditambah, reaksi bergeser ke
kanan atau ke arah produk. Sedangkan jika konsentrasi pereaksi dikurangi, reaksi bergeser ke
arah kiri atau ke arah pereaksi, sehingga konsentrasi pereaksi bertambah.
2. Pengaruh Suhu
Kesetimbangan reaksi juga dapat bergeser karena pengaruh suhu. Perhatikan reaksi berikut:

Jika reaksi tersebut dituliskan dalam persamaan termokimia,maka reaksi yang ke kanan
merupakan reaksi eksoterm dan reaksi yang kekiri merupakan reaksi endoterm

Pada reaksi di atas, apabila suhu diturunkan, gas menjadi tidak berwarna dan kesetimbangan
bergeser kearah N2O2 yang tidak berwarna (kearah eksoterm dengan melepaskan kalor).
Apabila suhu dinaikkan gas berwarna coklat, karena kesetimbangan bergeser ke arah NO2
yang berwarna coklat (kearah endoterm dengan cara menyerap kalor).

Selain konsentrasi dan suhu, ternyata tekanan dan volume juga mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan.
3. Pengaruh Tekanan dan Volume
Sistem kesetimbangan gas mempungai tekanan dan volume tertentu. jika tekanan sistem
diperbesar atau diperkecil, ada kesetimbangan yang terganggu dan adapula yang tidak
tergangu, tergantung pada jumlah koofisien pereaksi dan hasil reaksi.
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien yang kecil. Sebaliknya, jika tekanan diperkecil atau volume diperbesar,
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien yang besar. Tetapi, jika jumlah
koefisien pereaksi sama dengan koefisien hasil reaksi, perubahan tekanan atau volume tidak
akan menggeser kesetimbangan. Perhatikan contoh berikut.
Persamaan Termokimia
 Adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya ( DH ).
 Nilai DH yang dituliskan di persamaan termokimia, disesuaikan dengan stoikiometri
reaksinya, artinya = jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia = koefisien reaksinya;
( fase reaktan maupun produk reaksinya harus dituliskan).
Contoh Soal :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm dilepaskan
kalor sebesar 285, 5 kJ.
Persamaan termokimianya :
Jika koefisien dikalikan 2, maka harga DH reaksi juga harus dikalikan 2.
 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan persamaan termokimia :
1. Koefisien reaksi menunjukkan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
2. Ketika persamaan reaksinya dibalik ( mengubah letak reaktan dengan produknya )
maka nilai DH tetap sama tetapi tandanya berlawanan.
3. Jika kita menggandakan kedua sisi persamaan termokimia dengan faktor y maka nilai
DH juga harus dikalikan dengan faktor y tersebut.
4. Ketika menuliskan persamaan reaksi termokimia, fase reaktan dan produknya harus
dituliskan.

 Perubahan Energi Dalam Reaksi Kimia


Hampir dalam setiap reaksi kimia akan selalu terjadi penyerapan dan pelepasan energi.
Apabila perubahan kimia terjadi pada wadah sekat, sehingga tidak ada kalor yang masuk
maupun keluar dari sistem. Dengan demikian energy total yang dimiliki sistem adalah tetap.
Perubahan energi dalam reaksi kimia ada dua yaitu perubahan endoterm dan perubahan
eksoterm. Perubahan endorterm adalah perubahan yang mampu mengalirkan kalor dari
sistem ke lingkungan atau melepaskan kalor ke lingkungan.

Bila perubahan eksoterm terjadi temperatur sistem meningkat, energi potensial zat-zat yang
terlibat dalam reaksi menurun.  Sedangkan perubahan eksoterm adalah kalor yang akan
mengalir ke dalam sistem. Bila suatu perubahan endoterm terjadi, temperatur sistem
menurun, energi potensial zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan meningkat.

Kapasitas Kalor dan Kalor Jenis


Kapasitas kalor (C) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari
suatu sampel bahan sebesar 1 Co.  Secara matematis dinyatakan dengan persamaan berikut :
DQ = C DT
Kalor jenis (s) adalah jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan temperatur dari 1 gr
massa bahan sebesar 1 Co. Jika kita mengetahui kalor jenis dan jumlah suatu zat, maka
perubahan temperatur zat tersebut () dapat menyatakan jumlah kalor (q) yang diserap atau
dilepaskan dalam suatu reaksi kimia.

Keterangan:
q = kalor yang dilepas atau diserap (J)
= perubahan temperatur (takhir – tawal) (0C)
Hubungan antara kapasitas kalor dengan kalor jenis dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/0C)
m = massa sampel (gr)
c = kalor jenis (J/g0C)

 Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan
oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat
diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari
zat. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom dan molekul molekul dalam zat bergerak
secara acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan
tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. Misalnya entalpi
untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).

Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang
disebut Entalpi ( H ).
H   = E + ( P.V )
DH       = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp  – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp
Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr  = entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan tetap      : qp  = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap       : qv  = DE ( perubahan energi dalam )

Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat
ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang
diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram.
Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air
lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi.
Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dan
jumlah entalpi pereaksi.

Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial
berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom –
atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk
energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang
masuk atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es
ditulis  H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki
zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama
proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” .
Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s)

Apabila kita amati reaksi pembakaran bensin di dalam mesin motor. Sebagian energi kimia
yang dikandung bensin, ketika bensin terbakar, diubah menjadi energi panas dan energi
mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada mekanisme kerja sel aki. Pada saat
sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi energi listrik, energi panas yang dipakai untuk
membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin menghasilkan gas, menggerakkan piston
sehingga menggerakkan roda motor.

Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es
menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena
entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang
menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah
entalpi pereaksi.

Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif.
Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH
negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-
reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor
penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.

1. Entalpi Pembentukan Standar (ΔH◦f)


Entalpi pembentukan standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembentukan 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil pada
keadaan standar (STP). Entalpi pembentukan standar diberi simbol (ΔH ◦f), simbol f berasal
dari kata formation yang berarti pembentukan. Contoh unsur-unsur yang stabil pada keadaan
standar, yaitu : H2,O2,C,N2,Ag,Cl2,Br2,S,Na,Ca, dan Hg.

2. Entalpi Penguraian Standar (ΔH◦d)


Entalpi penguraian standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses penguraian 1 mol senyawa dari unsure-unsurnya yang stabil pada
keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH◦d) simbol d berasal dari
kata decomposition yang berarti penguraian.

Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa
tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi
pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian jumlah kalornya sama tetapi tandanya
berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.

3. Entalpi Pembakaran Standar (ΔH◦c)


Entalpi pembakaran standar suatu senyawa menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau
dibebaskan untuk proses pembakaran 1 mol senyawa dari unsur-unsurnya yang stabil pada
keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol (ΔH ◦c) simbol d berasal dari
kata combustion yang berarti pembakaran.Pembakaran selalu membebaskan kalor sehingga
nilai entalpipembakaran selallu negatif (eksoterm)

4. Entalpi Pelarutan Standar (ΔH◦s)


Entalpi pelarutan standar menyatakan jumlah kalor yang diperlukan atau dibebaskan untuk
melarutkan 1 mol zat pada keadaan standar (STP). Entalpi penguraian standar diberi simbol
(ΔH◦s) simbol s berasal dari kata solvation yang berarti pelarutan.
5. Entalpi Netralisasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penetralan 1 mol asam oleh basa atau 1 mol basa oleh asam
pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHn. Satuannya = kJ / mol
6. Entalpi Penguapan Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada penguapan 1 mol zat dalam fase cair menjadi fase gas pada
keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan
dengan DHvap. Satuannya = kJ / mol.

7. Entalpi Peleburan Standar


Adalah  entalpi yang terjadi pada pencairan / peleburan 1 mol zat dalam fase padat menjadi
zat dalam fase cair pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan
standar, maka dinotasikan dengan DHfus. Satuannya = kJ / mol.
8. Entalpi Sublimasi Standar
Adalah entalpi yang terjadi pada sublimasi 1 mol zat dalam fase padat menjadi zat dalam fase
gas pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka
dinotasikan dengan DHsub. Satuannya = kJ / mol.

 Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.Perubahan
entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk menentukan
perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang
dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor
dapat dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.    
      

Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi
dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter
bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat
yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan
menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
dengan :
q    = jumlah kalor ( J )
m   = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c    = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C   = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang
diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.

Beberapa jenis kalorimeter :


1. Kalorimeter bom
Kalorimeter bom adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kalor (nilai kalori)
yang dibebaskan pada pembakaran sempurna (dalam O2 berlebih) suatu senyawa,
bahan makanan, bahan bakar atau khusus digunakan untuk menentukan kalor dari reaksi-
reaksi pembakaran. Kalorimeter ini terdiri dari sebuah bom (tempat berlangsungnya reaksi
pembakaran, terbuat dari bahan stainless steel  dan diisi dengan gas oksigen pada tekanan
tinggi ) dan sejumlah air yang dibatasi dengan wadah yang kedap panas.

Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap
kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrikdari kawat logam terpasang
dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan
diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair  =  m x c x DT
dengan :
m   = massa air dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom   = Cbom x DT
dengan :
Cbom  = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT    = perubahan suhu ( oC atau K )

Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (DV = nol ).
Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana  w  = – P. DV  ( jika DV = nol maka w  = nol )
maka  DE  = qv
Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan
nilai kalor zat makanankarbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah
tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm.
Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini
disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas
tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar.

Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup
ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiraldari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus
lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian
tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan
sebuah termometer ke dalam tabung kaca.

Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah kepingasbes dan ditahan oleh 3 buah keping.
Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes
itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di
atas keping asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah
kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin
itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat
cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.

2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam – basa /
netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi          = – (qlarutan   + qkalorimeter )
qkalorimeter     = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter  = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT  = perubahan suhu ( oC atau K )

Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam
kalorimeter.
qreaksi    = – qlarutan   
qlarutan   = m x c x DT
dengan :
m   = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c    = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga perubahan
kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp

Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kaloryang terlibat
pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = – (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = – (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = – (m.c.∆T)
Keterangan :
m = massa zat     (kg)
c = kalor jenis   (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)

Sementara itu, persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya


disebut persamaan termokimia.
H2 (g)  + 1/2 O2 (g) ——> H2O (l)     ΔH = -286 kJ
Pada reaksi endoterm, sistem menyerap energi. Oleh karena itu, entalpi sistem akan
bertambah. Artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr).
Akibatnya, perubahan entalpi, merupakan selisih antara entalpi produk dengan entalpi
pereaksi (Hp -Hr) bertanda positif. Sehingga perubahan entalpi untuk reaksi endoterm dapat
dinyatakan:
ΔH = Hp- Hr > 0

Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang,
artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0
27. Macam-Macam Gaya Antar Molekul Beserta Contohnya
Ada berapa jenis gaya antar molekul? Berikut ini beberapa jenis gaya antar molekul yang
harus anda pelajari.
1. Gaya London (Dispersi)
Apabila suatu elektron bergerak di dalam molekul maupun atom, gerakan tersebut acak
sehingga menyebabkan elektron hanya berada di satu sisi molekul atau atom tersebut.
Keadaan tersebut membuat partikel menjadi dipol yang hanya berlangsung sesaat sehingga
disebut dengan dipol sesaat.

Gambar 1. Gaya London


Apabila di salah satu sisi partikel terbentuk sisi negatif, maka sisi yang lainnya akan tertolak.
Dengan kata lain, dipol sesaat mampu mempengaruhi dipol di dekatnya. Jika ada dua partikel
yang memiliki dipol berbeda berdekatan maka akan terjadi tarikan sementara sehingga kedua
partikel menyatu.
Pada atom bebas dan molekul yang bersifat nonpolar, gaya tarikan ini sangat lemah, yang
disebut dengan gaya London. Gaya London terjadi di semua partikel. Namun, untuk senyawa
ion, pengaruhnya bisa dibilang sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya tarik menarik
yang terjadi antar ion.

Gambar 2. Terjadinya dipol terimbas


2. Gaya Van der Waals
Gaya antar molekul selanjutnya adalah gaya Van der Waals. Nama gaya ini diambil dari
nama seorang ilmuwan yaitu Johannes Van der Waals. Gaya ini terjadi pada molekul-
molekul yang terjadi dipol permanen misalnya pada molekul ionik dan kovalen polar.
Apabila molekul memiliki kutub yang sama maka keduanya akan tolak menolak. Sebaliknya,
jika kutub keduanya berbeda maka akan tarik menarik.

Gambar 3. Gaya Van der Waals pada dipol-dipol sehingga dinamakan gaya dipol-dipol
Gaya Van der Waals ini bila terjadi ini apabila terjadi pada molekul polar atau molekul-
molekul dipol permanen, maka dinamakan sebagai gaya dipol-dipol. Nah, semakin besar nilai
momen dipol yang dimiliki molekul-molekulnya, maka akan semakin besar gayanya.
Baca juga: Jenis-Jenis dan Pembentukan Ikatan Kovalen
Contoh lainnya adalah antara molekul-molekul yang bersifat polar dimana terjadi dipol
secara permanen. Hal ini menyebabkan senyawa polar dapat larut ke dalam pelarut polar.
Sebagai contoh, asam asetat dapat larut di dalam air.
Terjadinya gaya ini yaitu sebagai berikut, mulaya dipol yang permanen tersebut mulai
menginduksi lawan elektron molekul yang bersifat non polar. Akibatnya terbentuk dipol
terinduksi. Adanya dipol terinduksi tersebut menyebabkan molekul yang bersifat non polar
bisa larut ke dalam pelarut polar meskipun sedikit. Contoh, oksigen yang larut di dalam air.

Gambar 4. Gaya ion dipol


Nah, apabila interaksi tarik-menarik atau tolak menolak terjadi pada ion (baik itu positif atau
negatif) dengan molekul dipol permanen, maka dinamakan dengan gaya ion dipol.
3. Ikatan Hidrogen
Selanjutnya terdapat ikatan hidrogen. Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik yang terjadi
antara atom hidrogen di dalam senyawa-senyawa yang terdapat ikatan antara hidrogen
dengan atom N, O, dan F. molekul polar seperi H 2O mempunyai ujung-ujung yang
muatannya saling berlawanan. Di dalam molekul, dipol menata dirinya sendiri sehingga sisi
bermuatan positif akan berdekatan dengan sisi yang negatif.

Gambar 5. Ikatan Hidrogen


Kemudian tarikan dipol yang sangat kuat terjadi di antara molekul apabila memiliki atom
hidrogen yang terikat dengan Nitrogen, Oksigen, atau Fluorin. Ujung positif dipol bisa
mendekat ke arah ujung dipol negatif molekul lain, sehingga keduanya saling berdekatan dan
terjadi gaya tarik menarik yang sangat kuat yang disebut dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen mencapai 5-10% daripada ikatan kovalen.
28. Macam-Macam Gaya Antar Molekul Beserta Contohnya
Ada berapa jenis gaya antar molekul? Berikut ini beberapa jenis gaya antar molekul yang
harus anda pelajari.
1. Gaya London (Dispersi)
Apabila suatu elektron bergerak di dalam molekul maupun atom, gerakan tersebut acak
sehingga menyebabkan elektron hanya berada di satu sisi molekul atau atom tersebut.
Keadaan tersebut membuat partikel menjadi dipol yang hanya berlangsung sesaat sehingga
disebut dengan dipol sesaat.

Gambar 1. Gaya London


Apabila di salah satu sisi partikel terbentuk sisi negatif, maka sisi yang lainnya akan tertolak.
Dengan kata lain, dipol sesaat mampu mempengaruhi dipol di dekatnya. Jika ada dua partikel
yang memiliki dipol berbeda berdekatan maka akan terjadi tarikan sementara sehingga kedua
partikel menyatu.
Pada atom bebas dan molekul yang bersifat nonpolar, gaya tarikan ini sangat lemah, yang
disebut dengan gaya London. Gaya London terjadi di semua partikel. Namun, untuk senyawa
ion, pengaruhnya bisa dibilang sangat kecil jika dibandingkan dengan gaya tarik menarik
yang terjadi antar ion.

Gambar 2. Terjadinya dipol terimbas


2. Gaya Van der Waals
Gaya antar molekul selanjutnya adalah gaya Van der Waals. Nama gaya ini diambil dari
nama seorang ilmuwan yaitu Johannes Van der Waals. Gaya ini terjadi pada molekul-
molekul yang terjadi dipol permanen misalnya pada molekul ionik dan kovalen polar.
Apabila molekul memiliki kutub yang sama maka keduanya akan tolak menolak. Sebaliknya,
jika kutub keduanya berbeda maka akan tarik menarik.

Gambar 3. Gaya Van der Waals pada dipol-dipol sehingga dinamakan gaya dipol-dipol
Gaya Van der Waals ini bila terjadi ini apabila terjadi pada molekul polar atau molekul-
molekul dipol permanen, maka dinamakan sebagai gaya dipol-dipol. Nah, semakin besar nilai
momen dipol yang dimiliki molekul-molekulnya, maka akan semakin besar gayanya.
Baca juga: Jenis-Jenis dan Pembentukan Ikatan Kovalen
Contoh lainnya adalah antara molekul-molekul yang bersifat polar dimana terjadi dipol
secara permanen. Hal ini menyebabkan senyawa polar dapat larut ke dalam pelarut polar.
Sebagai contoh, asam asetat dapat larut di dalam air.
Terjadinya gaya ini yaitu sebagai berikut, mulaya dipol yang permanen tersebut mulai
menginduksi lawan elektron molekul yang bersifat non polar. Akibatnya terbentuk dipol
terinduksi. Adanya dipol terinduksi tersebut menyebabkan molekul yang bersifat non polar
bisa larut ke dalam pelarut polar meskipun sedikit. Contoh, oksigen yang larut di dalam air.
Gambar 4. Gaya ion dipol
Nah, apabila interaksi tarik-menarik atau tolak menolak terjadi pada ion (baik itu positif atau
negatif) dengan molekul dipol permanen, maka dinamakan dengan gaya ion dipol.
3. Ikatan Hidrogen
Selanjutnya terdapat ikatan hidrogen. Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik yang terjadi
antara atom hidrogen di dalam senyawa-senyawa yang terdapat ikatan antara hidrogen
dengan atom N, O, dan F. molekul polar seperi H 2O mempunyai ujung-ujung yang
muatannya saling berlawanan. Di dalam molekul, dipol menata dirinya sendiri sehingga sisi
bermuatan positif akan berdekatan dengan sisi yang negatif.

Gambar 5. Ikatan Hidrogen


Kemudian tarikan dipol yang sangat kuat terjadi di antara molekul apabila memiliki atom
hidrogen yang terikat dengan Nitrogen, Oksigen, atau Fluorin. Ujung positif dipol bisa
mendekat ke arah ujung dipol negatif molekul lain, sehingga keduanya saling berdekatan dan
terjadi gaya tarik menarik yang sangat kuat yang disebut dengan ikatan hidrogen. Kekuatan
ikatan hidrogen mencapai 5-10% daripada ikatan kovalen.
29. PERGESERAN KESETIMBANGAN
1. Reaksi Subtitusi
Reaksi substitusi merupakan reaksi yang melibatkan penggantian atom / gugus atom pada
molekul dengan atom/gugus atom lainnya. Reaksi substitusi umumnya terjadi pada senyawa
jenuh (tunggal) tanpa terjadi perubahan ikatan karakteristik (tetap jenuh). Suatu reaksi
subtitusi terjadi bila sebuah atom atau gugus yang berasal dari pereaksi menggantikan sebuah
atom atau gugus dari molekul yang bereaksi. Subtitusi dapat terjadi pada karbon jenuh
maupun tidak jenuh.
R – X + R’ – Y —> R – Y + R’ – X
Atom karbon ujung suatu alkil halida mempunyai muatan positif parsial. Karbon ini bisa
mudah diserang oleh anion dan spesi lain yang mempunyai sepasang elektron menyendiri
(unshared) dalam kulit luarnya. Dihasilkan reaksi subtitusi ion atau gugus disubstitusikan
untuk (menggantikan) atom, atau gugus lain. Beberapa reaksi substitusi pada senyawa
karbon:
 Reaksi pembentukan haloalkana
 Reaksi alkil halida dengan basa kuat
 Reaksi alkohol dengan PCl3
 Reaksi alkohol dengan logam Natrium
 Reaksi klorinasi
 Reaksi esterifikasi (pembentukan ester)
 Reaksi saponifikasi (penyabunan)
Beberapa contoh reaksi substitusi pada senyawa karbon:
REAKSI PEMBENTUKAN HALOALKANA: REAKSI ALKANA DENGAN HALOGEN
R – H + X2 –> R – X + H – X
Contoh: CH3 – H + Cl2 –> CH3 – Cl + HCl
REAKSI ALKIL HALIDA DENGAN BASA KUAT
Contoh reaksi antara basa kuat dengan etil bromida
HO– + CH3CH2 – Br —> CH3CH2 – OH + Br–
Dalam suatu reaksi substitusi alkil halida, halida itu disebut gugus pergi (leaving group) suatu
istilah yang berarti gugus apa saja yang dapat digeser dari ikatannya dengan suatu atom
karbon. Ion Halida merupakan gugus pergi yang baik, karena ion-ion ini merupakan basa
yang sangat lemah. Basa kuat seperti misalnya OH– , bukan gugus pergi yang baik. Spesi
(spesies) yang menyerang suatu alkil halida dalam suatu reaksi substitusi disebut nukleofil
(nucleophile, “pecinta nukleus”), sering dilambangkan dengan Nu– . Dalam persamaan reaksi
diatas, OH-  adalah nukleofil. Umumnya, sebuah nukleofil ialah spesi apa saja yang tertarik
ke suatu pusat positif; jadi sebuah nukleofil adalah suatu basa Lewis. Kebanyakan nukleofil
adalah anion, namun beberapa molekul polar yang netral, seperti H 2O, CH3OH dan
CH3NH2 dapat juga bertindak sebagai nukleofil. Molekul netral ini memiliki pasangan
elektron menyendiri, yang dapat digunakan untuk membentuk ikatan sigma.

REAKSI SUBSTITUSI ATOM H PADA ALKOHOL DENGAN LOGAM REAKTIF (NA,


K)
atom H pada gugus – OH dapat disubstitusi oleh logam reaktif seperti Na dan K
R – OH + Na –> R – ONa + H2
Contoh: 2 C2H5 – OH + 2 Na –> 2 C2H5 – ONa + H2
REAKSI ALKOKSI ALKANA (ETER) DENGAN PCL 5 MENGHASILKAN
HALOALKANA
R – O – R’ + PCl5 –> R – Cl + R’ – Cl + POCl3
Contoh: CH3 – O – CH3 + PCl5 –> CH3Cl + CH3Cl +POCl3
REAKSI ESTERIFIKASI: REAKSI PEMBENTUKAN ESTER DARI ALKOHOL DAN
ASAM KARBOKSILAT
R – OH + R’ – COOH –> R’ – COOR + H – OH
Contoh CH3 – OH + CH3 – COOH –> CH3 – COOCH3 + H2O
2. REAKSI ADISI
Reaksi adisi adalah reaksi senyawa karbon yang melibatkan penggabungan molekul-molekul.
Reaksi adisi juga dapat diartikan sebagai reaksi pemutusan ikatan rangkap (tak jenuh)
menjadi ikatan tunggal (jenuh). Reaksi adisi ini terjadi pada senyawa tidak jenuh
(mempunyai ikatan rangkap). Molekol tidak jenuh dapat menerima tambahan atom atau
gugus dari pereaksi tanpa melebihi angka koordinasi maksimum dari atomnya sendiri. Ikatan
rangkap dua dan rangkap tiga karbon-karbon dan rangkap dua karbon-oksigen merupakan
jenis struktur yang paling umum yang mengalami reaksi adisi.
Contoh reaksi substitusi:
REAKSI ADISI ALKENA DENGAN HALOGEN
Reaksi adisi dengan brom digunakan untuk membedakan senyawa alkena (C = C) dengan
siklo alkana. Hal ini karena kedua senyawa mempunyai isomer  fungsional (rumus molekul
sama, tetapi gugus fungsi berbeda). Pengamatan reaksinya dengan membedakan warna dari
brom yaitu merah coklat. Alkena dapat bereaksi dengan brom sehingga warna merah coklat
dari brom hilang menjadi tidak berwarna. Akan tetapi, sikloalkana tidak bereaksi dan warna
merah coklat dari brom tetap. Alkena + brom —> bereaksi, warna merah coklat dari brom
hilangSikloalkana + brom ↛ tidak bereaksi, warna merah coklat dari brom tetap.
REAKSI ADISI ALKENA DENGAN SENYAWA ASAM HALIDA (H – X)
Dalam adisi ini atom X terikat pada C rangkap dikiri atau dikanan akan menghasilkan
senyawa yang berbeda, kecuali kalau R dengan R’ sama. Untuk itu, ada aturan yang
menetapkan hasil utama dari reaksi adisi tersebut yang dikemukankan oleh Vlademir
Markovnikov. Aturan Markovnikov :
 ikatan rangkap merupakan kumpulan elektron
 gugus alkil merupakan gugus pendorong elektron. Alkil makin besar, daya dorong
makin kuat. Urutan kekuatan alkil : – CH3, – C2H5, – C3H7
 gugus elektrongatif merupakan gugus penarik elektron. Makin elektronegatif, daya
tarik elektron makin kuat.
Adisi Nukleofil : reaksi penambahan suatu gugus ke suatu ikatan rangkap dan hasilkan ikatan
tunggal, dimana gugus yang menyerang pertama kali berupa pereaksi nukleofil.
Adisi Elektrofil gugus penyerang berupa pereaksi elektrofil.
Contoh : AB + C = C —> A – C – C – B H2 + CH2 = CH2 —> CH3 – CH3
Adisi Radikal Bebas gugus penyerang merupakan radikal bebas.
Contoh : CH4 + Cl. —> CH3 + HCl
REAKSI ADISI H2 PADA ALKENA MEMBENTUK ALKANA
C2H5 – CH = CH – CH3 + H2 —> C2H5 – CH2 – CH2 – CH3Reaksi hidrogenasi ini digunakan
untuk membuat margarin (mentega tiruan) dari minyak yang mengandung asam lemak tak
jenuh (C = C). Minyak cair dihidrogenasi dengan bantuan katalis Ni menghasilkan lemak
padat.
REAKSI ADISI H2 PADA ALKANAL MEMBENTUK ALKOHOL PRIMER
Ikatan rangkap C = O pada alkanal bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol primer.

Disebut juga dengan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi C.
REAKSI ADISI H2 PADA KETON/ALKANON MENGHASILKAN ALKOHOL
SEKUNDER
Ikatan rangkap C = O pada alkanon/keton bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol
sekunder.
REDUKSI H2O PADA ASAM KARBOKSILAT MENGHASILKAN SUATU ALKOHOL
SEKUNDER
Ikatan rangkap C = O pada asam karboksilat akan terbuka akibat penambahan reduktor kuat
untuk menghasilkan alkohol primer

3. REAKSI ELIMINASI
Reaksi eliminasi merupakan reaksi peruraian suatu molekul menjadi molekul-molekul lain di
mana salah satu molekul dikatakan tereliminasi. Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi).
Beberapa atom dipisahkan dari sebuah molekol untuk membentuk ikatan ganda atau siklis.
Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon. Reaksi
penggantian ikatan berubah dari ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap. Pada reaksi ini
molekul senyawa yang berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan
rangkap (ikatan tak jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil.
REAKSI ELIMINASI H2  DARI ALKANA MENJADI ALKENA
CH3 – CH2 – CH3 –> CH3 – CH = CH2 + H2
REAKSI ELIMINASI AIR (DEHIDROGENASI) DARI ALKOHOL
Alkohol dapat bereaksi membentuk alkena dengan bantuan katalis H2SO4 pekat berlebih pada
suhu 180oC.
CH3 – CH2 – OH –> CH2 = CH2 + H2O
REAKSI ELIMINASI HX DARI HALOALKANA (DEHIDROHALOGENASI)
Haloalkana R – X dapat bereaksi dengan gugus – OH yang larut dalam alkohol seperti NaOH
etanolis atau CH3OK, membentuk alkuna.

REAKSI ELIMINASI
Reaksi melibatkan oksidator seperti O2, O3, dan KMnO4. Reaksi oksidasi yang penting adalah
reaksi dengan O2 yang dikenal sebagai pembakaran.Contoh reaksi oksidasi:
REAKSI OKSIDASI ALKOHOL PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER
Alkohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi berbeda terhadap oksidator seperti
K2Cr2O7, KMnO4, dan O2.
REAKSI OKSIDASI PADA ALKOKSI ALKANA (ETER)
Alkoksi alkana bereaksi dengan O2 membentuk senyawa hidroperoksida
REAKSI OKSIDASI PADA ALKANAL/ALDEHID
Reaksi oksidasi alkanal digunakan sebagai reaksi identifikasi antara alkanal/aldehid dengan
alkanon/keton. Simak informasi lengkapnya di sini.
REAKSI OKSIDASI ALKANON/KETON
Alkanon tidak dapat mereduksi oksidator lemah seperti larutan fehling dan larutan tollens.
Sifat ini, digunakan untuk membedakan alkanon dari isomer fungsinya, yaitu alkanal/aldehid.
REAKSI OKSIDASI PADA ASAM ALKANOAT
Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam 1,2 etanadioat

4. Reaksi Polimesari
Reaksi polimerisasi melibatkan penggabungan molekul-molekul kecil yang disebut monomer
menjadi suatu molekul rantai panjang atau yang disebut polimer. Anda dapat menyimak sifat-
sifat polimer dengan mengklik di sini. Reaksi polimerisasi dapat dibedakan menjadi 2:
POLIMERISASI ADISI: MONOMER-MONOMER BERGABUNG MEMBENTUK
SUATU POLIMER
Monomer + monomer + monomer + . . . –> polimer
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi adisi dapat dilihat pada tabel berikut.

POLIMERISASI KONDENSASI: MONOMER-MONOMER BERGABUNG


MEMBENTUK POLIMER DENGAN MELEPAS MOLEKUL KECIL SEPERTI H 2O
DAN HCL
Monomer + monomer + monomer + . . . –> polimer + molekul kecil
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi kondensasi dapat dilihat pada tabel berikut

Keterangan:
PET : suatu poliester yang secara teoritis dapat dibuat dari pencampuran asam flatat (asam
karboksilat) dan etilen glikol (alkohol).
Nilon 6,6 : merupakan poliamida dengan gugus – CON – yang terbentuk dari polimerisasi
1,6-diaminoheksana dan asam 1,6-heksadioat.
Bakelit : polimer yang terbentuk dari polimerisasi metanal dan fenol.
Perspex : secara teoritis perspex terbentuk dari polimerisasi propanon (keton) dan metanal
(aldehid) 

30. Sifat-Sifat Benzena


Pada umumnya, sifat senyawa bisa dikelompokkan menjadi dua, yakni sifat fisik dan sifat
kimia.
1. Sifat Fisik
Benzena adalah suatu zat cair tidak berwarna, mudah menguap, dan sangat beracun. Benzena
bisa diapaki sebagai pelarut, pensintesis berbagai senyawa karbon, dan bahan dasar
pembuatan senyawa karbon. Benzena tidak begitu reaktif, tapi sangat mudah terbakar, karena
kadar karbon yang terkandung sangat tinggi.
Beberapa turunan dari benzena ada yang bersifat polar maupun non polar. Senyawa polar
yaitu suatu senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-
unsurnya. Titik didih pada benzena dan turunannya dimulai dari 80-250 derjat celsius. Untuk
titik lelehnya bervariasi, dengan angka tertinggi yaitu 122 derjat celsius pada senyawa asam
benzoat (-COOH).
Variasi titik didih tersebut dikarenakan oleh perngaruh dari kepolaran gugus fungsionalnya.
Begitu juga dengan titik lelehnya, dipengaruhi oleh subtitutenya. Seperti benzena, toluena,
dan etil benzena bersifat non-polar. Sedangkan anilin, benzil alkoho, fenol, dan asam benzoat
bersifat polar. Maka bisa disimpulkan asam benzoat mempunyai titik didih tertinggi,
dikarenakan sifat polarnya yang lebih, sedangkan benzena memiliki titik didih terendah.
Senyawa turunan benzena yang sifatnya non-polar tidak akan larut dalam air, sebaliknya,
yang bersifat polar akan larut didalam air.
2. Sifat Kimia
Derajat keasaman adalah salah satu sifat kimia benzena dan turunannya. Fenol dan asam
benzoat termasuk asam lemah. Asam benzoat lebih kuat dibandingkan fenol. Fenol yang
mempunyai gugus fungsi -OH ternyata bersifat asam lemah, yang berarti memberikan ion
H+, sedangkan anilin yang memiliki gugus –NH2 bersifat basa lemah, yang berarti menerima
ion H+.
Benzena lebih mudah mengalami reaksi subtitusi daripada reaksi adisi.

Reaksi Benzena
Reaksi yang umum terjadi yaitu suatu reaksi subtitusi elektrofilik, ada 4 macam, yakni
sebagai berikut :
1. Subtitusi dengan halogen (Halogenasi)
Benzena mengalami subtitusi dengan halogen memakai katalisator besi (III) halida.
Contohnya:

Reaksi Hologenasi
2. Subtitusi dengan asam nitrat (Nitrasi)
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat memakai katalisator asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.
Contohnya:
Reaksi Nitrasi
3. Subtitusi dengan asam sulfat pekat (Sulfonasi)
Sulfonasi terjadi Bila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat.
Contoh:

Reaksi Sulfonasi
4. Subtitusi dengan alkil halida (Alkilasi)
Reaksi ini bisa memakai untuk membentuk alkil benzena menggunakan katalisator
alumunium klorida (AlCl3).
Contohnya:

Reaksi Alkilasi
Tatanan Benzena
1. Benzena Monosubtitusi
Benzena dengan satu subtituen alkil diberi nama sebagai turunan benzena, misalnya
etilbenzena. Sistem IUPAC tetap memakai nama umum untuk beberapa benzena
monosubstitusi, misalnya toluena, kumena, stirena.
Nama-nama umum seperti fenol, anilina, benzaldehida, asam benzoat, anisol juga tetap
dipakai dalam sistem IUPAC. Sistem IUPAC (International Union Pure and Applied
Chemistry) yaitu suatu lembaga yang berwewenang untuk merumuskan tata nama senyawa.
2. Benzena Disubtitusi
Disubtitusi berarti benzena mengikat dua subtituen, maka terdapat kemungkinan
mempunyai tiga isomer struktur. bila kedua subtituen diikat oleh atom-atom karbon 1,2-
disebut orto (o) satu sama lain, jika karbon 1,3- disebut meta (m), dan 1,4 disebut para (p).
Sistem IUPAC memakai nama umum xilena untuk ketiga isomer dimetilbenzena, yakni o-
xilena, m-xilena, dan p-xilena. jika kedua substituen tersebut tidak memberikan nama khusus,
maka masing-masing dari substituen diberi nomor, dan namanya akan diurutkan berdasarkan
urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena. Atom karbon yang mengikat substituen yang
urutan abjadnya lebih dahulu diberi nomor 1.
3. Benzena Polisubtitusi
Benzena polisubtitusi yaitu ketika terdapat tiga atau lebih substituen terikat pada cincin
benzena, maka posisi masing-masing substituen ditunjukkan dengan nomor. Bila salah satu
substituen memberikan nama khusus, maka diberi nama senyawanya sebagai turunan dari
nama khusus tersebut. Dan bila semua substituen tidak memberikan nama khusus, maka
posisisnya akan dinyatakan dengan nomor dan diurutkan sesuai urutan abjad, dan diakhiri
dengan kata benzena.

Rumus Benzena
Struktur benzena dituliskan sebagai cincin beranggota enam (heksagonal) yang mengandung
ikatan tunggal dan rangkap berselang-seling.
Struktur kekue, menggambarkan penggantian sembarang atom brom pada hidrogen akan
menghasilkan senyawa sama, karena keenam atom karbon dan hidrogen ekivalen. Kekule ini
bisa menjelaskan fakta bahwa bila benzena bereaksi dengan brom memakai katalis FeCl3
hanya menghasilkan satu senyawa yang mempunyai rumus molekul C6H5Br.
Cincin benzena disajikan dalam bentuk segienam beraturan dengan sebuah lingkaran
didalamnya, dengan ketentuan bahwa pada setiap sudut segienam tersebut terikat sebuah
atom H.

40. Menentukan ph dari asam basa jika diketahui ka dan kb parameternya

Contoh soal cara menghitung konsentrasi H+

Tentukan [H+] adan ph yang terdapat dalam asam formiat 0,01 M. Jika diketahui Ka. HCOOH = 1,7 x
10–4.

Jawab

Reaksi ionisasi HCOOH

HCOOH(aq) <==> H+(aq) + HCOO–(aq)

0,01 M 0,01M 0,01M

[H+] =(akar) M.Ka

=(akar) 0,01×1,7×10-⁴

=0,001 /10-³

Ph = -log [H+]

=- log 10-³

=3

Contoh soal menghitung konsentrasi OH–

Tentukan [OH–] yang terdapat dalam larutan amonia 0,5 M jika diketahui Kb.NH3 = 1,8 x 10–5.

Jawab

Dalam air NH3 terionisasi sebagai berikut = NH4OH(aq) <==> NH4+(aq) + OH–(aq)

NH4OH->NH4 + OH-

0,5 0,5 0,5

[OH-] = (akar) M.Kb

= (akar) 0,5 × 1,8×10-⁵

= 3×10-³
POH = -log [OH-]

=- log 3×10-³

= 3-Log 3

Ph = 14-(3-log3)

=11 + log 3

39. Menentukan derajat ionisasi dari reaksi kesetimbangan yang diketahui jumlah mol mula-mula
dan salah satu hasil reaksi yang terbentuk dan Menentukan harga Kp dari reaksi kesetimbangan yang
diketahui jumlah mol mula-mula dan salah satu hasil reaksi yang terbentuk

CONTOH SOAL:

Pemanasan gas SO3 dalam ruangan tertutup pada suhu tertentu menghasilkan O2 sebanyak 20%
volume. Hitung derajat disosiasi SO3 pada kondisi tersebut

Penyelesaian :

Perbandingan volume menunjukkan perbandingan jumlah masing-masing gas dalam ruang


tersebut.Mula-mula tentu SO3 masih sebanyak 100% (anggaplah 1 mol). Pada keadaan setimbang
jumlah O2 = jumlah volume O2 = 20% atau 0,2 mol, artinya jumlah yang dihasilkan juga sebanyak 0,2
mol.

Berdasarkan perbandingan koefisien zat ketika setara adalah maka jumlah SO3 dan SO2 yang
bereaksi adalah 2 kali jumlah O2 yaitu 2 × 0,2 mol = 0,4 mol

Reaksi : 2SO3(g)⇌ 2SO2(g)+ O2(g)

Awal :1 mol - -

Bereaksi : -0,4 mol +0,4 mol +0,2 mol

Kesetimbangan : 0,6 mol 0,4 mol 0,2 mol

Derajat disosiasi (derajat penguraian) = jumlah zat yang bereaksi : jumlah zat awal

Derajat disosiasi (derajat penguraian) = 0,4 : 1,0 = 0,40

38. Menentukan perbandingan massa salah satu unsur dalam senyawa I dan II dari dua unsur yang
diketahui persentase massanya dan Memprediksi rumus senyawa I dan II yang terbentuk
REVIEW MATERI:

(Rumus Empiris)n = Rumus Molekul

Contoh soal

Diketahui:

Persentase unsur C = 41,82% -


Persentase unsur H = 6,51% -
Persentase unsur O = 51,67%

Ditanya: Rumus empiris?

Jawab:

Massa senyawa sebesar 100 gram, maka:

Massa C = 41,82 gram

Massa H = 6,51 gram

Massa O = 51,67 gram

•Kemudian cari jumlah mol masing-masing unsur

Mol C = massa /Ar C

= 41,82/12

= 3,485

MOL H = massa / Ar H

= 6,51/1 =6,51

Mol O = Massa / Ar O

=51,67/16

=3,229

Karena perbandingan jumlah mol juga menyatakan perbandingan jumlah atom, maka perbandingan
jumlah mol dapat digunakan untuk menentukan rumus empiris.

mol C : mol H : mol O = atom C : atom H : atom O = 3,485 : 6,51 : 3,229


Karena atom-atom dalam molekul merupakan kelipatan bilangan bulat, maka perbandingan atom di
atas harus bilangan bulat dan harus lebih sederhana, sehingga harus membagi ketiga bilangan di atas
dengan kelipatan bilangan paling kecil yaitu 3,229. Perbandingannya menjadi:

1,07 : 2,01 : 1,00

Perbedaan angka di belakang koma pada desimal kedua dapat diabaikan, dengan demikian
perbandingan atom C, H dan O adalah:

1:2:1

Perbandingan ini menyatakan perbandingan atom-atom paling sederhana dalam molekul. Dengan
demikian, rumus empiris senyawa adalah CH2O.

37. Menjelaskan hubungan konsentrasi dengan titik beku/titik didih larutan dan factor yang
mempengaruhi perbedaan titik beku/titik didih larutan elektrolit/non elektron

Titik beku larutan merupakan salah satu dari sifat koligatif larutan, yaitu sifat larutan yang
bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam larutan bukan bergantung pada jenis zat terlarut.
Jadi, hubungan antara konsentrasi larutan (jumlah partikel) dengan penurunan titik beku larutan
adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar konsentrasi larutan (jumlah partikel), maka semakin
besar pula penurunan titik beku dari larutan tersebut dan mengakibatkan titik beku larutan semakin
rendah. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan rumus perhitungan menentukan penurunan titik beku
larutan yang melibatkan molalitas.

Selain konsentrasi larutan (jumlah partikel), penurunan titik beku suatu larutan juga dipengaruhi
oleh jenis larutan, yaitu apakah termasuk larutan elektrolit ataukah larutan nonelektrolit. Larutan
elektrolit memiliki nilai penurunan titik beku lebih besar dibandingkan dengan penurunan titik beku
larutan nonelektrolit. Hal ini dikarenakana adanya pengaruh faktor Van’t Hoff dalam
perhitungannya. Dengan demikian, titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan titik beku
larutan nonelektrolit.

PEMBAHASAN LEBIH LANJUT

Sifat koligatif larutan selain titik beku larutan adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
dan tekanan osmosis. Karena sifat kologatif larutan bergantung pada banyaknya zat yang terlarut,
maka penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih dan tekanan osmosis dipengaruhi oleh
konsentrasi.

1. Penurunan tekanan uap

Hubungan antara penurunan tekanan uap dengan konsentrasi adalah berbanding lurus yang telah
dirumuskan dalam Hukum Raoult. Konsentrasi yang diukur dalam penurunan tekanan uap adalah
fraksi mol.  Dengan demikian, semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula penurunan
tekanan uap. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung penurunan tekanan uap adalah:

ΔP = Xterlarut . P°

2. Kenaikan titik didih

Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer. Hubungan
antara konsentrasi dengan kenaikan titik didih adalah berbanding lurus, artinya semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula kenaikan titk didik larutan tersebut. Dalam hal ini, konsentrasi
yang diukur adalah molalitas. Rumus untuk menentukan titik didihlarutan, yaitu:
ΔTb = m . Kb

ΔTb = Tb larutan – Tb°

3. Tekanan osmosis

Tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis. Osmosis adalah
perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi rendah atau encer menuju ke konsentrasi tinggi atau
pekat melalui membran semi permiable. Untuk hubungan konsentrasi dengan tekanan osmosis juga
berbanding lurus. Artinya semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula tekanan osmosis dari
larutan tersebut. Konsentrai yang diukur dalam tekanan osmosis adalah molaritas. Untuk cara
menentukan tekanan osmosis suatu larutan adalah:

π = M .R .T

Selain konsentrasi, jenis larutan juga mempengaruhi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan
tekanan osmosis. Adanya faktor Van’t Hoff mengakibatkan harga dari masing-masing sifat koligatis
semakin besar. Jadi, penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis larutan
elektrolit lebih besar dibandingkan larutan nonelektrolit.

Vaktor van't Hoff

i = 1+(n-1)a

Ket: a = derajat ionisasi

n = jumlah molekul

36. Menentukan jumlah mol pereaksi atau hasil reaksi dari suatu reaksi redoks yang belum setara

REVIEW MATERI :

cara penyetaraan reaksi redoks ada 2 :

1. METODE ½ REAKSI

A. Suasana asam

Langkah-langkah

1) tentukan atom yang mengalami perubahan bilangan oksidasi (PBO)

2) setarakam setengah reaksi oksidasi dan reduksi dengan urutan :

•Samakan jumlah atom yang mengalami PBO :Tambahkan koefisien.

• Samakan jumlah O: ruas yang kekurangan O ditambah H2O

• Samakam jumlah H :ruas yang kekurangan H ditambah H+

• samakan muatan :muatan besar ditambah elektron

3) jumlahkan setengah reaksi oksidasi dan reduksi

B. Suasana basa
Sama dengan suasana asam, hanya saja setelah penambahan H+,kedua ruas ditambah OH-
sebanyak H+.

2. Metode bilangan oksidasi

Langkah-langkah :

1) tentukan atom yang mengalami PBO

2) samakan jumlah atom yang mengalami PBO: Tambahkan koefisien

3) samakan jumlah elektron atau PBO

4) samakan muatan

▪︎suasana asam : muatan kecil ditambah H+

▪︎suasana basa : muatan besar ditambah OH-

5) samakan H : ruas yang kurang H ditambah H2O .

35. Menentukan zat hasil reaksi dari reaksi monosubstitusi pembentukan senyawa haloalkana
beserta namanya

Karakteristik Senyawa Haloalkana

Senyawa haloalkana merupakan salah satu senyawa turunan alkana yang mengikat gugus fungsi
atom halogen (F, Cl, Br, I). Senyawa haloalkana mempunyai rumus umum CnH2n+1X di mana X
merupakan atom halogen. Sudut
yang dibentuk oleh gugus fungsi R
– X dan jarak antara atom X dengan
atom C terdekat dapat dilihat pada
contoh struktur senyawa
metilklorida berikut ini:

Sifat fisis haloalkana ditentukan oleh kekuatan gaya antar-molekulnya. Kekuatan gaya antar-molekul
haloalkana tergantung dari jenis atom halogen, posisi atom halogen, dan panjang rantai karbon
molekul. Haloalkana sukar larut dalam air, walaupun ikatan C – X pada haloalkana bersifat polar.
Mudah larut dalam alkohol dan eter. Titik didih bergantung pada jumlah dan jenis halogen pada
molekulnya, makin besar Mr senyawa, titik didih makin besar.

Adapun sifat kimia haloalkana terkait dengan kekuatan ikatan karbon dan gugus fungsi atom halogen
yang diikatnya. Atom halogen sangat mudah disubstitusi dengan atom atau gugus lain, sehingga
menghasilkan reaksi-rekasi berikut ini.

1) Reaksi senyawa haloalkana dengan natrium hidroksida

Alkil halida dapat bereaksi dengan natrium hidroksida menghasilkan alkohol. Contoh reaksi senyawa
haloalkana:
Senyawa haloalkana 2-klorobutana direaksikan dengan natrium hidroksida menghasilkan 2-butanol
dan natrium klorida.

2) Reaksi senyawa haloalkana dengan amonia pekat

Alkil halida bereaksi dengan amonia


membentuk amina. Contoh reaksi
senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 2-klorobutana direaksikan dengan amonia pekat membentuk 2-aminebutana


dan asam klorida.

3) Reaksi senyawa haloalkana


dengan perak (I) asetat

Alkil halida bereaksi dengan perak (I) asetat membentuk ester. Contoh reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan perak(I) asetat menghasilkan propil asetat
dan perak klorida.

4) Reaksi senyawa haloalkana dengan kalium


sianida

Alkil halida dapat bereaksi dengan kalium sianida dalam etanol dan membentuk senyawa nitril.
Contoh reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan kalium sianida membentuk nitrilpropana


dan kalium klorida.

5) Reaksi senyawa haloalkana dengan perak (I) nitrit

Alkil halida bereaksi dengan perak (I) nitrit membentuk nitri alkane dan alkil nitrit. Contoh reaksi
senyawa haloalkana:
Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan perak(I)
nitrit menghasilkan 1-nitropropana, propilnitrat, dan perak
klorida.

6) Reaksi senyawa haloalkana dengan senyawa aromatik

Alkil halida bereaksi dengan benzena membentuk alkil benzene dengan katalis asam Lewis. Contoh
reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 1-kloroetana direaksikan dengan benzena


membentuk etil benzena dan asam klorida.

7) Dehidrohalogenasi

Dengan suatu basa, alkil halida sekunder membentuk alkena. Contoh reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 2-kloropropana direaksikan dengan natrium


klorida menghasilkan 1-propena, air, dan natrium klorida.

8) Reaksi senyawa haloalkana dengan logam natrium

Dengan logam natrium, alkil halida menghasilkan alkana. Contoh reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan logam


natrium menghasilkan n-heksana dan natrium klorida

9) Reaksi senyawa haloalkana dengan logam magnesium

Alkil halida bereaksi dengan logam magnesium dalam eter kering menghasilkan suatu pereaksi
Grignard. Contoh reaksi senyawa haloalkana:

Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan logam magnesium menghasilkan pereaksi


Grignard.

10) Reaksi senyawa haloalkana dengan logam litium

Dengan litium, alkil halida membentuk senyawa organologam. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan logam litium menghasilkan propillitium dan
litium klorida.

34. Menentukan kadar larutan asam atau basa melalui titrasi asam-basa

REVIEW MATERI:

Pengertian Titrasi

Titrasi yaitu merupakan sebuah metode yang dapat


digunakan untuk menentukan suatu konsentrasi sebuah
larutan. Caranya adalah dengan menetesi (menambahi
sedikit demi sedikit) larutan yang akan dicari
konsentrasinya (analit) dengan sebuah larutan hasil
standarisasi yang sudah dapat diketahui konsentrasi dan
volumenya (titrant).

Pengertian Titrasi Asam Basa

Titrasi Asam Basa yaitu merupakan penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang
ingin diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang ingin
diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.

Menetapkan kadar suatu larutan dengan


mereaksikan sejumlah larutan tersebut yang
volumenya terukur dapat kita ukur dengan
suatu larutan lain yang telah diketahui kadarnya
(larutan standar) dan juga secara bertahap.

Perubahan pH Pada Titrasi Asam Basa

Pada saat larutan basa sedang ditetesi dengan


larutan asam, pH larutan pun akan turun, dan
sebaliknya jika larutan asam sedang ditetesi
dengan larutan basa, maka pH pun larutan akan
naik

Jika suatu pH larutan asam basa telah diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam
tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang bisa disebut kurva titrasi.
Kurva titrasi dapat menunjukkan
suatu perubahan pH larutan selama
proses titrasi asam dengan basa
berlangsung atau sebaliknya. Bentuk
kurva titrasi sendiri memiliki
karakteristik tertentu yang
bergantung pada kekuatan dan
konsentrasi asam dan basa yang
bereaksi.

1. Titrasi Asam Kuat Dengan Basa


Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :

Pertama kita lihat pH larutan naik sedikit demi sedikit.

Perubahan pH drastis akan terjadi pada titik ekivalen.

pH titik ekivalennya = 7 (netral).

Indikator yang dapat digunakan yaitu : metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.

Namun, yang lebih sering digunakan yaitu fenolftalein karena pada perubahan warna fenolftalein
yang lebih mudah diamati.
2. Titrasi Asam Lemah Dengan Basa

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :

Dapat dilihat titik ekivalen berada di atas pH 7, yaitu antara 8 – 9.

Lonjakan perubahan pH pada sekitar


titik ekivalen akan lebih kecil, tetapi
hanya sekitar 3 satuan, yaitu dari pH ±7
hingga pH ±10.

Indikator yang dapat digunakan :


fenolftalein.

Metil merah tidak dapat digunakan


karena perubahan warnanya terjadi jauh
sebelum tercapai titik ekivalennya.

3. Titrasi Basa Lemah Dengan Asam Kuat

Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh


perubahan pH, yaitu sebagai berikut :

Dapat kita lihat titik ekivalen berada di bawah pH


7, yaitu antara 5 – 6.
Pada lonjakan perubahan pH pada sekitar titik ekivalen hanya sedikit, sekitar 3 satuan, yaitu dari pH
±7 hingga pH ±4

Indikator yang dapat digunakan : metil merah.

Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya akan terjadi jauh sebelum tercapai
titik ekivalen.

Rumus Titrasi Asam Basa

Rumus Titrasi Asam Basa Manovalen/Divalen :

Ma . Va = Mb . Vb

Rumus Titrasi Asam Divalen dengan Basa Manovalen :

Ma . Va = Mb . Vb

Rumus Titrasi Basa Divalen dengan Asam Manovalen :

Ma . Va = 2Mb . Vb

Contoh Soal Titrasi Asam Basa

1. Terdapat Larutan HCl 0,3 M, akan dititrasi dengan larutan NaOH, pada titik akhir titrasi tercapai
bila 10 ml larutan HCl dan memerlukan 75 ml larutan NaOH :

a. Tentukan molaritas NaOH tersebut !

b. Tentukan Konsentrasi 20 ml Ca(OH)2 yang dititrasi dengan 100 ml larutan HCI 0,1 M !

Penyelesaian :

Diketahui :

Ma = 0,3 M

Va = 10 ml

Vb = 75 ml

nA = 1

nB = 1

Ditanya : Mb = ….?

Jawab soal a :

a. Mb = Va x Ma x nA/Vb x nB

Mb = 10 x 0,3 x 1/75 x 1

Mb = 0,04 M

Jadi, molaritas dari larutan tersebut adalah = 0,04 M


Jawab soal b :

b. = Va x Ma x nA = Vb x Mb nB

= 100 x 0,1 x 1 = 20 x Mb x 2

Mb = 100 x 0,1 x 1 : 40

Mb = 0,25 M

Jadi, konsentrasi dalam larutan tersebut adalah = 0,25 M


33. Menentukan urutan tiga unsur berdasarkan kenaikan nomor atom dari sifat fisika atau kimianya

Review materi:

• Unsur logam

Sifat sifatnya:

1. Berupa zat pada suhu kamar

2. Dapat ditempa

3. Merupakan penghantar listrik dan panas yabg baik.

4. Semakin besar jari-jari atom menyebabkan ikatan loga. Semakin lemah

5. Jumlah elektron valensi,makin banyak elektron valensinya ikatan logam semakin kuat

• unsur kovalen

Sifat sifatnya

1. Bentuk lunak dan tidak mudah rapuh

2. Titik didih dan titik leleh yang rendah

3. Umunya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar. Namun,senyawa kovalen polar
larit dalam air

• unsur Ion

Sifat-sifatnya

1. Titik diidh dan titik leleh yang tinggi

2. Keras tetapi rapuh

3. Larut dalam pelarut air

4. Tidak menghantarkan listrik dalam fase padat, tetapi menghantarkan listrik pada fase cair.

32. Membedakan sifat fisika atau kimia dari dua unsur alkali

REVIEW MATERI .

Sifat-sifat alkali

1. Mudah melepaskan elektron (oksidasi),bermuatan pisitif

2. Reduktor kuat
3. EI rendah dan sangay reaktif

4. Di alam tidak dalam keadaan bebas

31.. Menentukan persamaan reaksi yang dapat berlangsung dari reaksi pendesakan halogen

30. Menentukan nama senyawa turunan benzena yang dihasilkan beserta


jenis reaksi

Anda mungkin juga menyukai