Maka bensin yang baik adalah bensin yang terbakar saat piston mencapai titik puncak,
sehingga dibutuhkan alkana rantai bercabang atau isooktana untuk membuat bensin tersebut
tidak terbakar duluan. Kadar oktan 0 ditetapkan untuk n-heptana yang mudah terbakar
dan 100 untuk isooktana yang tidak mudah terbakar.
Contohnya begini, jika sebuah bensin mempunyai kandungan n-heptana sebesar 13% dan
isooktana sebesar 87%, maka bensin itu mempunyai kadar oktan sebesar 87. Kadar oktan ini
digunakan untuk menentukan seberapa baik bensin tersebut mengatasi knocking.
Untuk menaikkan kadar oktan biasanya digunakan zat aditif, seperti:
1. Menambahkan Tetera Ethyl Lead (TEL )
2. Menambahkan Naphthalene pada bensin
3. Menambahkan Metil Tersier-Butileter (MTBE)
Hal di atas dilakukan untuk menaikkan kadar isooktana pada sebuah bensin. Tetapi pada cara
yang pertama, jika menambahkan TEL ke dalam bensin, maka hasil pembakaran yang
dikeluarkan oleh mesin bukan hanya karbon dioksida dan uap air saja, tetapi ada juga
timbal. Seperti yang kita ketahui bahwa timbal itu beracun dan lebih merusak
lingkungan, karena itu sekarang cara menaikkan oktan dengan TEL sudah jarang dilakukan
dan perusahaan minyak dan gas lebih memilih melakukan metode nomor 3.
Naphthalene alias kapur barus alias kamper
Seperti sudah di bahas di atas, nilai oktan berpengaruh terhadap ketahanan bensin dalam
mengatasi knocking, tetapi tiap mesin memiliki kebutuhan oktan yang
berbeda tergantung dengan kompresi mesin yang digunakan. Kamu boleh mengisi kendaraan
dengan bensin yang oktannya lebih tinggi dari yang disarankan, tetapi jangan sekali-kali
mengisinya dengan oktan yang lebih rendah jika ingin kendaraan kamu awet.
Jadi kesimpulannya adalah, bensin yang baik mempunyai nilai oktan yang tinggi, sehingga
nantinya tidak terbakar duluan sebelum piston mencapai titik puncak dan dinyalakan oleh
busi (spark plug). Bensin yang terbakar duluan sebelum piston mencapai titik puncak dapat
menyebabkan mesin cepat rusak. Nilai oktan sebuah bensin ditentukan oleh perbandingan
campuran n-heptana dan isooktana, jika n-heptana lebih banyak dari isooktana, maka oktan
bensin tersebut rendah, begitu juga sebaliknya.
Untuk membuat bensin memiliki nilai isooktana yang tinggi, dilakukan penambahan zat aditif
seperti TEL/MTBE/Naphthalene. Tetapi penggunaan TEL untuk menaikkan kadar oktan
menghasilkan buangan berupa timbal yang sangat berbahaya, karena itu manusia beralih
menggunakan MTBE/Naphthalene.
D. Sifat magnet
Sifat magnet adalah salah sifat unsur-unsur transisi karena mempunyai daya tarik ke magnet.
Namun, sifat magnet ada 3 macam, yaitu:
Diamagnetik (dimagnetik : ditolak) = Sifat magnet yang ditolak dari medan magnet
alias tidak tertarik. Syarat dari sifat magnet ini yaitu seluruh orbital terisi penuh.
Contohnya, Zn
Paramagnetik (Paramagnetik : padalaman : pedalaman) = Sifat magnet yang sedikit
ditrak ke medan magnet. Syaratnya yaitu hanya satu elektron yang tidak berpasangan .
Contohnya, Sc
Feromagnetik (Fero : besi : besi itu kuat) = Sifat magnet yang ditarik kuat ke medan
magnet. Syaratnya adalah semakin banyaknya elektron tidak berpasangan atau lebih dari
satu. Contohnya, Fe, Co, dan Ni
Nah, dari ketiga sifat magnet tersebut, unsur-unsur transisi periode keempat memegang pada
sifat magnet PARAMAGNETIK.
Untuk atom unsur golongan transisi, konfigurasi elektron nya tidak dapat ditentukan dengan
metode penentuan berdasarkan kulit elektron untuk atom unsur golongan utama seperti di
atas. Penentuan konfigurasi elektron atom unsur golongan transisi didasarkan pada orbital
atom. Setiap orbital dalam atom akan ditandai dengan satu set nilai bilangan kuantum utama
(n), bilangan kuantum azimuth (l), dan bilangan kuantum magnetik (m) yang khusus. Lalu,
setiap orbital maksimum terisi 2 elektron, yang masing-masing memiliki bilangan kuantum
spin (s) tersendiri. Keempat bilangan kuantum tersebut digunakan untuk men-‘deskripsi’-kan
energi elektron, sebagaimana seperti ‘alamat’ elektron dalam sebuah atom untuk menemukan
keberadaan elektron dalam atom tersebut.
Bilangan kuantum utama (n) mendeskripsikan ukuran dan tingkat energi orbital. Nilai n yang
diperbolehkan adalah bilangan bulat positif.Bilangan kuantum azimuth (l) mendeskripsikan
bentuk orbital. Nilai l yang diperbolehkan adalah bilangan bulat dari 0 hingga n−1.Bilangan
kuantum magnetik (m) mendeskripsikan orientasi orbital. Nilai m yang diperbolehkan adalah
bilangan bulat dari −l hingga +l.Bilangan kuantum spin (s) mendeskripsikan arah spin
elektron dalam orbital. Nilai s yang diperbolehkan adalah +½ atau−½.
Aturan penentuan konfigurasi elektron berdasarkan orbital:
1. Asas Aufbau: Elektron menempati orbital-orbital dimulai dari tingkat energi yang
terendah, dimulai dari 1s, 2s, 2p, dan seterusnya seperti urutan subkulit yang terlihat pada
Gambar 2.
Jika reaksi tersebut dituliskan dalam persamaan termokimia,maka reaksi yang ke kanan
merupakan reaksi eksoterm dan reaksi yang kekiri merupakan reaksi endoterm
Pada reaksi di atas, apabila suhu diturunkan, gas menjadi tidak berwarna dan kesetimbangan
bergeser kearah N2O2 yang tidak berwarna (kearah eksoterm dengan melepaskan kalor).
Apabila suhu dinaikkan gas berwarna coklat, karena kesetimbangan bergeser ke arah NO2
yang berwarna coklat (kearah endoterm dengan cara menyerap kalor).
Selain konsentrasi dan suhu, ternyata tekanan dan volume juga mempengaruhi pergeseran
kesetimbangan.
3. Pengaruh Tekanan dan Volume
Sistem kesetimbangan gas mempungai tekanan dan volume tertentu. jika tekanan sistem
diperbesar atau diperkecil, ada kesetimbangan yang terganggu dan adapula yang tidak
tergangu, tergantung pada jumlah koofisien pereaksi dan hasil reaksi.
Jika tekanan diperbesar atau volume diperkecil, kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah
koefisien yang kecil. Sebaliknya, jika tekanan diperkecil atau volume diperbesar,
kesetimbangan akan bergeser ke arah jumlah koefisien yang besar. Tetapi, jika jumlah
koefisien pereaksi sama dengan koefisien hasil reaksi, perubahan tekanan atau volume tidak
akan menggeser kesetimbangan. Perhatikan contoh berikut.
Persamaan Termokimia
Adalah persamaan reaksi yang mengikutsertakan perubahan entalpinya ( DH ).
Nilai DH yang dituliskan di persamaan termokimia, disesuaikan dengan stoikiometri
reaksinya, artinya = jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi kimia = koefisien reaksinya;
( fase reaktan maupun produk reaksinya harus dituliskan).
Contoh Soal :
Pada pembentukan 1 mol air dari gas hidrogen dengan oksigen pada 298 K, 1 atm dilepaskan
kalor sebesar 285, 5 kJ.
Persamaan termokimianya :
Jika koefisien dikalikan 2, maka harga DH reaksi juga harus dikalikan 2.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menuliskan persamaan termokimia :
1. Koefisien reaksi menunjukkan jumlah mol zat yang terlibat dalam reaksi.
2. Ketika persamaan reaksinya dibalik ( mengubah letak reaktan dengan produknya )
maka nilai DH tetap sama tetapi tandanya berlawanan.
3. Jika kita menggandakan kedua sisi persamaan termokimia dengan faktor y maka nilai
DH juga harus dikalikan dengan faktor y tersebut.
4. Ketika menuliskan persamaan reaksi termokimia, fase reaktan dan produknya harus
dituliskan.
Bila perubahan eksoterm terjadi temperatur sistem meningkat, energi potensial zat-zat yang
terlibat dalam reaksi menurun. Sedangkan perubahan eksoterm adalah kalor yang akan
mengalir ke dalam sistem. Bila suatu perubahan endoterm terjadi, temperatur sistem
menurun, energi potensial zat-zat yang terlibat dalam reaksi akan meningkat.
Keterangan:
q = kalor yang dilepas atau diserap (J)
= perubahan temperatur (takhir – tawal) (0C)
Hubungan antara kapasitas kalor dengan kalor jenis dirumuskan sebagai berikut :
Keterangan:
C = kapasitas kalor (J/0C)
m = massa sampel (gr)
c = kalor jenis (J/g0C)
Entalpi
Entalpi (H) adalah jumlah total dari semua bentuk energi. Entalpi (H) suatu zat ditentukan
oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat
diukur dan akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari
zat. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom dan molekul molekul dalam zat bergerak
secara acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan
tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. Misalnya entalpi
untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis H H20 (s).
Untuk menyatakan kalor reaksi pada tekanan tetap (qp ) digunakan besaran yang
disebut Entalpi ( H ).
H = E + ( P.V )
DH = DE + ( P. DV )
DH = (q + w ) + ( P. DV )
DH = qp – ( P. DV ) + ( P. DV )
DH = qp
Untuk reaksi kimia :
DH = Hp – Hr
Hp = entalpi produk
Hr = entalpi reaktan
Reaksi pada tekanan tetap : qp = DH ( perubahan entalpi )
Reaksi pada volume tetap : qv = DE ( perubahan energi dalam )
Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor
dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat
ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang
diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram.
Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air
lebih besar dari pada entalpi es. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi.
Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dan
jumlah entalpi pereaksi.
Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial
berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom –
atom dan molekul-molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk
energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang
masuk atau keluar dari zat. . Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es
ditulis H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki
zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama
proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” .
Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s)
Apabila kita amati reaksi pembakaran bensin di dalam mesin motor. Sebagian energi kimia
yang dikandung bensin, ketika bensin terbakar, diubah menjadi energi panas dan energi
mekanik untuk menggerakkan motor. Demikian juga pada mekanisme kerja sel aki. Pada saat
sel aki bekerja, energi kimia diubah menjadi energi listrik, energi panas yang dipakai untuk
membakar bensin dan reaksi pembakaran bensin menghasilkan gas, menggerakkan piston
sehingga menggerakkan roda motor.
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan
dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es
menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena
entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajari perubahan entalpi yang
menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya
perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah
entalpi pereaksi.
Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif.
Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH
negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-
reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor
penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.
Menurut Hukum Laplace, jumlah kalor yang dibebaskan pada pembentukan senyawa dari
unsur-unsurnya sama dengan jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa
tersebut menjadi unsur-unsurnya. Jadi, entalpi penguraian merupakan kebalikan dari entalpi
pembentukan senyawa yang sama. Dengan demikian jumlah kalornya sama tetapi tandanya
berlawanan karena reaksinya berlawanan arah.
Kalorimeter
Kalorimetri yaitu cara penentuan kalor reaksi dengan menggunakan kalorimeter.Perubahan
entalpi adalah perubahan kalor yang diukur pada tekanan konstan, untuk menentukan
perubahan entalpi dilakukan dengan cara yang sama dengan penentuan perubahan kalor yang
dilakukan pada tekanan konstan. Perubahan kalor pada suatu reaksi dapat diukur melalui
pengukuran perubahan suhu yang terjadi pada reaksi tersebut. Pengukuran perubahan kalor
dapat dilakukan dengan alat yang disebut kalorimeter.
Kalorimeter adalah suatu sistem terisolasi ( tidak ada perpindahan materi maupun energi
dengan lingkungan di luar kalorimeter ). Kalorimeter terbagi menjadi dua, yaitu kalorimeter
bom dan kalorimeter sederhana. Jika dua buah zat atau lebih dicampur menjadi satu maka zat
yang suhunya tinggi akan melepaskan kalor sedangkan zat yang suhunya rendah akan
menerima kalor, sampai tercapai kesetimbangan termal.
Menurut azas Black : Kalor yang dilepas = kalor yang diterima
Rumus yang digunakan adalah :
dengan :
q = jumlah kalor ( J )
m = massa zat ( g )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
c = kalor jenis ( J / g.oC ) atau ( J / g. K )
C = kapasitas kalor ( J / oC ) atau ( J / K )
Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka kalor reaksi = kalor yang
diserap / dibebaskan oleh larutan dan kalorimeter, tetapi tandanya berbeda.
Sejumlah sampel ditempatkan pada tabung beroksigen yang tercelup dalam medium penyerap
kalor (kalorimeter), dan sampel akan terbakar oleh api listrikdari kawat logam terpasang
dalam tabung. Reaksi pembakaran yang terjadi di dalam bom, akan menghasilkan kalor dan
diserap oleh air dan bom. Oleh karena tidak ada kalor yang terbuang ke lingkungan, maka :
Jumlah kalor yang diserap oleh air dapat dihitung dengan rumus :
qair = m x c x DT
dengan :
m = massa air dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis air dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jumlah kalor yang diserap oleh bom dapat dihitung dengan rumus :
qbom = Cbom x DT
dengan :
Cbom = kapasitas kalor bom ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Reaksi yang berlangsung pada kalorimeter bom berlangsung pada volume tetap (DV = nol ).
Oleh karena itu, perubahan kalor yang terjadi di dalam sistem = perubahan energi dalamnya.
DE = q + w dimana w = – P. DV ( jika DV = nol maka w = nol )
maka DE = qv
Kalorimeter makanan adalah alat untuk menentukan
nilai kalor zat makanankarbohidrat, protein, atau lemak. Alat ini terdiri dari sebuah
tabung kaca yang tingginya kurang lebih 19 cm dan garis menengahnya kurang lebih 7,5 cm.
Bagian dasarnya melengkung ke atas membentuk sebuah penyungkup. Penyungkup ini
disumbat dengan sebuah sumbat karet yang yang berlubang di bagian tengah. Bagian atas
tabung kaca ini ditutup dengan lempeng ebonit yang bundar.
Di dalam tabung kaca itu terdapat sebuah pengaduk, yang tangkainya menembus tutup
ebonit, juga terdapat sebuah pipa spiraldari tembaga. Ujung bawah pipa spiral itu menembus
lubang sumbat karet pada penyungkup dan ujung atasnya menembus tutup ebonit bagian
tengah. Pada tutup ebonit itu masih terdapat lagi sebuah lubang, tempat untuk memasukkan
sebuah termometer ke dalam tabung kaca.
Tabung kaca itu diletakkan di atas sebuah kepingasbes dan ditahan oleh 3 buah keping.
Keping itu berbentuk bujur sangkar yang sisinya kurang lebih 9,5 cm. Di bawah keping asbes
itu terdapat kabel listrik yang akan dihubungkan dengan sumber listrik bila digunakan. Di
atas keping asbes itu terdapat sebuah cawan aluminium. Di atas cawan itu tergantung sebuah
kawat nikelin yang berhubungan dengan kabel listrik di bawah keping asbes. Kawat nikelin
itulah yang akan menyalakan makanan dalam cawan bila berpijar oleh arus listrik. Dekat
cawan terdapat pipa logam untuk mengalirkan oksigen.
2. Kalorimeter Sederhana
Pengukuran kalor reaksi; selain kalor reaksi pembakaran dapat dilakukan dengan
menggunakan kalorimeter pada tekanan tetap yaitu dengan kalorimeter sederhana yang dibuat
dari gelas stirofoam. Kalorimeter ini biasanya dipakai untuk mengukur kalor reaksi yang
reaksinya berlangsung dalam fase larutan ( misalnya reaksi netralisasi asam – basa /
netralisasi, pelarutan dan pengendapan ).
Pada kalorimeter ini, kalor reaksi = jumlah kalor yang diserap / dilepaskan larutan sedangkan
kalor yang diserap oleh gelas dan lingkungan; diabaikan.
qreaksi = – (qlarutan + qkalorimeter )
qkalorimeter = Ckalorimeter x DT
dengan :
Ckalorimeter = kapasitas kalor kalorimeter ( J / oC ) atau ( J / K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Jika harga kapasitas kalor kalorimeter sangat kecil; maka dapat diabaikan sehingga
perubahan kalor dapat dianggap hanya berakibat pada kenaikan suhu larutan dalam
kalorimeter.
qreaksi = – qlarutan
qlarutan = m x c x DT
dengan :
m = massa larutan dalam kalorimeter ( g )
c = kalor jenis larutan dalam kalorimeter (J / g.oC ) atau ( J / g. K )
DT = perubahan suhu ( oC atau K )
Pada kalorimeter ini, reaksi berlangsung pada tekanan tetap (DP = nol ) sehingga perubahan
kalor yang terjadi dalam sistem = perubahan entalpinya.
DH = qp
Kalorimeter larutan adalah alat yang digunakan untuk mengukur jumlah kaloryang terlibat
pada reaksi kimia dalam sistem larutan. Pada dasarnya, kalor yang dibebaskan/diserap
menyebabkan perubahan suhu pada kalorimeter. Berdasarkan perubahan suhu per kuantitas
pereaksi kemudian dihitung kalor reaksi dari reaksi sistem larutan tersebut. Kini kalorimeter
larutan dengan ketelitian cukup tinggi dapat diperoleh dipasaran.
Dalam menentukan entalpi berlaku persamaan
Qreaksi = – (Qlarutan + Q kalorimeter )
Q reaksi = – (m.c.∆T + c.∆T)
Jika kapasitas kalori dalam kalorimeter diabaikan, maka
Qreaksi = – (m.c.∆T)
Keterangan :
m = massa zat (kg)
c = kalor jenis (J/kg⁰C)
∆t = perubahan suhu (Celcius)
Reaksi eksoterm , sistem membebaskan energi, sehingga entalpi sistem akan berkurang,
artinya entalpi produk lebih kecil daripada entalpi pereaksi. Oleh karena itu , perubahan
entalpinya bertanda negatif. Sehingga p dapat dinyatakan sebagai berikut:
ΔH = Hp- Hr < 0
27. Macam-Macam Gaya Antar Molekul Beserta Contohnya
Ada berapa jenis gaya antar molekul? Berikut ini beberapa jenis gaya antar molekul yang
harus anda pelajari.
1. Gaya London (Dispersi)
Apabila suatu elektron bergerak di dalam molekul maupun atom, gerakan tersebut acak
sehingga menyebabkan elektron hanya berada di satu sisi molekul atau atom tersebut.
Keadaan tersebut membuat partikel menjadi dipol yang hanya berlangsung sesaat sehingga
disebut dengan dipol sesaat.
Gambar 3. Gaya Van der Waals pada dipol-dipol sehingga dinamakan gaya dipol-dipol
Gaya Van der Waals ini bila terjadi ini apabila terjadi pada molekul polar atau molekul-
molekul dipol permanen, maka dinamakan sebagai gaya dipol-dipol. Nah, semakin besar nilai
momen dipol yang dimiliki molekul-molekulnya, maka akan semakin besar gayanya.
Baca juga: Jenis-Jenis dan Pembentukan Ikatan Kovalen
Contoh lainnya adalah antara molekul-molekul yang bersifat polar dimana terjadi dipol
secara permanen. Hal ini menyebabkan senyawa polar dapat larut ke dalam pelarut polar.
Sebagai contoh, asam asetat dapat larut di dalam air.
Terjadinya gaya ini yaitu sebagai berikut, mulaya dipol yang permanen tersebut mulai
menginduksi lawan elektron molekul yang bersifat non polar. Akibatnya terbentuk dipol
terinduksi. Adanya dipol terinduksi tersebut menyebabkan molekul yang bersifat non polar
bisa larut ke dalam pelarut polar meskipun sedikit. Contoh, oksigen yang larut di dalam air.
Gambar 3. Gaya Van der Waals pada dipol-dipol sehingga dinamakan gaya dipol-dipol
Gaya Van der Waals ini bila terjadi ini apabila terjadi pada molekul polar atau molekul-
molekul dipol permanen, maka dinamakan sebagai gaya dipol-dipol. Nah, semakin besar nilai
momen dipol yang dimiliki molekul-molekulnya, maka akan semakin besar gayanya.
Baca juga: Jenis-Jenis dan Pembentukan Ikatan Kovalen
Contoh lainnya adalah antara molekul-molekul yang bersifat polar dimana terjadi dipol
secara permanen. Hal ini menyebabkan senyawa polar dapat larut ke dalam pelarut polar.
Sebagai contoh, asam asetat dapat larut di dalam air.
Terjadinya gaya ini yaitu sebagai berikut, mulaya dipol yang permanen tersebut mulai
menginduksi lawan elektron molekul yang bersifat non polar. Akibatnya terbentuk dipol
terinduksi. Adanya dipol terinduksi tersebut menyebabkan molekul yang bersifat non polar
bisa larut ke dalam pelarut polar meskipun sedikit. Contoh, oksigen yang larut di dalam air.
Gambar 4. Gaya ion dipol
Nah, apabila interaksi tarik-menarik atau tolak menolak terjadi pada ion (baik itu positif atau
negatif) dengan molekul dipol permanen, maka dinamakan dengan gaya ion dipol.
3. Ikatan Hidrogen
Selanjutnya terdapat ikatan hidrogen. Ikatan ini merupakan gaya tarik menarik yang terjadi
antara atom hidrogen di dalam senyawa-senyawa yang terdapat ikatan antara hidrogen
dengan atom N, O, dan F. molekul polar seperi H 2O mempunyai ujung-ujung yang
muatannya saling berlawanan. Di dalam molekul, dipol menata dirinya sendiri sehingga sisi
bermuatan positif akan berdekatan dengan sisi yang negatif.
Disebut juga dengan reaksi reduksi karena terjadi penurunan bilangan oksidasi C.
REAKSI ADISI H2 PADA KETON/ALKANON MENGHASILKAN ALKOHOL
SEKUNDER
Ikatan rangkap C = O pada alkanon/keton bereaksi dengan H2 untuk menghasilkan alkohol
sekunder.
REDUKSI H2O PADA ASAM KARBOKSILAT MENGHASILKAN SUATU ALKOHOL
SEKUNDER
Ikatan rangkap C = O pada asam karboksilat akan terbuka akibat penambahan reduktor kuat
untuk menghasilkan alkohol primer
3. REAKSI ELIMINASI
Reaksi eliminasi merupakan reaksi peruraian suatu molekul menjadi molekul-molekul lain di
mana salah satu molekul dikatakan tereliminasi. Reaksi eliminiasi dapat juga dikatakan
sebagai reaksi pembentukan ikatan rangkap dari ikatan tunggal (kebalikan dari reaksi adisi).
Beberapa atom dipisahkan dari sebuah molekol untuk membentuk ikatan ganda atau siklis.
Kebanyakan reaksi eliminasi menyangkut kehilangan atom bukan karbon. Reaksi
penggantian ikatan berubah dari ikatan tunggal menjadi ikatan rangkap. Pada reaksi ini
molekul senyawa yang berikatan tunggal (ikatan jenuh) berubah menjadi senyawa berikatan
rangkap (ikatan tak jenuh) dengan melepaskan molekul yang kecil.
REAKSI ELIMINASI H2 DARI ALKANA MENJADI ALKENA
CH3 – CH2 – CH3 –> CH3 – CH = CH2 + H2
REAKSI ELIMINASI AIR (DEHIDROGENASI) DARI ALKOHOL
Alkohol dapat bereaksi membentuk alkena dengan bantuan katalis H2SO4 pekat berlebih pada
suhu 180oC.
CH3 – CH2 – OH –> CH2 = CH2 + H2O
REAKSI ELIMINASI HX DARI HALOALKANA (DEHIDROHALOGENASI)
Haloalkana R – X dapat bereaksi dengan gugus – OH yang larut dalam alkohol seperti NaOH
etanolis atau CH3OK, membentuk alkuna.
REAKSI ELIMINASI
Reaksi melibatkan oksidator seperti O2, O3, dan KMnO4. Reaksi oksidasi yang penting adalah
reaksi dengan O2 yang dikenal sebagai pembakaran.Contoh reaksi oksidasi:
REAKSI OKSIDASI ALKOHOL PRIMER, SEKUNDER, DAN TERSIER
Alkohol primer, sekunder, dan tersier memberikan reaksi berbeda terhadap oksidator seperti
K2Cr2O7, KMnO4, dan O2.
REAKSI OKSIDASI PADA ALKOKSI ALKANA (ETER)
Alkoksi alkana bereaksi dengan O2 membentuk senyawa hidroperoksida
REAKSI OKSIDASI PADA ALKANAL/ALDEHID
Reaksi oksidasi alkanal digunakan sebagai reaksi identifikasi antara alkanal/aldehid dengan
alkanon/keton. Simak informasi lengkapnya di sini.
REAKSI OKSIDASI ALKANON/KETON
Alkanon tidak dapat mereduksi oksidator lemah seperti larutan fehling dan larutan tollens.
Sifat ini, digunakan untuk membedakan alkanon dari isomer fungsinya, yaitu alkanal/aldehid.
REAKSI OKSIDASI PADA ASAM ALKANOAT
Reaksi oksidasi asam alkanoat hanya terjadi pada asam metanoat dan asam 1,2 etanadioat
4. Reaksi Polimesari
Reaksi polimerisasi melibatkan penggabungan molekul-molekul kecil yang disebut monomer
menjadi suatu molekul rantai panjang atau yang disebut polimer. Anda dapat menyimak sifat-
sifat polimer dengan mengklik di sini. Reaksi polimerisasi dapat dibedakan menjadi 2:
POLIMERISASI ADISI: MONOMER-MONOMER BERGABUNG MEMBENTUK
SUATU POLIMER
Monomer + monomer + monomer + . . . –> polimer
Beberapa monomer yang mengalami polimerisasi adisi dapat dilihat pada tabel berikut.
Keterangan:
PET : suatu poliester yang secara teoritis dapat dibuat dari pencampuran asam flatat (asam
karboksilat) dan etilen glikol (alkohol).
Nilon 6,6 : merupakan poliamida dengan gugus – CON – yang terbentuk dari polimerisasi
1,6-diaminoheksana dan asam 1,6-heksadioat.
Bakelit : polimer yang terbentuk dari polimerisasi metanal dan fenol.
Perspex : secara teoritis perspex terbentuk dari polimerisasi propanon (keton) dan metanal
(aldehid)
Reaksi Benzena
Reaksi yang umum terjadi yaitu suatu reaksi subtitusi elektrofilik, ada 4 macam, yakni
sebagai berikut :
1. Subtitusi dengan halogen (Halogenasi)
Benzena mengalami subtitusi dengan halogen memakai katalisator besi (III) halida.
Contohnya:
Reaksi Hologenasi
2. Subtitusi dengan asam nitrat (Nitrasi)
Benzena bereaksi dengan asam nitrat pekat memakai katalisator asam sulfat pekat
membentuk nitrobenzena.
Contohnya:
Reaksi Nitrasi
3. Subtitusi dengan asam sulfat pekat (Sulfonasi)
Sulfonasi terjadi Bila benzena dipanaskan dengan asam sulfat pekat.
Contoh:
Reaksi Sulfonasi
4. Subtitusi dengan alkil halida (Alkilasi)
Reaksi ini bisa memakai untuk membentuk alkil benzena menggunakan katalisator
alumunium klorida (AlCl3).
Contohnya:
Reaksi Alkilasi
Tatanan Benzena
1. Benzena Monosubtitusi
Benzena dengan satu subtituen alkil diberi nama sebagai turunan benzena, misalnya
etilbenzena. Sistem IUPAC tetap memakai nama umum untuk beberapa benzena
monosubstitusi, misalnya toluena, kumena, stirena.
Nama-nama umum seperti fenol, anilina, benzaldehida, asam benzoat, anisol juga tetap
dipakai dalam sistem IUPAC. Sistem IUPAC (International Union Pure and Applied
Chemistry) yaitu suatu lembaga yang berwewenang untuk merumuskan tata nama senyawa.
2. Benzena Disubtitusi
Disubtitusi berarti benzena mengikat dua subtituen, maka terdapat kemungkinan
mempunyai tiga isomer struktur. bila kedua subtituen diikat oleh atom-atom karbon 1,2-
disebut orto (o) satu sama lain, jika karbon 1,3- disebut meta (m), dan 1,4 disebut para (p).
Sistem IUPAC memakai nama umum xilena untuk ketiga isomer dimetilbenzena, yakni o-
xilena, m-xilena, dan p-xilena. jika kedua substituen tersebut tidak memberikan nama khusus,
maka masing-masing dari substituen diberi nomor, dan namanya akan diurutkan berdasarkan
urutan abjad, dan diakhiri dengan kata benzena. Atom karbon yang mengikat substituen yang
urutan abjadnya lebih dahulu diberi nomor 1.
3. Benzena Polisubtitusi
Benzena polisubtitusi yaitu ketika terdapat tiga atau lebih substituen terikat pada cincin
benzena, maka posisi masing-masing substituen ditunjukkan dengan nomor. Bila salah satu
substituen memberikan nama khusus, maka diberi nama senyawanya sebagai turunan dari
nama khusus tersebut. Dan bila semua substituen tidak memberikan nama khusus, maka
posisisnya akan dinyatakan dengan nomor dan diurutkan sesuai urutan abjad, dan diakhiri
dengan kata benzena.
Rumus Benzena
Struktur benzena dituliskan sebagai cincin beranggota enam (heksagonal) yang mengandung
ikatan tunggal dan rangkap berselang-seling.
Struktur kekue, menggambarkan penggantian sembarang atom brom pada hidrogen akan
menghasilkan senyawa sama, karena keenam atom karbon dan hidrogen ekivalen. Kekule ini
bisa menjelaskan fakta bahwa bila benzena bereaksi dengan brom memakai katalis FeCl3
hanya menghasilkan satu senyawa yang mempunyai rumus molekul C6H5Br.
Cincin benzena disajikan dalam bentuk segienam beraturan dengan sebuah lingkaran
didalamnya, dengan ketentuan bahwa pada setiap sudut segienam tersebut terikat sebuah
atom H.
Tentukan [H+] adan ph yang terdapat dalam asam formiat 0,01 M. Jika diketahui Ka. HCOOH = 1,7 x
10–4.
Jawab
=(akar) 0,01×1,7×10-⁴
=0,001 /10-³
Ph = -log [H+]
=- log 10-³
=3
Tentukan [OH–] yang terdapat dalam larutan amonia 0,5 M jika diketahui Kb.NH3 = 1,8 x 10–5.
Jawab
Dalam air NH3 terionisasi sebagai berikut = NH4OH(aq) <==> NH4+(aq) + OH–(aq)
NH4OH->NH4 + OH-
= 3×10-³
POH = -log [OH-]
=- log 3×10-³
= 3-Log 3
Ph = 14-(3-log3)
=11 + log 3
39. Menentukan derajat ionisasi dari reaksi kesetimbangan yang diketahui jumlah mol mula-mula
dan salah satu hasil reaksi yang terbentuk dan Menentukan harga Kp dari reaksi kesetimbangan yang
diketahui jumlah mol mula-mula dan salah satu hasil reaksi yang terbentuk
CONTOH SOAL:
Pemanasan gas SO3 dalam ruangan tertutup pada suhu tertentu menghasilkan O2 sebanyak 20%
volume. Hitung derajat disosiasi SO3 pada kondisi tersebut
Penyelesaian :
Berdasarkan perbandingan koefisien zat ketika setara adalah maka jumlah SO3 dan SO2 yang
bereaksi adalah 2 kali jumlah O2 yaitu 2 × 0,2 mol = 0,4 mol
Awal :1 mol - -
Derajat disosiasi (derajat penguraian) = jumlah zat yang bereaksi : jumlah zat awal
38. Menentukan perbandingan massa salah satu unsur dalam senyawa I dan II dari dua unsur yang
diketahui persentase massanya dan Memprediksi rumus senyawa I dan II yang terbentuk
REVIEW MATERI:
Contoh soal
Diketahui:
Jawab:
= 41,82/12
= 3,485
MOL H = massa / Ar H
= 6,51/1 =6,51
Mol O = Massa / Ar O
=51,67/16
=3,229
Karena perbandingan jumlah mol juga menyatakan perbandingan jumlah atom, maka perbandingan
jumlah mol dapat digunakan untuk menentukan rumus empiris.
Perbedaan angka di belakang koma pada desimal kedua dapat diabaikan, dengan demikian
perbandingan atom C, H dan O adalah:
1:2:1
Perbandingan ini menyatakan perbandingan atom-atom paling sederhana dalam molekul. Dengan
demikian, rumus empiris senyawa adalah CH2O.
37. Menjelaskan hubungan konsentrasi dengan titik beku/titik didih larutan dan factor yang
mempengaruhi perbedaan titik beku/titik didih larutan elektrolit/non elektron
Titik beku larutan merupakan salah satu dari sifat koligatif larutan, yaitu sifat larutan yang
bergantung pada banyaknya zat terlarut dalam larutan bukan bergantung pada jenis zat terlarut.
Jadi, hubungan antara konsentrasi larutan (jumlah partikel) dengan penurunan titik beku larutan
adalah berbanding lurus. Artinya, semakin besar konsentrasi larutan (jumlah partikel), maka semakin
besar pula penurunan titik beku dari larutan tersebut dan mengakibatkan titik beku larutan semakin
rendah. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan rumus perhitungan menentukan penurunan titik beku
larutan yang melibatkan molalitas.
Selain konsentrasi larutan (jumlah partikel), penurunan titik beku suatu larutan juga dipengaruhi
oleh jenis larutan, yaitu apakah termasuk larutan elektrolit ataukah larutan nonelektrolit. Larutan
elektrolit memiliki nilai penurunan titik beku lebih besar dibandingkan dengan penurunan titik beku
larutan nonelektrolit. Hal ini dikarenakana adanya pengaruh faktor Van’t Hoff dalam
perhitungannya. Dengan demikian, titik beku larutan elektrolit lebih rendah dibandingkan titik beku
larutan nonelektrolit.
Sifat koligatif larutan selain titik beku larutan adalah penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih,
dan tekanan osmosis. Karena sifat kologatif larutan bergantung pada banyaknya zat yang terlarut,
maka penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih dan tekanan osmosis dipengaruhi oleh
konsentrasi.
Hubungan antara penurunan tekanan uap dengan konsentrasi adalah berbanding lurus yang telah
dirumuskan dalam Hukum Raoult. Konsentrasi yang diukur dalam penurunan tekanan uap adalah
fraksi mol. Dengan demikian, semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula penurunan
tekanan uap. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung penurunan tekanan uap adalah:
ΔP = Xterlarut . P°
Titik didih adalah suhu pada saat tekanan uap larutan sama dengan tekanan atmosfer. Hubungan
antara konsentrasi dengan kenaikan titik didih adalah berbanding lurus, artinya semakin besar
konsentrasi maka semakin besar pula kenaikan titk didik larutan tersebut. Dalam hal ini, konsentrasi
yang diukur adalah molalitas. Rumus untuk menentukan titik didihlarutan, yaitu:
ΔTb = m . Kb
3. Tekanan osmosis
Tekanan osmosis adalah tekanan yang diperlukan untuk menghentikan osmosis. Osmosis adalah
perpindahan molekul pelarut dari konsentrasi rendah atau encer menuju ke konsentrasi tinggi atau
pekat melalui membran semi permiable. Untuk hubungan konsentrasi dengan tekanan osmosis juga
berbanding lurus. Artinya semakin besar konsentrasi maka semakin besar pula tekanan osmosis dari
larutan tersebut. Konsentrai yang diukur dalam tekanan osmosis adalah molaritas. Untuk cara
menentukan tekanan osmosis suatu larutan adalah:
π = M .R .T
Selain konsentrasi, jenis larutan juga mempengaruhi penurunan titik beku, kenaikan titik didih, dan
tekanan osmosis. Adanya faktor Van’t Hoff mengakibatkan harga dari masing-masing sifat koligatis
semakin besar. Jadi, penurunan tekanan uap, kenaikan titik didih, dan tekanan osmosis larutan
elektrolit lebih besar dibandingkan larutan nonelektrolit.
i = 1+(n-1)a
n = jumlah molekul
36. Menentukan jumlah mol pereaksi atau hasil reaksi dari suatu reaksi redoks yang belum setara
REVIEW MATERI :
1. METODE ½ REAKSI
A. Suasana asam
Langkah-langkah
B. Suasana basa
Sama dengan suasana asam, hanya saja setelah penambahan H+,kedua ruas ditambah OH-
sebanyak H+.
Langkah-langkah :
4) samakan muatan
35. Menentukan zat hasil reaksi dari reaksi monosubstitusi pembentukan senyawa haloalkana
beserta namanya
Senyawa haloalkana merupakan salah satu senyawa turunan alkana yang mengikat gugus fungsi
atom halogen (F, Cl, Br, I). Senyawa haloalkana mempunyai rumus umum CnH2n+1X di mana X
merupakan atom halogen. Sudut
yang dibentuk oleh gugus fungsi R
– X dan jarak antara atom X dengan
atom C terdekat dapat dilihat pada
contoh struktur senyawa
metilklorida berikut ini:
Sifat fisis haloalkana ditentukan oleh kekuatan gaya antar-molekulnya. Kekuatan gaya antar-molekul
haloalkana tergantung dari jenis atom halogen, posisi atom halogen, dan panjang rantai karbon
molekul. Haloalkana sukar larut dalam air, walaupun ikatan C – X pada haloalkana bersifat polar.
Mudah larut dalam alkohol dan eter. Titik didih bergantung pada jumlah dan jenis halogen pada
molekulnya, makin besar Mr senyawa, titik didih makin besar.
Adapun sifat kimia haloalkana terkait dengan kekuatan ikatan karbon dan gugus fungsi atom halogen
yang diikatnya. Atom halogen sangat mudah disubstitusi dengan atom atau gugus lain, sehingga
menghasilkan reaksi-rekasi berikut ini.
Alkil halida dapat bereaksi dengan natrium hidroksida menghasilkan alkohol. Contoh reaksi senyawa
haloalkana:
Senyawa haloalkana 2-klorobutana direaksikan dengan natrium hidroksida menghasilkan 2-butanol
dan natrium klorida.
Alkil halida bereaksi dengan perak (I) asetat membentuk ester. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan perak(I) asetat menghasilkan propil asetat
dan perak klorida.
Alkil halida dapat bereaksi dengan kalium sianida dalam etanol dan membentuk senyawa nitril.
Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Alkil halida bereaksi dengan perak (I) nitrit membentuk nitri alkane dan alkil nitrit. Contoh reaksi
senyawa haloalkana:
Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan perak(I)
nitrit menghasilkan 1-nitropropana, propilnitrat, dan perak
klorida.
Alkil halida bereaksi dengan benzena membentuk alkil benzene dengan katalis asam Lewis. Contoh
reaksi senyawa haloalkana:
7) Dehidrohalogenasi
Dengan suatu basa, alkil halida sekunder membentuk alkena. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Dengan logam natrium, alkil halida menghasilkan alkana. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Alkil halida bereaksi dengan logam magnesium dalam eter kering menghasilkan suatu pereaksi
Grignard. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Dengan litium, alkil halida membentuk senyawa organologam. Contoh reaksi senyawa haloalkana:
Senyawa haloalkana 1-kloropropana direaksikan dengan logam litium menghasilkan propillitium dan
litium klorida.
34. Menentukan kadar larutan asam atau basa melalui titrasi asam-basa
REVIEW MATERI:
Pengertian Titrasi
Titrasi Asam Basa yaitu merupakan penentuan kadar suatu larutan basa dengan larutan asam yang
ingin diketahui kadarnya atau sebaliknya, kadar suatu larutan asam dengan larutan basa yang ingin
diketahui, dengan didasarkan pada reaksi netralisasi.
Jika suatu pH larutan asam basa telah diplotkan sebagai fungsi dari volum larutan basa atau asam
tersebut yang sudah diteteskan, maka akan diperoleh suatu grafik yang bisa disebut kurva titrasi.
Kurva titrasi dapat menunjukkan
suatu perubahan pH larutan selama
proses titrasi asam dengan basa
berlangsung atau sebaliknya. Bentuk
kurva titrasi sendiri memiliki
karakteristik tertentu yang
bergantung pada kekuatan dan
konsentrasi asam dan basa yang
bereaksi.
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :
Indikator yang dapat digunakan yaitu : metil merah, bromtimol biru, atau fenolftalein.
Namun, yang lebih sering digunakan yaitu fenolftalein karena pada perubahan warna fenolftalein
yang lebih mudah diamati.
2. Titrasi Asam Lemah Dengan Basa
Kurva diatas dapat kita simpulkan sebagai contoh perubahan pH, yaitu sebagai berikut :
Fenolftalein tidak dapat digunakan karena perubahan warnanya akan terjadi jauh sebelum tercapai
titik ekivalen.
Ma . Va = Mb . Vb
Ma . Va = Mb . Vb
Ma . Va = 2Mb . Vb
1. Terdapat Larutan HCl 0,3 M, akan dititrasi dengan larutan NaOH, pada titik akhir titrasi tercapai
bila 10 ml larutan HCl dan memerlukan 75 ml larutan NaOH :
b. Tentukan Konsentrasi 20 ml Ca(OH)2 yang dititrasi dengan 100 ml larutan HCI 0,1 M !
Penyelesaian :
Diketahui :
Ma = 0,3 M
Va = 10 ml
Vb = 75 ml
nA = 1
nB = 1
Ditanya : Mb = ….?
Jawab soal a :
a. Mb = Va x Ma x nA/Vb x nB
Mb = 10 x 0,3 x 1/75 x 1
Mb = 0,04 M
b. = Va x Ma x nA = Vb x Mb nB
= 100 x 0,1 x 1 = 20 x Mb x 2
Mb = 100 x 0,1 x 1 : 40
Mb = 0,25 M
Review materi:
• Unsur logam
Sifat sifatnya:
2. Dapat ditempa
5. Jumlah elektron valensi,makin banyak elektron valensinya ikatan logam semakin kuat
• unsur kovalen
Sifat sifatnya
3. Umunya tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut nonpolar. Namun,senyawa kovalen polar
larit dalam air
• unsur Ion
Sifat-sifatnya
4. Tidak menghantarkan listrik dalam fase padat, tetapi menghantarkan listrik pada fase cair.
32. Membedakan sifat fisika atau kimia dari dua unsur alkali
REVIEW MATERI .
Sifat-sifat alkali
2. Reduktor kuat
3. EI rendah dan sangay reaktif
31.. Menentukan persamaan reaksi yang dapat berlangsung dari reaksi pendesakan halogen