Anda di halaman 1dari 21

TUGAS MAKALAH

Ilmu Sosial dan Perilaku Kesehatan


Dosen : Dr. Shanti Riskiyanti, S.KM., M.Kes.

ANALISIS FILM JOHN Q BERBASIS MODEL


PRECEDE-PROCEED

OLEH:
Kelompok 4

Rachmat Saleh (K012202049)


Andi Muhammad Shalihin (K012202062)
Febiyanti Afitia Rohman (K012202067)
Uswatun Hasanah (K012202070)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
berkat rahmat, hikmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Analisis Film John Q berdasarkan Model PRECEDE-
PROCEED”. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Sosial
dan Perilaku Kesehatan yang bertujuan untuk mengidentifikasi dan mnguraikan masalah
kesehatan dari film yang memuat tentang isu kesehatan.
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis merujuk pada berbagai literatur
baik dalam bentuk jurnal, makalah, maupun artikel yang relevan termasuk beberapa artikel
respon terhadap film tersebut pada tahun 2002 silam. Makalah ini diharapkan dapat
memperkaya pemahaman tentang pembiayaan kesehatan yang diangkat pada film tersebut.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Shanti Riskiyani selaku Dosen mata kuliah
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menjadi sarana kami dalam menambah
wawasan dan perilaku kami. Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat,
setidaknya dapat menambah wawasan ilmiah, sebagai referensi dalam pengembangan studi
penelitian.
Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Penulis mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun.
Aamiin.
Makassar, 21 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................…iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................3
C. Tujuan..................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
A. Analisis Masalah pada Film John Q....................................................................4
BAB III PENUTUP.....................................................................................................16
A. Kesimpulan..........................................................................................................9
B. Saran....................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Era globalisasi menjadikan perubahan yang sangat cepat di segala bidang ini
mengharuskan kita menyesuaikan dan mengembangkan cara-cara penyampaian pelajaran
di dunia pendidikan. Beberapa faktor dalam filsafat dan sejarah pendidikan, tepatnya
pengetahuan disalurkan ke otak melalui satu indra atau lebih. Banyak ahli berpendapat
bahwa 75% dari pengetahuan manusia sampai ke otaknya melalui mata, dan selebihnya
melalui pendengaran dan indera-indera yang lain.
Film sebagai salah satu alat penyampai pesan dari produser dan sutradara
memiliki pengaruh yang besar terhadap khalayak. Film dikenal dapat mengantisipasi
emosi dan perasaan sekaligus aktifnya indra penglihatan dan proses pemikiran secara
bersama-sama. Acapkali film digunakan sebagai media untuk mengungkapkan gagasan
sekaligus mengkritik berbagai gejala social maupun secara khusus kebijakan publik.
Dalam kaitannya dengan kesehatan, salah satu film yang sering dibahas adalah film John
Q.
John Q. adalah sebuah film Amerika bergenre thriller tahun 2002 yang dibintangi
oleh Denzel Washington dan disutradarai oleh Nick Cassavetes. Film ini bercerita tentang
John Quincy Archibald (Denzel Washington), seorang ayah dan suami yang putranya
didiagnosis dengan pembesaran jantung dan yang mengetahui bahwa dia tidak dapat
menerima transplantasi karena asuransi HMO tidak akan menanggungnya, sebelum dia
memutuskan untuk menahannya. ke rumah sakit dan memaksa mereka untuk
melakukannya.
Film ini dibintangi oleh Robert Duvall, Kimberly Elise, Anne Heche, James Woods,
dan Ray Liotta. Film ini diambil di Toronto, Hamilton, Ontario, dan Canmore, Alberta,
meskipun ceritanya mengambil tempat di Chicago. Syuting berlangsung selama 60 hari
dari 8 Agustus hingga 3 November 2000. Film ini dirilis pada 15 Februari 2002. Secara
umum film ini menerima ulasan negatif dari para kritikus; Namun, film ini mampu meraup
$102 juta di seluruh dunia.
Memulai debutnya sebagai film top di Amerika, film ini memicu perdebatan di media
tentang hak pasien, kebijakan transplantasi organ yang tidak diasuransikan. HMO fiktif
yang ditawarkan oleh majikan Archibald memiliki batas manfaat $ 20.000 - jauh di bawah
$ 250.000 yang diperlukan untuk transplantasi jantung putranya.

1
Permasalahan yang diangkat pada film John Q berkaitan dengan sistem pembiayaan
kesehatan yang ada di Amerika Serikat pada waktu itu. Philadelphia Inquirer (salah satu
koran terkemuka di US) meneliti tentang realisme "John Q." Menurut Inquirer, meskipun
situasinya "sangat tidak mungkin", beberapa orang dapat menghadapi "dilema kehidupan
nyata yang serupa" dengan karakter utama film tersebut. The Inquirer melaporkan bahwa
"memungkinkan" pembiayaan kesehatan untuk "mengecualikan jenis pertanggungan"
yang dibutuhkan Archibald untuk transplantasi jantung putranya.
The Times melaporkan bahwa sutradara film tersebut, Nick Cassavetes,
mempekerjakan konsultan untuk memastikan keakuratan dalam film tersebut, termasuk
ahli transplantasi Dr. Mehmet Oz, direktur Institut Kardiovaskular Columbia Presbyterian
Center, dan pakar manajemen kesehatan Eric Price. Namun, menurut pejabat transplantasi
organ, rencana itu "berjalan terlalu jauh" ketika menolak transplantasi jantung seorang
anak yang sehat karena kekurangan dana. Menurut Times, ahli perawatan kesehatan
mengatakan bahwa "kehidupan nyata John Q. tidak akan kehabisan pilihan begitu cepat."
The Times melaporkan bahwa semua pusat transplantasi memiliki "koordinator keuangan
penuh waktu" untuk membantu pasien dengan "pilihan keuangan" mereka.
Dalam Universal Coverage terdapat dua elemen inti yaitu akses pelayanan kesehatan
yang adil dan bermutu bagi setiap warga dan perlindungan risiko finansial ketika warga
menggunakan pelayanan kesehatan (WHO, 2005). Cakupan semesta terkait sistem
pembiayaan kesehatan dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu pembayaran tunggal
(single payer), pembayaran ganda (two-tier, dual health care sistem),
dan sistem mandat asuransi (WHO, 2005). Negara yang menerapkan sistem mandat
asuransi dalam pembiayaan kesehatannya dalam mencapai cakupan semesta salah satunya
adalah Amerika Serikat. Mandat asuransi adalah pemerintah mewajibkan agar semua
warga memiliki asuransi dari perusahaan asuransi swasta, pemerintah, atau nirlaba.
Amerika Serikat selama ini menerapkan sistem pembiayaan kesehatan yang liberal melalui
pasar swasta. Kurang lebih sepertiga dari pembiayaan kesehatan langsung dibayar oleh
pasien (out of pocket). Sumber dana sisanya berasal dari organisasi asuransi swasta.
yang profit, organisasi asuransi not for profit seperti Blue Cross dan Blue Shield serta
Health Maintenance Organization (HMO). HMO merupakan praktek kelompok pelayanan
kesehatan yang dibayar di muka (pre-paid) berdasarkan kapitasi dan pelayanan kesehatan
yang diberikan bersifat komprehensif. HMO inilah yang disebutkan sebagai penyedia
asuransi dalam film tersebut.

2
Untuk mengurai dan menganalisis lebih jauh tentang permasalahan pembiayaan
kesehatan yang diungkap pada film tersebut maka akan digunakan metode PRECEDE-
PROCEED untuk merencanakan pembiayaan kesehatan yang tepat guna. Meskipun
terdapat banyak model perencanaan program kesehatan, penelitian Jones dan
Donovan (2004) menunjukkan bahwa model PRECEDE-PROCEED paling
berguna secara praktis dalam perencanaan dan pengembangan program
pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan. Menurut Green dan Kreuter (2005)
model PRECEDE-PROCEED sebagai model perencanaan program kesehatan
berbasis penilaian kebutuhan masyarakat ditujukan untuk perubahan perilaku.
Yang penting untuk model perencanaan PRECEDE-PROCEED adalah peran teori
dalam menciptakan sebuah kerangka pikir konseptual yang
mengarahkan pembentukan intervensi dan evaluasi.
Oleh karena itu, pada makalah ini akan diuraikan analisis tentang film John Q
berdasarkan model PRECEDE-PROCEED dan pada akhirnya diharapkan akan
muncul solusi untuk mengatasi masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebelumnya, masalah yang akan dirumuskan antara lain:
1. Bagaimana analisis terhadap masalah pembiayaan kesehatan yang terdapat dalam film
John Q?
2. Bagaimana rencana program yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis masalah?
C. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai antara lain:
1. Untuk mengetahui analisis terhadap masalah pembiayaan kesehatan yang terdapat
dalam film John Q
2. Untuk mengetahui rencana program yang akan dilakukan berdasarkan hasil analisis
masalah

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Masalah terhadap Film John Q
1. Pembiayaan Kesehatan di Amerika
Sistem kesehatan di Amerika menerapkan sistem asuransi komersial. Asuransi
komersial tersebut artinya masyarakat berhak memilih untuk menggunakan asuransi
atau tidak. Hal ini menyebabkan biaya operasional menjadi besar, premi meningkat
setiap tahun, mutu pelayanan kesehatan diragukan, dan tingginya unnecessary
utilization karena AS memiliki sistem pembiayaan fee for services. biaya kesehatan
menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah AS karena biaya kesehatan
melambung tinggi dan mancapai 12% GNP. Tingginya biaya kesehatan menyebabkan
tingginya pula biaya produksi barang dan jasa. Pemerintah AS membuat kebijakan
berbentuk undang-undang pada tahun 1973 untuk meminimalisir pertumbahan
conventional health insurance yakni kebijakan Health Maintenance Organization
(HMO-ACT).
Sistem kesehatan yang diterapkan di AS merupakan sistem yang berorientasi
pasar, yang mana sepertiga pembiayaan kesehatan ditanggung oleh pasien (out of
pocket). Sumber dana sisanya berasal dari organisasi asuransi swasta yang profit,
organisasi asuransi not for profit seperti Blue Cross dan Blue Shield serta Health
Maintenance Organization (HMO). HMO merupakan praktek kelompok pelayanan
kesehatan yang dibayar di muka (pre-paid) berdasarkan kapitasi dan pelayanan
kesehatan yang diberikan bersifat komprehensif. Biaya kesehatan di AS sangat tinggi
berdampak pada kondisi Produk Domestik Bruto (PDB). Biaya kesehatan yang
dikeluarkan oleh masyarakat AS sebesar 16% dari total PDB. Biaya yang dikeluarkan
masyarakan sangat tinggi dan merupakan peringkat kedua di dunia dalam penggunaan
PDB untuk kesehatan. Jika masalah ini tidak diatasi dan diselesaikan dengan baik,
maka menurut The Health and Human Service Departement anggka penggunaan PDB
akan mengalami peningkatan yang dratis pada tahun 2017 hingga mencapai 19,5%.
Layanan kesehatan di AS juga termasuk kategori mahal diseluruh dunia, bagi standar
Negara maju indikator kesehatan yang ada di AS tergolong buruk.
Pelayanan kesehatan di Amerika Serikat sebagian dikelola oleh pihak swasta.
Pada tahun 2009, tercatat sebanyak 50,7 juta penduduk Amerika Serikat yang tidak
memiliki asuransi kesehatan (The US Censuss Beureau). Penduduk yang tidak
4
tersentuh asuransi tersebut salah satunya berasal dari masyarakat kalangan
berpenghasilan menengah kebawah. Hal ini menyebabkan perusahaan banyak
mengalami bangkrut dikarenakan mahalnya pembiayaan kesehatan. Peristiwa ini
membuat masyarakat AS bergejolak untuk menuntut untuk dilakukannya reformasi
dalam hal kesehatan. Pemerintah AS dituntut untuk memegang kendali dalam
permasalahan asuransi kesehatan ini. Masyarakat AS sangat membutuhkan perawatan,
akses, keadilan, efisiensi, biaya, pilihan, nilai dan kualitas yang memadai (Putri, 2019).
2. Model PRECEDE-PROCEED
a. Tahap 1 Social Assessment: Menganalisis kualitas hidup individu dan masyarakat
Film John Q sendiri mengambil latar di daerah Chicago, kota terpadat di
negara bagian Illinois, AS, dan kota terpadat ketiga di Amerika Serikat, setelah
New York City dan Los Angeles. Meskipun begitu, dalam makalah ini akan
diuraikan secara umum apa yang terjadi dalam cakupan negara Amerika Serikat
untuk melihat masalahnya secara umum.
Kualitas hidup dapat didefinisikan dalam banyak cara, membuat pengukuran
dan penggabungannya ke dalam studi ilmiah menjadi sangat sulit. Karena penyakit
dan pengobatannya mempengaruhi kesejahteraan psikologis, sosial dan ekonomi,
serta integritas biologis, individu, sehingga definisi apa pun yang digunakan harus
mencakup semuanya. Hal ini memungkinkan dampak dari keadaan penyakit yang
berbeda atau intervensi pada aspek kualitas hidup secara keseluruhan atau spesifik
untuk ditentukan. Salah studi di Indonesia misalnya menunjukkan bahwa sebagian
besar informan menjelaskan bahwa kualitas hidup seseorang dinilai dari
aspek tingkat pendidikan, status ekonomi, pekerjaan, penghasilan, dan
ketaatan dalam beribadah.
Amerika Serikat (U.S.A. atau USA), umumnya dikenal sebagai Amerika
Serikat (U.S. or US) atau Amerika, adalah sebuah negara yang terutama terletak di
Amerika Utara. Amerika Serikat adalah negara yang sangat maju, menyumbang
sekitar seperempat dari PDB global, dan merupakan ekonomi terbesar di dunia
berdasarkan PDB dengan nilai tukar pasar. Berdasarkan nilai, Amerika Serikat
adalah importir terbesar di dunia dan pengekspor barang terbesar kedua.
Meskipun populasinya hanya 4,2% dari total dunia, ia memegang 29,4% dari
total kekayaan di dunia, bagian terbesar yang dipegang oleh negara mana pun. A.S.
menempati peringkat tinggi dalam ukuran internasional tentang kebebasan

5
ekonomi, kualitas hidup, pendidikan, dan hak asasi manusia; memiliki tingkat
persepsi korupsi yang rendah. Namun, negara ini telah dikritik karena
ketidaksetaraan terkait ras, kekayaan, dan pendapatan; penggunaan hukuman mati;
tingkat penahanan yang tinggi; dan kurangnya perawatan kesehatan universal.
Kondisi Amerika sebagai negara kaya tidaklah menghilangkan keberadaan
masyarakat miskin dan ketimpangan hidup. Ada sekitar 567.715 orang tunawisma
yang terlindung dan tidak terlindung di AS pada Januari 2019, dengan hampir dua
pertiga tinggal di tempat penampungan darurat atau program perumahan transisi.
Pada tahun 2011, 16,7 juta anak tinggal di rumah tangga yang rawan pangan,
sekitar 35% lebih tinggi dari tahun 2007, meskipun hanya 845.000 anak-anak AS
(1,1%) yang mengalami pengurangan asupan makanan atau pola makan yang
terganggu di beberapa titik sepanjang tahun, dan sebagian besar kasus tidak kronis.
Pada Juni 2018, 40 juta orang, sekitar 12,7% dari populasi AS, hidup dalam
kemiskinan, termasuk 13,3 juta anak-anak. Dari mereka yang miskin, 18,5 juta
hidup dalam kemiskinan yang parah (pendapatan keluarga di bawah setengah dari
ambang batas kemiskinan) dan lebih dari lima juta hidup "dalam kondisi 'Dunia
Ketiga'". Pada tahun 2017, negara bagian atau teritori AS dengan tingkat
kemiskinan terendah dan tertinggi masing-masing adalah New Hampshire (7,6%)
dan Samoa Amerika (65%). Dampak ekonomi dan pengangguran massal yang
disebabkan oleh pandemi COVID-19 menimbulkan kekhawatiran akan krisis
penggusuran massal, dengan analisis oleh Aspen Institute yang menunjukkan
bahwa antara 30 dan 40 juta orang berisiko digusur pada akhir tahun 2020.
Bagaimana dengan bidang kesehatan? Tahun 2012 saja anggaran belanja
negara Amerika Serikat mencapai USD 866 triliun, atau 23 persen. Jumlah itu
merujuk data Kementerian Dalam Negeri, merupakan alokasi dana terbesar kedua
setelah bidang pertahanan pada negara Adi Daya itu. Faktanya, riset terakhir dari
Asosiasi Klinik Gratis Amerika melaporkan, lebih dari 50 juta warga tidak
memiliki akses pada pelayanan kesehatan layak.
Masalah terbesar malah dialami kelas menengah. Kelompok ini tidak cukup
miskin untuk berhak atas perawatan kesehatan gratis dari pemerintah yang dikenal
sebagai 'Medicaid'. Mereka juga tidak mampu membayar asuransi kesehatan
sendiri. Hal inilah yang diungkap oleh Barack Obama pada kampanyenya 2009
silam. "Saya tidak paham mengapa negara paling kaya di dunia tidak mampu
menyediakan layanan kesehatan mendasar bagi setiap warganya," ujar Obama.
6
b. Tahap 2 Penilaian epidemiologi: Mengidentifikasi masalah kesehatan
spesifik yang berkontribusi pada kualitas hidup dan menetapkan prioritas
masalah kesehatan
Dalam film John Q, salah satu masalah yang diangkat adalah mengenai
masalah asuransi yang tidak mampu menutupi semua biaya yang diperlukan. Oleh
karena itu, pada tahap ini akan diuraikan data yang ada mengenai masalah asuransi
kesehatan yang ada di Amerika Serikat.
Berdasarkan Laporan mengenai Cakupan Asuransi Kesehatan di Amerika
Serikat tahun 2020 yang rilis September lalu, dapat diketahui adanya beberapa
fakta penting diantaranya:
1) Pada tahun 2020, 8,6 persen orang, atau 28,0 juta, tidak memiliki asuransi
kesehatan pada titik mana pun sepanjang tahun.
2) Persentase penduduk yang memiliki jaminan kesehatan untuk seluruh atau
sebagian tahun 2020 adalah 91,4. Angka ini tentu cukup tinggi jika
dibandingkan di Indonesia dengan BPJSnya. Laporan tahun 2020
menyebutkan angka 83%.
3) Pada tahun 2020, cakupan asuransi kesehatan swasta masih lebih umum
daripada cakupan publik yakni masing-masing sebesar 66,5 persen dan
34,8 persen. Dari subtipe cakupan asuransi kesehatan, asuransi berbasis
pekerjaan adalah yang paling umum, mencakup 54,4 persen populasi
untuk sebagian atau seluruh tahun kalender, diikuti oleh Medicare (18,4
persen), Medicaid (17,8 persen), cakupan pembelian langsung (10,5
persen), TRICARE (2,8 persen), dan Departemen Urusan Veteran (VA)
atau Program Kesehatan dan Medis Sipil dari Departemen Urusan Veteran
(CHAMPVA) (0,9 persen).
4) Antara 2018 dan 2020, tingkat cakupan asuransi kesehatan swasta turun
0,8 poin persentase menjadi 66,5 persen, didorong oleh penurunan 0,7
poin persentase dalam cakupan berbasis pekerjaan menjadi 54,4 persen.
5) Antara 2018 dan 2020, tingkat cakupan jaminan kesehatan masyarakat
meningkat sebesar 0,4 poin persentase menjadi 34,8 persen.

7
6) Pada tahun 2020, 87,0 persen pekerja penuh waktu sepanjang tahun
memiliki cakupan asuransi swasta, naik dari 85,1 persen pada tahun 2018.
Sebaliknya, mereka yang bekerja kurang dari penuh waktu, sepanjang
tahun cenderung tidak tercakup oleh asuransi swasta pada tahun 2020
dibandingkan tahun 2018 (68,5 persen pada 2018 dan 66,7 persen pada
2020).
7) Lebih banyak anak di bawah usia 19 tahun dalam kemiskinan yang tidak
diasuransikan pada tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2018. Tingkat
yang tidak diasuransikan untuk anak-anak di bawah usia 19 tahun dalam
kemiskinan naik 1,6 poin persentase menjadi 9,3 persen.
Bagaimana dengan aspek ras? Laporan tersebut juga dapat digunakan
untuk melihat prevalensi dan jenis cakupan asuransi kesehatan di seluruh
karakteristik sosial dan ekonomi tertentu, serta perubahan cakupan lintas
ras dan kelompok asal Hispanik. Secara keseluruhan, Hispanik memiliki
tingkat tidak diasuransikan tertinggi (18,3 persen) pada tahun 2020, diikuti
oleh orang kulit hitam (10,4 persen).
Dari berbagai data tersebut, masalah yang dapat diungkap dalam
kaitannya dengan pembiayaan kesehatan adalah masih adanya masyarakat
yang belum mendapatkan asuransi kesehatan. Julia Mahncke dari situs
Deutsche Welle menyebutkan bahwa Amerika punya masalah lain yang
lebih menghantui. Lebih dari 25 juta penduduk negara Paman Sam itu
tidak punya asuransi kesehatan. Terlebih lagi di masa pandemi ketika
banyak pekerjaan yang di-PHK. Cuti sakit pun seringnya bukan pilihan
karena itu artinya pendapatan akan terhenti. Amanda (nama disamarkan
oleh redaksi), perempuan muda yang tinggal di Texas dan bekerja di
gudang perusahaan kasur, adalah salah satu contohnya. Pekerjaannya bisa
dibilang cukup berisiko, namun ia tidak punya asuransi. Dalam setahun, ia
juga hanya punya hak cuti sakit selama tiga hari, dan salah satunya tidak
berbayar. Sekali kunjungan ke dokter dapat merenggut dana sedikitnya
150 euro (sekitar Rp 2,5 juta) dari dompetnya yang tidak berisi banyak
uang.
c. Tahap 3: Penilaian perilaku dan lingkungan yang berhubungan dengan
masalah kesehatan spesifik

8
Tahap ini bertujuan untuk menentukan faktor-faktor perilaku dan
lingkungan yang memiliki dampak terhadap cakupan asuransi kesehatan
di US. Pada tahap ini, akan dilakukan analisis terhadap 2 hal. Apa
penyebab masih adanya masyarakat yang belum memiliki asuransi
kesehatan dan siapa yang bertanggungjawab terhadap adanya asuransi
yang tidak mencakup beberapa tindakan tertentu. Pertanyaan kedua akan
dijawab terlebih dahulu.
Pertanyaan mendasar yang pada akhirnya harus dijawab adalah Siapa yang
bertanggung jawab atas kesehatan putra John Q, Michael? Film ini setidaknya
memperkenalkan beberapa kemungkinan: orang tua, majikan, pemerintah, dan
sistem perawatan kesehatan. Dimensi kedua dari pertanyaan ini dengan cepat
menjadi jelas. Ketika pengobatan untuk ancaman kesehatan sama mahalnya dengan
transplantasi jantung, menjalankan tanggung jawab atas kesehatan anak segera
dibarengi dengan kenyataan praktis kemampuan untuk membayar. Tidak ada
keluarga sederhana yang mampu menahan biaya dari peristiwa kesehatan yang
merugikan (bencana) seperti operasi transplantasi jantung.
Membayar untuk layanan tersebut secara individu (gaji pribadi) menjadi tidak
realistis bagi siapa pun kecuali ia adalah orang kaya. Dengan tidak adanya program
perawatan kesehatan nasional, pilihan pembayaran untuk layanan karena itu
dikurangi menjadi asuransi kesehatan yang dibayar majikan dan program
pemerintah untuk orang miskin. Meskipun tanggung jawab untuk mengatur
pengobatan secara teoritis mungkin diberikan kepada keluarga orang yang sakit,
kenyataan praktisnya adalah bahwa pengobatan berbiaya tinggi tidak dapat diakses
oleh sebagian besar keluarga.
Di AS, asuransi kesehatan—bagi mereka yang dicakup olehnya—berbasis
pemberi kerja. Premis dasar asuransi adalah bahwa orang-orang dikelompokkan ke
dalam kelompok risiko heterogen berdasarkan sesuatu selain keadaan kesehatan
mereka, seperti tempat kerja mereka. Biaya dari risiko penyakit yang tidak pasti
tersebar di seluruh kelompok: Beberapa anggota kelompok akan berada dalam
kesehatan yang baik; orang lain akan mengalami kesehatan yang buruk. Penjamin
emisi menentukan biaya kepada pemberi kerja untuk pelanggan karyawan mereka,
berdasarkan faktor risiko. Dengan menentukan apakah kondisi dan layanan
ditanggung atau dikecualikan, pemberi kerja lebih lanjut melindungi diri mereka

9
sendiri dari biaya bencana dalam kasus-kasus individual. Transplantasi jantung
yang dibutuhkan Michael kebetulan dikecualikan oleh kontrak asuransi ayahnya.
Jadi, dalam kasus John Q, meskipun keluarga diasuransikan, tidak ada dana untuk
transplantasi karena perusahaan asuransi telah mengecualikannya sebagai layanan
pertanggungan. Setelah fakta itu muncul, sang ayah kemudian menjajaki cakupan
program pemerintah dan kemungkinan donasi layanan oleh rumah sakit. Hanya
ketika tak satu pun dari mereka tersedia, ayah mengambil sistem untuk memaksa
penyediaan transplantasi.
Drew Altman dari presiden Kaiser Family Foundation, yang memberikan
informasi tentang masalah kesehatan kepada pembuat kebijakan, media, dan publik
memberikan pandangan yang menarik. Altman mengatakan bahwa film itu tidak
akurat dalam satu hal utama. Dinyatakan bahwa masalah terbesar dengan rencana
kesehatan adalah bahwa mereka tidak mencakup keadaan darurat. Tetapi masalah
utama, kata Altman, adalah bahwa pasien tidak dapat “mendapatkan banyak hal
kecil yang ditanggung sehingga perawatan mereka tertunda.”
Tetapi Altman percaya bahwa John Q akurat dalam menyampaikan satu
kebenaran penting. Memang benar, katanya, bahwa masyarakat terkadang
menganggap asuransi kesehatan sebagai “jahat”, meskipun pemberi kerja—bukan
perusahaan asuransi—yang telah menetapkan batasan jaminan kesehatan.
“Masyarakat,” kata Altman, “marah dengan perusahaan asuransi, bukan dengan
majikan [publik] mereka.” Film ini kemungkinan akan menambah reaksi terhadap
perusahaan-perusahaan ini, dengan menggambarkan mereka sebagai serakah, tidak
peduli, dan bertanggung jawab untuk menghalangi perawatan medis yang vital.
Bagaimana industri menanggapi pesan meremehkan film tersebut?
John Q, kata Wall Street Journal (14 Februari 2002), menawarkan pertanyaan
pemasaran yang menarik kepada perusahaan asuransi kesehatan: "Haruskah
mereka mengabaikan film itu, menyerangnya—atau memanfaatkannya untuk
mempromosikan agenda mereka sendiri?"
Perusahaan asuransi memilih yang terakhir dari opsi ini, dan melakukannya
dengan gaya Hollywood yang sebenarnya. Pada hari yang sama saat film itu
ditayangkan, The American Association of Health Plans memuat satu halaman
penuh, iklan berwarna di surat kabar perdagangan Hollywood, dan di koran Capitol
Hill Roll Call. Iklan menempatkan spin utama pada pesan film.

10
“John Q—Ini bukan hanya film,” kata iklan itu, “ini adalah krisis bagi 40 juta
orang yang tidak mampu membayar perawatan kesehatan.” Asuransi kesehatan,
tentu saja, tidak bisa disalahkan. Sebaliknya, mereka mengatakan bahwa krisis itu
disebabkan oleh “kenaikan biaya obat dan rumah sakit”, “sistem litigasi yang tidak
terkendali”, dan “peraturan pemerintah yang mahal”. Iklan itu menuding "beberapa
di Washington" karena mengusulkan "undang-undang baru yang akan mempersulit
pemberi kerja seperti John Q's untuk menyediakan perawatan kesehatan yang
berkualitas dan terjangkau."
Adapun berkaitan dengan determinan pada tingkat cakupan asuransi,
penelitian Leiyu Shi dari John Hopkins menemukan bahwa Hasil penelitian
menunjukkan cakupan asuransi bervariasi dengan tingkat kerentanan. Sementara
ras dan pendapatan secara signifikan mempengaruhi cakupan asuransi, ada
perbedaan yang relatif kecil dalam asuransi karena status kesehatan. Antara ras dan
pendapatan, pendapatan merupakan prediktor yang lebih signifikan dari kurangnya
cakupan asuransi karena orang berpenghasilan rendah tanpa memandang ras dan
kesehatan secara signifikan lebih mungkin untuk tidak diasuransikan atau
diasuransikan sebagian. Namun, penting untuk dicatat bahwa minoritas secara
tidak proporsional lebih terwakili dalam kelompok berpenghasilan rendah atau
kesehatan buruk sehingga setiap hubungan yang merugikan antara pendapatan,
kesehatan yang buruk, dan status asuransi akan mempengaruhi minoritas secara
signifikan lebih banyak daripada orang kulit putih. Di antara mereka yang memiliki
asuransi, kelompok yang paling rentan, kelompok minoritas berpenghasilan
rendah, kesehatan buruk, atau mereka yang memiliki ketiga indikator kerentanan,
kemungkinan besar akan diasuransikan secara publik. Implikasi kebijakan adalah
untuk menargetkan sumber daya yang terbatas pada cakupan asuransi untuk
kelompok yang lebih rentan, mereka yang memiliki konvergensi atau kelompok
atribut predisposisi, pemungkin, dan kebutuhan risiko.
d. Tahap 4: Penilaian pendidikan dan ekologi: Mengidentifikasi dan
mengklasifikasikan faktor predisposisi, pendukung, dan penguat.
Tahap ini dilakukan untuk menentukan faktor-faktor yang bila
dimodifikasi akan memiliki kemungkinan besar untuk menghasilkan
perubahan perilaku dan mempertahankan proses perubahan perilaku
Menurut Green dan Kreuter (2005) faktor-faktor tersebut diklasifikasikan

11
sebagai faktor kecenderungan (predisposing factors), faktor memungkinkan
atau pendukung (enabling factors), dan faktor penguat (reinforcing factors).
Faktor kecenderungan merupakan anteseden dari perilaku yang
memberikan motivasi serta memerlukan
keterampilan dan self efficacy (kemanjuran diri) pada perubahan
perilaku.
Penelitian tahun 2015 menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi
keterlibatan dalam penggunaan asuransi kesehatan mandiri adalah umur
(p<0,001), pendidikan (p<0,001), pekerjaan (p<0,001), status perkawinan
(p=0,002), status dalam keluarga (p=0,035), tempat tinggal (p<0,001), status
ekonomi (p<0,001), status tempat tinggal (p<0,001), kepemilikan obat
tradisional (p<0,001) dan riwayat kepemilikan penyakit kronis (p<0,013).
Umur. Usia yang memiliki kemungkinan tertinggi dalam memiliki
asuransi kesehatan komersial adalah umur 0-15 tahun (OR=4,4), 26-35
tahun (OR=4,4), dan 36-45 tahun (OR=4,3), jika dibandingkan dengan
mereka yang berumur di atas 75 tahun.
Pendidikan. Jika kepemilikan asuransi kesehatan komersial dengan
pendidikan, mereka yang tamat SLTA/MA menunjukkan kemungkinan
10,3 kali lebih tinggi dan lulusan D1/D2/D3 menunjukkan kemungkinan
38,1 kali lebih tinggi untuk memiliki askes sukarela dibandingkan dengan
mereka yang tidak sekolah. Pekerjaan. Jika dibandingkan dengan petani,
wiraswasta memiliki kemungkinan 18,7 kali lipat lebih tinggi untuk
memiliki askes sukarela, buruh memiliki kemungkinan 4,2 kali lipat lebih
tinggi dibanding petani.
Status Perkawinan. Yang memiliki kemungkinan lebih besar untuk
memiliki asuransi kesehatan komersial jika bersaing dengan status
perkawinan adalah status hidup bersama di mana kemungkinannya 4,8
kali lebih besar jika dibandingkan dengan mereka yang cerai mati.
Status dalam keluarga. Berdasarkan status dalam keluarga, istri/suami
memiliki kemungkinan 4,2 kali lebih tinggi untuk memiliki asuransi
kesehatan jika dibandingkan dengan orang tua/mertua. Status Wilayah
Pemukiman. Orang yang tinggal di daerah memiliki kemungkinan 7,8 kali

12
lebih tinggi untuk memiliki asuransi kesehatan komersial dibanding
dengan orang yang tinggal di perdesaan. Status Ekonomi. Jika dilihat dari
status ekonomi, mereka yang berada pada kuintil 4 dan 5 (status ekonomi
tinggi) memiliki kemungkinkan 4,5 dan 23,4 kali lipat lebih tinggi untuk
memiliki asuransi kesehatan komersial jika dibandingkan dengan mereka
yang berada pada kuintil 1 (sosial ekonomi rendah).
Status Tempat Tinggal. Berdasarkan analisis hubungan status tempat
tinggal dengan kepemilikan asuransi kesehatan komersial, mereka yang
tinggal di rumah dinas memiliki kemungkinan 4 kali lebih tinggi untuk
memiliki asuransi kesehatan komersial jika dibandingkan dengan mereka
yang tinggal di rumah milik sendiri. Kepemilikan obat tradisional. Mereka
yang terbiasa menyediakan obat tradisional di rumah memiliki
kemungkinan 2,3 kali lebih besar untuk memiliki asuransi kesehatan
komersial.
Riwayat Penyakit Kronis. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa
terdapat hubungan antara kepemilikan riwayat penyakit kronis dengan
kepemilikan asuransi kesehatan (p = 0,013). Hasil analisis menunjukkan
mereka yang tidak memiliki riwayat penyakit kronis berkemungkinan 1,3
kali lebih besar dibandingkan dengan memiliki asuransi kesehatan
komersial dengan mereka yang memiliki penyakit kronis.
e. Tahap 5: Penilaian sumber daya, organisasi, manajemen, dan kebijakan,
serta kesesuaian intervensi
Menurut Green dan Kreuter (2005) pada tahap ini dilakukan penilaian
sumberdaya, organisasi, manajemen, dan kebijakan yang diperlukan untuk
implementasi atau intervensi program kesehatan dan mengidentifikasi
keberlanjutan program kesehatan. Sistem organisasi dan lingkungan yang
dapat mempengaruhi hasil yang diharapkan (faktor yang memungkinkan)
dipertimbangkan.
Berdasarkan penelitian yang ada, faktor ekonomi merupakan
penyebab paling utama sehingga seseorang tidak ingin terlibat dalam
asuransi kesehatan. Masalah terbesar malah dialami kelas menengah. Kelompok
ini tidak cukup miskin untuk berhak atas perawatan kesehatan gratis dari

13
pemerintah yang dikenal sebagai 'Medicaid'. Mereka juga tidak mampu membayar
asuransi kesehatan sendiri. Maka untuk mengatasi masalah tersebut maka program
yang mendorong cakupan universal adalah hal yang dapat dilakukan. Dalam
makalah ini, kami mendorong diberlakukannya Obamacare dengan efisien dan
efektif. Penjelasan lebih lanjut ada pada tahap implementasi
f. Tahap 6: Implementation
Undang-Undang Perawatan Terjangkau (ACA), secara resmi dikenal sebagai
Undang-Undang Perlindungan Pasien dan Perawatan Terjangkau, dan bahasa
sehari-hari dikenal sebagai Obamacare, adalah undang-undang federal Amerika
Serikat yang disahkan oleh Kongres Amerika Serikat ke-111 dan ditandatangani
menjadi undang-undang oleh Presiden Barack Obama pada tanggal 23 Maret.
2010. Bersama dengan Amandemen Undang-Undang Rekonsiliasi Perawatan
Kesehatan dan Pendidikan 2010, ini merupakan perombakan peraturan dan
perluasan cakupan sistem perawatan kesehatan AS yang paling signifikan sejak
berlakunya Medicare dan Medicaid pada tahun 1965.
Ketentuan utama ACA mulai berlaku pada tahun 2014. Pada tahun 2016,
jumlah penduduk yang tidak diasuransikan telah berkurang setengahnya, dengan
perkiraan berkisar antara 20 hingga 24 juta orang tambahan yang ditanggung.
Undang-undang tersebut juga memberlakukan sejumlah reformasi sistem
pengiriman yang dimaksudkan untuk membatasi biaya perawatan kesehatan dan
meningkatkan kualitas. Setelah diberlakukan, peningkatan pengeluaran perawatan
kesehatan secara keseluruhan melambat, termasuk premi untuk rencana asuransi
berbasis pemberi kerja.
Dilansir dari Tirto, UU ACA ingin menjangkau sekitar 15 persen dari
masyarakat AS yang belum menyaksikan asuransi kesehatan, mereka yang tidak
mendapat asuransi dari pemberi kerja dan tidak dilindungi oleh program kesehatan
AS untuk lansia dan mereka yang miskin (Medicare dan Medicaid). UU ACA
mewajibkan semua masyarakat AS untuk memiliki asuransi kesehatan. Dan untuk
mencapai hal itu, UU ini menawarkan subsidi guna perlindungan kesehatan yang
lebih murah dan mengurangi biaya asuransi dengan membawa orang-orang muda
dan lebih sehat bergabung ke dalam sistem perlindungan medis.
UU ACA mewajibkan perusahaan yang memiliki lebih dari 50 karyawan
penuh waktu untuk menawarkan asuransi kesehatan. UU ini juga menciptakan
tempat jual beli perlindungan kesehatan (marketplace) yang dikelola oleh negara,
14
yakni www.healthcare.gov. Di sanalah masyarakat AS dapat membandingkan
harga dan membeli perlindungan kesehatan. Pada akhirnya, UU ini bertujuan untuk
memperlambat pertumbuhan pengeluaran perawatan kesehatan di Negeri Paman
Sam tersebut, karena saat ini tingkat pengeluarannya merupakan yang tertinggi di
dunia.
Pada pelaksanaannya, Obamacare mengalami berbagai masalah. Seperti
dikutip dari Fortune, beberapa di antaranya adalah tidak terjadinya transisi yang
baik dari mereka yang sebelumnya bergabung pada Medicaid menuju pembeli
perlindungan kesehatan pada Obamacare, dan rencana perlindungan kesehatan
Obamacare bagi masyarakat kelas menengah. Terlepas dari kekurangan yang ada,
Obamacare menjadi populer karena UU ini melarang perusahaan asuransi untuk
menolak perlindungan kesehatan pada orang-orang dengan kondisi kesehatan yang
sudah mereka miliki seperti diabetes, kehamilan, atau bahkan kanker. UU ini juga
membolehkan orang muda untuk tetap berada dalam rencana perlindungan
kesehatan orang tua mereka hingga mencapai usia 26 tahun.

15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil penulisan makalah ini, dapat disimpulkan bahwa
1. John Q. adalah sebuah film Amerika bergenre thriller tahun 2002 yang dibintangi
oleh Denzel Washington dan disutradarai oleh Nick Cassavetes. Film ini bercerita
tentang John Quincy Archibald (Denzel Washington), seorang ayah dan suami
yang putranya didiagnosis dengan pembesaran jantung dan yang mengetahui
bahwa dia tidak dapat menerima transplantasi karena asuransi HMO tidak akan
menanggungnya, sebelum dia memutuskan untuk menahannya. ke rumah sakit
dan memaksa mereka untuk melakukannya.
2. Meskipun Amerika Serikat sebagai negara kaya namun pada tahun 2020, 8,6
persen orang, atau 28,0 juta, tidak memiliki asuransi kesehatan pada titik mana
pun sepanjang tahun.
3. Faktor yang paling berpengaruh terhadap cakupan asuransi adalah faktor
ekonomi. Masalah terbesar justru dialami kelas menengah. Kelompok ini tidak
cukup miskin untuk berhak atas perawatan kesehatan gratis dari pemerintah yang
dikenal sebagai 'Medicaid'. Mereka juga tidak mampu membayar asuransi
kesehatan sendiri.

B. Saran

16
Dari makalah ini, penulis memberikan saran untuk menerapkan program Obamacare
yang digagas pada masa pemerintahan Barack Obama. UU ACA ingin menjangkau sekitar
15 persen dari masyarakat AS yang belum mendapatkan asuransi kesehatan, mereka yang
tidak mendapat asuransi dari pemberi kerja dan tidak dilindungi oleh program kesehatan
AS untuk lansia dan mereka yang miskin (Medicare dan Medicaid). Diharapkan dengan
ini masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal.

DAFTAR PUSTAKA
Bahan Ajar Pembiayaan Kesehatan di Berbagai Negara. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
BPJS Kesehatan.Sejarah Perjalanan Jaminan Sosial di Indonesi. (Online).
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2013/4. 2020. Diakses
pada 22 November 2021
Fallowfield, Lesley. "What is quality of life." What is 2 (2009).
Handayani, Muslih Aris. "Studi Peran Film dalam Dunia Pendidikan." INSANIA: Jurnal
Pemikiran Alternatif Kependidikan 11.2 (2006): 176-186.
Health Insurance Coverage in the United States: 2020 Current Population Report
Intiasari, Arih Diyaning, Laksono Trisnantoro, and Julita Hendrartini. "Potret Masyarakat
Sektor Informal di Indonesia: Mengenal Determinan Probabilitas Keikutsertaan Jaminan
Kesehatan sebagai Upaya Perluasan Kepesertaan pada Skema Non PBI Mandiri." Jurnal
Kebijakan Kesehatan Indonesia: JKKI 4.4 (2015): 126-132.
Julia Mahncke. 2020. Di Amerika Kami Tidak Boleh Sakit. (Online).
https://www.dw.com/id/sistem-kesehatan-as-di-tengah-corona/a-52791248. Diakses
pada 22 November 2021
Kaiser Health News. Health Care Experts React to Themes of Uninsured, Patients’ Rights in
‘John Q.’ (Online) https://khn.org/morning-breakout/dr00009583/. Diakses pada 21
November 2021.
Putri, R. N. (2019). Perbandingan Sistem Kesehatan di Negara Berkembang dan Negara
Maju. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 139.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v19i1.572
Shi, Leiyu. "The convergence of vulnerable characteristics and health insurance in the
US." Social science & medicine 53.4 (2001): 519-529.

17
Sulaeman, Endang Sutisna, Bhisma Murti, and Waryana Waryana. "Aplikasi Model
PRECEDE-PROCEED Pada Perencanaan Program Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan Berbasis Penilaian Kebutuhan Kesehatan Masyarakat." Jurnal Kedokteran
Yarsi 23.3 (2015): 149-164.
Tirto. 2017. Obamacare Warisan Obama yang Dibenci dan Dicintai. (Online).
https://tirto.id/obamacare-warisan-obama-yang-dibenci-dan-dicintai-chqN. Diakses pada
22 November 2021
Wikipedia. John Q. (Online) https://en.wikipedia.org/wiki/John_Q. Diakses pada 21
November 2021.
Wikipedia. United States. (Online) https://en.wikipedia.org/wiki/United_States. Diakses pada
22 November 2021
Yamey, Gavin. "The curious adoption of John Q." BMJ: British Medical Journal 324.7336
(2002): 551.

18

Anda mungkin juga menyukai