KELOMPOK 7
A.Definisi
Gagal ginjal adalah ginjal kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
volume dan komposisi cairan tubuh dlam keadaan asupan makanan normal. Gagal
ginjal biasanya dibagi menjadi dua kategori yaitu kronik dan akut (Nurarif &
Kusuma, 2013).
Gagal Ginjal Kronik merupakan suatu kondisi dimana organ ginjal sudah
tidak mampu mengangkut sampah sisa metabolik tubuh berupa bahan yang
biasanya dieliminasi melalui urin dan menumpuk dalam cairan tubuh akibat
B.Patofisiologi
dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh).
saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai ¾ dari
nefron-nefron rusak. Beban bahanyang harus dilarut menjadi lebih besar daripada
yang bisa di reabsorbsi berakibat dieresis osmotic disertai poliuri dan haus.
disertai retensi produk sisa. Titik dimana timbulnya gejala-gejala pada pasien
menjadi lebih jelas dan muncul gejala-gejala pada pasien menjadi lebih jelas dan
muncul gejala-gejala khas kegagalan ginjal bila kira-kira fungsi ginjal telah hilang
80%-90%. Pada tingkat ini fungsi renal yang demikian lebih rendah itu. (Barbara
C Long).
PATHYWAY
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Anatomi ginjal menurut price dan wilson (2005) dan Smeltzer dan Bare (2001),
gijal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak pada kedua sisi
kolumna veterbralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah di bandingkan ginjal kiri
Apabila dilihat melalui potongan longitudinal, ginjal terbagi menjadi dua bagian yaitu
korteks bagian luar dan medula bagian dalam. Medula terbagi-bagi menjadi biji segitiga
yang disebut piramid, piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang
disebut kolumna bertini. Piramid-piramid tampak bercorak karena tersusun oleh sekmen
sekmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila (apeks) dari piramid membentuk
duktus papilaris belini dan masuk kedalam perluasan ujung pevis ginjal yang disebut
darah, sistem limfatik, sistem syaraf dan ureter menuju dan meninggalkan ginjal.
Ginjal terletak di rongga abdomen ,retroperitoneal primer kiri dan kanan kolumna
vertebralis yang dikelilingi oleh lemak dan jaringan ikat di belakang peritoneum. Batas
atas ginjal kiri setinggi iga ke- 11 dan ginjal kanan setingi iga ke- 12 dan batas bawah
lebar 5-7 cm, dan tebal 2,5 cm.ginjal kiri lebih panjang dari ginjal kanan. Berat ginjal
pada pria dewasa150-170 gram dan pada wanita dewasa 115-155 gram dengan bentuk
seperti kacang, sisi dalamnya menghadap ke vertebra thorakalis, sisi luarnya cembung
Struktur ginjal, setiap ginjal dilengkapi kapsul tipis dari jaringan fibrus yang dapat
struktur ginjal, warnanya ungu tua dan terdiri atas bagian korteks di sebelah luar,dan
bagian medulla di sebelah dalam. Bagian medulla ini tersusun atas lima belas sampai
enam belas massa berbentuk piramid,yang disebut piramid ginjal. Puncak- puncaknya
ginjal.
Untuk melakukan hemodialisa, prosesnya akan dibantu menggunakan mesin canggih dan
khusus untuk menggantikan ginjal yang rusak agar tubuh bisa menyaring darah. Mesin ini
berperan sebagai ginjal artifisial (ginjal buatan) yang dapat menyingkirkan zat-zat kotor,
garam, serta air berlebih yang ada di dalam darah pengidap.
Dalam proses ini, pembuluh darah pasien akan dimasukkan jarum oleh petugas medis.
Tindakan ini bertujuan untuk menghubungkan aliran darah tubuh pasien ke mesin
pencuci darah. Setelah itu, darah kotor akan disaring dalam mesin pencuci darah. Setelah
proses penyaringan usai, selanjutnya darah yang bersih akan dialirkan ke dalam tubuh
pasien.
Cuci darah dengan menggunakan metode hemodialisa menghabiskan waktu sekitar empat
jam per sesi. Dalam seminggu, pengidap perlu menjalani setidaknya 3 sesi dan hanya bisa
dilakukan di klinik cuci darah atau rumah sakit.
Efek Samping dari hemodialisis yaitu Peran hemodialisis memang amat memang
sangat vital, menggantikan fungsi ginjal untuk menyaring tubuh. Namun, bukan berarti
proses ini bebas efek samping. Dalam beberapa kasus, hemodialisa bisa menimbulkan
efek samping, seperti kram otot atau kulit gatal.
Tak hanya itu saja, dalam beberapa kasus cuci darah juga bisa menimbilkan efek samping
seperti perut terasa penuh, atau kenaikan berat badan karena cairan dialisat yang
digunakan menggandung kadar gula tinggi.
1. Hipotensi
Penurunan tekanan darah adalah efek samping yang paling umum dari hemodialisa,
terutama jika kamu mengidap diabetes. Tekanan darah rendah dapat disertai dengan sesak
napas, kram perut, kram otot, mual, atau muntah.
2. Kram Otot
Meskipun penyebabnya tidak jelas, kram otot selama hemodialisa sering terjadi.
Terkadang kram dapat diredakan dengan menyesuaikan asupan cairan dan natrium
selama hemodialisa berlangsung.
3. Gatal
Banyak orang yang menjalani hemodialisa mengalami gatal-gatal pada kulit. Kondisi ini
sering kali lebih buruk selama atau setelah prosedur.
4. Masalah Tidur
Orang yang menjalani hemodialisa juga kerap kesulitan tidur, atau bahkan mengalami
napas berhenti saat tidur (sleep apnea). Kaki yang terasa sakit, tidak nyaman, atau gelisah
juga bisa menyebabkan masalah tidur.
5. Anemia
Kurangnya jumlah sel darah merah dalam darah (anemia) adalah komplikasi umum dari
gagal ginjal dan hemodialisa. Ini terjadi ketika ginjal gagal mengurangi produksi hormon
disebut erythropoietin, hormon yang merangsang pembentukan sel darah merah.
Pembatasan diet, penyerapan zat besi yang buruk, tes darah yang terlalu sering, atau
kurangnya asupan zat besi dan vitamin juga bisa menyebabkan anemia.
1. Mesin dialisis
Penggunaan mesin dialisis dibagi dua berdasarkan kondisi pasien, yakni mesin bagi
pasien normal, dan mesin bagi pasien penyakit infeksi. Penyakit infeksi dalam hal ini
adalah pasien cuci darah yang juga memiliki penyakit hepatitis, HIV, atau AIDS.
2. Dialiser
Dialiser merupakan tabung tempat proses penyaringan darah berlangsung. dr. Erik
mengatakan ada dua jenis tabung dialiser, yakni tabung yang single use (1 kali
pemakaian) dan multiple use (hingga 8 kali pemakaian).
3. Selang
Ditegaskan dr. Erik, setiap klinik pencucian darah maupun rumah sakit, baik bagi
pasien BPJS maupun pasien mandiri, semua selang digunakan hanya satu kali.
Jadi dialisernya diberi atau distempel nama pasien. Selesai digunakan, dialiser
dicuci sambil (secara otomatis) diperiksa apakah bisa digunakan lagi atau tidak.
Jika tidak, meskipun belum 7 kali, langsung diganti, tutupnya.
Setelah selang digunakan oleh pasien, selang tersebut akan dibuang.
Sebelum melakukan prosedur cuci darah atau hemodialisis, beberapa minggu sebelumnya
dokter akan membuat akses pembuluh darah, pada pasien yang baru pertama kali akan
cuci darah. Akses ini berguna untuk memudahkan darah masuk dan keluar dalam
prosedur cuci darah.
Lalu, sesaat sebelum prosedur cuci darah dilakukan, dokter akan memulainya dengan
memeriksa kondisi kesehatan, dengan melakukan beberapa pemeriksaan fisik sederhana
seperti tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan. Setelah itu, akses pembuluh darah
yang telah dibuat sebelumnya akan dibersihkan untuk dipasangi jarum.
Ada 2 buah jarum yang terhubung dengan selang cuci darah, yang akan dipasang pada
titik akses. Satu jarum untuk mengalirkan darah ke mesin cuci darah, sedangkan satu
jarum lagi untuk mengalirkan darah dari mesin cuci darah ke dalam tubuh.
Kemudian, darah akan mengalir melalui selang steril menuju alat cuci darah. Dalam
proses ini, kelebihan cairan tubuh dan zat-zat sisa metabolisme akan dibuang setelah
melewati membran khusus. Darah yang telah disaring kemudian dikembalikan ke tubuh
menggunakan pompa khusus.
Selama prosedur ini dilaksanakan, pasien dibolehkan untuk melakukan kegiatan santai,
seperti membaca, menonton TV, atau tidur, asalkan tetap berada di tempat tidur. Jika ada
ketidaknyamanan yang dirasakan selama prosedur, pasien dapat memberitahukannya
kepada dokter atau perawat. Meski begitu, dokter dan perawat akan terus memantau
kondisi pasien secara berkala.
Adapun pasien yang mengalami gagal ginjal dan tidak melakukan cuci darah Pasien
yang tidak melakukan cuci darah akan mengalami gangguan keseimbangan elektrolit
yang berakibat kepada gangguan pernapasan dan gangguan kardiovaskular.
C.Etiologi
filtrasi glomerulus atau yang disebut juga penurunan glomerulus filtration rate
(GFR). Penyebab gagal ginjal kronik menurut Andra & Yessie, 2013):
menyebabkan iskemik ginjal dan kematian jaringan ginajl. Lesi yang paling
fibromaskular pada satu atau lebih artieri besar yang juga menimbulkan
3) Infeksi : dapat dijelaskan oleh beberapa jenis bakteri terutama E.Coli yang
berasal dari kontaminasi tinja pada traktus urinarius bakteri. Bakteri ini
mencapai ginjal melalui aliran darah atau yang lebih sering secara ascenden
dari traktus urinarius bagiab bawah lewat ureter ke ginjal sehingga dapat
logam berat.
kontstriksiuretra.
cairan didalam ginjal dan organ lain, serta tidak adanya jaringan ginjal yang
nokturia, GFR 10% hingga 25% dari normal, kadar kreatinin serum dan
3) Penyakit ginjal stadium akhir (ESRD) atau sindrom uremik (lemah, letargi,
yang ditandai dengan GFR kurang dari 5-10 ml/menit, kadar serum
kreatinin dan BUN meningkat tajam, dan terjadi perubahan biokimia dan
E.Penatalaksanaan
1.) Dialisis
Dialisis dapat dilakukan dengan mencegah komplikasi gagal ginjal yang
Dialisis atau dikenal dengan nama cuci darah adalah suatu metode terpi
sisa dan kelebihan cairan dari tubuh. Terapi ini dilakukan apabila fungsi kerja
ginjal sudah sangat menurun (lebih dari 90%) sehingga tidak lagi mampu untuk
menjaga kelangsungan hidup individu, maka perlu dilakukan terapi. Selama ini
dialiser yang berfungsi sebagai ginjal buatan. Pada proses ini, darah dipompa
keluar dari tubuh, masuk kedalam mesin dialiser. Didalam mesin dialiser, darah
dibersihkan dari zat-zat racun melalui proses difusi dan ultrafiltrasi oleh dialisat
(suatu cairan khusus untuk dialisis), lalu setelah darah selesai di bersihkan,
darah dialirkan kembali kedalam tubuh. Proses ini dilakukan 1-3 kali seminggu
Terapi kedua adalah dialisis peritoneal untuk metode cuci darah dengan
bantuan membrane peritoneum (selaput rongga perut). Jadi, darah tidak perlu
dikeluarkan dari tubuh untuk dibersihkan dan disaring oleh mesin dialisis.
2.) Koreksihiperkalemi
hiperkalemia juga dapat didiagnosis dengan EEG dan EKG. Bila terjadi
3.) Koreksianemia
Usaha pertama harus ditujukan untuk mengatasi factor defisiensi,
Tranfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat, misalnya ada
infusiensi coroner.
4.) Koreksiasidosis
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari.
asidosis.
5.) Pengendalianhipertensi
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa dan vasodilatator dilakukan.
6.) Transplantasiginjal
Dengan pencakokkan ginjal yang sehat ke pasien gagal ginjal kronik,
Pengkajian
A. IDENTITAS KLIEN
Nama pasien : Tn. L
Tanggal lahir : 29 juni 1951
Agama : islam
Suku/ bangsa : jawa/ indonesia
Pekerja : wiraswasta
Pendidikan : SMP
Alamat : jl. Purwodadi lempake
Diagnosa medis : CKD on HD ( Stage v)
Sumber informasi : pasien dan keluarga
No. Register : 89.97.58
Tanggal pengkajian : 6 mei 2019
B. KELUHAN UTAMA
Mual dan ingin muntah
F. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : sedang
b. Kesadaran : Compos Mentis : E4M6V5
c. Tanda-tanda vital : TD :180/110 mmHg
Nadi : 90 kali/menit
RR : 26 kali/menit
suhu : 36.0 oC
Auskultasi
BJ II Aorta : Dup, reguler dan intensitas kuat
BJ II Pulmonal : Dup, reguler dan intensitas kuat
BJ I Trikuspid : Lup, reguler dan intensitas kuat
BJ I Mitral : Lup, reguler dan intensitas kuat
Tidak ada bunyi jantung tambahan
Tidak ada kelainan
i. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi
- BB sebelum HD: 62 Kg TB : 165 Cm
BAB 1x/hari konsistensi lunak, diet lunak, jenis diet : Diet rendah protein rendah
garam, nafsu makan menurun , porsi makan habis ¼ porsi .
Abdomen
Inspeksi : bentuk membesar,
benjolan tidak ada diperut tidak tampak, tidak ada bayangan vena, tidak terlihat adanya
benjilan abdomen, tidak ada luka operasi pada abdomen, dan tidak terpasang drain
Auskultasi : peristaltik 18x/ menit palpasi
Tidak ada nyeri tekan, teraba adanya peumpukan cairan/ asites dan tidak ada
pembesaran pada hepar dan lien
Perkusi shifting dullness : (+)
j. Pemeriksaan sistem syaraf :
Memori : Panjang
Perhatian : Dapat mengulang Bahasa : komunikasi verbal menggunakan bahasa
Indonesia Kognisi dan Orientasi : dapat mengenal orang, tempat dan waktu Refleks
k. Pemeriksaan sistem perkemihan : kebersihan : bersih
Kemampuan berkemih : menggnakan alat bantu
Jenis : folley chateter
Ukuran : 18
Hari ke-2
Produksi urine 150ml/hari
Warna : kuning
Bau : khas urine
Tidak ada distensi kandung kemih
Balance cairan /hari perawatan pada pasien (Tn.L)
di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Intake/24 Output/24
Hari 1 Hari 2 Hari 3 Hari 1 Hari 2 Hari 3
jam jam
Makan
1kalori=0,14 909 cc BAK (Urine) 150 cc
ml/hari
Minum
300 cc BAB (Feses) 200 cc
peroral
Muntah (jika
Cairan infus - -
ada)
Obat IV 8 cc Drain -
Air IWL:
metabolisme 310 cc (15cc/kgBB/24 930 cc
(5ml/kgBB/hr) jam)
Total/24 jam 1527 cc Total 24/jam 1280 cc
Pemeriksaan Penunjang Pada pasien CKD on HD di Ruang Flamboyan RSUD Abdul Wahab
Sjahranie Samarinda Tahun 2019
No Pasien Tanggal Tanggal Hasil Normal
5 Mei 2019
1. Pasien ( Tn. L) 1. Hemoglobin 9,0 g/dl 14,0 – 18,0 g/dl
2. Hematokrit 28.1 % 37,0 – 54,0 %
3. Albumin 3,2 g/dl 3,5 – 5,5 g/dl
4. Ureum 132,7 mg/dl 19,3 – 49,2 mg/dl
5. Kreatinin 14,1 mg/dl 0,7 – 1,3 mg/dl
Analisa Data
Data Etiologi Masalah Keperawatan
No.
Data Subjektif : Uremia (D.0076) Nausea
a. pasien mengatakan merasa
mual
1. b. pasien mengatakan merasa
ingin muntah
c. pasien
mengatakan tidak
nafsu makan Data
Objektif :
d. Pasien terlihat pucat
e. Kadar ureum meningkat
(Ureum 132,7 mg/dl)
Data Subjektif: Perubahan afterload Resiko penurunan curah jantung
a. Pasien
2.
mengatakan merasa
sesak napas Data
objektif:
a. Tekanan darah meningkat
180/110 mmHg
Data Subjektif : Gangguan mekanisme (D. 0022) Hipervolemia
a. Pasien mengatakan perut regulasi
semakin membesar
b. Pasien
3. mengatakan kedua
kaki bengkak Data
Objektif :
a. Edema pada kedua kaki
b. Asites diperut
c. Kadar hemoglobin 9.0
mg/dL dan hematokrit
28,1 %
d. Oliguria
Data Subjektif : Kelemahan (D.0056) Intoleransi aktifitas
a. Pasien mengeluh
4.
badan terasa lemas
Data Objektif :
a. Tekanan darah dan nadi
meningkat
Diagnosa Keperawatan
Pelaksanaan
No. Hari/Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan Evaluasi Tindakan
1. 06/05/2019
07.20 2.1 Menanyakan tanda dan Pasien mengatakan merasa
gejala peimer penurunan sesak napas dan lemas
curah jantung
07.25 3.1 Mengkaji tanda dan gejala Edema terjadi pada kedua
Hipervolemia kaki dan asites pada perut
07.40 3.3 Mengkaji jumlah dan Jumlah urin ±150 ml/hari dan
warna urin warna bersih
07.40 3.1 Mengkaji tanda dan gejala Edema pada kedua kaki dan
hipervolemia asites pada perut
07.50 3.2 Mengkaji intake dan output Jumlah intake/24 jam : 1527 cc
cairan Jumlah output/24 jam :1280 cc
Balance Cairan = 1527-1330
= +197 cc
08.00 4.2 Menanyakan pola dan jam Jam tidur 5-6 jam/hari
tidur
08.00 3.2 Mengkaji intake dan output Jumlah intake/ 24 jam: 1527 cc
cairan Jumlah output/24 jam: 1330 cc
Balance cairan=1527cc-
1330cc = 197 cc
08.05 3.1 Mengkaji tanda dan gejala Edema pada kedua kaki dan
edema asites pada perut berkurang
08.15 4.2 Menanyakan pola dan jam pasien tidur 6-7 jam
tidur
DAFTAR PUSTAKA
Andra, S.W., & Yessie, M.P. (2013). KMB 1 Keperawatan Medikal Bedah
Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika
Desfrimadona, (2016). Kualitas Hidup pada Pasien Gagal ginjal Kronik dengan
Hemodialisa di RSUD Dr. M. Djamil Padang. Diploma Thesis Univesitas
Andalas