Anda di halaman 1dari 4

Perbedaan Vitiligo dan Albino

Vitiligo Albino
Definisi Penyakit akibat proses Hipopigmentasi pada kulit,
depigmentasi pada kulit, yang rambut, dan mata.
disebabkan faktor genetik dan
non genetik yang berinteraksi
dengan kehilangan atau
ketahanan fungsi melanosit pada
kenyataannya merupakan
peristiwa autoimun.
Insidensi Dapat terjadi pada semua bangsa, Dapat terjadi pada semua ras
namun lebih diperhatikan pada dengan prevalensi berbeda
ras berkulit gelap. Vitiiligo juga
dapat terjadi pada semua umur
dan awitan rata-rata 20 tahun.
Gejala Klinis  Makula berwarna putih susu,  Pengurangan pigmen yang
homogen dan berbatas tegas. nyata dikulit, rambut, mata
 Jika mengenai folikel rambut  Fotofobia
dapat menyebabkan rambut  Paparan sinar matahari
menjadi putih menyebabkan keratosis
aktinika, karsinima sel
skuamosa, melanoma

Predileksi Vitiligo generalisata: muncul Dapat mengenai seluruh


dimana saja, tetapi umumnya di tubuh.
daerah peregangan dan tekanan
seperti lutut, siku, punggung
tangan dan jari-jari.

Vitiligo segmental: wajah, aksila,


umbilikus, puting susu, sakrum
dan inguinal.

Vitiligo simetris: jari-jari,


pergelangan tangan, aksila,
daerah lipatan dan sekitar
orifisium.
Tatalaksana  Psoralen dan UVA (PUVA)  Pelindung UV
 Narrowband UVB  Deteksi dan tatalaksana
 Kortikosteroid dianjurkan pada lesi premaligna, terutama
pengobatan vitiligo lokalisata. pada pasien yang tinggal di
 Takrolimus daerah tropis.
 Terapi depigmentasi jika
vitiligo lebih dari 80% dengan
mengguunakn mono benzileter
hidrokuinon.
 Terapi laser dengan
menggunakan laser Excimer
dengan radiasi monokromatik
308 nm dan Monochromatic
Excimer Light (MEL)
 Bedah tandur kulit :
epidermis, dermis
 Tato : bahan ferum oksida
dalam gliserol / alkohol
 Kultur sel melanosit
 Kamuflase  cover mask
Prognosis Dubia Jika pasien tinggal di daerah
Ujung jari, bibir, siku dan lutut  tropis dapat terjadi kerusakan
sering gagal kulit karena sinar matahari,
misalnya keratosis aktinik,
karsinoma sel skuamosa dan
melanoma.
Perbedaan Patogenesis Vitiligo dan Albino

Patogenesis Vitiligo
1. Hipotesis autoimun
Ditemukan adanya aktivitas imun humoral berupa antinodi anti melanosit
yang mampu membunuh melanosit secara in vitro maupun in vivo.
Aktivitas humoral diduga sebagai respon sekunder terhadap melanosit
yang rusak dibandingkan dengan respon imun primer penyebab vitiligo
generalisata.
2. Genetik pada vitiligo
Dari hasil studi yang terfokus pada vitiligo generalisata telah diidentifikasi
sedikitnya 10 lokus yang berbeda. Tujuh diantaranya terkait dengan
penyakit autoimun lainnya.
3. Hipotesis neural
Hipotesisi ini menunjukkan adanya mediator neurokimia yang bersifat
sitotoksik terhadap sel pigmen dan dikeluarkan oleh ujung saraf di
dekatnya. Teori ini didukung dengan pertama vitiligo lokalisata yang
terbatas secara segmental tidak dermatomal melainkan menyerang
beberapa dermatom. Kedua vitiligo segmental tidak berefek dengan obat-
obat vitiligo konvensional tetapi membaik dengan obat yang memodulasi
fungsi saraf. Ketiga kejadian vitiligo muncul setelah mengalami tekanan
emosional berat atau setelah kejadian neurologikal misalnya ensefalitis,
multipel sklerosis, dan jejas saraf perifer.
4. Hipotesis biokimiawi
Kerusakan mitokondria mempegaruhi terbentuknya melanocyte growth
factor dan sitokin peregulasi ketahanan melanosit. Kadar antioksidan
biologik pada vitilogo: katalase, glutation peroksidase berkurang
disebabkan kadar H2O2 epidermis yang meningkat. Bukti histopatologis
menunjukkan pengaruh dari stres oksidatif juga menyebabkan terjadinya
degenerasi vakuol. Akumulasid dari H2O2 di epidermis dan ekspresi
abnormal tyrosin related protein (TRP-1) juga mendukung munculnya
teori biokimiawi ini.
Patogenesis Albino

Albino adalah kelainan yang disebabkan karena tubuh tidak mampu


membentuk enzim yang diperlukan untuk mengubah asam amino tirosin menjadi
beta-3,4-dihidroksiphenylalanin untuk selanjutnya dirubah menjadi pigmen
melanin. Pembentukan enzim yang merubah tirosin menjadi melanin ditentukan
oleh gen dominan A sehingga orang normal dapat mempunyai genotip AA atau
Aa. Orang albino tidak memiliki gen dominan A sehingga homozigotik aa.
Kelainan ini dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan karena gen
penyebab albinisme ini terletak dalam autosom 1.
Terdapat beberapa tipe albinisme, antara lain Oculocutaneus Albinisme
(OCA) dan Ocular Albinisme (OA). Pada OCA terdapat kekurangan sintesis
melanin pada kulit, rambut dan mata. OCA terbagi menjadi 2 tipe yakni tyrosinase
negatif (rambut tidak berpigmen) dan tyrosinase positif (rambut mempunyai
pigmen). Semua tipe OCA merupakan autosomal resesif. Pada OA
hipopigmentasi terutama terlihat jelas pada mata dan terkait dengan kromosom X
resesif. Gen OA berlokasi dilengan P kromosom X, lebih tepatnya di Xp22.3-
Xp22.2 diantara marker DXS237 dan DXS143.4.

Anda mungkin juga menyukai