Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

TEKNOLOGI PERTANIAN TANAMAN PERKEBUNAN I

Oleh

Nama : Evi Safitri


No. Bp : 1410221024
Kelas : F

Dosen : Prof. Dr. Ir Reni Mayerni, MP.


Asisten : Syarief Alhadi (1210213002)
Yopi Zulfa (1310212062)

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum mata
kuliah Teknologi Pertanian Tanaman Perkebunan ini . Tujuan dari pembuatan laporan ini
adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan pembaca dalam bidang
tanaman perkebunan. Selain itu, laporan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari praktikum
mata kuliah Teknologi Pertanian Tanaman Perkebunan.
Pembuatan laporan ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak. Dalam kesempatan
ini penulis berterimakasih kepada dosen pengasuh mata kuliah dan asisten dosen dalam
praktikum, serta rekan-rekan sesama praktikan yang mendukung penyelesaian laporan ini.
Laporan ini penulis akui masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
kekurangan, oleh karena itu penulis berharap kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
laporan ini. Harapan saya semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi praktikan dan pembaca.

Padang, Oktober 2015


Penulis

( Evi Safitri )

2
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... 2


DAFTAR ISI .................................................................................................................... 3
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ 4
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................... 6
1.2 Tujuan ........................................................................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Budidaya Tanaman Karet .......................................................................................... 8
2.2 Budidaya Tanaman Kopi ,.......................................................................................... 10
2.3 Budidaya Tanaman Teh ............................................................................................. 14
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ................................................................................... 19
3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................................... 19
3.3 Cara Kerja .................................................................................................................. 19
3.3.1 Karet ........................................................................................................... 19
3.3.2 Fieldtrip ...................................................................................................... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................................................................... 22
4.1.1 Karet ........................................................................................................... 22
4.1.2 Tanaman Teh dan Kopi (Fieldtrip) ............................................................. 25
4.2 Pembahasan ............................................................................................................... 30
4.2.1 Karet ........................................................................................................... 30
4.2.2 Fieldtrip ...................................................................................................... 32
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ................................................................................................................ 34
5.2 Saran .......................................................................................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 36
LAMPIRAN .................................................................................................................... 37

3
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil pengamatan tanaman karet di lahan atas ............................................... 22


Tabel 2. Hasil pengamatan tanaman karet minggu I (polibag) ..................................... 22
Tabel 3. Hasil pengamatan tanaman karet minggu II (polibag) .................................... 22
Tabel 4. Hasil pengamatan tanaman karet minggu III (polibag) .................................. 23
Tabel 5. Hasil pengamatan tanaman karet minggu IV (polibag)................................... 23
Tabel 6. Hasil pengamatan tanaman karet minggu V (polibag) ................................... 24
Tabel 7. Hasil pengamatan tanaman karet minggu VI (polibag) .................................. 24

4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hasil Praktikum Fieldtrip .............................................................................. 25


Lampiran Praktikum Lahan Percobaan ........................................................................... 37

5
BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang
Menurut undang-undang RI Nomor 18. Tahun 2004, yang dimaksudkan dengan
perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah atau
media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengelola dan memasarkan barang dan
jasa hasil tanaman tersebut, dengan bantuan ilmu pengetahuan, dan teknologi, permodalan
serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.
Selain pengertian diatas, perkebunan dapat juga diartikan sebagai budidaya tanaman
pangan maupun non pangan yang berfungsi untuk menyerap tenaga kerja, meningkatkan
pendapatan, menghasilkan devisa negara, pemeliharaan sumberdaya alam yang dilakukan
baik oleh rakyat maupun oleh perusahaan (Perkebunan Besar).
Perkebunan berdasarkan fungsinya dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan
lapangan kerja, peningkatan, pendekatan serta devisa negara dan pemeliharaan sumber daya
alam. Berdasarkan pengelolaanya perkebunan dapat dibagi menjadi perkebunan rakyat,
perkebunan besar, perkebunan perusahaan inti rakyat, dan unit pelaksanaan proyek.
Perkebunan berdasarkan produknya dapat diartikan sebagai usaha budidaya tanaman yang
ditujukan untuk menghasilkan bahan industri (misalnya tebu ,teh kopi dan kayu manis).
Tanaman Perkebunan adalah tanaman semusim atau tanaman tahunan yang karena
jenis dan tujuan pengelolaanya ditetapkan sebagai tanaman perkebunan. Sebagai komoditas
tanaman perkebunan memiliki sebutan lain yaitu tanaman perdagangan dan tanaman industri.
Sebutan ini menunjukkan legitimasi bahwa ada peluang bisnis dari pengusahaan tanaman
perkebunan. Selain itu tanaman sub sektor perkebunan mempunyai peranan penting dalam
pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat, penerimaan devisa negara, penyedia lapangan kerja sebagaimana telah disebutkan
diatas.
Tanaman yang ditanam dalam perkebunan bukanlah tanaman yang menjadi makanan
pokok maupun sayuran. tanaman yang ditanam umumnya berukuran besar dengan
penanaman yang relatif lama, antara kurang dari setahun hingga tahunan. Ukuran luas
perkebunan sangat relatif dan tergantung volume komoditas yang diusahakan. Namun suatu
perkebunan perlu menentukan luas minimum untuk menjaga keuntungan melalui sistem
produksi yang diterapkannya.

6
Perkebunan salah satu bidang usaha yang dilakukan oleh masyarakat indonesia untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Menurut Rahardi dkk (1995) perusahaan perkebunan adalah
usaha budidaya tanaman perkebunan yang dilaksanakan di atas lahan Hak Guna Usaha
(HGU). Perusahaan perkebunan di Indonesia sebagian besar merupakan milik negara Belanda
yang dulunya merupakan perkebunan bekas modal yang telah dibeli oleh pemerintah
Indonesia. Salah satu perusahaan perkebunan yang berstatus BUMN adalah PT. Perkebunan
Nusantara IV yang dibentuk berdasarkan PP RI No. 09 Tahun 1996 yang berkantor pusat di
kota Medan.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan
tanaman perkebunan dalam rangka mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Selain itu, perkebunan mendukung program pembangunan nasional seperti penerimaan
devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan
kebutuhan dalam negeri, bahan baku industri dalam negeriserta optimalisasi pengelolaan
sumberdaya alam secara berkelanjutan.
Usaha perkebunan mampu bertahan dari krisis moneter yang melanda di indonesia.
Oleh karena itu, perkebunan perlu dikelola, dilindungi, dan dimanfaatkan secara terencana,
terbuka, terpadu, profesional dan bertanggung jawab demi meningkatkan perekonomian
rakyat, bangsa dan negara. Saat ini, dalam era perdagangan bebas komoditas perkebunan
merupakan salah satu komoditas unggulan indonesia yang mampu memberikan devisa
negara.

1. 2 Tujuan
 Untuk mengetahui pertumbuhan tanaman karet, kopi dan teh
 Untuk mengetahui cara budidaya teh, kopi dan karet
 Untuk mengetahui pengolahan teh
 Untuk lebih memahami materi pada mata kuliah Teknologi Pertanian Tanaman
Perkebunan
 Sebagai pemenuhan syarat UAP (Ujian Akhir Praktikum) mata kuliah Teknologi
Pertanian Tanaman Perkebunan

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Budidaya Tanaman Karet


Tanaman karet (Hevea Brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang bernilai
ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya pertama kali pada umur
tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut bisa diolah menjadi lembaran karet
(sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah (crumb rubber) yang merupakan bahan baku
industri karet. Kayu tanaman karet, bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat
digunakan untuk bahan bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain.
Produk-produk karet tersebut umumnya diekspor.
Indonesia pernah menjadi produsen karet nomer satu di dunia, namun saat ini posisi
Indonesia tersaingi oleh dua negara tetangga Thailand dan Malaysia. Peningkatan produksi
karet dapat dilakukan dengan penerapan teknologi budidaya yang dianjurkan, mulai dari
pemilihan bibit, penanganan bibit, persiapan lahan,penanaman, pemeliharaan, panen dan
pasca panen
Menurut Steenis (1975), kedudukan tanaman karet dalam sistematika adalah :
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Spermatophyta
Class                : Dicotyledoneae
Ordo                : Euphorbiales
Famili              : Euphorbiaceae
Genus              : Hevea
Spesies            : Hevea brassiliensis Muell. Arg.

Sistem perakarannya kompak. Akar karet termasuk akar tunggang yang dapat
menghujam tanah hingga kedalaman 1-2 m. Akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m
(Andoko dan Setiawan, 1997).
Batangnya bulat atau silindris, kulit kayunya halus, rata berwarna pucat hingga
kecoklatan, sedikit bergabus. Apabila dipotong akan mengeluarkan getah sebagai hasil
perkebunan karet. Beberapa kebun karet, ada kecondongan arah tumbuh tanaman agak miring
kearah utara. Batang tanaman ini menandung getah yang biasa disebut lateks
(http://www.icraf.org., 2008).

8
Tangkai daun utama 3-20 cm. Daun berbentuk elips memanjang dengan ujung
runcing atau lancip. Tepinya rata. Pada tiap tangkai tumbuh 3 helai daun. Daunnya tersusun
melingkar batang (spiral), berambut. Bunganya bergerombol muncul dari ketiak daun
(aksilar), individu bunga bertangkai pendek, bunga betina tumbuh di ujung  (Sadjad, 1993).
Bunga tanaman karet tumbuh bergerombol dari ketiak daun. Bunga betina terletak di
ujung proporsi bunga jantan lebih banyak dari bunga betina. Bunga jantan mekar selama 1
hari lalu langsung luruh, sedangkan bunga betina mekar selama 3-4 hari (Sianturi, 2001). Biji
karet berwana coklat. Berbentuk bulat sampai lonjong. Warna putih pada biji karet
mengandung banyak air (Hartman, dkk., 1981).
Syarat tumbuh tanaman karet adalah :

 Iklim
Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Luasan tanaman karet 150 LU-100 LS.
Ketinggian tempat yang sesuai untuk tanaman karet adalah 100-600 mdpl. Curah hujan yang
diinginkan berkisar antara 2.000-2.500 mm/thn (Syamsulbahri, 1996). Tanaman karet tumbuh
optimal di dataran rendah, yakni pada ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi tempat,
perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari
permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet. Jika dalam waktu yang lama suhu rata-
rata kurang dari 200c, maka tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet, demikian
sebaliknya (Setyamidjaja, 1993). Pertumbuhan tanaman karet optimal adalah pada suhu antar
15-300C. Di pulau Jawa, (>200m dpl), sedangkan di Sumatera umumnya di dataran rendah
(Tim Penulis PS, 2008).
            Tanaman karet tidak tahan terhadap hembusan angin yang terlalu kencang. Hembusan
angin yang terlalu kencang dapat membuat pohon karet roboh. Makin tinggi tempat,
perumbuhannya semakin lambat dan hasilnya lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dari
permukaan laut tidak cocok lagi untuk tanaman karet (Sadjad, 1993).

 Tanah
            Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah yang mempunyai
sifat fisik baik atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang dikehendaki adalah bersolum
dalam, permukaan air tanah rendah yaitu 1 m (Musa, 2006). Jika lahan untuk budidaya karet
tidak berkontur rata, tetapi memiliki kemiringan lebih dari 10 0 sebaiknya dibuat teras dengan
lebar minimum 3 m. Teras ini dibuat untuk mencegah terjadinya erosi (Sutanto, 2005).

9
Jenis tanah tanaman karet mulai dari vulkanis muda, tua dan aluvial sampai tanah
gambut dengan drainase dan aerase yang baik, tidak tergenang air. pH tanah yang bervariasi
dari 3,0-8,0 (Sianturi, 2001). Tanaman karet rekasi tanah yang umunya di tanam yang
mempunyai pH antara 3-8. pH tanah di bawak 3 atau diatas 3 dapat menyebabkan tanaman
akan terhambat ( Sianturi, 2001).

 Media Tanam
Tanah untuk media tanam ini harius subur dan humus yang bisa diambil dari tanah
permukaan (top soil) dengan kedalaman maksimum 15 cm. tanah tidak perlu dicampur
dengan pupuk kandang, pair atau bahan lainnya. Setelah itu, kecambah karet ditanam dengan
cara yang sama dengan menanam kecambah karet di persemaian lahan (Sutanto, 2005).
Media tanam karet dapat dikombinasikan dari top soil, humus dan pukan. Humus merupakan
ikatan atau gabungan senyawa organik yang tidak mudah terurai (resisten berwarna coklat
sampai hitam), berkemampuan mengikat atau menahan air, memegang atau menyimpan
unsur hara (Andoko dan Setiawan, 1997).
Kompos merupakan kotoran ternak yang dicampurkan dengan media tanam yang lain.
Secara kimia, kompos dapat meningkatkan kapasitas tukar kation, ketersediaan unsur hara
dan ketersediaan asam humat. Asam humat akan membantu meningkatkan proses pelapukan
bahan mineral secara biologi. Kompos merupakan sumber makanan (energi) bagi
mikroorganisme tanah (Simamora dan Saludik, 2006).

2. 2 Budidaya Tanaman Kopi


Kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan yang sudah lama
dibudidayakan dan memiliki nilai ekonomis yang lumayan tinggi.Konsumsi kopi dunia
mencapai 70% berasal dari spesies kopi arabika dan 26% berasal dari spesies kopi
robusta.Kopi berasal dari Afrika, yaitu daerah pegunungan di Etopia. Namun, kopi sendiri
baru dikenal oleh masyarakat dunia setelah tanaman tersebut dikembangkan di luar daerah
asalnya, yaitu Yaman di bagian selatan Arab, melalui para saudagar Arab (Rahardjo,2012).
Di Indonesia kopi mulai di kenal pada tahun 1696, yang di bawa oleh VOC. Tanaman
kopi di Indonesia mulai di produksi di pulau Jawa, dan hanya bersifat coba-coba, tetapi
karena hasilnya memuaskan dan dipandang oleh VOC cukup menguntungkan sebagai
komoditi perdagangan maka VOC menyebarkannya ke berbagai daerah agar para penduduk
menanamnya (Najiyanti dan Danarti, 2004).

10
Sistematika tanaman kopi robusta menurut Rahardjo (2012) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionita
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Astridae
Ordo : Rubiaceace
Genus : Coffea
Spesies : Coffea robusta

Jenis - Jenis Kopi Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, tetapi yang
paling sering dibudidayakan hanya kopi arabika,robusta, dan liberika. Pada umumnya,
penggolongan kopi berdasarkan spesies, kecuali kopi robusta. 4 Kopi robusta bukan nama
spesies karena kopi ini merupakan keturunan dari berapa spesies kopi terutama Coffea
canephora (Najiyati dan Danarti, 2004).
Menurut Aak (1980), terdapat empat jenis kopi yang telah dibudidayakan, yakni:
 Kopi Arabika
Kopi arabika merupakan kopi yang paling banyak di kembangkan di dunia maupun di
Indonesia khususnya.Kopi ini ditanam pada dataran tinggi yang memiliki iklim kering sekitar
1350 - 1850 m dari permukaan laut.Sedangkan di Indonesia sendiri kopi ini dapat tumbuh
dan berproduksi pada ketinggian 1000 – 1750 m dari permukaan laut.Jenis kopi cenderung
tidak tahan terhadap penyakit Hemilia Vastatrix. Namun kopi ini memiliki tingkat aroma dan
rasa yang kuat.

 Kopi Liberika
Jenis kopi ini berasal dari dataran rendah Monrovia di daerah Liberika.Pohon kopi
liberika tumbuh dengan subur di daerah yang memilki tingkat kelembapan yangtinggi dan
panas.Kopi liberika penyebarannya sangat cepat.Kopi ini memiliki kualitas yang lebih buruk
dari kopi Arabika baik dari segi buahdan tingkat rendemennya rendah.

 Kopi Canephora (Robusta)

11
Kopi Canephorajuga disebut kopi Robusta. Nama Robusta dipergunakan untuk tujuan
perdagangan, sedangkan Canephora adalah nama botanis. Jenis kopi ini berasal dari Afrika,
dari pantai barat sampai Uganda.Kopi robusta memiliki kelebihan dari segi produksi yang
lebih tinggi di bandingkan jenis kopi Arabika dan Liberika.

 Kopi Hibrida
Kopi hibrida merupakan turunan pertama hasil perkawinan antara dua spesies atau
varietas sehingga mewarisi sifat unggul dari kedua induknya. Namun, keturunan dari
golongan hibrida ini sudah tidak mempunyai sifat yang sama dengan induk hibridanya. Oleh
karena itu, pembiakannya hanya dengan cara vegetative seperti stek atau sambungan.

Syarat Tumbuh tanaman kopi ini yaitu :


 Ketinggian Tempat
Kopi di Indonesia saat ini umumnya dapat tumbuh baik pada ketinggian tempat di
atas 700 m di atas permukaan laut (dpl). Dalam perkembangannya dengan adanya introduksi
beberapa klon baru dari luar negeri, beberapa klon saat ini dapat ditanam mulai di atas
ketinggian 500 m dpl, namun demikian yang terbaik seyogyanya kopi ditanam di atas 700 m
dpl, terutama jenis kopi robusta. Kopi arabika baik tumbuh dengan citarasa yang bermutu
pada ketinggian di atas 1000 m dpl.

 Curah Hujan dan Lahan


Curah hujan yang sesuai untuk kopi seyogyanya adalah 1500 – 2500 mm per tahun,
dengan rata-rata bulan kering 1-3 bulan dan suhu rata-rata 15-25 derajat celcius dengan lahan
kelas S1 atau S2 (Puslitkoka, 2006). Ketinggian tempat penanaman akan berkaitan juga
dengan citarasa kopi.

Teknik budidaya yang dapat dilakukan untuk tanaman kopi yaitu dengan melakukan
hal-hal berikut :
 Sumber dan kebutuhan bahan tanam.
Sumber tanaman klonal kopi harus berasal dari kebun entres resmi, dapat dalam
bentuk entres maupun setek berakar. Disarankan, apabila akan melakukan penanaman baru
sebaiknya tidak menggunakan teknik penyambungan dengan batang bawah tetapi dengan
menggunakan setek berakar, kecuali pada daerah-daerah yang endemik nematoda. Teknik

12
penyambungan dengan menggunakan batang bawah memiliki resiko yang tinggi akan terjadi
kesalahan klon, yaitu apabila yang tumbuh bukan klon dari entres yang disambungkan di
atasnya. Untuk mencukupi keperluan bahan tanam berupa setek berakar, pada setiap
hektarnya di tambah 20% dari jumlah populasi tanaman kopi yang direncanakan.

 Pembibitan dan Perbanyakan Bahan Tanaman


Tanaman kopi dapat diperbanyak dengan cara vegetatif menggunakan bagian dari
tanaman dan generatif menggunakan benih atau biji. Perbanyakan secara generatif lebih
umum digunakan karena mudah dalam pelaksanaanya, lebih singkat untuk menghasilkan
bibit siap tanam dibandingkan dengan perbanyakan bibit secara vegetatif (klonal).
Sambungan dan setek merupakan perbanyakan tanaman kopi secara klonal yang
umum dilakukan. Tujuan penyambungan bibit kopi adalah untuk memanfaatkan dua sifat
unggul dari bibit batang bawah tahan terhadap hama nematoda parasit akar, dan sifat unggul
dari batang atas yaitu mempunyai produksi yang tinggi serta mutu biji baik. Sedangkan
perbanyakan klonal tanaman kopi dengan setek hanya memanfaatkan salah satu sifat
keunggulan dari sumber bahan tanaman.

 Penanaman
Jarak tanam kopi umumnya disesuaikan dengan kemiringan tanah. Untuk lahan
dengan kemiringan tanah kurang dari 15%, tiap klon ditanam dengan lajur sama, berseling
dengan klon lain. Pergantian klon mengikuti arah timur barat. Apabila kemiringan tanah lebih
dari 15% tiap klon diletakkan dalam satu teras, diatur dengan jarak tanam sesuai lebar teras.
Hal ini untuk mengantisipasi apabila dikemudian hari dilakukan penyulaman, selain
memudahkan penelusuran klon juga tidak mengubah imbangan komposisi klon.

 Pemupukan
Tujuan pemupukan adalah untuk menjaga daya tahan tanaman, meningkatkan
produksi dan mutu hasil serta menjaga agar produksi stabil tinggi. Seperti tanaman lainnya,
pemupukan secara umum harus tepat waktu, dosis dan jenis pupuk serta cara pemberiannya.
Semuanya tergantung kepada jenis tanah, iklim dan umur tanaman. Pemberian pupuk dapat
diletakkan sekitar 30-40 cm dari
batang pokok.

13
Dosis pemupukan biasanya mengikuti umur tanaman, kondisi tanah, tanaman
serta iklim. Pemberian pupuk biasanya juga mengikuti jarak tanamnya, dan dapat
ditempatkan sekitar 30-40 cm dari batang pokoknya. Seperti untuk tanaman lainnya,
pelaksanaan pemupukan harus tepat waktu, tepat jenis, tepat dosis dan benar cara
pemberiannya.

 Pemangkasaan
Manfaat dan fungsi pemangkasan umumnya adalah agar pohon tetap rendah sehingga
mudah perawatannya, membentuk cabang-cabang produksi yang baru, mempermudah
masuknya cahaya dan mempermudah pengendalian hama dan penyakit. Pangkasan juga dapat
dilakukan selama panen sambil menghilangkan cabang-cabang yang tidak produktif, cabang
liar maupun yang sudah tua. Cabang yang kurang produktif dipangkas agar unsur hara yang
diberikan dapat tersalur kepada batang-batang yang lebih produktif. Secara morfologi buah
kopi akan muncul pada percabangan, oleh karena itu perlu diperoleh cabang yang banyak.
Pangkasan dilakukan bukan hanya untuk menghasilkan cabang-cabang saja, (pertumbuhan
vegetatif) tetapi juga banyak menghasilkan buah.

 Panen dan Pengolahan


Pemanenan buah kopi yang umum dilakukan dengan cara memetik buah yang telah
masak pada tanaman kopi adalah berusia mulai sekitar 2,5 – 3 tahun. Buah matang ditandai
oleh perubahan warna kulit buah. Kulit buah berwarna hijau tua adalah buah masih muda,
berwarna kuning adalah setengah masak dan jika berwarna merah maka buah kopi sudah
masak penuh dan menjadi kehitam-hitaman setelah masak penuh terlampaui (over ripe)
(Starfarm, 2010a).
Pengolahan cara basah dan semi basah. Tahapan pengolahan kopi cara basah adalah
sebagai berikut : Panen Pilih -> Pengupasan kulit kopi HS -> Sortasi Biji Kering ->
Pengeringan -> Pencucian -> Fermentasi -> Pengupasan kulit buah merah -> Sortasi Buah ->
Pengemasan dan penyimpanan. Tahapan pengolahan kopi cara semi basah adalah sebagai
berikut : Panen Pilih -> Sortasi Buah -> Pengupasan kulit buah merah -> Fermentasi +
pencucian lendir -> Penjemuran 1-2 hari, KA ± 40 % -> Pengupasan kulit cangkang ->
Penjemuran biji sampai KA 11 - 13 % -> Sortasi dan pengemasan -> Penyimpanan dan
penggudangan.

14
2. 3 Budidaya Tanaman Teh
Klasifikasi botani tanaman teh adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatopyta
Sub : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Keluarga : Transtroemiaceae
Genus : Camellia
Spesies : Camellia sinensis L.

Tanaman teh merupakan tanaman sub tropik yang bergenus Camellia dari family
Theceae. Secara umum tanaman teh berakar dangkal, peka terhadap keadaan fisik tanah dan
cukup sulit menembus lapisan tanah. Perakaran berkembang pada lapisan tanah atas dengan
kedalaman 0 cm sampai 25 cm, yang merupakan tempat utama berakumulasinya unsur-unsur
hara tanaman di dalam tanah. (Abdullah, 2011)
Tanaman teh (camellia sinensis) diperkirakan berasal dari daerah pegunungan
Himalaya dan daerah-daerah pegunungan yang berbatasan dengan Republik Rakyat Cina,
India, dan Burma.Tanaman ini dapat tumbuh subur di daerah tropik dan subtropik dengan
menuntut cukup sinar matahari dan hujan sepanjang tahun.Tanaman teh dapat tumbuh sampai
sekitar 6-9 m tinggi.Di perkebunan-perkebunan tanaman teh dipertahankan hanya sampai
sekitar 1 m tinggi dengan pemengkaan secara berkala.Ini dilakukan untuk memudahkan
pemetikan daun dan agar diperoleh tunas-tunas dau teh yang cukup banyak.
Tanaman teh umumnya mulai dapat dipetik daunnya secara menerus setelah umur 5
tahun.Dengan pemeliharaan yang baik tanaman teh dapat memberi hasil daun teh yang cukup
besar selama 40 tahun. Kebun-kebun teh karenanya perlu senantiasa memperoleh pemupukan
secara teratur, bebas serangan hama penyakit tanaman, memperoleh pemangkasan secara
baik, memperoleh curah hujan yang cukup. Kebun-kebun teh perlu diremajakan setelah
tanaman tehnya berumur 40 tahun ke atas.Tanaman teh dapat tumbuh subur di daerah-daerah
dengan ketinggian 200-2.000 m di atas permukaan laut.Di daerah-daerah yang rendah
umumnya tanaman teh kurang dapat memberi hasil yang cukup tinggi.Tanaman teh
menghendaki tanah yang dalam dan mudah menyerap air. Tanaman tidak tahan terhadap
kekeringan serta menuntut curah hujan minimum 1.200 mm yang merata sepanjang tahun.
(Adisewojo, 1982)
Tanaman teh membutuhkan iklim yang lembab, dan tumbuh baik pada temperatur
yang berkisar antara 10-30o C pada daerah dengan curah hujan 2.000 mm per tahun dengan

15
ketinggian 600-2000 m dpl. Tanaman teh di perkebunan ditanam secara berbaris dengan jarak
tanam satu meter. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil setinggi 50–100 cm
dengan batang tegak dan bercabang-cabang . Pohon teh mampu menghasilkan teh yang bagus
selama 50-70 tahun, namun setelah 50 tahun hasil produksinya akan menurun. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penggantian tanaman tua agar produktivitas tanaman teh tetap bagus.
Pohon yang tua diganti dengan bibit yang masih muda yang telah ditumbuhkan di
perkebunan khusus untuk pembiakan tanaman muda.
Cara pemetikan daun selain mempengaruhi jumlah hasil teh, juga sangat menentukan
mutu teh yang dihasilkannya. Dibedakan cara pemetikan halus (fine plucking) dan cara
pewmetikan kasar (coarse plucking). Pemetikan daun hingga kini masih dilakukan oleh
tenaga manusia, bahkan sebagian besar oleh tenaga-tenaga wanita. Untuk menghasilkan teh
mutu baik perlu dilakukan pemetikan halus, yaitu: hanya memetik daun pucuk dan dua daun
di bawahnya. Ada pula yang melakukan pemetikan medium, dengan juga memetik bagian
halus dari daun ketiga di bawah daun pucuk. Pemetikan kasar sering pula dilakukan
bebewrapa perkebunan (rakyat), yaitu: pemetikan daun pucuk dengan tiga atau lebih banyak
daun di bawahnya, termasuk batangnya. (Arifin, 1992)
Teh dikelompokan berdasarkan cara pengolahan. Daun teh Camellia sinensis segera
layu dan mengalami oksidasi kalau tidak segera dikeringkan setelah dipetik. Proses
pengeringan membuat daun menjadi berwarna gelap, karena terjadi pemecahan klorofil dan
terlepasnya unsur tanin. Proses selanjutnya berupa pemanasan basah dengan uap panas agar
kandungan air pada daun menguap dan proses oksidasi bisa dihentikan pada tahap yang
sudah ditentukan.
Pengolahan daun teh sering disebut sebagai "fermentasi" walaupun sebenarnya
penggunaan istilah ini tidak tepat. Pemrosesan teh tidak menggunakan ragi dan tidak ada
etanol yang dihasilkan seperti layaknya proses fermentasi yang sebenarnya. Pengolahan teh
yang tidak benar memang bisa menyebabkan teh ditumbuhi jamur yang mengakibatkan
terjadinya proses fermentasi. Teh yang sudah mengalami fermentasi dengan jamur harus
dibuang, karena mengandung unsur racun dan unsur bersifat karsino.
Pengelompokan teh berdasarkan tingkat oksidasi:
 Teh Putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh
putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga

16
menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-
lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.

 Teh Hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah
daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan
pemanasan (cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok
dengan menggongseng di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam
bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil (teh yang
disebut gun powder).

 Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang
biasanya memakan waktu 2-3 hari.

 Teh Kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang
berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih
lambat.

 Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga.Teh
bunga yang paling populer adalah teh melati (Heung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá
dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur
bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja,
leci dan seruni.

Sebagai komiditi pertanian karakteristik teh adalah sebagai berikut :


 Teh adalah tanaman yang sensitif (mudah rusak) karena iklim/cuaca, karena itu
membutuhkan ketekunan yang tinggi bagi pengusaha yang ingin terjun di bisnis ini.
 Masa panen teh dilakukan sepanjang tahun setelah tanaman masuk kategori tanaman
menghasilkan (biasanya 2-3 tahun setelah penanaman). Pada musim hujan (peak

17
season) produksi pucuk biasanya lebih banyak dari kondisi pada musim kemarau (low
season).
 Perkebunan teh di dataran tinggi menghasilkan teh dengan mutu yang lebih baik dari
teh yang ditanam di dataran rendah. Contohnya teh dari dataran tinggi Jawa Barat
memiliki ciri kenampakan dalamnya (penilaian air seduh) yang berwarna jernih/lebih
terang.
 Masih rendahnya teknologi pengolahan teh di banyak industri teh, menyebabkan mutu
teh Indonesia rata-rata mutunya rendah, lebih-lebih yang dihasilkan oleh pengolahan
teh rakyat. Hal ini juga yang menjadi salah satu faktor mengapa harga teh Indonesia
rata-rata lebih rendah dari harga teh yang dihasilkan oleh Sri Lanka misalnya.
 Sebagai komoditi ekspor, fluktuasi harga di luar negeri, memberikan dampak terhadap
produksi didalam negeri. Pada saat harga teh turun, mungkin karena kelebihan suplai
dipasar, petani teh perkebunan rakyat biasanya kurang antusias untuk merawat tehnya
dengan baik, sehingga produksi turun.

Walaupun proporsi areal luas kebun teh rakyat lebih besar dari perkebunan besar,
tetapi produksi tehnya lebih rendah dibanding perkebunan besar, karena rata-rata
produktifitas per hektar jauh lebih kecil (0,5 tons/ha) dibanding perkebunan besar negara
yang mencapai 1,78 tons/ha.

18
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3. 1 Waktu dan Tempat Praktikum


Pelaksanaan praktikum Teknologi Produksi Tanaman Perkebunan II dilaksanakan
pada tanggal 30 Februari 2016 sampai tanggal 14 Mei 2016. Praktikum ini dilaksanakan di
Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Andalas. Sedangkan untuk pelaksanaan
fieldtrip, dilaksanakan pada tanggal 30 April 2016 di Kebun Teh dan Kopi Kayu Aro, Jambi.

3. 2 Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum Tekologi Produksi Tanaman Perkebunan
adalah Cangkul untuk membersihkan lahan yang pada saat awal praktikum lahan masih
dipenuhi oleh gulma. Kemudian alat pengukur (meteran) yang digunakan untuk mengamati
pertumbuhan karet, sprayer yang digunakan untuk menyemprot hama, Kayu yang digunakan
untuk membuat pagar untuk tanaman karet yang sudah ditanaman di lahan atas serta tali
plastik untuk mengikat kayu tersebut dan kamera/HP yang digunakan untuk dokumentasi saat
pelaksanaan fieldtrip. Sedangkan bahan yang digunakan ialah pestisida cair yang digunakan
untuk mengendalikan hama dan Pupuk KCL, Urea, dan SP36 dengan perbandingan 1:1:1
serta pupuk kompos yang dicampurkan dengan media tanam di polibag .

3. 3 Cara Kerja
3.3.1 Karet
 Kegiatan pertama kali dilakukan disetiap praktikum untuk budidaya karet adalah
berbaris sesuai dengan kelas masing-masing. Kemudian menyanyikan lagu Dian
Pertanian, yang akan dipimpin oleh perwakilan kelas yang tiap minggunya diwakilkan
oleh utusan tiap kelas secara bergilir.
 Setelah itu, mendengarkan arahan dari asisten dosen dan sekaligus pengambilan
absen.
 Pada minggu pertama kegiatannya adalah pembersihan lahan pada lahan bawah
tempat tanaman karet yang masih didalam polibag

19
 Tanaman karet yang berada dalam polibag harus disiram minimal 2 hari sekali dan
juga dilakukan pengamatan di tiap minggunya (selama 6 minggu).
 Selain tanaman karet yang ada di lahan bawah (polibag), para praktikan juga
melakukan perawatan pada tanaman karet yang sudah ditanam di lahan atas.
 Kegiatan yang dilakukan pada tanaman karet yang sudah ditanam dimulai dengan
membersihkan gulma di sekitar tanaman.
 Kemudian berikan jarak diameter sekitar 1 m untuk memberi tanda bahwasanya
tanaman karet tersebut sudah ditanam sebelumnya.
 Pada pasca pembersihan lahan gemburkan tanah di sekitar tanaman karet, kemudian
tambahkan pupuk Kompos. Perlakuan ini juga dilakukan untuk tanaman yang ada di
polibag. Untuk tanaman di polibag dilakukan dengan menggemburkan tanah yang ada
di polibag baru kemudian dicampur dengan pupuk kompos.
 Pada minggu berikutnya dilakukan pemupukan dengan pupuk kimia yaitu pupuk
KCL, Urea dan SP36 dengan perbandingan 1:1:1 untuk tanaman karet yang sudah
ditanam dan juga yang berada di polibag. Caranya dengan membuat saluran di sekitar
daerah pertanaman kemudian tutup dengan tanah.
 Susun polybag-polybag tanaman karet yang ada dengan rapi, kemudian gali lubang
secara dangkal untuk penyanggah agar tanaman karet tersebut tidak mudah jatuh saat
diterpa angin.
 Diminggu-minggu berikutnya kegiatannya adalah melakukan perawatan dan
pengamatan terhadap tanaman karet seperti penanggulangan gulma, penggemburan
dan juga pemberian tiang pelindung untuk taanaman karet yang sudah ditanam dengan
kayu sepanjang 1 m di sekitar lingkaran pertanamannya dengan cara menancapkan
kayu tersebut secara menyilang dan diikat dengan tali plastik. Selain itu juga
dilakukan penanggulangan hama dengan menyemprotkan pestisida pada tanaman
karet.

3. 3. 2 Fieldtrip
 Keberangkatan menuju lokasi praktikum lapang ( fieldtrip) dilakukan pada hari
Jum’at tanggal 30 April 2016 pukul 23.00 WIB
 Kami sampai di lokasi pada hari Sabtu pukul 08.30 WIB, Dilanjutkan dengan
beberapa rangkaian kegiatan diantaranya: pengarahan oleh doses dan asisten
praktikum, pengamatan dan juga mendengarkan bagaimana pengolahan hasil panen

20
tanaman teh , pengamatan dan mendengarkan penjelasan dari pihak perkebunan
mengenai budidaya kopi di kebun kopi arabika, dan pengamatan serta mendengarkan
arahan pihak perkebunan mengenai budidaya teh dan bagaimana kegiatan pemetikan
teh dilakukan.
 Kegiatan kami diakhiri dengan makan siang pada pukul 13.00 WIB sebelum akhirnya
kembali pulang pada pukul 14.00 WIB

21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4. 1 Hasil
4. 1. 1 Karet
Tabel 1. Hasil pengamatan tanaman karet di lahan atas
NO Minggu Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Daun Batang Tunas Barat- Utara- BT + US
(Helai) (Cm) (Cm) Timur Selatan 2
(Cm) (Cm) (Cm)
1 Pertama 7 45 30 36 52 44
2 Kedua 18 56 34 41 57 49
3 Ketiga 28 69 37 62 78 70

Tabel 2. Hasil Pengamatan tanaman karet di lahan bawah pada minggu pertama
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 12 36 19 20 14 17
2 Tanaman 2 8 52 49 23 20 21,5
3 Tanaman 3 15 31 29 27 24 25,5
4 Tanaman 4 21 39 34 28 29 28,5
5 Tanaman 5 28 45 40 34 36 35
6 Tanaman 6 2 54 51 3 4 3,5
7 Tanaman 7 8 76 62 18 24 21

Tabel 3. Hasil Pengamatan tanaman karet di lahan bawah pada minggu kedua
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 18 40 21 23 19 21
2 Tanaman 2 10 53 52 25 23 24
3 Tanaman 3 18 32 35 28 24 26
4 Tanaman 4 26 43 38 29 26 27,5

22
5 Tanaman 5 32 47 41 35 38 36,5
6 Tanaman 6 5 57 52 4 6 5
7 Tanaman 7 11 79 67 19 25 22

Tabel 4. Hasil Pengamatan tanaman karet di lahan bawah pada minggu ketiga
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 20 43 21 25 22 23,5
2 Tanaman 2 15 54 53 26 24 25
3 Tanaman 3 21 37 36 29 24 26,5
4 Tanaman 4 28 49 41 29 27 28
5 Tanaman 5 36 51 48 37 40 38,5
6 Tanaman 6 9 58 59 8 7 7,5
7 Tanaman 7 19 82 73 21 28 24,5

Tabel 5. Hasil Pengamatan Tanaman karet di lahan bawah pada minggu keempat
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 27 44 22 26 24 25
2 Tanaman 2 24 56 53 27 25 26
3 Tanaman 3 30 39 38 31 26 28,5
4 Tanaman 4 35 53 41 32 28 30
5 Tanaman 5 45 52 49 41 42 41,5
6 Tanaman 6 6 59 60 8 4 6
7 Tanaman 7 30 83 75 23 26 24,5

Tabel 6. Hasil Pengamatan Tanaman karet di lahan bawah pada minggu kelima
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 34 47 28 31 28 29,5
2 Tanaman 2 29 57 55 29 26 27,5
3 Tanaman 3 32 43 42 37 29 33

23
4 Tanaman 4 43 59 45 34 32 33
5 Tanaman 5 58 54 54 43 44 43,5
6 Tanaman 6 12 63 62 11 6 8,5
7 Tanaman 7 43 83 76 27 26 26,5

Tabel 7. Hasil Pengamatan Tanaman karet di lahan bawah pada minggu keenam
No Tanaman Jumlah Tinggi Tinggi Lebar Kanopi Daun
Barat- Utara- Hasil
Daun Batang Tunas
Timur Selatan BT+US
(Helai) (Cm) (Cm)
(Cm) (Cm) 2
1 Tanaman 1 39 48 31 32 32 32
2 Tanaman 2 32 59 56 31 30 30,5
3 Tanaman 3 37 44 43 38 31 34,5
4 Tanaman 4 49 59 45 37 34 35,5
5 Tanaman 5 62 54 54 47 47 47
6 Tanaman 6 15 65 63 13 8 10,5
7 Tanaman 7 47 84 76 27 28 27,5

4. 1. 2 Tanaman Teh dan Kopi (Fieldtrip)

24
25
26
27
28
4. 2 Pembahasan
4. 2. 1 Karet
Pada budidaya karet yang dilakukan di lahan percobaan fakultas Pertanian Universitas
Andalas terbagi menjadi dua lokasi yaitu dilokasi penelitian dimana tanaman karet berada
dalam polibag. Kemudian lokasi kedua yaitu di lahan atas dimana tanaman karet sudah
ditanam dan sudah berusia sekitar 6 bulan.
Untuk tanaman karet yang berada di lokasi penelitian yaitu tanaman karet yang masih
di polibag, pada awal praktikum kondisinya tidak terlalu baik. Oleh karena itu di awal
praktikum dilakukan terlebih dahulu pembersihan gulma yang terdapat di lahan sekitar yang

29
akan dijadikan sebagai tempat pembudidayaan karet. Dan pada tanaman karet yang sudah
ditanam pun pada awalnya sangat banyak disekelilingnya dengan gulma sehingga perlu
dilakukan penanggulangan gulma.
Dari tabel hasil pengamatan yang dilakukan selama 6 minggu pada tanaman karet di
polibag, maka dapat dilihat bahwa tiap minggunya setiap tanaman mengalami peningkatan
ukuran dan jumlah begitupun dengan tanaman karet yang sudah ditanam di lahan atas. Hal
ini dikarenakan pemberian pupuk awal yaitu pupuk kompos yang dilakukan pada minggu
kedua pemeliharaan. Pupuk Kompos telah memperbaiki struktur tanah yang ada di polibag,
yang awalnya keras dan sangat kering menjadi lebih lunak dan tidak terlalu kering. Dan tanah
yang ada di sekitar tanaman karet yang sudah ditanam menjadi lebih lembab tidak seperti
semula ketika pertama di awal praktikum. Selain itu pupuk kompos juga membantu
menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman dan juga menjaga ketersediaan unsur hara
yang ada. Sehingga mampu membantu pertumbuhan dan perkembangan tanaman karet ini.
Selain pupuk kompos juga diberikan pupuk anorganik seperti KCL, Urea, dan SP36 .
Pupuk KCL yang diberikan akan menambah daya tahan dari batang tanaman karet sehingga
tidak mudah roboh. Pupuk Urea yang diberikan akan membuat daun karet menjadi hijau
mengkilat serta meningkatkan pertumbuhan batang agar menjadi besar begitupun cabang
pohon karet, selain itu juga mampu meningkatkan unsur nutrisi yang dibutuhkan oleh
tanaman karet. Pupuk SP36 yang diberikan merangsang pertumbuhan akar agar pohon karet
tahan terhadap kekeringan (karena penyiraman dilakukan 2 kali sehari) , selain itu juga
menambah ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit.
Dalam pemberian pupuk yang perlu diingat adalah jangan terus menerus memberikan
tanaman karet dengan pupuk anorganik, hal ini dapat membuat tanah akan semakin keras dan
ketersediaan unsur hara pun akan terus berkurang. Namun bila dibarengi dengan pupuk
organik maka ketersediaan unsur hara akan lebih terjaga dan juga akan menjaga strukrtur
tanah dan kelembapan tanah akan menjadi lebih baik. Oleh karena itu dalam budidaya
tanaman karet perlu perpaduan antara pemupukan dengan pupuk organik dan juga pupuk
anorganik.
Dalam pengamatan selama 6 minggu terdapat salah satu tanaman yang memiliki
kendala yaitu karena posisinya yang dekat dengan akses jalan praktikan maka sering
tersenggol sehingga daunnya sempat berkurang. Namun tak lama kemudian tumbuh kembali
dengan baik. Selama 6 minggu pengamatan penyiraman dilakukan rutin selama 2 hari sekali
terkecuali bila hujan maka penyiraman bisa dilakukan 1 minggu sekali.

30
Salah satu indikator dalam pengamatan adalah pengamatan lebar kanopi daun pada
tiap tanaman. Semakin lebar kanopi daun maka semakin baik, hal ini dikarenakan
kemampuannya dalam mengolah CO2 menjadi sumber karbon yang digunakan untuk
berfotosintesis. Kemampuan tanaman karet dalam mengolah CO2 sangatlah baik sehingga
tanaman ini sering dijadikan tanaman hutan yang membantu untuk mengurangi polusi udara.
Dari hasil pengamatan lebar kanopi daun setiap tanaman meningkat setiap minggunya
meskipun ada salah satunya yang menurun dikarenakan gangguan, namun akhirnya kembali
tumbuh dengan baik.
Selain itu dalam budidaya tanaman karet ini tetap harus dilakukan penanggulangan
hama dan penyakit serta gulma yang mengganggu tanaman karet. Dalam penanggulangan
gulma cukup dengan membersihkan secara manual saja yaitu dengan canggkul dan tangan.
Gulma perlu ditanggulangi karena mampu menurunkan produktivitas tanaman karet dan bisa
menjadi pesaing bagi tanaman karet dalam mendapatkan unsur-unsur penting dalam
perkembangan dan pertumbuhan tanaman karet. Dengan dilakukannya pengendalian gulma
ini maka dapat menekan persaingan dalam memperoleh air, mineral, dan unsur hara dengan
tanaman karet.
Dalam pembudidayaan tanaman karet ini tanaman terus tumbuh dan berkembang
dengan sangat baik. Tentunya salah satu faktornya adalah penanggulangan hama dan
penyakitnya yang tepat guna, tepat sasaran dan juga tepat waktu. Dalam penanggulangan
hama yang dilakukan pada tanaman karet yang masih di polibag dilakukan dengan
menggunakan pestisida cair yang disemprotkan pada tanaman karet. Hal ini dilakukan
sebagai tindakan pencegahan atau preventif untuk tanaman karet.
Untuk tanaman karet yang sudah ditanam di lahan atas maka tetap dilakukan
penyemprotan pestisida, namun juga dilakukan pemagaran dengan kayu sepanjang 1 meter.
Hal ini dilakukan agar tanaman tidak diganggu oleh hewan-hewan yang berkeliaran di sekitar
lokasi budidaya. Pemagarannya pun dilakukan dengan teknik yang khusus, yaitu dengan
menyilangkan setiap kayu yang ditancapkan pada sekitar lingkaran tanaman karet, kemudian
pada setiap ujung kayu diikat dengan ujung kayu lainnya, sehingga kayu akan tetap kuat
apabila terkena angin ataupun diserang hewan-hewan.

4. 2. 2 Fieldtrip
Fieldtrip yang dilakukan pada tanggal 30 April 2016 tepatnya pada hari Jum’at di
Perkebunan Teh dan Kopi Kayu Aro, Jambi memperlihatkan bagaimana proses pengolahan

31
daun teh dan juga bagaimana daun teh tersebut dipetik serta memberikan pengetahuan daun
mana yang seharusnya dipetik dan daun mana yang memiliki kualitas yang baik. Selain itu
juga memperlihatkan bagaimana budidaya kopi arabika yang juga berada berdekatan dengan
lahan perkebunan daun teh.
Saat ini luas lahan perkebunan teh di Kayu Aro ini sekitar 2500 ha dan luas lahan
perkebunan kopi-nya masih sekitar 300 ha dan sekitar 200 ha digunakan untuk pembibitan
kopi. Awalnya perkebunan teh ini hanya ditanami daun teh saja namun dengan
perkembangan dan juga perubahan jumlah permintaan teh semakin berkurang maka
perusahaan memutuskuan untuk mencoba untuk membudidayakan kopi dan mengolahnya.
Lahan perkebunan teh dan kopi di Kayu Aro ini berada pada ketinggian sekitar 1400 meter di
atas permukaan laut sehingga cocok untuk budidaya tanaman teh dan juga tanaman kopi jenis
arabika.
Pemetikan daun teh yang dilakukan oleh perusahaan teh Kayu Aro ini menggunakan 2
cara yaitu dengan mesin dan juga secara manual yaitu menggunakan tangan, hal ini
tergantung topografinya, apabila datar maka akan menggunakan mesin namun apabila tidak
rata maka akan menggunakan tangan. Kriteria daun yang dipetik pun ditentukan yaitu hanya
diperbolehkan pucuk daun (peko) dan 3-4 daun dibawahnya.
Setelah dipetik, daun teh hanya diperbolehkan disimpan selama 6-12 jam saja, jika
lebih dari itu maka daun sudah tidak memiliki kualitas yang baik, karena sudah melakukan
fermentasi sendiri.
Pengolahan awalnya yaitu proses pelayuan dengan alat yang dinamakan blower .
Setelah layu, dengan bantuan lori gantung maka daun-daun tersebut akan dibawa ke tempat
penggilingan. Lalu digiling dengan mesin-mesin hingga bentuknya halus-halus dan berbentuk
granul-granul. Setelah melewati mesin pencincangan dan mesin roller (yang membuat
cincangan dau menjadi berbentuk granuler) maka proses selanjutnya adalah proses
fermentasi dimana hasil penggilingan akan diangin-anginkan di ruangan yang bersuhu dingin,
hingga warna cincangan daun teh yang semula hijau akan berubah menjadi warna coklat
pekat. Setelah proses fermentasi adalah proses penggorengan. Setelah proses penggorengan
proses selanjutnya yang dilakukan adalah pemisahan bubuk teh berdasarkan mutunya. Baru
kemudian dikemas dengan kemasan khusus dan berstandar ekspor, karena hasil produksi teh
Kayu Aro ini akan diekspor ke beberapa negara tetangga dan juga beberapa negara-negara di
dunia.
Untuk budidaya kopi yang dilakukan, perusahaan dengan bekerjasama dengan pihak
yang berkompeten dibidangnya akhirnya memilih untuk membudidayakan tanaman kopi

32
arabika. Salah satu faktornya yaitu ketinggian tempat yang sangat mendukung yaitu dengan
ketinggian 1400 – 1600 mdpl maka akan sangat baik bila ditanam dengan kopi jenis arabika.
Dalam pembudidayaannya tanaman kopi menggunakan tanaman penaung yang
ditanam 6 bulan sebelum penanaman kopi. Tanamna penaung yang digunakan adalah pohon
lamtoro, hal dikarenakan pohon lamtoro ini lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
sehingga akan mengurangi resiko serangan hama dan penyakit pada tanaman kopi.
Pengolahan hasil tanaman kopi belum dilakukan oleh pihak perusahaan, hal ini
dikarenakan tanaman kopi masih berusia sekitar 1,5 tahun-an sehingga hasil produksi
tanaman kopi masih belum maksimal.

BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Dalam budidaya perkebunan terutama tanaman karet yang perlu diperhatikan adalah
pemeliharaannya yang tepat dan juga pemupukan yang dilakukan juga diperhatikan. Dalam
pemeliharaan harus diperhatikan bagaimana tanaman tersebut bisa terhindar dari hama yang
menyerang. Tanaman karet dapat dikatakan perawatannya tidak terlalu sulit, namun perlu

33
diperhatikan saja. Dalam pemupukannya tidak hanya menggunakan pupuk anorganik saja
namun juga menggunakan pupuk organik. Tanaman karet memiliki kemampuan untuk
menyerap CO2 dengan baik karena memiliki lebar kanopi daun yang lebar sehingga sering
dijadikan tanaman hutan yang mampu mengurangi polusi .
Dalam pengolahan hasil daun teh yang menentukan kualitas teh adalah hasil petikan
daun teh-nya. Karena teh yang memiliki kualitas baik didapatkan ari daun teh yang berada di
pucuk daun(Peko) dan 3-4 daun dibawahnya, selebihnya dari itu memiliki kualitas yang
rendah. Dalam pemetikan daun teh ini pun perlu ditentukan keefisienannya, disesuaikan
dengan topografi lahannya. Pemetikannya dapat dilakukan dengan dua cara yaitu mekanik
dan manual.
Dalam pengolahan hasil daun teh di perkebunan teh Kayu Aro teh yang dihasilkan
kualitas teh yang berbeda-beda, sehingga dalam prosesnya mesin akan menentukan mana
kualitas teh yang terbaik hingga yang kurang baik. Namun teh yang dihasilkan orientasi
pasarnya tentunya akan berbeda-beda, kualitas terbaiklah yang akan diekspor ke beberapa
negara-negara di dunia, sementara yang lainnya akan dipasarkan di dalam wilayah lokal dan
regional saja.
Untuk tanaman kopi yang dibudidayakan perkebunan teh Kayu Aro ini, jenis yang
cocok adalah jenis kopi arabika. Hal ini dikarenakan ketinggian tempat daerah ini berada
disekitar 1400 – 1600 meter diatas permukaan laut. Dengan ketinggian ini maka
diputuskanlah bahwa perusahaan akan membudidayakan tanaman kopi jenis arabika. Hal ini
menunjukkan ketinggian tempat menjadi faktor utama dalam penentuan jenis tanaman apa
yang cocok dibudidayakan di suatu wilayah tertentu.

5. 2 Saran
Praktikan menyarankan hal-hal berikut dan semoga bisa menjadi pertimbangan untuk
prakatikum selanjutnya, berikut saran-saran tersebut.
 Sebaiknya praktikum disesuaikan dengan materi perkuliahan sehingga praktikan lebih
memahami materi dengan baik.
 Sebaiknya dalam praktikum, praktikan membuat logbook kegiatan praktikum
sehingga setiap kegiatan yang dilakukan saat praktikum dapat tercatat dengan baik
dan dapat membantu praktikan dalam pembuatan laporan.
 Sebaiknya untuk praktikum selanjutnya, asisten lebih tegas terhadap praktikan yang
terlambat datang dengan alasan yang tidak dapat ditolerir.

34
DAFTAR PUSTAKA

Aak.1980.Budidaya Tanaman Kopi. Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Arifin, S. 1992. Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Teh dan Kina
Gambung. Bandung.

Anwar, C. 2011. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Balai Penelitian Karet. Medan.

35
.
Nazaruddin, Fary B, Paimin. 1993. Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya.
Jakarta

Nelson, 1981 .Pengaruh Media Tanam dan Pemberian Mikoriza Vesikula Arbuskula
Terhadap Pertumbuhan Stump Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis
Muell.Arg).Diakses dari http://repository.usu.ac.id/bistream/.../chapterII.pdf.pada
tanggal 10 Mei 2012.

Pramana, G. 2010. Manajemen Pembibitan dan Penanaman Kelapa Sawit. Diakses melalui
http://www.deptan.go.id pada tanggal 29 April 2012.

Rahardjo, Pudji. 2012. Panduan Budidaya dan Pengolahan Kopi Arabika dan Robusta.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Setiawan, D.H. dan A, Andoko. 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Agromedia
Pustaka, Jakarta.

Sopian, 2012. Produksi Tanaman Karet Pada Daerah Bercurah Hujan Tinggi. diakses dari
http://www.deptan.go.id pada tanggal 02 Mei 2012.

Spillane, J.J. 1989. Komoditi Karet. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sri Najiyati dan Danarti.2004 .Budidaya Tanaman Kopi dan Penanganan Pasca Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta.
http://khotimatulbarki13.blogspot.co.id/2015/01/laporan-praktikum-budidaya-perkebunan.html
LAMPIRAN

36
37

Anda mungkin juga menyukai