Anda di halaman 1dari 14

MODEL HOFSTEDE DAN EVALUASI ATAS MODEL HOFSTEDE

TERHADAP BUDAYA KERJA PERUSAHAAN

Disusun Oleh:

Ahmad Alfonsus 2019104515

Ezra Mikhael 2019104758

Florianus Ermendo Rano Putro 2019104532

Kelvin Fajarianto 2019104505

Luh Putu Shanti Pramesti 2019104834

Rasya Maudi Hasana 2019104574

Rut Miranda Lumbantobing 2019104817

Triananda Fauzan Adicandra 2018104074

Vincent Louis 2019104385

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS BISNIS DAN KOMUNIKASI

INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS KALBIS

2021
2
Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan Penelitian 5

BAB II TEORI YANG DIGUNAKAN 6


2.1 Pengaruh dari 4 Dimensi Terhadap Budaya Kerja Perusahaan 6
2.2 Praktek dari 4 Dimensi Bagi Lingkungan Perusahaan 8
2.3 Kelemahan dan Kelebihan dari ke 4 Dimensi 10
2.3.1 Kelemahan 10
2.3.2 Kelebihan 10

BAB III METODE PENELITIAN 11


3.1 Alat Pengumpulan Data 11
3.1.1 Metode yang Digunakan 11
3.1.2 Pendekatan Penelitian 11
3.2 Teknik Pengumpulan Data 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 12

BAB V PENUTUP 13
5.1 Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA 14

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi maupun perusahaan yang telah berdiri akan mempunyai budaya organisasi yang
berbeda tergantung dari lingkungan perusahaan dan jenis perusahaan tersebut. Budaya organisasi
adalah sebagai identitas sebuah organisasi maupun perusahaan dikarenakan masing-masing
organisasi akan memiliki budaya yang berbeda, maka dari itu perbedaan budaya organisasi
tersebut mampu memberikan keragaman budaya yang nantinya akan memberikan efek yang positif
bagi organisasi atau bahkan sebaliknya akan memberikan dampak yang buruk terhadap terhadap
organisasi tersebut.

Budaya organisasi dapat berpengaruh terhadap perilaku anggota atau individu serta
kelompok dalam suatu organisasi, dengan demikian perilaku ini dapat berpengaruh pula pada
pencapaian prestasi individu, kelompok maupun organisasi tersebut, hal ini secara langsung akan
meningkatkan efektif atau tidak tercapainya tujuan organisasi, produktif atau tidaknya kinerja
anggota organisasi yang ada, dan tinggi atau rendahnya komitmen organisasi para anggota
organisasi tersebut.

Studi yang paling terkenal tentang budaya bagaimana budaya berhubungan dengan nilai di
tempat kerja dilakukan oleh Geert Hofstede. Sebagai bagian dari pekerjaannya selaku ahli psikolog
yang bekerja di IBM, dari tahun 1967-1973, Hofstede mengumpulkan data tentang sikap dan nilai
lebih dari 100.000 orang karyawan. Data ini memungkinkan ia untuk membandingkan dimensi
budaya lebih dari 40 negara, Hofstede memisahkan empat dimensi yang dia sebut sebagai akibat
perbedaan budaya. Empat dimensi yang dimaksud adalah; Power Distance, Individualisme vs
kolektivisme, Penghindaran ketidakpastian, dan Maskulinitas vs feminisme. (Renwarin, 2019)

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh dari 4 dimensi yang dibahas oleh Geert Hofstede terhadap budaya
kerja perusahaan?
2. Bagaimana praktek dari 4 dimensi yang dikemukakan oleh Geert Hofstede berguna bagi
lingkungan perusahaan?
3. Apa kelemahan dan kelebihan dari ke 4 dimensi yang dikemukakan oleh Geert Hofstede?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan makalah ini dibuat yaitu untuk mendapatkan informasi dan menambah
pengetahuan serta mengembangkan dari berbagai opini-opini yang ada:
1. Untuk mengetahui pengaruh dari 4 dimensi yang dibahas oleh Geert Hofstede budaya
perusahaan.
2. Mengetahui kegunaan dari 4 dimensi yang dikemukakan oleh Geert Hofstede di
lingkungan perusahaannya.
3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari ke 4 dimensi yang dikemukakan oleh Geert
Hofstede

5
BAB II
TEORI YANG DIGUNAKAN

2.1 Pengaruh dari 4 Dimensi Terhadap Budaya Kerja Perusahaan

Studi yang paling terkenal tentang budaya bagaimana budaya berhubungan dengan
nilai di tempat kerja dilakukan oleh Geert Hofstede, selaku ahli psikologi yang bekerja di
IBM pada tahun 1967 - 1973. Hofstede mengumpulkan data sebanyak lebih dari 100.000
nilai dan sikap pada karyawan untuk membandingkan dimensi budaya lebih dari 40 negara.
Lalu memisahkan empat dimensi yang dia sebut sebagai akibat perbedaan budaya. Empat
dimensi yang dimaksud adalah:

1. Power Distance
Merupakan dimensi budaya yang menunjukkan ketidak sejajaran (inequality) bagi
anggota yang tidak mempunyai kekuatan dalam suatu institusi (keluarga, sekolah, dan
masyarakat) atau organisasi (tempat bekerja). Memfokuskan pada bagaimana
masyarakat berhubungan dengan kenyataan bahwa orang adalah berbeda secara fisik
dan kapasitas intelektual. Menurut Hofstede, budaya power distance yang tinggi
ditemukan di negara-negara yang membiarkan ketidaksamaan tumbuh sepanjang
waktu yang berdampak pada perbedaan kekuatan dan kemakmuran. Budaya power
distance yang rendah ditemukan di masyarakat yang mencoba untuk menekan sedapat
mungkin terjadinya ketidaksamaan.

2. Individualisme dan Kolektivisme


Merupakan dimensi budaya yang menunjukkan sifat masyarakat dalam
menghadapi lingkungan budaya yang tidak terstruktur, dan tidak dapat diramalkan.
Difokuskan pada hubungan antara individu dengan pengikutnya. Dalam masyarakat
yang Individualistik, prestasi serta kebebasan individu sangat dihargai dan ikatan antar
individu hilang. Dalam masyarakat Kolektivisme, ikatan antar individu sangat kuat.
Sebagian masyarakat yang dilahirkan dalam suatu pekumpulan masyarakat, seperti
keluarga besar, dan setiap orang dianggap cenderung berkepentingan dengan
kolektivitasnya.

6
3. Penghindaran Ketidakpastian
Merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan adanya sikap yang
memandang kepentingan pribadi dan keluarga sebagai kepentingan utama ataukah
sebagai kepentingan bersama di dalam suatu kelompok. Diukur dari masyarakat
mensosialisasikan anggotanya untuk menerima situasi dimana mentolerir
ketidakpastian menempatkan keamanan pekerjaan pola karier. Mereka memiliki
kebutuhan yang kuat akan aturan dan keteraturan. Manajer diharapkan memberikan
perintah yang jelas dan inisiatif bawahan sangat dikontrol. Pada budaya ini yang rendah
akan ditandai dengan kesiapan yang lebih tinggi untuk mengambil resiko dan emosinya
lebih kuat terhadap terjadinya perubahan.

4. Maskulinitas vs Feminisme
Merupakan dimensi kebudayaan yang menunjukkan bahwa dalam setiap
masyarakat terdapat peran yang berbeda-beda tergantung perbedaan jenis para
anggotanya. Dalam budaya maskulin, masalah jenis kelamin mempertajam perbedaan
dan nilai-nilai maskulinitas tradisional, seperti prestasi dan latihan kekuatan yang
tergantung pada idealisme budaya. Dalam budaya Feminis, masalah jenis kelamin tidak
begitu dibeda-bedakan dan akibatnya wanita dan laki-laki dapat menempati posisi
pekerjaan yang sama. (Renwarin, 2019)

7
2.2 Praktek dari 4 Dimensi Bagi Lingkungan Perusahaan

Budaya Perusahaan
Berikut adalah indeks budaya home country PT. Syngenta Seed (Swiss) yang
mempengaruhi budaya perusahaan.

Gambar 1. Grafik Budaya Nasional Swiss Menurut Dimensi Budaya Nasional Hofstede

1. Power Distance Rendah


Karakteristik Power Distance rendah tergambar dengan beberapa hal berikut;
mandiri, kebutuhan hirarki hanya saat dibutuhkan, persamaan hak, akses yang mudah
pada atasan, sistem pelatihan untuk atasan, fasilitas dan wewenang yang diberikan pada
level manajer, kekuasaan terdesentralisasi, manajer bergantung pada pengalaman
bawahannya, bawahan lebih menyukai konsultasi dengan atasan dibandingkan kontrol
dari atasan, hubungan dengan atasan lebih cenderung bersifat informal, komunikasi
bersifat langsung dan partisipatif.

8
2. Individualis dan Kolektivisme Tinggi
Dalam masyarakat individualis, pelanggaran terhadap norma akan
menimbulkan rasa bersalah dan hilangnya harga diri, hubungan antar karyawan
berdasarkan pada hubungan profesional saja, keputusan perekrutan dan promosi
jabatan hanya berdasarkan pada prestasi individu yang bersangkutan.

3. Maskulinitas Tinggi
Beberapa karakteristik yang ditunjukkan negara dengan budaya maskulin ialah;
dorongan dan orientasi yang sangat tinggi pada kesuksesan (hal ini lebih terlihat pada
Swiss di bagian Jerman), berpola pikir bahwa “hidup untuk bekerja”, manajer
diharapkan untuk tegas, lebih menekankan pada kekayaan, kompetisi, dan performa
kinerja, serta penyelesaian konflik dengan memerangi mereka.

4. Penghindaran Ketidakpastian
Negara dengan dimensi uncertainty avoidance tinggi digambarkan dengan
beberapa hal berikut; tidak toleran pada perilaku dan ide-ide yang tidak lazim, adanya
kebutuhan emosional atas peraturan, berpedoman bahwa waktu adalah uang,
masyarakatnya memiliki dorongan pribadi untuk bekerja keras, ketelitian dan ketepatan
waktu adalah norma yang selalu dilaksanakan, inovasi mungkin ditentang, keamanan
adalah motivasi penting bagi seseorang, dan keputusan selalu diambil setelah
melakukan analisis yang cermat atas semua informasi yang ada.

9
2.3 Kelemahan dan Kelebihan dari ke 4 Dimensi

2.3.1 Kelemahan
1. Nilai / skor Hofstede untuk tiap tiap negara adalah berdasarkan nilai-nilai yang berkaitan
dengan pekerjaan (work-related values). (Steenkamp, terHofstede, dan Wedel (1999))
2. Nilai / skor Hofstede untuk tiap tiap negara bisa saja salah atau sudah ketinggalan jaman
(out-of date) karena dilakukan pada tahun 1967-1973. (Kaasa dan Vadi (2008); Jones (2007);
Soares, Farhangmehr, dan Shoham (2007); Tsoukatos dan Rand (2007); Steenkamp et al.
(1999))
3. Hanya menggunakan responden yang berasal dari satu perusahaan (yaitu IBM). (Jones
(2007); Tsoukatos dan Rand (2007))
4. Menyamakan budaya dengan bangsa (nation). (Baskerville (2003))
5. Mereduksi atau menyederhanakan budaya dalam empat atau lima dimensi. (Jones (2007);
Kirkman, Lowe, dan Gibson (2006))
6. Terdapat hubungan yang seimbang antara budaya dan kebangsaan, tetapi dilihat dari
sebelumnya banyak negara yang memiliki budaya lebih dari satu.
7. Riset ini mungkin terikat secara kultural.
8. Hanya dilaksanakan pada industri tunggal, yaitu industri komputer (IBM)

2.3.2 Kelebihan
1. Banyak pertemuan Hofstede yang konsisten dengan standar Stereotype barat tentang
perbedaan kebudayaan.
2. Menunjukkan bagaimana perbedaan di antara budaya-budaya secara umum.
3. Menciptakan suatu indeks untuk setiap dimensi tersebut.
4. Pengembangan Skala

10
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Alat Pengumpulan Data

3.1.1 Metode yang Digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, suatu metode yang
dapat memberikan gambaran suatu fenomena atau gejala dari suatu keadaan tertentu baik yang
berupa keadaan sosial, sikap, pendapat, maupun cara yang meliputi berbagai aspek. Dengan
metode deskriptif ini juga bisa diketahui perbedaan-perbedaan dan dapat menemukan sebab-
sebab dari suatu akibat.

3.1.2 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian, pendekatan penelitian yang kami gunakan adalah pendekatan kualitatif.
Pendekatan kualitatif mengutamakan kualitas data. Oleh karena itu, dalam penelitian kualitatif
tidak digunakan analisis statistika.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan karya ilmiah ini, untuk mendapatkan data dan informasi yang
diperlukan, kami mempergunakan metode studi pustaka. Metode studi pustaka atau literatur ini
dilakukan dengan cara mendapatkan data atau informasi tertulis yang bersumber dari buku-buku,
koran, dan berbagai artikel di internet yang menurut kami dapat mendukung penelitian ini.

11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

John Denver, seorang GM berasal dari Amerika Serikat, baru saja dipindahtugaskan ke
Korea Selatan. Guna mempelajari perbedaan budaya kerja di Korea Selatan, John Denver dapat
menggunakan hasil studi Hofstede yang membandingkan berbagai negara pada dimensi Power
Distance, Uncertainty Avoidance dan Individualism. (arianto, 2008)

Kajian Hofstede yang secara ringkas membandingan Amerika Serikat dan Korea Selatan
(dan Thailand). Dengan mengacu pada Hofstede Framework tersebut, maka dapat dilihat bahwa
Korea Selatan (dan Thailand) relatif terhadap Amerika Serikat adalah:

1. Lebih tidak dapat menerima ketidakpastian


2. Power distance tinggi dan
3. Tingkat individualisme rendah.

Dengan demikian, sebagaimana disampaikan oleh Hofstede, seorang John Denver yang
berasal dari Amerika Serikat, ketika ditugaskan di Korea Selatan haruslah dapat:

1. Memahami perilaku masyarakat/komunitas Korea Selatan yang menganggap beberapa


orang lebih superior dibandingkan dengan yang lain karena status sosial, gender, ras,
umur, pendidikan, kelahiran, pencapaian, latar belakang dan lainnya.
2. Menyesuaikan dengan budaya Korea Selatan yang cenderung menjunjung tinggi
konformitas dan keamanan
3. Memahami bahwa kebanyakan orang Korea Selatan lebih suka menghindari risiko
4. Memiliki kemampuan untuk mengikuti peraturan formal dan juga ritual yang berlaku di
Korea Selatan
5. Memahami bahwa di Korea Selatan, kepercayaan hanyalah diberikan kepada keluarga
dan teman yang terdekat
6. Memahami bahwa masyarakat Korea Selatan menerima hubungan kekuasaan yang lebih
autokratik dan patrenalistik. Bawahan mengenal kekuasaan orang lain melalui formalitas,
misalnya posisi hierarki.

12
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil pembahasan tentang analisis model Hofstede dan evaluasi model Hofstede
terhadap budaya kerja perusahaan, maka diambil kesimpulan : Budaya adalah sesuatu yang
menjadi bagian penting pada masa sekarang dalam berbagai lini, termasuk pada suatu
perusahaan. Budaya dianggap penting karena budaya membuat setiap orang bisa menghargai dan
menerima berbagai bentuk perbedaan yang ada. Dari apa yang sudah kami bahas terkait 4
dimensi budaya perusahaan yang diteliti oleh Hofstede. Pada model Hofstede akan sangat
berguna bagi manusia untuk menciptakan kesadaran akan berbagai perbedaan budaya.

Budaya adalah sesuatu yang kompleks untuk mencakup pengetahuan kepercayaan,


kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lainnya yang juga didapatkan oleh manusia agar
terciptanya karakteristik masyarakat.

Banyak cara yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik masyarakat suatu negara,
salah satunya dengan menggunakan metode Hofstede. Hofstede adalah cara ukur suatu budaya
pada suatu negara dengan menggunakan dimensi-dimensi budaya sehingga karakteristik
masyarakat dapat diketahui. Yang dimana dimensi-dimensi tersebut adalah Power Distance,
Uncertainty Avoidance, Individualism/Collectivism, Masculinity/Femininity, Long/Short Term
Orientation.

13
DAFTAR PUSTAKA

arianto, e. (2008, August 19). Kerangka Hofstede untuk Pengelolaan Organisasi Global. From
Strategika!: https://strategika.wordpress.com/2008/08/19/kerangka-hofstede/
Renwarin, D. J. (2019). Memahami Bisnis Internasional. In D. J. Renwarin, Memahami Bisnis
Internasional (p. 274). Yogyakarta: Pohon Cahaya.
Sihombing, S. O., & Pongtuluran, F. D. (n.d.). PENGIDENTIFIKASIAN DIMENSI-DIMENSI
BUDAYA INDONESIA: PENGEMBANGAN SKALA DAN VALIDASI.
Galang, A., Mochammad, D., Musadieq, A., & Iqbal, M. (2016). PENGARUH BUDAYA
PERUSAHAAN TERHADAP MOTIVASI KERJA SERTA DAMPAKNYA
TERHADAP KINERJA KARYAWAN (Studi pada PT. Syngenta Seed Indonesia,
Pasuruan Site). In Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol (Vol. 37, Issue 1). www.geert-
hofstede.com

14

Anda mungkin juga menyukai