Anda di halaman 1dari 8

Prosiding Penelitian &

e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

POLA ASUH YANG BERBEDA-BEDA DAN DAMPAKNYA TERHADAP


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK
Gina Sonia1, Nurliana Cipta Apsari2
1Program
Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial FISIP Unpad
2Pusat Studi CSR, Pemberdayaan Masyarakat dan Kewirausahaan Sosial FISIP Unpad
gina17005@mail.unpad.ac.id, nurliana.cipta.apsari@unpad.ac.id
1

ABSTRAK

Orang tua memiliki tanggung jawab yang penuh terhadap kebutuhan seorang anak. Kebutuhan ini tidak hanya
berupa materi melainkan non materi seperti fisik dan mental. Kebutuhan ini dapat diperoleh melalui pola asuh
yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak. Pola asuh dapat membantu anak untuk bertumbuh dan
berkembang sesuai dengan tugas perkembangan dalam tahapan perkembangan. Pemilihan pola asuh
sangatlah relatif, tergantung perspektif orang tua yang menginginkan pola asuh seperti apa yang akan
digunakan. Namun pemilihan pola asuh harus dipertimbangkan bagaimana dampaknya terhadap
perkembangan anak. Bukan hanya perkembangan fisik melainkan perkembangan kepribadian anak tersebut
pula. Penjelasan mengenai pola asuh di peroleh berdasarkan konsep yang berkaitan dengan tema pola asuh
dan dampaknya terhadap kepribadian anak. Hal ini untuk menjelaskan bagaimana dampak dari pola asuh
yang berbeda-beda terhadap perkembangan kepribadian anak.
Kata kunci: anak, kepribadian, perkembangan, pola asuh

ABSTRACT

Parents have a responsibility for the needs of a child. Not only material needs but also non maerial needs such
as physical and mental. This need can be obtained through parenting applied by parents to children. Parenting
can help children to grow and develop according to developmental tasks at the development stage. The choise
of parenting is very relative, depending on the perspective of parents who want the parenting style to be used.
But the parenting ust be considered how the impact on child development. Not only for physical development
but also the development of the child’s personality. An explaination of parenting is obtained based on concept
related to the theme of parenting and its impact on the child’s personality. This is to explain how the effects
of different parenting styles on children’s personality development.
Keywords: children, personality, development, parenting
memungkinkan untuk anak bisa tinggal dengan
Pendahuluan
orang tuanya. Tujuan dari pengasuhan alternatif
Menerima pengasuhan dari orang tua merupakan yaitu untuk memenuhi kebutuhan anak dengan
hak seorang anak. Akan tetapi, ketiadaan orang menyediakan lingkungan yang memadai untuk
tua dalam kehidupan anak membuat seorang anak anak, kelekatan (attachment), dan permanensi
tidak mendapatkan pengasuhan dari orang tuanya. melalui keluarga pengganti.
Ketiadaan orang tua ini merupakan kondisi dimana
Selain ketiadaan orang tua, penelantaran anak dan
orang tua sang anak tidak diketahui
kekerasan terhadap anak juga dapat menjadi
keberadaannya atau kondisi-kondisi lain yang
rujukan untuk anak agar diberikan pengasuhan
membuat anak tidak mendapatkan haknya untuk
alternatif. Hal ini dapat dilakukan apabila tidak ada
diasuh. Akan tetapi, hal ini dapat diatasi dengan
keluarga yang mampu menanggung atau
memberikan pengasuhan alternatif. Pengasuhan
memenuhi kebutuhan anak. Meskipun begitu,
alternatif adalah pengasuhan yang dilakukan
pengasuhan alternatif tetap menjadi pilihan
berbasis keluarga pengganti atau Lembaga
sementara, paling tidak hingga anak
Kesejahteraan Sosial Anak. Meskipun demikian,
mendapapatkan keluarga pengganti. Hal ini
pengasuhan alternatif merupakan pilihan terakhir.
merupakan hal yang positif untuk mengupayakan
Segala upaya wajib dilakukan apabila masih
kesejahteraan anak.

128
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Namun di sisi lain, pengasuhan alternatif bisa asuh yang lain, rumah orangtua ARR sudah kosong
menyebabkan anak mengalami pola asuh yang dan diketahui bahwa orang tua ARR telah pergi ke
berbeda dari pengasuhan sebelumnya. Belum lagi luar kota tanpa membawa serta ARR sehingga
apabila latar belakang anak yang mengalami karena hal tersebut ARR dibiarkan tinggal di panti.
pengasuhan oleh kerabat satu ke kerabat yang Hingga saat ini, ARR sudah berada di panti sekitar
lain. Padahal pola asuh akan membentuk karakter satu tahun.
dan kepribadian seorang anak. Perbedaan pola Hasil asesmen lain menyebutkan bahwa ARR
asuh akan terjadi seiring dengan pergantian mengalami peningkatan emosi saat marah dan
pengasuh. Apabila sebelum mendapatkan menangis. Ini terjadi pada saat menangis ARR
pengasuhan alternatif seorang anak diasuh oleh berteriak untuk mengungkapkan kemarahannya.
kerabatnya, maka setelah mendapatkan Selain berteriak, ARR juga pernah merusak barang-
pengasuhan alternatif seorang anak akan diasuh barang disekitarnya saat sedang marah. Seperti
oleh lembaga yang menyediakan pengasuhan pada beberapa bulan yang lalu, ARR dikeluarkan
alternatif tersebut. dari sekolahnya di suatu Sekolah Dasar Negeri
Hal ini merupakan kasus yang terjadi pada karena marah dan merusak sarana berupa bangku
Praktikum Pekerjaan Sosial dengan Individu dan sekolah. Oleh karena itu, hingga saat ini ARR
Kelompok yang dilaksanakan di sebuah Panti Sosial belum bersekolah lagi.
Anak Asuh (PSAA) di Kota Bandung. Klien yang Menurut ARR, ia menangis saat ia diganggu dan
berinisial ARR (8 tahun) adalah seorang anak laki- diejek oleh teman-temannya. Ia juga mengakui
laki memiliki latar belakang keluarga yang tidak bahwa ia sering berteriak saat menangis agar ia
utuh. Hasil asesmen yang dilakukan bersama klien merasa tenang dan tidak marah lagi. Tapi saat ia
dan pengasuh di panti menyebutkan bahwa ibu tidak diganggu ia tidak berperilaku demikian. Ini
dari ARR mengalami gangguan kejiwaan setelah terbukti pada saat rangkaian asesmen
ayahnya (kakek dari ARR) meninggal. Selain itu, berlangsung, ARR tidak menunjukan perilaku
sang ibu juga telah beberapa kali menikah sebelum demikian. Akan tetapi, seperti informasi yang
dan setelah mempunyai anak ARR. Hal ini diberikan oleh pengasuh di panti, para pengasuh
membuat ARR tidak diasuh secara oleh intensif sering memperingatkan untuk anak berperilaku
oleh orang tua kandungnya. Oleh karena itu, yang sopan dan baik saat ada tamu yang datang
karena orang tua kandung ARR tidak bisa merawat ke panti. Hal ini berarti peraturan yang diterapkan
dan mengasuh ARR, maka ARR di asuh oleh oleh pihak panti memberikan efek kepada perilaku
neneknya. Namun ini tidak bertahan lama karena anak asuh. Namun di sisi lain, teman-teman sebaya
neneknya mengalami sakit dan sudah memasuki ARR menyebutkan bahwa ARR juga sering
usia senja untuk mengasuh seorang cucu berusia mengganggu teman-temannya sehingga teman-
8 tahun. Pengasuhan ARR pindah ke bibi dan kakak temannya tersebut melakukan hal yang serupa
perempuannya yang berinisial B (15 tahun). dengan ARR.
Namun tidak lama setelah itu kakaknya pindah ke
luar kota mengikuti saudaranya untuk melanjutkan Berdasarkan hasil-hasil asesmen tersebut, dapat
sekolah SMA dan bibinya pindah ke daerah lain diketahui bahwa ARR mengalami beberapa kali
pergantian pola asuh seiring bergantinya orang-
namun masih di Kota Bandung. Namun saat ini ibu
orang yang bertanggungjawab terhadap
dari ARR menikah dengan seorang laki-laki yang
pengasuhannya. Sebelum menerima pengasuhan
mengetahui kondisi kejiwaan ibu ARR tersebut dan
alternatif di Panti Sosial Asuhan Anak tersebut, ARR
berniat untuk mengobati ibu ARR dengan mengalami perpindahan pengasuhan dari orang
membawanya ke luar kota tanpa membawa serta tua kandungnya ke neneknya, lalu dari nenek ke
ARR. kakak perempuannya setelah itu pengasuhan
Sebelum pergi ke luar kota, ARR dititipkan oleh berpindah lagi dari kakaknya ke bibinya, lalu
ayah sambungnya di panti sosial. Namun pihak akhirnya pindah ke panti sosial. Oleh karena itu,
panti mengupayakan agar ARR tidak tinggal di berdasarkan hasil asesmen yang menjelaskan
panti karena orang tuanya masih lengkap mengenai permasalahan yang dihadapi klien ARR,
meskipun memiliki kekurangan secara finansial perlu diamati bagaimana dampak dari pola asuh
namun tetap membiarkan ARR bermain di panti yang berbeda-beda dan pengaruhnya terhadap
pada siang hari dan pulang pada sore hari. Namun perkembangan kepribadian ARR sebagai anak
suatu hari saat ARR diantarkan pulang oleh anak berusia 8 tahun tersebut.

129
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Metode dengan bentuk pola asuh yang diterapkan oleh


orang tua sang anak.
Penulisan artikel ini berdasarkan kegiatan
praktikum mikro yang telah dilaksanakan dalam Ada beberapa tipe pola asuh yang dilakukan para
jangka waktu satu semester sesuai dengan orang tua. Banyaknya tipe pola asuh ini
panduan yang diberikan oleh dosen pengampu dan dipengaruhi oleh anggapan dan pengalaman orang
dosen supervisor praktikum. Tema dan judul tua terhadap pola pengasuhan yang pernah
diangkat dari hasil asesmen klien di lokasi dialaminya. Secara garis besar, menurut Baumrind
praktikum. Pendekatan yang dilakukan melalui dalam buku karangan Santrock (2002)
kajian pustaka yang diperoleh dari literatur berupa menyebutkan ada tiga pola asuh yaitu:
buku, artikel, jurnal, berita dan hal yang serupa
1. Pola asuh otoriter (Authoritarian Parenting),
yang berasal dari internet. Data klien diperoleh dari
pola pengasuhan ini menetapkan aturan atau
asesmen yang dilakukan bersana klien dan
perilaku yang dituntut untuk diikuti secara
pengurus panti dengan mengedepankan prinsip
kaku dan tidak boleh dipertanyakan. Pola asuh
non judgmental, self determination dan
ini cenderung menjadikan anak menjadi
confidentiality.
kurang terbuka kepada orang tua, menarik diri,
penentang norma, penakut dan tidak memiliki
Hasil dan Pembahasan
inisiatif karena orang tidak membuka ruang
Pengertian dan Bentuk Pola Asuh diskusi terhadap anak. Hal ini menyebabkan
tuntutan dari orang tua tidak mendapatkan
Hersey dan Blanchard (1978) menjelaskan bahwa
titik temu dengan kehendak anak untuk
pada awalnya pola asuh terdiri atas dua dimensi
melakukan suatu tindakan dalam hidupnya.
perilaku yaitu Directive Behavior dan Supportive
Behavior. Di mana keduanya didasarkan pada 2. Pola asuh demokratis atau otoritatif
komunikasi yang terjalin antara orang tua dan (Authoritative Parenting) pola pengasuhan ini
anak. Directive Behavior merupakan bentuk menekankan pada individualitas anak,
komunikasi satu arah yang dilakukan oleh orang mendorong anak agar belajar mandiri, namun
tua di mana orang tua menjelaskan dan orang tua tetap memegang kendali atas anak.
memberitahu peran dan tugas dari seorang anak. Pola asuh ini merupakan pola asuh yang paling
Sedangkan Supportive Behavior merupakan relevan dan dapat menimbulkan keserasian
bentuk komunikasi dua arah di mana orang tua terhadap tuntutan orang tua dan kehendak
tidak hanya memberitahukan peran dan tugas anak untuk melakukan tidakan. Karena dalam
secara langsung kepada anak melainkan pola asuh otoritatif menghendaki adanya
mendengarkan pendapat anak, mendorong anak, diskusi sehingga anak menjadi terbuka, anak
mengarahkan anak dan melakukan teguran- memiliki insiatif untuk bertindak dan
teguran positif terkait perilaku anak. terjadinnya koordinasi antara orang tua dan
anak. Hal ini jelas dapat membangun relasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
yang baik antara orang tua dan anak.
pola adalah sebuah sistem atau cara kerja.
Sedangkan asuh berarti jaga, bimbung dan pimpin. 3. Pola asuh permisif (Permissive Parenting) pola
Dalam Bahasa Inggris pengasuhan disebut sebagai asuh ini merupakan pengasuhan tanpa
nurture yang memiliki arti memelihara, mengasuh, penerapan disiplin pada anak. Pola asuh ini
dan mendidik. Menurut Poerwadarminta (1985:63) menghendaki anak untuk melakukan apapun
pola adalah model dan asuh berarti menjaga, tanpa adanya tuntutan orang tua terhadap
merawat, dan mendidik anak atau memimpin, anak. Karena pola asuh permisif ini
membina, melatih anak supaya bisa mandiri dan menghendaki anak untuk melakukan apapun
berdiri sendiri. Dalam hal ini pengasuhan dilakukan maka anak akan terbiasa untuk menentukan
dapat mempengaruhi potensi genetik yang ada apapun keputusannya sendiri, dalam hal ini
dalam diri seseorang (Webster 1980:781). Dengan anak menjadi egois. Karena anak dibiarkan
demikian pola asuh merupakan cara orang tua melakukan apapun, anak menjadi tidak
dalam menjaga, mengasuh, mendidik, dan melatih mendapatkan bimbingan mengenai peraturan
seorang anak agar menjadi anak yang mandiri dan sosial dari orang tua. Hal ini akan membuat
bisa melakukan semua pekerjaan dengan anak terbiasa untuk melakukan pelanggaran
pemikiran sendiri. Dengan begitu pola pengasuhan terhadap norma sosial yang ada.
orang tua dapat membentuk karakter anak sesuai
Berdasarkan ketiga jenis pola asuh tersebut,
masing-masing memiliki karakteristik tersendiri

130
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

dalam penerapannya. Meskipun pola asuh menjadi landasan dalam berperilaku. Sehingga
demokratis merupakan pola asuh yang paling sekolah mampu mempengaruhi seperti apa
sempurna untuk diterapkan, hal ini tidak menutup pengasuhan yang diterima oleh anak.
kemungkinan untuk kedua jenis pola asuh yang
Pembelajaran Emosional. Pembelajaran emosional
lain untuk diterapkan oleh para orang tua. Dengan
bisa didapatkan melalui proses belajar mengajar di
demikian, jenis-jenis pola asuh ini memiliki
sekolah ataupun di rumah yang dapat ditujukan
kelebihan dan kekurangan yang mana dalam
kepada tiga ranah kemampuan, yaitu kognitif,
penerapannya dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor
afektif, dan psikomotorik. Tujuan dari
lain yang dimiliki oleh orang tua atau pengasuh.
pembelajaran tersebut adalah agar anak memiliki
Faktor-Faktor yang Dapat Mempengaruhi tanggapan positif terhadap segala sesuatu yang
Pengasuhan dihadapinya, baik di sekolah, keluarga maupun
masyarakat (Ali & Asrori 2004). Dengan begitu
Adapun beberapa faktor yang dapat
maka akan tercipta lingkungan yang kondusif dan
mempengaruhi pengasuhan yang seperti apa yang
anak mampu berperilaku yang positif terkait
dilakukan oleh orang tua terhadap anak
dengan kondisi emosionalnya. Pembelajaran
diantaranya adalah karakteristik keluarga,
emosional ini dapat dilakukan dengan menunjukan
karakteristik keluarga mencakup beberapa hal
perilaku posited dan lingkungan yang nyaman
seperti pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua
kepada anak oleh orang tua atau pengasuh.
dapat berpengaruh terhadap pandangan orang tua
akan kebutuhan anak yang meliputi pengetahuan, Akan tetapi faktor-faktor tersebut tetap
di mana semakin besar akses yang dimiliki oleh dipengaruhi oleh faktor situasional di mana pola
orang tua terhadap pengetahuan maka makin baik asuh yang diterapkan oleh orang tua harus
pula kualitas pengasuhan terhadap anaknya. Selain mempertimbangkan kematangan anak (maturity).
itu kondisi ekonomi keluarga juga dapat Hal ini karena kematangan terdiri dari dua unsur
mempengaruhi pengasuhan yang dilakukan oleh yaitu kemauan atau willingness dan kemampuan
orang tua terhadap anak. Hal ini karena kondisi atau ability. Kedua hal ini merupakan bagian
ekonomi keluarga merupakan sebuah jaminan penting dalam pola asuh karena kemampuan
terpenuhinya kebutuhan materi sang anak. Kondisi merupakan dasar anak untuk melaksanakan tugas-
ekonomi yang rendah dapat mempengaruhi tugasnya tanpa arahan dari orang lain. Sedangkan
kualitas pengasuhan yang diberikan oleh orang kemauan atau willingness merupakan motivasi di
tua. Hal ini seperti menurut Conger dan Elder mana lingkungan berperan dalam pencapaian anak
(1994) di mana mereka berpendapat bahwa sehingga anak dapat menunjukan kepada
kondisi ini dapat mempengaruhi mood dan perilaku lingkungan bahwa ia memiliki kepercayaan diri
orang tua dalam konteks pengasuhan. untuk melakukan sesuatu.
Selain itu, faktor lainnya adalah karakteristik Anak. Perkembangan Manusia
Karakteristik anak seperti jenis kelamin dan usia
Manusia memiliki timeline perkembangan yang
sangat memungkinkan untuk terjadinya perbedaan
berawal dari bayi hingga usia senja. Seiring dengan
pengasuhan. Hal ini karena setiap anak memiliki
perkembangan yang terjadi pada siklus hidup
kondisi dan kebutuhan berbeda, perbedaan
manusia, perkembangan memiliki beberapa prinsip
tumbuh kembang dalam segala aspek yang
yaitu yang pertama, perkembangan merupakan
meliputi fisik, mental dan sosial. Menurut Gunarsa
hasil interaksi antara maturasi dan belajar. Hal ini
dan Gunarsa (2001), perlakuan orangtua terhadap
berpendapat bahwa perkembangan pada manusia
anak harus sesuai dengan tingkat kematangan
didapatkan melalui kesiapan diri yang diperoleh
anak, agar anak siap menerima apa yang orangtua
dari dalam diri manusia dan dari aktivitas belajar
ingin tanamkan, sehingga tetap tersimpan dan
yang dilakukan di luar diri manusia, seperti
menjadi bagian dari kepribadiannya. Oleh karena
contohnya imitasi, identifikasi, latihan-latihan dan
itu, karakteristik anak akan mempengaruhi
trial and error.
pengasuhan yang diterima oleh setiap anak.
Kedua, pola-pola perkembangan dapat bersifat
Lingkungan Sekolah. Sekolah ikut menjadi salah
satu faktor pengasuhan karena sekolah memiliki umum dan khusus. Pola-pola perkembangan ini
seperangkat aturan yang mengikat terkait dengan maksudnya memiliki sifat dasar yang umum dan
perilaku murid terhadap seluruh elemen biasa dimiliki orang lain dan pola perkembangan
masyarakat sekolah. Seperangkat aturan ini secara khusus di mana memiliki pola-pola yang berbeda
tidak langsung akan diinternalisasi oleh anak dan setiap orangnya. Perbedaan ini dipengaruhi oleh

131
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

perbedaan individual, perbedaan pertumbuhan, psikologi, karakter memiliki pengertian


perbedaan respon yang dilakukan seseorang, dan kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral,
perbedaan jalannya perkembangan. misalnya kejujuran seseorang, dan biasanya
berkaitan dengan sifat-sifat yang relatif tetap (Dali
Ketiga, adanya perbedaan individual dalam Gulo, 1982: 29).
perkembangan. Hal ini menyangkut dengan faktor
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata “karakter”
individu dalam perkembangannya. Perbedaan cara
diartikan dengan tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak
setiap manusia dalam perkembangan dipengaruhi atau budi pekerti yang membedakan seseorang
oleh potensi internal dan pengaruh dari luar seperti dengan yang lain, dan watak.Karakter juga bisa
contohnya lingkungan tempat hidup seseorang. berarti huruf, angka, ruang, simbul khusus yang
Hal ini juga tentusaja dipengaruhi oleh pola asuh dapat dimunculkan pada layar dengan papan ketik
setiap orang, dan lingkungan budaya di mana nilai (Pusat Bahasa Depdiknas, 2008: 682).Orang
dan norma mengatur kehidupan manusia dalam berkarakter berarti orang yang berkepribadian,
sebuah lingkungan. berperilaku, bersifat, bertabiat, atau berwatak.
Dengan makna seperti itu berarti karakter identik
Keempat, adanya periodisasi dalam tahapan dengan akhlak.
perkembangan. Menurut Hurlock, perkembangan
Dalam hal ini, pola asuh dapat menjadi satu sarana
terbagi atas 7 periodisasi yaitu periode prenatal
yang berfungsi sebagaimana definisi pengasuhan
yang terjadi pada rentang usia konsepsi hingga 9 yaitu membina, menjaga, dan mendidik anak
bulan di dalam kandungan, periode infancy yang sehingga karakter anak akan terbentuk melalui
dimulai dari lahir hingga usia 2 minggu setelah pengasuhan yang diterapkan oleh orang tuanya.
dilahirkan, periode bayi dari minggu ke tiga setelah Berdasarkan hasil penelitian tentang pola asuh
kelahiran hingga anak berusia 2 tahun, perode yang dilakukan oleh Diana Baumrind pada tahun
anak dari usia 2 tahun hinga 11 atau 12 tahun, 1967, 1971,1977,1979:Baumrind & Black, 1967)
periode remaja dari usia 12 hingga 21 tahun, bahwa hasil penelitian tersebut mengusulkan
periode dewasa dari usia 21 tahun hingga 60 tahun untuk mengklasifikasikan pengasuhan atau
dan periode tua dari usia 60 tahun hingga mati. pemeliharaan yang diberikan orang tua,
didasarkan pada pertemuan dua dimensi, yaitu
Kelima, dalam setiap periode manusia memiliki demandingness (tuntutan) dan responsiveness
tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan (tanggapan atau penerimaan) yang dia yakini
merupakan tugas-tugas yang harus dilakukan keduanya sebagai dasar dari pola asuh orang tua.
individu sesuai dnegan periode perkembangannya. Dua dimensi ini melahirkan jenis-jenis pola asuh
Dan keenam, setiap periode perkembangan yang terdiri atas pola asuh otoritarian, pola asuh
otoritatif dan pola asuh permisif.
memiliki potensi risiko, di mana manusia bisa
melakukan kesalahan dalam periode Pengasuhan yang Dialami oleh Klien ARR
perkembangannya. Risiko ini dapat berupa risiko Berdasarkan konsep yang sudah dijelaskan diatas,
fisik dan psikologis. Risiko fisik timbul berupa pola asuh memiliki kaitan yang erat dengan proses
ketidakseimbangan fisik seperti kecacatan, perkembangan anak. Hal ini pula selaras dengan
keguguran dan lain-lain. Sedangkan resiko tugas perkembangan yang dibebankan pada setiap
psikologis merupakan resiko yang timbul berupa tahapannya. Dengan kata lain, manusia menerima
stress atau dampak-dampak psikologis pada setiap pengasuhan dari saat dilahirkan hingga dewasa
perkembangan. dan melakukan pengasuhan dari dewasa hingga
berusia senja. Dengan demikian manusia pun
Pola asuh dan Pembentukan Kepribadian sangat erat kaitannya dengan pola asuh dan
Anak pengasuhan. Namun apakah pengasuhan yang
Kepribadian adalah sikap seseorang yang diterima oleh setiap anak memberikan dampak
membedakannya dari orang lain. Oleh karena itu yang positif atau malah memberikan dampak yang
kepribadian seseorang sangatlah bersifat khusus negatif terhadap perkembangan anak itu sendiri.
tergantuk individu itu sendiri. Kepribadian ini Hal ini tergantung dengan pola asuh apa yang
merupakan hal yang sudah tercipta dari manusia dipilih dan pengasuhan yang bagaimana yang
lahir dan berbada dengan karakter. Karakter diterapkan oleh prang tua atau pengasuh terhadap
merupakan hal yang dapat dibentuk, dijaga dan di anak.
bina melalui beberapa cara. Dalam kamus

132
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Seperti hal yang di alami oleh klien ARR, usianya pengurus panti tetap memegang kendali atas anak.
yang masih 8 tahun mengharuskannya untuk Hal ini karena di dalam panti sendiri terdapat
mengalami beberapa kali pergaintian pengasuhan. peraturan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan
Mulai dari lahir yang seharusnya diasuh oleh orang nilai dan norma yang dipegang oleh panti itu
tua kandung yang terdiri dari ibu dan ayah, akan sendiri.
tetapi kondisi orang tuanya yang tidak
Penerapan pola asuh ini merupakan pola asuh yang
memungkinkan untuk memberikan pengasuhan
paling relevan dan dapat menimbulkan keserasian
kepada ARR mengharuskannya untuk diasuh oleh
terhadap tuntutan orang tua dan kehendak anak
kerabat. Meskipun pernah diasuh oleh orang tua
untuk melakukan tidakan. Karena dalam pola asuh
kandungnya, namun pada proses perkembangan
otoritatif menghendaki adanya diskusi sehingga
ARR yang mampu menerapkan konsep apa yang
anak menjadi terbuka, anak memiliki insiatif untuk
diberikan oleh pengasuh tidak diterima secara
bertindak dan terjadinnya koordinasi antara orang
langsung dari orang tua, melainkan ia terima dari
tua dan anak. Hal ini jelas dapat membangun relasi
orang lain yaitu kerabatnya.
yang baik antara orang tua dan anak. Akan tetapi
Kerabat yang memberikan pengasuhan setelah peran orang tua digantikan oleh pengurus atau
ARR tidak diasuh oleh orang tua kandungnya pengasuh yang disediakan di panti. Meskipun
adalah neneknya. Nenek dari ARR mengasuh ARR dalam penerapannya tidak seefektif pola
dengan dibantu oleh kakak perempuan dari ARR pengasuhan demokratis yang diterapkan oleh
sendiri. Kakak perempuannya ini merupakan anak orang tua kepada anak secara langsung namun
dari ibu klien namun dari perkawinan sebelumnya. cukup mampu memberikan control terhadap
Neneknya yang usianya sudah memasuki usia perilaku anak. Efektivitas ini dikarenakan
senja mengasuh klien sebisanya sesuai dengan terbatasnya pengasuh yang bertanggungjawab
kebutuhan ARR. Tidak diketahui secara spesifik atas anak asuh di panti tersebut sehingga proporsi
mengenai jenis pola asuh seperti apa yang pengasuhan kurang terealisasikan.
diterapkan oleh nenek dan kakaknya karena
Keterkaitan Pola Asuh dengan
pengasuhan tidak berlangsung lama dan menurut
Perkembangan Kepribadian Anak
hasil asesmen pengasuhan yang dilakukan hanya
merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan seperti Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya, pola
kebutuhan klien akan pakaian, kebutuhan klien asuh orang tua akan membentuk karakter dan
akan makanan, akan tetapi tidak termasuk kepribadian anak. Hal ini terjadi karena menurut
kebutuhan klien terhadap afeksi keluarga. Hal ini penelitian Kerr dan Atattin (2003) menyebutkan
karena nenek dan kakaknya sempat merasa bahwa perilaku anak adalah reaksi terhadap
kewalahan dengan perilaku klien yang tidak bisa perilaku yang ditunjukan oleh orang tua. Dengan
mengontrol emosi saat marah dan menangis. demikian, perlakuan yang diberikan oleh orang tua
atau pengasuh terhadap anak dari awal proses
Selain itu klien juga pernah di asuh oleh bibinya.
perkembangan hingga anak mencapai usia
Bibi yang mengasuhnya ini merupakan adik dari ibu
kedewasaan akan membentuk watak dan karakter
kandung klien. Seperti halnya pengasuhan yang
yang memiliki implikasi terhadap kepribadian anak
dilakukan oleh nenek dan kakak perempuan dari
itu sendiri. Di mana perkembangan kepribadian ini
klien, pengasuhan yang dilakukan oleh bibinya pun
diperoleh dari perilaku dan afeksi melalui kelekatan
tidak diketahui secara spesifik. Namun klien
yang terjalin antara orang tua dan anak. Dampak
menuturkan bahwa ia hanya sebentar di asuh oleh
dari pola pengasuhan yang diterapkan kepada
bibinya karena bibinya sakit dan meninggal
anak akan berlangsung dalam jangka panjang atau
sedangkan setelah kejadian tersebut pamannya
bahkan permanen. Hal ini karena daya tangkap
yang merupakan suami dari bibinya ini pindah ke
anak pada usia emas (golden age) merupakan
daerah Manglayang.
informasi awal yang dimiliki anak untuk memahami
Dengan demikian, pengasuhan yang diperoleh oleh orang dewasa disekitarnya.
klien mengalami beberapa pergantian sebelum
sampai pada pemberian pengasuhan alternative. Simpulan dan Saran
Berdasarkan hasil observasi praktikan, pengasuhan
Pengasuhan merupakan faktor yang
yang dilakukan di panti adalah pola asuh
mempengaruhi sosialisasi yang dilakukan oleh
demokratis atau otoritatif (Authoritative Parenting)
orang tua terhadap anak. Sebagai suatu bentuk
di mana pola pengasuhan ini menekankan pada
sosialisasi, pengasuhan membuka kemungkinan
kehendak apa yang diinginkan oleh anak,
untuk terjadinya copying behavior yang dilakukan
mendorong anak agar belajar mandiri, namun

133
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

oleh anak melalui pengamatan dari perilaku orang- membuat tidak adanya kelekatan antara orang tua
orang disekitarnya. Selain itu, dalam setiap dan anak. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
tahapan perkembangan anak, pola-pola kondisi emosional dan perilaku klien merupakan
pengasuhan juga dapat memberikan kelekatan dampak dari pola asuh yang berbeda-beda yang
terhadap pengasuh dan anak. Hubungan ini adalah dialami klien hingga saat ini. Meskipun demikian,
hubungan kelekatan, seperti menurut Ainsworth pengasuhan kedepannya harus tetap dilakukan
(dalam Belsky, 1988) hubungan kelekatan dengan tujuan agar klien bisa berperilaku positif
berkembang melalui pengalaman bayi dengan kepada orang-orang yang ada disekitarnya.
pengasuh di awal-awal kehidupannya. Hubungan
ini merupakan hubungan afektif atau hubungan UCAPAN TERIMA KASIH
emosional yang terjadin antara pengasuh dan anak
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua
yang dapat menciptakan rasa aman dan nyaman.
pihak yang telah membantu terlaksananya
Meskipun begitu, kelekatan bukanlah ikatan yang
kegiatan praktikum dan pembelajaran Praktikum
terjadi secara alamiah. Ada serangkaian proses
Pekerjaan Sosial dengan Individu dan Kelompok.
yang harus dilalui untuk membentuk kelekatan
tersebut. Berdasarkan kualitas hubungan anak
DAFTAR PUSTAKA
dengan pengasuh, maka anak akan
mengembangkan konstruksi mental atau internal Ali, M., Asrori, M. 2004. Psikologi Remaja
working model mengenai diri dan orang lain yang Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
akan akan menjadi mekanisme penilaian terhadap Bumi Aksara.
penerimaan lingkungan (Bowlby dalam Pramana
Anisah, A.S. 2011. Pola Asuh Orang Tua Dan
1996).
Implikasinya Terhadap Pembentukan
Dengan begitu, kelekatan akan mempengaruhi Karakter Anak. Jurnal Pendidikan
perilaku anak terhadap lingkungannya. Anak yang Universitas Garut Vol. 05; No. 01; 2011;
memiliki attachment atau kelekatan yang kuat 70-84
dengan pengasuhnya memiliki kemungkinan untuk
Astuti, M 2000, Peningkatan sosialisasi anak
dapat berperilaku sesuai dengan nilai dan norma
melalui pelatihan permainan tradisional,
yang dapat diterima oleh lingkungannya. Hal ini
Fakultas Psikologi UGM, Skripsi.
tentu juga dapat berdampak pada perkembangan
anak itu sendiri. Beberapa penelitian membuktikan Depdikbud, (1997). Kamus Besar Bahasa
bahwa anak yang memiliki kelekatan aman akan Indonesia. Jakarta. Edisi Kedua PN Balai
menunjukkan kompetensi sosial yang baik pada Pustaka
masa kanak-kanak (Both dkk dalam Parker, Rubin,
Ervika, E. 2005. Kelekatan (Attachment) Pada
Price dan DeRosier, 1995) serta lebih populer
Anak. e-USU Repository ©2005
dikalangan teman sebayanya di prasekolah (La
Universitas Sumatera Utara
Freniere dan Sroufe dalam Parker dkk, 1995).
Anak-anak ini juga lebih mampu membina Fatimah, L. (n.d.). Hubungan Pola Asuh Orang
hubungan persahabatan yang intens, interaksi Tua dengan Perkembangan Anak di R.A
yang harmonis, lebih responsif dan tidak Darussalam Desa Sumber Mulyo,
mendominasi (Parke dan Waters dalam Parker Jogoroto, Jombang. Retrieved June,
dkk,1995). Sementara itu Grosman dan Grosman 2019.
(dalam Sutcliffe, 2002) menemukan bahwa anak
Gunarsa, S., Gunarsa, Y.S. 2001. Psikologi Praktis:
dengan kulitas kelekatan aman lebih mampu
Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK
menangani tugas yang sulit dan tidak cepat
Gunung Mulia.
berputus asa.
Hurlock, Elizabeth. B. (1980). Psikologi
Perkembangan. Suatu pendekatan
Selain itu, dalam hal ini klien masih berusia 8 tahun Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi ke
di mana ini berarti perkembangan anak dalam Lima, Jakarta. Erlangga.
rentang usia tersebut masih sangat memerlukan
Jannah, H. Bentuk Pola Asuh Orang Tua Dalam
pembinaan untuk membantu pertumbuhan anak,
Menanamkan Perilaku Moral Pada Anak
perkembangan fisik dan psikis untuk dapat
Usia Di Kecamatan Ampek Angkek. Pesona
melakukan kegiatan pembelajaran anak pada
PAUD, Vol I, No 1
tahapan selanjutnya. Kondisi klien yang tidak
mendapatkan pola asuh yang utuh dari keluarga

134
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 7, No: 1 Hal: 128 - 135 April 2020
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

PERMENSOS NOMOR 30 TAHUN 2011 Standar Suharsono, J.T. dkk. 2009. Hubungan Pola Asuh
Nasional Pengasuhan Untuk Lembaga Orang Tua Terhadap Kemampuan
Kesejahteraan Sosial Anak Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di Tk
Pertiwi Purwokerto Utara. Jurnal
Pramawaty, N. Hartati, E. 2012. Hubungan Pola
Keperawatan Soedirman (The Soedirman
Asuh Orang Tua Dengan Konsep Diri Anak
Journal of Nursing), Volume 4, No.3,
Usia Sekolah (10-12 Tahun). JURNAL
November 2009
NURSING STUDIES, Volume 1, Nomor 1
Tahun 2012, Halaman Turner JS, Helm DB. 1991. Lifespand Development.
Florida USA: Holt, Rineart and Winstons
Priatini, W. dkk. 2008. Pengaruh Tipe Pengasuhan,
Inc.
Lingkungan Sekolah, Dan Peran Teman
Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Remaja. Volume I No. 1/Januari 2008 – 52 Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar
Santrock, JW. (2002). Life-Span Development:
Grafika.
Perkembangan Masa Hidup. Edisi 5.
Volume 1. Jakarta: Erlangga.

135

Anda mungkin juga menyukai