Anda di halaman 1dari 9

MATERI

PROMOSI KESEHATAN
“PERILAKU HIDUP BERSIH DI TATANAN PERUSAHAAN”

DOSEN :

Dr. Baharudin Condeng, SKM., M.Kes

Di Susun Oleh :

1. Jessica : PO71203180
2. Nurfadilah : PO71203180
3. Sri Rahastrit : PO71203180
4. Uspasilya : PO7120318019
5. Tri Desfira Ramadani : PO71203180
6. Syafitri Damayanti : PO71203180
7. Darsina : PO71203180

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI DIV KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
PEMBAHASAN

A. Pengertian PHBS ditempat kerja

PHBS di Tempat Kerja adalah upaya untuk member-dayakan para pekerja


agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam mewujudkan Tempat Kerja Sehat. Bekerja dengan tubuh dan
lingkungan yang sehat merupakan hal yang diinginkan dan menjadi hak asasi
setiap pekerja, karena itu menjadi kewajiban semua pihak untuk ikut memelihara,
menjaga dan memper-tahankan kesehatan pekerja agar tetap sehat dan produktif
dengan melaksanakan pembinaan Perilaku Hidup bersih dan sehat PHBS di tempat
kerja.

Beberapa faktor penyebab yang mempengaruhi kesehatan akan dapat


dikontrolbila setiap pekerja selalu berperilaku hidup bersih dan sehat dan bekerja
di lingkungan yang sehat.

 Indikator PHBS di tempat Kerja


Semua PHBS diharapkan dilakukan di tempat kerja. Namun demikian,
tempat kerja telah masuk kategori Tempat Kerja Sehat, bila masyarakat
pekerja di tempat kerja menerapkan indicator indicator PHBS ditempat kerja
sebagai berikut :
1. Tidak merokok di tempat kerja
2. Membeli dan mengkonsumsi makanan di tempat kerja
3. Melakukan Olah raga secara teratur
4. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan sesudah
buang air besar dan buang air kecil
5. Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja
6. Menggunakan air bersih
7. Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar
8. Membuang sampah pada tempatnya.
9. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan

 Tujuan Penerapan PHBS di tempat Kerja


Adapun tujuan dari penerapan Perilaku hidup bersih dan sehat ditempat
kerja adalah sebagai berikut :
1) Mengembangkan perilaku hidup bersih dan sehat di tempat kerja.
2) Meningkatkan produktivitas kerja.
3) Menciptakan lingkungan kerja yang sehat.
4) Menurunkan angka absensi tenaga kerja.
5) Menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja.
6) Memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan
masyarakat.

 Manfaat Peneraapan PHBS Di tempat Kerja

Penerapan Perilaku hidup bersih dan sehat ditempat kerja mempunyai


banyak manfaat utamnaya bagi pekerja itu sendiri, masyarakat serta bagi
tempat kerja itu sendiri. Adapun manfaat manfaat yang diperoleh adalah
sebagi berikut :

 Bagi Pekerja :
1. Setiap pekerja meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Produktivitas pekerja meningkat yang berdampak pada peningkatan
penghasilan pekerja dan ekonomi keluarga.
3. Pengeluaran biaya rumah tangga hanya ditujukan untuk peningkatan
taraf hidup bukan untuk biaya pengobatan.
 Bagi Masyarakat: 
1. Tetap mempunyai lingkungan yang sehat walaupun berada di
sekitar tempat kerja.
2. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan
oleh tempat kerja setempat.
 Bagi Tempat Kerja : 
1. Meningkatnya produktivitas kerja pekerja yang ber¬dampak
positif terhadap pencapaian target dan tujuan.
2. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan.
3. Meningkatnya citra tempat kerja yang positif.

 Sasaran PHBS di Tempat Kerja


 Adapun sasaran dari penerapan Perilaku hidup bersih dan sehat ditempat
kerja terdiri dari sasaran primer, Sasaran sekunder, dan sasran tersier yang
masing masing dirinci sebagai berikut.

1. Sasaran primer

Adalah sasaran utama dalam lingkungan tempat kerja yang akan


dirubah perilakunya yaitu seluruh aspek yang ada dalam suatu perusahaan
(karyawan dan pemilik perusahaan) yang bermasalah

2. Sasaran sekunder

Adalah sasaran yang dapat mempengaruhi individu yang bermasalah


dalam lingkungantempat kerja yaitu pemilik perusahaan, mitra kerja

3. Sasaran tersier

Adalah sasaran yang diharapkan dapat menjadi unsur pembantu dalam


menunjang atau mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk
tercapainya pelaksanaan PHBS dalam lingkungan perusahaan, yaitu kepala
desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, tokoh masyarakat dll.

 Langkah-Langkah Pembinaan PHBS di Tempat Kerja


 Analisis Situasi 
1. Pimpinan di Tempat Kerja melakukan pengkajian ulang tentang ada
tidaknya komitmen dan kebijakan tentang pembinaan PHBS di Tempat
2. Kerja serta bagaimana sikap dan perilaku pekerja terhadap kebijakan
tersebut. Kajian ini untuk memperoleh data sebagai dasar membuat
Pembentukan Kelompok Kerja 
3. Penyusunan Kebijakan PHBS di Tempat Kerja Pihak Pimpinan Tempat
Kerja mengajak bicara/ berdialog pekerja dan serikat pekerja tentang :
Maksud, tujuan dan manfaat penerapan PHBS di Tempat Kerja.
 Rencana kebijakan tentang penerapan PHBS di Tempat Kerja dan Penerapan
PHBS di Tempat Kerja berserta antisi-pasi kendala dan solusinya:
1. Cara sosialisasi yang efektif bagi masyarakat pekerja.
2.  Kemudian pimpinan membentuk Kelompok Kerja Penyusunan Kebijakan
dan mekanisme PHBS di Tempat Kerja.
3. Pembuatan Kebijakan PHBS di tempat kerja Kelompok Kerja membuat
kebijakan yang jelas, tujuan dan cara melaksanakannya.
4. Penyiapan Infrastruktur  Membuat surat keputusan tentang penanggung
jawab dan pengawas PHBS ditempat kerja Instrumen pengawasan Materi
sosialisasi penerapan PHBS di Tempat Kerja.Pembuatan dan penempatan
pesan-pesan PHBS di tempat-tempat yang strategis di tempat kerja.
Mekanisme dan saluran pesan PHBS di Tempat Kerja. Pelatihan bagi
pengelola PHBS di Tempat Kerja.
5. Sosialisasi Penerapan PHBS di tempat kerja. Sosialisasi penerapan PHBS
di Tempat Kerja dan lingkungan internal. Sosialisasi tugas dan
penanggung jawab PHBS di Tempat Kerja.
6. Penerapan PHBS di tempat kerja Penyampaian pesan PHBS di Tempat
Kerja kepada pekerja seperti melalui penyuluhan kelompok, media poster,
stiker, papan pengumuman, dan selebaran. Penyediaan sarana dan
prasarana PHBS di Tempat Kerja seperti air bersih, jamban sehat, tempat
sampah, tempat cuci tangan, sarana olahraga, kantin sehat.
7. Pelaksanaan pengawasan PHBS di Tempat Kerja dan Pengawasan dan
Penerapan Sanksi Pengawas PHBS di Tempat Kerja mencatat pelanggaran
dan menerapkan sanksi sesuai peraturan yang telah ditetapkan oleh tempat
kerja atau daerah setempat
8. Pemantauan dan Evaluasi. Lakukan pemantauan dan evaluasi secara
periodik tentang kebijakan yang telah dilaksanakan. Lakukan kajian
terhadap masalah yang ditemukan dan putuskan apakah perlu penyesuaian
terhadap kebijakan.

B. Strategi Kegiatan PHBS 

Menyadari bahwa perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya
menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan
juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi
kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat
paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan dan PHBS yaitu Advokasi  Advokasi adalah upaya atau
proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan
dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders).

Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang
umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang
dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti
tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan
sebagai penentu ”kebijakan” (tidak tertulis) dibidangnya dan atau sebagai
penyandang dana non pemerintah. Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan
yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat Pada
sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu :

a. mengetahui atau menyadari adanya masalah.


b. tertarik untuk ikut mengatasi masalah.
c. .peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai
alternative pemecahan masalah.
d. sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah.
e. memutuskan tindak lanjut kesepakatan.

Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana,


cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang,
yaitu :
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran si sasaran dalam pemecahan masalah
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. . Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.

 Langkah-langkah Advokasi  yaitu :


1. Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder
atau tersier
2. Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di tatanan
tempat kerja.
3. Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
4. Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan
5. menggunakan teknik dan metoda yang tepat.
6. Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
7. Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
C. Bina suasana 
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang
mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang
diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila
lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orangorang yang
menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan
bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh
karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam
upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan
Bina Suasana.Terdapat tiga pendekatan dalam Bina Suasana, yaitu:

a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum

 Langkah-langkah Pengembangan Bina Suasana : 


1. Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan bina suasana,
seperti: demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
2. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap
tatanan dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
3. Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba
dan disempurnakan
4. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.

D. Gerakan Masyarakat 

Gerakan Masyarakat adalah proses pemberian informasi secara terus-


menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses
membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu
atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari
mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek
practice). Sasaran utama dari Gerakan Masayarakat adalah individu dan
keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah
dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi
ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan
langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke
dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau
pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah
individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama
memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga
memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan).
Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan
program kesehatan yang didukungnya. Hal- hal yang akan diberikan kepada
masyarakat oleh program kesehatan sebagaibantuan,hendaknya disampaikan
pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa
yang dibutuhkan oleh masyarakat.
 Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat 
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiatan
pembinaan.
2. Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya
seperti pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluhan
individu, kelompok dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap
tatanan dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4. Mengembangkan metoda dan teknik serta media yang telah diujicoba
dan disempurnakan.
5. Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama
dengan lintas program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6. Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis
(ringkasan, eksekutif).
DAFTAR PUSTAKA

 Atikah Proverawati dan Eni Rahmawati, 2012, Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS), Yogyakarta: Nuha Medika.
Departemen Kesehatan RI, 2011, Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS), Jakarta: Depkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
2269/MENKES/PER/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), diakses tanggal 25
Juli 2012.

Soekidjo Notoatmodjo, 2003, Ilmu Kesehatan Mayrakat, Jakarta: Rineka


Cipta 

Anda mungkin juga menyukai