LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Penentuan Kerapatan Dan Berat Jenis
LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA Penentuan Kerapatan Dan Berat Jenis
Kelompok : 3 (Tiga)
I. Tujuan
a. Menjelaskan beda kerapatan dan bobot jenis
b. Menjelaskan berbagai metode penentuan kerapatan dan bobot jenis
c. Mengukur kerapatan zat cair dan zat padat dengan alat piknometer
d. Menghitung kerapatan dan bobot jenis zat berdasarkan hasil
pengukuran
e. Menganalisa hasil pengukuran
II. Dasar Teori
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut suatu massa dan volume.
Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per cm3 ( g / cm3 ).
1. Kerapatan sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
2. Kerapatan nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang yang terbuka tetapi
termasuk pori yang tertutup.
3. Metode neraca hidrostatik
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup.
1. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan tuang,
yaitu ditempati cairan ini. Untuk itu dibutukan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Ketentuan metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml, bagian tutup
mempunyai lubang berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada
suhu tetap. Volume zat cair selalu sama dengan volume piknometer.
Dirumuskan :
( Bobot piknometer x )−(Bobot piknometer kosong) g
Bobot jenis x= ×1
( Bobot piknometer+ aquadest )−(bobot piknometer kosong) ml
2. Metode Aerometer
Penentuan kerapatan dengan metode aerometer berskala (timbangan enam sumbu)
didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang
sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
3. Metode neraca hidrostatik
Metode ini didasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan
kedalam cairan yang terdesak.
4. Metode neraca Mohr – West Phol
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoleh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot larutan.
1. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang di ukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah.
2. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga
menjadi lebih besar
3. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh, bergantung dari
massa zat itu sendiri. (Mochtar, 1990)
Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat
berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-
masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25°C. Bilangan bobot jenis
merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air
pada 4°C (=1000 g.m-1). (Dirjen POM, 1995)
Penetapan bobot jenis dilakukan terhadap zat atau senyawa yang berbentuk cair.
Adapun sifat dari zat cair, antara lain :
1. Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2. Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul gas.
3. Jarak partikelnya lebih dekat dari pada gas sehingga lebih sukar dimampatkan.
4. Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Bobot jenis yang juga dikenal dengan istilah Specific Gravity biasanya
dilambangkan dengan huruf S dan memiliki persamaan rumus
S = Bobot jenis
mx = massa suatu zat
mair = massa zat cair
Pada keadaan volume (V) dan suhu (T) yang sama.
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal,
dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat
dan mudah dimurnikan. (Ansel, 1989)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot
molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 . Kerapatan
dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini
apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per
satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs
dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang
dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis
didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air,
harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain
yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. (Martin, 1990)
Pikno kosong
Larutan Suhu (°C) Berat pikno awal (g) Berat pikno akhir (g)
(g)
Air 19,3 28°C 46 46
Aceton 19,3 28°C 40,3 40,3
Etanol 17,8 28°C 39,4 39,2
Kloroform 17,8 28°C 49,1 49,0
a. Etanol
m 39,4−17,8
Kerapatan= v = 25
= 0,864 gram/mL
m 46−19,3
Kerapatan air= v = 25 = 1,068 g/mL
kerapatan Etanol 0,864
BJ= kerapatan air = 1,068 = 0,809
b. Kloroform
m 49,1 g−17,8 g
Kerapatan = v = 25 ml
= 1,252 g/mL
m 46 g−19,3 g
Kerapatan air = v = 25 m
= 1,068 g/mL
kerapatan kloroform 1,252 g /ml
BJ = kerapatan air
= 1,068 g /ml = 1,172
c. Aseton
m 40,3−19,3
Kerapatan = v = 25
= 0,84
m 46−19,3
Kerapatan air = v = 25 = 1,068 g/mL
kerapatan aseton 0,84
BJ= kerapatan air = 1,068 = 0,7865