Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMASI FISIKA

PENENTUAN KERAPATAN DAN BERAT JENIS

ANDI AULIA FAJERIN 1443050007

MITHA KURNIA 1443050014

ANNA OKTAVIANA 1443050062

ANITA RAHAYU 1443050064

Kelompok : 3 (Tiga)

FAKULTAS FARMASI, JURUSAN ILMU FARMASI


UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945
TAHUN 2014/2015

I. Tujuan
a. Menjelaskan beda kerapatan dan bobot jenis
b. Menjelaskan berbagai metode penentuan kerapatan dan bobot jenis
c. Mengukur kerapatan zat cair dan zat padat dengan alat piknometer
d. Menghitung kerapatan dan bobot jenis zat berdasarkan hasil
pengukuran
e. Menganalisa hasil pengukuran
II. Dasar Teori
Kerapatan adalah turunan besaran yang menyangkut suatu massa dan volume.
Batasannya adalah massa persatuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu yang
dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per cm3 ( g / cm3 ).

ρ = volume ( cm3 ) = gram . cm3 = M . L-3


( Mochtar, 1990 )

Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan piknometer, arcometer,


timbangan hidrostatik dan cara monometrik. Untuk bobot padat tidak homogen dan serbuk
yang memiliki pori dan ruang rongga, bobot jenis tidak lagi teridentifikasi secara jelas.

Pengujian kerapatan dilakukan untuk menentukan 3 macam kerapatan jenis, yaitu :

1. Kerapatan sejati
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
2. Kerapatan nyata
Massa partikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang yang terbuka tetapi
termasuk pori yang tertutup.
3. Metode neraca hidrostatik
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup.

Metode penentuan untuk cairan, yaitu :

1. Metode Piknometer
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan tuang,
yaitu ditempati cairan ini. Untuk itu dibutukan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Ketentuan metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml, bagian tutup
mempunyai lubang berbentuk saluran kecil. Pengukuran harus dilakukan pada
suhu tetap. Volume zat cair selalu sama dengan volume piknometer.
Dirumuskan :
( Bobot piknometer x )−(Bobot piknometer kosong) g
Bobot jenis x= ×1
( Bobot piknometer+ aquadest )−(bobot piknometer kosong) ml
2. Metode Aerometer
Penentuan kerapatan dengan metode aerometer berskala (timbangan enam sumbu)
didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup yang
sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.
3. Metode neraca hidrostatik
Metode ini didasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang dicelupkan
kedalam cairan yang terdesak.
4. Metode neraca Mohr – West Phol
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang ditoleh
menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot larutan.

Adapun faktor faktor yang mempengaruhi bobot jenis :

1. Temperatur
Dimana pada suhu yang tinggi senyawa yang di ukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah.
2. Massa zat
Jika zat mempunyai massa yang besar maka kemungkinan bobot jenisnya juga
menjadi lebih besar
3. Volume zat
Jika volume zat besar maka bobot jenisnya akan berpengaruh, bergantung dari
massa zat itu sendiri. (Mochtar, 1990)

Penetapan bobot jenis digunakan hanya untuk cairan dan kecuali dinyatakan lain
didasarkan pada perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang telah ditetapkan
terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Bila pada suhu 25°C zat
berbentuk padat, tetapkan bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-
masing monografi dan mengacu pada air pada suhu 25°C. Bilangan bobot jenis
merupakan bilangan perbandingan tanpa dimensi yang mengacu pada bobot jenis air
pada 4°C (=1000 g.m-1). (Dirjen POM, 1995)
Penetapan bobot jenis dilakukan terhadap zat atau senyawa yang berbentuk cair.
Adapun sifat dari zat cair, antara lain :
1. Bentuk mengikuti tempat dan volumenya tetap.
2. Molekulnya dapat bergerak tetapi tidak semudah gerak molekul gas.
3. Jarak partikelnya lebih dekat dari pada gas sehingga lebih sukar dimampatkan.
4. Dapat diuapkan dengan memerlukan energi.
Bobot jenis yang juga dikenal dengan istilah Specific Gravity biasanya
dilambangkan dengan huruf S dan memiliki persamaan rumus
S  =  Bobot jenis
mx = massa suatu zat
mair = massa zat cair
Pada keadaan volume (V) dan suhu (T) yang sama.
Menurut definisi, rapat jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam decimal,
dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume yang sama kedua zat
mempunyai temperatur yang sama atau temperatur yang telah diketahui. Air
digunakan untuk standar untuk zat cair dan padat, hydrogen atau udara untuk gas.
Dalam farmasi, perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat padat dan air
merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar karena mudah didapat
dan mudah dimurnikan. (Ansel, 1989)
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot
molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 . Kerapatan
dan berat jenis. Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini
apabila mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa per
satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam sistem cgs
dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3).
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi, yang
dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok. Berat jenis
didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap kerapatan air,
harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika tidak dengan cara lain
yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya, sangat lemah, akan lebih
cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif. (Martin, 1990)

III. Alat dan Bahan


Alat:
 Piknometer
 Timbangan
 Baskom
 Termometer
Bahan:
 Aquadest
 Es Batu
 Tissue
 Etanol
 Kloroform
 Aseton
 Peluru
IV. Cara Kerja
A. Penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
1. Timbang piknometer kosong yang bersih dan kering dengan
seksama.
2. Isi piknometer dengan air hingga penuh, lalu rendam dalam air es
sehingga suhu kurang 2° di bawah suhu percobaan (25°C, jadi sampai
suhu 23°C).
3. Tutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik
sampai mencapai suhu percobaan (25°C) lalu tutup pipa kapiler
piknometer.
4. Biarkan suhu air dalam piknometer mencapai suhu kamar (27°C). Air
yang menempel diusap dengan tissue, timbang piknometer dengan
seksama.
B. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair (etanol 70%,
aseton, dan kloroform)
1. Lakukan penimbangan etanol 70% dengan menggunakan piknometer
yang sama seperti pada percobaan A. Misal bobot zat X = D (gram)
2. Bobot piknometer kosong = B (gram)
3. Volume piknometer = Vp (ml)
4. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel) : ρ air
5. Kerapatan etanol 70% dihitung dengan cara: ρ = = gram.ml -1
6. Berat jenis etanol 70% dihitung dengan cara: d =
7. Cara di atas juga digunakan untuk mencari kerapatan dan bobot jenis
aseton dan klorofom.
V. Hasil dan Pembahasan
A. Hasil

Pikno kosong
Larutan Suhu (°C) Berat pikno awal (g) Berat pikno akhir (g)
(g)
Air 19,3 28°C 46 46
Aceton 19,3 28°C 40,3 40,3
Etanol 17,8 28°C 39,4 39,2
Kloroform 17,8 28°C 49,1 49,0

a. Etanol
m 39,4−17,8
Kerapatan= v = 25
= 0,864 gram/mL
m 46−19,3
Kerapatan air= v = 25 = 1,068 g/mL
kerapatan Etanol 0,864
BJ= kerapatan air = 1,068 = 0,809
b. Kloroform
m 49,1 g−17,8 g
Kerapatan = v = 25 ml
= 1,252 g/mL
m 46 g−19,3 g
Kerapatan air = v = 25 m
= 1,068 g/mL
kerapatan kloroform 1,252 g /ml
BJ = kerapatan air
= 1,068 g /ml = 1,172
c. Aseton
m 40,3−19,3
Kerapatan = v = 25
= 0,84
m 46−19,3
Kerapatan air = v = 25 = 1,068 g/mL
kerapatan aseton 0,84
BJ= kerapatan air = 1,068 = 0,7865

- Kerapatan air = 1 gram/ cm3 = 1000 kg/m3


BJ air = 1 gram/ml
- Kerapatan etanol= 0,8980 gram/mL
Bj etanol = 0,8119- 0,8139 gram/mL
(Linuseta,2010)
- Kerapatan kloroform = 1,4682 gram/mL
BJ kloroform= 1,49 g/cm3
(petrucia,1985)
- Kerapatan aceton = 791 kg/m3 = 0,791 gram/cm3
BJ acetaon = 0,8373 g/mL
(Widi,2012)
B. Pembahasan
Dalam praktikum ini digunakan piknometer untuk mengukur kerapatan
dari air, aseton, etanol, kloroform, peluru dan paraffin. Digunakan piknometer
karena zat- zat tersebut tidak berpori. Jika zat yang akan diukur kerapatannya
berpori, maka alat yang digunakan adalah densitometer helium, gas helium
dapat masuk kedalam pori- pori zat, sehingga seluruh permukaan zat dapat
dihitung volumenya. Pengisi dilakukan terhadap zat cair yang titik didihnya
rendah. Hal ini dimaksudkan agar selesai pengisian piknometer cepat kering
dan dapat melakukan percobaan dengan cepat. Semua cara kerja dari setiap
penetapan kerapatan tersebut intinya sama, yaitu pengisian piknometer
dengan air dan zat sampai penuh.
Piknometer yang digunakan hharus bersih, air yang menempel pada
dinding harus dikeringkan agar tidak membiaskan hasil penimbangan. Selain
itu, dilakukan juga penurunan suhu yang bertujuan untuk menentukan
kerapatan secara lebih cepat karena ada rongga- rongga. Suhu percobaan yang
digunakan adalah 26°C, secara ekstraplorasi dapat diketahui kerapatan air
sebesar 0,99623 g/mL. Kerapatan air digunakan sebagai parameter atau
pembanding untuk menghitung kerapatan zat- zat lain. Untuk menentukan
kerapatan dalam percobaan ini cukup mudah. Zat- zat yang akan diukur
kerapatannya dimasukkan ke dalam piknometer yang bersih dan kering.
Kemudian ditentukan bobot zat tersebut dengan cara penimbangan.
Berat jenis sebanding dengan kerapatan, apabila kerapatan zat kecil, maka
berat jenisnya pun kecil, demikian pula sebaliknya. Maka urutan berat jenis
zat- zat yang diukur pada percobaan ini dari yang paling kecil sampai paling
besar, sama dengan ukuran kerapatannya. Hasil yang didapatkan pada
percobaan kali ini mendekati atau bisa dikatakan sesuai dengan teoritis
kerapatan klorofom memiliki nilai paling tinggi yaitu 1,252 g/mL.
VI. Kesimpulan
Kerapatan diukur untuk mengetahui kemurnian dari suatu zat.
Kerapatan dan berat jenis biasanya diukur apabila diadakan perubahan
massa dan volume dari suatu sediaan farmasi.
Berat jenis sebanding dengan kerapatan, apabila kerapatan zat
kecil, maka berat jenisnya pun kecil, demikian pula sebaiknya.
Urutan kerapatan dan BJ zat berdasarkan percobaan dari yang
terkecil hingga terbesar Aseton, Etanol, Paraffin, Air, Peluru dan
terakhir kloroform.
Klorofom memiliki kerapatan paling besar dan pada percobaan
kali ini dapat dibuktikan dengan hasil percobaan yang mendekati
hasil sesuai dengan hasil teoritis.
VII. Daftar pustaka
Ansel, C Howard. 1989. Kalkulasi Farmasetik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Dirjen POM, 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta.
Martin, Alfred. 1990. Farmasi Fisika 1. Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta.
Mochtar. 1990. Fisika Farmasi. Jogjakarta : UGM Press

Anda mungkin juga menyukai